Pdt. Trofimus Herry Susilo
Lukas
7 : 1-10
1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan
orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum.
2 Di situ ada seorang perwira yang mempunyai
seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir
mati.
3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus,
ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia
datang dan menyembuhkan hambanya.
4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat
mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong,
5 sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah
yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka.
Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh
sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah
bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku;
7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak
layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku
itu akan sembuh.
8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di
bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu:
Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang,
ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia
heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia
berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai,
sekalipun di antara orang Israel!"
10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu
kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.
Pendahuluan
Peristiwa penyembuhan hamba dari seorang perwira di
Kapernaum terjadi setelah Tuhan Yesus memberikan
pengajaran (khotbah) di atas bukit. Peristiwa ini juga dicatat pada injil
Matius pasal 8. Secara geografis jarak bukit di mana Yesus mengajar dengan kota
Kapernaum sangat dekat. Kedua tempat ini berada di sekitar danau Galilea. Bila
naik kendaraan sekitar 10 menit dari Kapernaum ke tempat Yesus kotbah di bukit.
Kalau jalan kaki sekitar 25-30 menit. Kota Kapernaum sangat ramai saat itu.
Bahkan mungkin menjadi pusat pemerintahan kecil. Matius menyebut 4 kali Yesus
melayani di Kapernaum (Markus 3 kali, Lukas 4 kali dan Yohanes 5 kali). Ini
menunjukkan aktivitas Tuhan Yesus di kota ini sangat banyak. Selain itu Alkitab
mengatakan ada seorang perwira tinggi di kota itu. Hal ini menunjukkan kota
Kapernaum penting bagi pemerintah saat itu. Selain itu ada juga sinagoga yaitu
rumah doa orang Yahudi. Ini menunjukkan di kota itu terdapat banyak orang
Yahudi. Di Israel sinagoga ada di Nazaret dan Kapernaum. Ini menunjukkan Kapernaum
adalah kota penting saat itu, Lukas mencatat di Kapernaum seorang perwira non
Yahudi mendemontrasikan imannya dan Tuhan Yesus mendemontrasikan kuasaNya.
Ada
beberapa hal yang bisa dipelajari dari iman perwira Kapernaum :
1. Perwira ini merindukan hamba yang dikasihinya sembuh
dari penyakitnya.
Lukas 7:2 dikatakan Di situ ada seorang perwira yang mempunyai
seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir
mati (=sekarat) Sebagai tuan , perwira ini menghargai hambanya dan ia
merindukan hamba yang dikasihinya sembuh dari penyakitnya. Di sini kita belajar
: iman bisa timbul karena kasih yang keluar dalam hidup seseorang. Apabila kita
bisa melihat orang lain dengan kasih dan orang yang dikasihi tersebut sedang
mengalami pergumulan dan persoalan (penyakit, masalah ekonomi, persoalan rumah
tangga dll). Kalau bisa melihatnya dengan kasih, maka kita berdoa dengan iman
sungguh-sungguh kepada Allah. Kalau tidak punya kasih, alih-alih berdoa dengan
iman, malahan berdoa pun tidak. Bahkan kita mengharapkan “kalau bisa mati,
biarlah mati” “kalau bisa bangkrut, maka bangkrutlah”, “kalau mau rusak
keluarganya, rusaklah” dll. Kalau punya
kasih, kita bisa menangis. Perwira ini punya kasih dan mengharapkan kesembuhan
hambanya yang sangat ia hargai. Karena kasih kita bisa punya iman.
Ada sebuah kesaksian. 3 tahun lalu, suatu hari pagi—pagi sekali
saya ditelpon untuk mendoakan seorang saudara yang sedang sakit di suatu rumah
sakit. Setiba di rumah sakit, saya melihat saudara ini terengah-engah . Di
hidungnya dipasang selang oksigen. Nafas terdengar satu-satu. Badannya kurus,
tinggal kulit dan tulang. Keluarganya berkata, “Ia menderita sakit paru-paru.”
