Ev.
Hendro Lim
Kis
3:1-10
1 Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang,
yaitu pukul tiga petang, naiklah Rasul Petrus dan Rasul Yohanes ke Bait Allah.
2 Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh
sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan
dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta
sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah.
3 Ketika orang itu melihat, bahwa Rasul Petrus
dan Rasul Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah.
4 Mereka menatap dia dan Petrus berkata:
"Lihatlah kepada kami."
5 Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan
akan mendapat sesuatu dari mereka.
6 Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak
tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus
Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"
7 Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan
membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu.
8 Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke
mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat
serta memuji Allah.
9 Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan
sambil memuji Allah,
10 lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang
biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka
takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.
Kis.
2:46-47 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam
Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan
makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.
Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan.
Pendahuluan
Kis 3:1-10 merupakan kisah dari jemaat gereja
mula-mula setelah Pentakosta yakni setelah Roh Kudus turun (Kis 2), Petrus
berkotbah (Kis 2) dan 3.000 orang
bertobat (Kis 2:41). Kis. 2:46-47 Dengan
bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah.
Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan
bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan
mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan. Di sini kita melihat, jemaat gereja
mula-mula berkumpul dan menikmati persekutuan satu dengan yang lain. Mereka
bersaksi dan disukai semua orang. Tiap hari ditambahkan orang baru di tengah-tengah
mereka. Setelah kisah ini, tiba-tiba Lukas beralih ke luar gereja. Pasal 3 menggambarkan
kisah kehidupan jemaat mula-mula di luar gereja. Kisah keduanya ibarat 2 muka
dari sebuah keping mata uang. Kisahnya berkaitan. Ada persekutuan indah di
dalam gereja dan saat mereka hidup di masyarakat. Kisah 3: 1 Pada suatu hari
menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Rasul Petrus dan
Rasul Yohanes ke Bait Allah. Orang Yahudi sembahyang 3 kali sehari yaitu
dari pk 9, pk 12 dan pk 15 siang . Contoh : Daniel yang sembahyang 3 kali pada
Kitab Daniel 6:10 Demi didengar Daniel,
bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar
atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia
berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.
Demikian pula dengan Rasul Petrus naik
ke bait Allah (Beit Adonai, Ibrani) dan
berdoa 3 kali sehari. Saat ini kita umat Tuhan dikumpulkan dalam persekutuan
dan merasakan kehangatan di dalamnya, namun kita jangan lupa menengok keluar. Walaupun kita dipisahkan dari dunia
(eklesia berarti orang yang dipanggil keluar dari dunia ini) namun kita harus kembali
ke masyarakat untuk menjadi berkat bagi masyarakat. Ini hal pertama yang kita
pelajari dari gereja mula-mula.
Saat Rasul
Petrus dan Rasul Yohanes masuk ke masyarakat, ada 3 hal yang dipelajari yaitu
3P :
1. Perhatian Penuh Kasih
Pengemis yang lumpuh sejak lahir pasti pernah bertemu dengan Rasul
Petrus dan Rasul Yohanes, karena Tiap-tiap
hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah (Kis 3:2a) sehingga orang-orang yang
masuk ke bait Allah pernah melihatnya. Bait Allah Herodes merupakan perluasan Bait
Allah yang kedua (yang pertama didirikan Raja Salomo pada abad 10 SM sudah
dihancurkan sedangkan yang kedua dibangun setelah bangsa Yehuda kembali dari
pembuangan di Babel, sekitar tahun 536 SM). Pada masa Raja Herodes, bait Allah dibangun kembali dengan megah selama 46 tahun.
Saat Yesus hadir di dunia, bait Allah nya sangat megah dan ada Gerbang Indah (Gerbang
Korintus atau Gerbang Nicanor). Gerbang ini disalut dengan tembaga dengan begitu indahnya sehingga
orang-orang sangat senang masuk bait Allah melalui Gerbang Indah yang letaknya
sangat strategis dan banyak dilalui orang sehingga pengemis tiap hari datang
untuk mengemis. Ketika Rasul Petrus dan Rasul Yohanes menuju bait Allah untuk berdoa,
mereka melihat pengemis yang lumpuh sejak lahir ini. Orang ini dicatat secara
khusus karena kondisinya yang luar biasa (lumpuh sejak lahir). Orang tuanya sudah
berusaha menyembuhkannya namun gagal. Mungkin sejak kecil dia diusung ke sana
dan orang ini dipilih Lukas untuk dicatat pada Kisah Para Rasul. Ia melihat
orang-orang yang masuk bait Allah dan meminta uang dari orang yang datang.
