Pdt. Hery Kwok
2 Taw 26:16
Setelah ia (Uzia) menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang
merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk
membakar ukupan di atas mezbah pembakaran
2 Taw 32:26
Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama
dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman
Hizkia.
2 Taw 35:22 Tetapi Yosia tidak berpaling dari padanya,
melainkan menyamar untuk berperang melawan dia. Ia tidak mengindahkan kata-kata
Nekho, yang merupakan pesan Allah, lalu berperang di lembah Megido.
Lukas 4:6-7 Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa
itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah
diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya
itu akan menjadi milik-Mu."
Pendahuluan
Pada
kitab Tawarikh (Perjanjian Lama) di antaranya dicatat tentang 3 raja Yehuda yakni
:
1.
Raja Uzia adalah raja yang baik
dan pada awalnya karirnya bagus sekali di mana ia melakukan
pembaruan-pembaruan. Namun setelah menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati dan
melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan dan memasuki bait
Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran (2 Taw 26:16).
2.
Raja Hizkia adalah raja yang
hebat yang melakukan pembaruan namun kemudian menjadi angkuh dan melupakan
kebaikan Tuhan (2 Taw 32:26).
3.
Raja Yosia tidak mau mendengar
Nekho dan merasa diri hebat (2 Taw 35:22).
Ketiga
raja tersebut berbeda dengan Yesus Kristus , Raja Diraja, yang bisa dibaca pada
Mat 4:8-9 Dan Iblis membawa-Nya pula ke
atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan
dunia dengan kemegahannya, dan berkata
kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku." Sedangkan Lukas mencatatnya sebagai berikut : Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa
itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah
diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya
itu akan menjadi milik-Mu." (Lukas 4:6-7)
Mengandalkan Kekuasaan
Ada sebuah lelucon tentang
kejatuhan Adam dan Hawa. Dalam lelucon tersebut dikatakan, seandainya Adam
& Hawa adalah orang Tionghoa, namanya pasti akan menjadi “A Thiam & A
Hwa”.
Manusia
pasti tidak akan jatuh dalam dosa karena otak bisnis orang Tionghoa. Begitu
melihat buah apel pasti tidak akan dimakan tetapi djual di pasar (lumayan dapat
untung). Ularnya pun tidak sempat menggoda karena begitu muncul pasti akan
ditangkap lalu dimasak ular-cah-fumak. Yang pasti , mereka takkan menelantarkan Taman
Eden kosong karena dibangun ruko atau perumahan (Taman Eden Residence).
Pada kisah Adam dan Hawa, iblis
menawarkan untuk manusia mengatur diri sendiri supaya manusia bisa melakukannya tanpa Tuhan.
Itu yang dikenal sebagai kesombongan. Yang ditawarkan oleh si jahat (iblis) :
kuasa kalau memiliki. Iblis berusaha menjebak Adam kedua yaitu Yesus Kristus.
Adam pertama jatuh karena berpikir dengan kuasa mengatur, memerintah dan melakukannya
sendiri. Di dalam kekuasaan itulah , manusia bisa melakukan berbagai hal dalam
hidup. Kekuasaan membuat kita bisa melakukan segala sesuatu seperti mengeruk
harta. Sehingga kekuasaan sangat menarik untuk dicari dan direbut.
Sekitar 18 tahun lalu, seorang dosen
mengatakan, “Kita dari kecil sudah salah diajarkan oleh orang tua. Mental dan
kognitif kita belum matang tapi sudah diberikan kuasa sehingga kacau balau. Contoh
: saat pembantu salah, sang anak memarahinya. Dia menunjukkan diri sebagai
orang yang berkuasa. Sebagai anak dari majikan (yaitu papa dan mama-nya), ia berkuasa
menegor dan memarahi pembantu. Di sini terjadi kehancuran sudut pandang sang
anak dalam melihat kekuasaan. Demikian pula yang terjadi di Amerika . Anak-anak
diajar bahwa setelah mencapai umur tertentu mereka bisa mengatur diri sendiri sehingga dunia Barat
mengalami krisis di mana anak-anak mereka menjadi liar dan mengerikan karena
berusaha memimpin hidup sendiri dengan kekuasaannya.