Hasil ronsen memperlihatkan bahwa paru-parunya hanya berfungsi seperempat dan hari
itu ia sedang kritis. Saya tidak tahan melihat penderitaannya. Lalu saya
berbicara dan menyampaikan firman Tuhan. Ia mendengarnya. Saya kemudian mengajaknya
menyanyikan lagu dari Maz 123 (Tuhan adalah
gembalaku). Hatinya mulai tenang dan bisa tidur. Ketika saya mau pergi, mendengar
langkah saya keluar dia terbangun. Saya merasa orang ini sedang dalam keadaan
gelisah. Saya kumpulkan keluarganya yang ada di rumah sakit. Keluarganya sedang
kuatir tentang hidupnya. Rupanya saudara ini adalah ‘hanyalah’ anak angkat dan ada
hubungan yang kurang harmonis dalam rumah tangga ini. Saya berkata kepada
keluarganya, “Apakah kalian mengasihi orang ini? Karena tidak cukup membawanya
ke rumah sakit.” Rupanya ada hubungan yang tidak harmonis di antara mereka dan hari
itu terjadi pemulihan hubungan di antara mereka. Orang tua angkatnya bisa
mengampuni dia, saudara angkatnya bisa mengasihinya. Ketika hubungan mereka
pulih, mereka berdoa kepada Tuhan dan minta pertolongan Tuhan. Saudara ini
sebelumnya divonis umurnya tidak panjang, tetapi ketika orang-orang yang
mengasihinya berseru kepada Tuhan, orang ini bisa hidup 3 tahun lagi. Mujizat
terjadi! Kalau bisa mengasihi orang lain, kita bisa berdoa dengan iman. Iman
itulah yang bisa membuat orang yang kita doakan itu dijamah oleh Tuhan.
2. Perwira ini mendengar tentang Yesus dan menyikapinya
dengan benar.
Lukas
7:3a dikatakan Ketika perwira itu
mendengar tentang Yesus. Ia memiliki iman karena mendengar tentang Yesus. Dalam bahasa Yunani, kata “mendengar”
berarti mengerti / memahami dengan efektif. Sehingga orang yang mendengarnya
bisa melakukan apa yang didengarnya. Pendengaran tentang firman Tuhan yang
benar dan efketif adalah kalau pendengarnya mampu melaksanakan firman itu dalam
hidupnya. Firman itu memberi dampak efektif dan baik kepada orang yang mendengar
dan meresponinya dengan sikap yang benar. Perwira ini bisa merespon dengan benar
dari apa yang didengarnya tentang Yesus. Berbeda dengan orang Farisi dan ahli
Taurat yang mendengar tentang Yesus dan pengajaranNya tetapi respon mereka negatif
dan tidak benar. Oleh karena itu jangankan beriman, dekat dengan Yesus pun
tidak. Kita perlu mendengar dengan baik, Roma 10:17 mengatakan, Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan
pendengaran oleh firman Kristus. Ini sangat menarik untuk dicermati.
Mungkin karena jabatannya sebagai perwira ia tidak berada di tengah-tengah
orang-orang yang mendengar pengajaran Yesus di atas bukit. Mungkin karena faktor
politis, ia bukan orang Yahudi dan ia punya jabatan sehingga ia tidak ingin diketahui
berada di sana. Oleh karena itu ia mengutus orang lain untuk menemui Yesus.
Tetapi ia tetap percaya pada apa yang didengarnya. Saya berdoa, setiap kali
mendengar firman dan tentang Yesus diberitakan, kita memiliki iman yang sama
seperti Perwira Kapernaum. Ada ribuan orang yang mendengar Kristus.tetapi tidak
semua orang percaya seperti Perwira ini. Ada banyak anak Tuhan mendengar firman
Tuhan setiap minggu melalui ibadah yang diikuti. Ada orang Kristen yang
mendengar firman Tuhan melalui radio setiap hari bahkan melalui televisi
nasional dan internasional. Sekalipun demikian tidak semua orang Kristen
memiliki iman yang sama seperti perwira Kapernaum. Perwira Kapernaum ini tidak
diam melihat hambanya sakit. Apalagi hamba ini dihargai dan dikasihinya. Ia
ingin hamba ini sembuh. Dengan jabatannya dan kekayaannya dengan mudah ia sebenarnya bisa mengundang
para tabib yang baik untuk datang. Sebelumnya imannya tertuju pada hal-hal
lahiriah. Tetapi ketika ia mendengar tentang Yesus, ia mengalihkan imannya
kepada Yesus (dari pengobatan alternatif kepada kuasa Yesus). Sehingga hari itu
, ia mengutus orang untuk menjumpai Tuhan Yesus. Saya berdoa, setiap kali
mendengar firman Tuhan Yesus, iman kita dibangkitkan, keyakinan dan kepercayaan
kepada Yesus semakin kuat sehingga kita berani meletakkan pengharapan hanya
kepada Yesus seperti perwira Kapernaum.