Begitu melihat Rasul Petrus dan Rasul Yohanes , ia meminta sedekah kepada
mereka. Memang kepada setiap orang yang lewat ia meminta sedekah dengan cara ia duduk tak berdaya. Pada Kisah 3:4 Mereka menatap dia dan Petrus
berkata: "Lihatlah kepada kami." Dalam bahasa Inggris , dikatakan
Rasul Petrus menatap dia dan demikian juga dengan Rasul Yohanes dan hal ini
dicatat khusus oleh Lukas. Kata yang dipakainya dalam bahasa Yunani atenizw (atenizo) yang berarti ‘mengarahkan
perhatian seseorang tanpa teralihkan’ atau ‘memusatkan pandangan pada’. Rasul
Petrus dan Rasul Yohanes atenizo artinya sebuah tatapan yang penuh perhatian.
Ini juga dipakai waktu Stefanus menatap ke surga waktu ia akan meninggal (Kis 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan
Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di
sebelah kanan Allah). Juga waktu Kornelius didatangi malaikat Tuhan dan ia
menatap malaikat itu (Kis 10:4). Ini menunjukkan intensitas yang tinggi. Tidak
sekedar Rasul Petrus dan Rasul Yohanes melihat begitu saja, tetapi ia menatap. Kita seringkali melihat dan tidak
terlalu memperhatikan. Saya termasuk orang yang tidak mudah mengarahkan mata
dan berkonsentrasi, mungkin ini berkaitan dengan penggunaan computer saat saya menjadi
seorang programmer dan system integrator (sebelum menjadi hamba Tuhan). Saat
bekerja lupa makan dan terus kerja. Penggunaan komputer jangka lama membuat konsentrasi
kita teralihkan karena harus membaca bermacam pesan yang pendek (membuat susah fokus).
Banyak hal yang bisa mengalihkan perhatian kita. Tanpa sadar, kita mengetik dan
melakukan yang lain. Hari itu ketika Rasul
Petrus dan Rasul Yohanes melewati sang pengemis, mereka melihat dengan pandangan
baru. Mereka sebelumnya sering mondar-mandir ke bait Allah, tetapi tidak pernah
memberikan perhatian khusus. Namun hari itu mereka memberikan perhatian khusus.
Rasul Petrus berkata, "Lihatlah
kepada kami." maksudnya agar mata sang pengemis jangan diarahkan ke mana-mana tetapi hanya ke
mereka. Kita hidup di dunia yang terus menatap ke kita. The world is watching to see whether Christians really are different or
not (Alistair Begg). Dunia menatap untuk orang-orang yang bisa memberi
kelegaan (mereka menatap siapa pun). Sang pengemis pun menatap mereka, tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak
tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus
Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"(Kis 3:6). Bila hal ini
terjadi pada kita, di mana kita tidak bisa memberikan apa-apa, maka sang
pengemis mungkin akan membuang muka. Apakah kita berani berkata, “Lihatlah
kepada saya! Ada suatu kabar yang ingin disampaikan.” Ada sebuah lagu yang dulu
terkenal judulnya Another Day in Paradise
yang diciptakan dan dibawakan oleh Phil Collins (1998).Terjemahan liriknya : Ada seorang wanita yang memanggil seorang pria
di jalan, "Pak, bisakah anda menolongku? Udara terasa begitu dingin dan
aku tak punya tempat untuk pejamkan mata. Adakah suatu tempat yang bisa kau
tunjukkan padaku?" Pria itu terus berjalan, tak mau menoleh. Dia pura-pura
tak mendengar. Lalu ia mulai bersiul saat menyeberangi jalan. Tampaknya dia
malu berada di situ. Oh pikirkanlah dua kali, ini adalah hari lain untuk Kau
dan aku di surga. Gadis itu berteriak pada seorang pria di jalan. Pria itu bisa
melihatnya sedang menangis. Telapak kakinya lecet-lecet. Tak bisa berjalan,
tapi tetap berusaha. Oh pikirkanlah dua kali... Oh Tuhan, tak adakah lagi yang
bisa dilakukan seseorang. Oh Tuhan, pasti ada sesuatu yang bisa kau katakan. Kau
bisa melihat dari garis di wajahnya. Kau bisa melihat bahwa dia tlah di sana. Mungkin
tlah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Karena dia tak cocok di situ.