Orang percaya harus melihat
hidup seperti pada zaman Musa. Saat itu apa yang dikatakan Musa diikuti. Apa
yang rusak dibenarkan, apa yang diarahkan Tuhan diikuti. Dengan taat mereka mengikuti
segala perintah Allah. Saat diminta untuk berjalan lurus, mereka berjalan
lurus. Demikian pula saat diminta untuk belok ke kiri atau ke kanan. Musa
berkata, “Tuhan, kalau Engkau tidak memberi perintah aku tidak akan berjalan.”
Musa meletakkan kembali sumber kejatuhan manusia yaitu kekuasaan pada tempat
yang seharusnya.
Ciri-ciri Raja Dunia
1.
Mengandalkan kekuasaan.
Di dalam kitab Raja-Raja (yang menceritakan sepak-terjang raja-raja )
dan Tawarikh (yang lebih menekankan dari sisi kerohanian raja-raja), umumnya anak
raja menggantikan papanya karena meninggal,
mati dibunuh atau lainnya. Mereka menunggu sampai kuat baru mereka melakukan
apa yang sudah direncanakan. Kekuasaan adalah andalan dari raja-raja dunia.
Kalau mau mencari uang maka carilah kekuasaan. Sehingga iblis menawarkan, “Bila
kamu menerima kekuasaan dariku maka kamu bisa melakukan apa saja.” Karena
dengan kuasa, seseorang bisa menunjukkan siapa dirinya.
Saya
dibekali majelis saya waktu mau masuk ke gereja Tionghoa yang menganut sistem kemajelisan (presbiterian sinodal). Ia
berkata, “Pak Hery akan masuk ke gereja Tionghoa dan menjadi gembala sidang
(orang nomor satu). Kalau nomor satu , apa-apa ke kamu.” Saya tidak percaya. Ternyata benar. Bahkan untuk urusan ganti
kunci saja ke saya. Itu sesuatu yang sangat penting dalam gereja Tionghoa. Saya
baru 14 tahun jadi pendeta dan saya tidak pernah mengejar untuk menjadi
pendeta. Kalau menjadi pendeta untuk berkuasa lebih baik jangan menjadi hamba
Tuhan. Sistem gereja kita sistem kemajelisan. Tidak ada keputusan yang diubah
kecuali dalam keadaan darurat. Bila mengandalkan kekuasaan, maka bisa membuat
pemimpin menjadi one-man show, dan hal ini berbahaya. Kekuasaan menjadi power nomor satu menurut orang dunia.
Sehingga ada orang yang merangkak karirnya dalam perusahaan lalu terjebak dalam
kuasa. Kalau mau lihat siapa seseorang maka lihatlah responsnya terhadap kekuasaan dan
uang. Kekuasaan bagi dia bisa lebih hebat dari uang. Sehingga politisi pun bermain
kekuasaan. Itu mengerikan! Pegawai rendahan yang belum punya status merasa nothing begitu ia punya kuasa menjadi something. Dalam perusahaan sendiri, waktu belum besar saat menjadi
bos bisa jadi terlena. Perusahaan yang sudah
dirintis dengan susah payah hancur karena salah menggunakan kekuasaan.
2.
Mengejar kekuasaan dengan cara-cara licik (menghalalkan segala
cara).
Cara apapun dilakukan untuk menjadi
pemimpin. Di dalam kerajaan lingkungannya terbatas (ibarat di dalam kotak). Di
dalam kotak tersebut banyak orang jahat yang menggunakan berbagai cara untuk
menarik hati kaisar. Begitu kaisar tertarik, maka jabatannya dinaikkan. Ia menjadi
orang penting dan kemudian berubah menjadi orang jahat. Orang berusaha
sebaik-baiknya untuk mencapai kekuasaan. Ini juga terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Di kantor banyak orang yang suka menjilat atasan. Ada kepala
sekolah yang suka datang terlambat. Guru-guru di bawahnya tidak berani
menegurnya karena bisa dikeluarkan. Kalau
pun dinasehati untuk datang tepat waktu agar para siswa dan guru tidak kesulitan
mencarinya, dia hanya memberi respons,”Saya tahu.” Begitu diingatkan untuk
datang tepat waktu dan bila datang telat terus akan dilaporkan ke atasan, baru ia
merasa takut. Namun ia membenci orang yang mengingatkannya. Mengejar kekuasaan
dengan cara licik juga dilakukan oleh orang Kristen. Ini sudah diturunkan dari
raja-raja dunia dan ini menjadi cara
yang dilakukan sampai hari ini.