Saya belajar mempercayai Tuhan Yesus
saat SMP kelas 2. Saya berasal dari keluarga non Kristen. Tahun 1987 papa
meninggal setelah percaya Tuhan Yesus. Setelah papa meninggal habislah harapan
kami memiliki masa depan yang baik. Tetapi gereja mengajarkan firman yang baik.
Mat 6:33 diajarkan dan saya yakini. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.Ternyata tidak semudah
yang kita bayangkan. Saya sudah ke gereja tiap minggu namun yang dijanjikan
tidak kunjung datang. Menghadapi hal seperti ini, banyak orang mengomel dan
menggerutu. Sudah datang ke gereja, tetapi tetap seperti ini. Demikian pula
dengan saya hari itu. Setelah papa meninggal rasanya masa depan kami suram. Setelah
lulus SMP , saya berkata ke mama.”Saya harus masuk SMA”. Tetapi mama saya berkata, “Tidak ada
uang untuk kamu sekolah, jadi lebih baik tidak sekolah.” Tetapi hari itu saya
berpikir, kalau saya tidak sekolah, maka saya tidak punya masa depan yang baik.
Jadi saya tetap mendaftar sekolah walaupun tidak punya uang. Saya punya teman
baik yang membayari formulir pendaftaran. Setelah diterima masuk sekolah, disampaikan
biayanya Rp 137.500. Saya berkata ke mama yang berhutang ke paman (om). Mama
berkata, “Utang mama sudah banyak.” Jadi harapan bersekolah hilang. Tahun itu
saya sudah menjadi orang Kristen. Saya melayani sebagai tukang bersih di gereja.
Hari itu hari jumat , hari terakhir pembayaran uang gedung. Sama seperti orang
lain yang punya harapan, saya juga punya. Saya berharap Tuhan membuat mujiat. Saya
berharap ada anak-anakNya datang ke gereja dan memberi uang untuk sekolah kepada
saya. Namun setelah ditunggu-tunggu, tidak ada yang datang. Sampai pk 13 tidak
ada yang datang sehingga saya lemas. Akhirnya saya melayani tanpa berpikir
untuk sekolah. Sore hari, setelah menyelesaikan tugas dan saya mampir ke tempat
teman saya. Tidak ada punya pikiran apa pun. Saya bertanya ke teman, “Kamu
masuk SMA?” Ternyata ia masuk. Ia bertanya, “Apakah kamu diterima?” Saya
berkata, “Saya diterima, tetapi saya tidak bersekolah karena tidak punya uang”.
Ternyata omongan saya ini didengar maminya. Maminya berkata, “kamu tidak
sekolah?” “Ya tante saya tidak sekolah.” “Mengapa?” “Tidak ada uang” jawab saya.
Lalu ia masuk ke dalam dan setelah ke luar ia memberi saya Rp 100.000. Saya berkata, “Tante ini
kurang dari Rp 137.500. Tante ini
berkata, “Kamu jalan dulu, kalau kurang tante tambah. Kemudian saya diantar
teman saya. Ternyata pendaftaran sekolah sudah tutup. Uangnya saya titip ke
mama. Setelah itu saya ikut retreat remaja. Di sana saya mendapat panggilan. Setelah
kembali dari retreat, saya minta uang yang dititip ke mama, namun uangnya sudah habis untuk adik saya masuk SMP. Jadi
saya tidak sekolah. Setelah seminggu lewat, saat membersihkan gereja kakak
rohani saya datang dan bertanya, “Kamu tidak sekolah? Yang lain sekolah kamu
kenapa di sini?” Saya berkata, “Pendaftaran sekolah sudah tutup dan saya tidak bisa
membayar uang untuk sekolah.” Kakak rohani saya berkata,”Ayo kita ke sekolah.”