Oh pikirkanlah dua kali. Mata mereka menatap ke kita. Apakah kita berani
menatap mereka kembali dan berkata, “Lihat saya! Ada sebuah hadiah yang akan
saya berikan.”
2. Pemberian Tak ternilai.
Rasul Petrus dan Rasul
Yohanes memberikan pemberian yang tak ternilai yang begitu berharga yang tidak
bisa diberikan orang lain kepadanya. Sang Pengemis mungkin mengira mereka
berdua akan memberikan uang dalam jumlah lebih khusus (besar). Pengemis
berharap dan mungkin rejeki. Ia menatap balik (epecw epecho yang artinya
memperhatikan tapi bukan atenizo) . Namun alangkah kecewanya dia karena Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku (Kisah 3:6).
Mungkin dalam pikiran Sang Pengemis, “Repot amat hanya untuk berkata tidak
punya uang. Ini lelucon yang tidak lucu.
Pak, apa-apaan ini, jangan habiskan waktu saya.” Namun mereka menawarkan
sesuatu yang lebih berharga daripada uang. Rasul Petrus dan Rasul Yohanes pasti
membawa uang walau tidak banyak, namun mau memberikan uang seberapa banyak pun
tidak berarti apa-apa. Maka selanjutnya Petrus berkata tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus,
orang Nazaret itu, berjalanlah!" Sang Pengemis dalam ketidaktahuannya
menyangka ia membutuhkan uang (tanpa uang akan mati). Tapi Rasul Petrus dan
Rasul Yohanes membawa nama Yesus dan pemberiannya lebih berharga. Hari ini kita
juga membawa nama Yesus, dan apa yang kita tawarkan kepada orang di luar?
Apakah uang? Ada yang berkata, “Pak saya tidak bisa berkhotbah. Saya hanya bisa
memberikan persembahan.” Pernyataan ini setengah benar. Selalu ada kesempatan
membawa nama Yesus dan menyampaikan kepada orang lain. Ini yang dilakukan Rasul
Petrus dan Rasul Yohanes. Menarik sekali. Mereka tidak berpangku tangan. Ini 2
sisi dari sebuah mata uang. Rasul Petrus kemudian memegang tangan orang itu dan
membantu orang itu berdiri. Waktu membawa nama Yesus, kita berani memberikan
uang? Saat kita mengatakan kasih, apakah berani taruh dompet di ‘mulut’ (untuk
melakukan tindakan nyata)? Hari itu Rasul Petrus dan Rasul Yohanes menjadi perpanjangan
tangan dari Yesus. John Stott berkata, “The
power was Christ’s but the hand was Peter’s”. Kita melakukan dalam nama
Yesus, tapi tangan dan kaki kita dipakai Tuhan di tengah dunia ini. Berani kita
sampaikan kuasa Yesus melalui kita?
Bagi katekisan yang akan dibaptis, mulai
hari ini akan dikenal sebagai pengikut Yesus dan membawa nama Yesus. Apakah itu
disampaikan sebagai nama Yesus sebagai pemberian yang baik? Beranikah kita
mengulurkan tangan? “The power is
Christ’s but the hand is ours.
3. Peperangan telah dimenangakan.
Ada peperangan dan peperangan telah dimenangkan.
Pada Kisah 3-5 murid-murid Tuhan Yesus mulai bersaksi. Orang-orang Farisi dan Yahudi lainnya berusaha menekan
mereka. Orang-orang ini menekan tapi murid-murid Tuhan Yesus tidak terkalahkan,
bahkan mereka keluar bersaksi dengan lebih berani lagi. Ketika Rasul Petrus dan
Rasul Yohanes berkhotbah setelah menyembuhkan Sang Pengemis, para imam, tua-tua
Yahudi, orang-orang Farisi dan tentara kemudian membawa dan menggiring mereka. Mereka
diancam dan ditekan, namun akhirnya mereka dilepaskan. Para penekannya tidak
berdaya apa-apa. Para murid Tuhan Yesus telah memenangkan perang! Saat menang perang
dari Jepang, bangsa Indonesia belum menyatakan kemerdekaan. Indonesia belum
memiliki presiden dan wakil presiden secara resmi, namun prajurit Indonesia berani
melucui tentara Jepang karena kemenangan telah diraih (walau ada pertempuran
kecil yang tersisa). Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita membawa nama Yesus yag
sudah menang, Dia Raja yang menang dan kita balatentaranya. Kita tidak pernah
mungkin pernah kalah.