3.
Menjalankan kekuasaan dengan keji / kejam.
Pada Matius 20, Ibu Yakobus dan Yohanes datang untuk meminta agar
kelak kedua anaknya bisa duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus Kristus. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata:
"Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya
dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas
mereka. Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." Di hari
Natal ada kisah tentang raja legendaris Herodes. Ia mendengar kabar akan
kelahiran Raja Diraja dari orang Majus dan kemudian mencariNya. Tapi Raja
Herodes tidak dapat menemukanNya karena Allah melindungiNya. Lalu ia menyuruh
untuk membunuh semua anak berusia 2 tahun ke bawah. Kejadiannya sangat
memilukan karena banyak orang tua menangisi anak-anaknya. Anak yang sedang
lucu-lucunya, tiba-tiba harus dibunuh. Penghiburan tidak mempan. Peristiwa ini
memalukan sekaligus memilukan, karena Herodes dengan cara yang keji
mempertahankan kekuasaannya.
Ciri-Ciri Yesus
Kristus (Lukas 4:6-7)
1.
Kekuasaan milik Allah maka kembalikan dan serahkan kepada Allah.
Tuhan Yesus dengan tepat mengajarkan bagaimana cara melihat
kekuasaan. Bagi Kristus, Dia berhak mengatur kita seperti yang Dia mau sehingga
Dia mengajarkan doa yang agung, Bapa kami
yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Matius 6:9-10). Karena yang punya kuasa hanya Allah. Dia yang
berkuasa memberi makanan, minuman dan pakaian sehingga kita harus taat
kepadaNya, termasuk saat mencari jodoh. 2 hari lalu saya pelayanan di salah satu
komsel GKKK Kosambi Baru dan pulangnya beli bakmi di jembatan lima. Sang enci yang menjual, melayani sendiri
tidak dibantu oleh suaminya. Sang enci mengatakan, “Waktu pacaran saja, ia rajin
dan mau membantu. Sekarang dia tidur di rumah.” Seharusnya waktu pacaran kita bertanya,
apakah imannya sama dengan saya atau tidak. Demikian pula waktu mau menyekolahkan
anak. Biasanya orang tua hanya memikirkan sekolah atau kuliah yang bisa cepat
mendatangkan uang tanpa memperhatikan kemampuan dan passion sang anak. Pandangan kekuasaan milik Allah diperlihatkan
oleh Yesus. Ikutlah Allah karena Dia yang punya kuasa.
2.
Yesus tidak mengejar kekuasaan.
Kekuasaan yang ada pada Yesus lahir dari ketaatan pada Allah (Allah
yang memberi kekuasaan). Pada Filipi 2:5-11 Rasul Paulus mencatat Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus
adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Tuhan Yesus melakukan apa
yang diperintahkan Allah. Demikian pula
dengan Daniel. Ia tidak mencari kekuasaan tapi Raja Babel memberinya kekuasaan.
Daniel hanya taat kepada Allah. Jangan pernah berambisi untuk mencari kekuasaan,
karena Allahlah yang akan menunjukkan langkah-langkah kita.
3.
Tuhan Yesus menjalankan kekuasaanNya dengan kasih.
Dalam menggunakan kekuasaan, kita jangan mengikuti raja-raja dunia.
Kalau mau jadi pemimpin, jadilah seorang hamba. Kita belum tentu mau menjadi
hamba karena tidak enak. Kalau jadi pembantu, saat majikan minta ke kiri atau
ke kanan harus ia ikuti dan hal ini tidak mudah dilakukan. Sedang Yesus
menjalankan kekuasaanNya dengan kasih.
Penutup
Orang percaya harus berhati-hati dalam menggunakan kekuasaan, karena
kekuasaan merupakan hal yang menggiurkan dalam hidup manusia. Mari kita
mempersiapkan diri dalam menyambut natal dengan mengikuti teladanNya.
No comments:
Post a Comment