Saya diantar dan dibayari uang untuk masuk sekolah. Akhirnya saya sekolah walau
telah lewat 1 minggu dan semua administrasi diselesaikan. Saya pun menyelesaikan SMA, menamatkan kuliah
S1. dan saya sekarang berada di sini. Firman Allah ya dan amin. Apakah saat mendengar
firman Tuhan, kita percaya dengan sungguh-sungguh? Perwira Kapernaum mendengar
firman Tuhan Yesus dan beriman. Setiap minggu saat mendengar firman Tuhan, saya
berdoa agar kita punya iman seperti perwira Kapernaum itu.
3. Perwira ini punya iman sekalipun tidak melihat.
Lukas
7:3b mengatakan ia menyuruh beberapa
orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan
menyembuhkan hambanya dan pada Lukas 7:6b perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya. Mungkin perwira ini tidak
ada di kumpulan orang-orang yang mendengar khotbah Yesus di bukit. Ia tidak
menjumpai Yesus secara pribadi dalam perjalanan ke rumahnya. Sekali pun ia
tidak mendengar dan melihat Yesus secara langsung, tetapi ia menitip kata yang
berani,”katakan saja sepatah kata, maka
hambaku itu akan sembuh.” Saya berdoa sekalipun saya dan saudara tidak pernah
melihat Yesus secara fisik, tetapi Ia adalah Tuhan dan Ia berkata, “Namaku adalah jaminannya.” Alkitab mengatakan Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun
juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain
yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kis
4:12) dan Sampai sekarang kamu belum
meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya
penuhlah sukacitamu (Yoh 16:24). Sekalipun kita tidak melihat tetapi
janjinya ya dan amin. Tuhan Yesus berkata kepada Thomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh
20:29). Perwira Kapernaum ini tidak melihat Yesus. Ia hanya mendengar
tentang Yesus tetapi ia percaya kepada Yesus seutuhnya. Iman itulah yang
mengagumkan tentang Yesus. Saya berdoa agar kita bisa percaya kepada Yesus
sekalipun tidak melihat. Hal ini tidak mudah tetapi kalau sampai pada level ini,
kita akan memiliki iman yang luar biasa!
Pada
bulan April 2014 saya diminta ikut
pelayanan di Waingapu, Sumba Timur. Pada hari Minggu saya diminta untuk
menyampaikan firman dan membaptis 15 orang. Ternyata itu baptisan pertama dalam
persekutuan itu. Ketika mendengar hal itu, hati saya bergelora. Saya berkata
kepada majelis, “Inilah jemaatmu”. Ternyata ada 1 orang dari mereka yang
mempersembahkan tanah seluas 800 meter untuk gereja. Namun untuk membangunnya
persoalan lain. Saya berkata kepada
majelis dan jemaat,”Tuhan percayakan ini kepada kita. Mari kita bangun rumah Tuhan
di Sumbar TImur!” Saya kemudian minta untuk dihitung kebutuhan untuk
pembangunannya. Ternyata sekitar Rp 400 juta. Waktu disampaikan , kami berkata “WOW”. Tetapi saya berkata, “Kalau
Tuhan ijinkan, maka Tuhan akan mencukupkannya. Mari kita kita lakukan bagian
kita!” Maka kami pilih satu hari untuk mengumpulkan persembahan di Sumba Timur sehingga
terkumpul dana Rp 160 juta. Untuk membangunnya mereka berakata, “Pak, tunggu
setelah sampai terkumpul Rp 400 juta.” Saya berkata, “Dengan uang ini kita
mulai dulu”. Kami pun mulai membangun dengan uang yang ada. Setelah memulainya,
saya dapat telpon dari Kelapa Gading. Seorang pengusaha besi menelpon saya. “Saya dengar Pak Trofimus membangun gereja di
Sumba TImur. Coba kirimkan berapa luas dan tingginya.” Lalu ia membuat besi
untuk keseluruhan bangunan. Dalam 2 bulan gereja itu jadi! Bulan Mei 2015 diresmikan menjadi gereja di
Sumba Timur. Kadang saat baru punya sedikit, ingin menunggu sampai banyak dulu
baru jalan. Padahal berjalan dengan Tuhan adalah ketaatan. Saya berdoa agar
kita berjalan dengan Tuhan maka selebihnya Tuhan yang akan bekerja. Iman timbul
karena kasih, pendengaran akan firman Tuhan dan iman timbul tanpa melihat
sebuah kenyataan. Itulah yang dimiliki
perwira Kapernaum ini.
No comments:
Post a Comment