Ketika
para murid ditekan Allah dimuliakan. Kis.
3:9 Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah. Rasul Petrus
berkhotbah dan jumlah orang percaya meningkat dari 3.000 orang menjadi 5.000
orang (Kis 4:4 Tetapi di antara orang
yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka
menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. Orang-orang tersebut dimenangkan. Justru saat ditekan, membuat
banyak orang dimenangkan. Ada hal yang
menarik di Timur Tengah. Majalah Christianity Today menyebutkan terjadi hal menarik di Timur Tengah di mana
orang-orang berbondong menjadi Kristen. Mereka melihat orang Kristen walau dianiaya,
tetap menyatakan kasih. Lalu mereka pergi ke negara-negara lain (di antaranya
Indonesia). Mereka tidak pernah mendengar dan belajar tentang Yesus. Akhirnya
mereka ada yang diungsikan ke Sydney. Setiap minggu selama 1,5 tahun mereka
belajar. Baru setengah tahun mereka mengikuti pelajaran, ada suami yang memimpin
kebaktian keluarga. Kita melihat kuasa Tuhan dinyatakan. Saat ini ISIS
merajalela, populasi orang Kristen tidak berkurang karena banyak orang berkata,
“ISIS demikian keras dan kejam, dan ia tidak ingin berada dalam agama mereka.” Orang
Kristen di sana ditekan dan diancam, tapi tetap menyatakan kasih mereka
sehingga mereka berbondong-bondong menjadi Kristen. Ini terjadi ketika murid-murid
ditekan, mereka telah menang perang dan tidak mungkin kalah. Kita hari ini
bebas beribadah. Kita beribadah tanpa banyak gangguan. Apakah kita justru
banyak diam atau menyatakan keluar tentang Yesus yang telah menang?
Penganiayaan itu terjadi dan itu baik untk murid-murid. Murid-murid diteguhkan. Contoh tekanan-tekanan di Alkitab. Kis. 4:1-3 Ketika Rasul Petrus dan Rasul
Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi
imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka
mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari
antara orang mati. Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai
keesokan harinya, karena hari telah malam. Pasal 5 di ayat terakhir, rasul itu
meninggalkan sidang Mahkamah Agama , mereka gembira dan mereka memberitakan injil. Semakin
ditekan mereka semakin berani dan
menjadi militan. Apa yang dialami murid-murid? Ketika berani keluar dan memperhatikan
dunia ini, mereka melihat dunia tanpa harapan dan dunia membutuhkan Allah
sendiri. Mereka telah menang perang dan menyatakan iman dengan teguh. Bagaimana
dengan kita?
Penutup
Seorang uskup dengan bangga
memperlihatkan gereja dan umatnya kepada seorang temannya. Dia berkata kepada
temannya,”Dulu Rasul Petrus dan Rasul Yohanes tidak punya emas, sekarang kita
tidak perlu berkata seperti itu.” Temannya berkata, “Sayang sekali, kita juga
tidak bisa berkata, ‘Demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah!’”.
Kita lupa ada kuasa Yesus. Hari ini bagaimana dengan kita? Kita punya emas dan
perak. Hari ini potensi keuangan lebih besar dari gereja mula-mula, tapi apakah
kita punya perhatian kepada dunia? Apakah kita punya mata melekat memandang
orang-orang yang membutuhkan kasih Kristus? Tanpa Kristus mereka akan binasa.
Mereka butuh Kristus dan kita orang yang membawa nama Yesus dengan kita. Tugas
kita menyampaikan kabar itu kepada mereka. Tugas kita menjadi perpanjangan
tangan Yesus di dunia. Apakah kita hidup dengan mentalitas anak-anak? Ada yang
tidak berani menyatakan Kristus. Begitu banyak hal membuat kita terancam, namun
peperangan sudah dimenangkan. Beranikah kita menyatakan kasih itu dan kita
tidak mungkin terkalahkan, siapapun kita? Yang akan dibaptis atau yang sudah
lama dibaptis, kita kembali diteguhkan. KIta punya peperangan dan menang!
No comments:
Post a Comment