Pdt. Hendra G. Mulia
2 Kor 6:16 Apakah
hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang
hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka
dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan
mereka akan menjadi umat-Ku.
Janji Tuhan untuk Hidup
di Tengah-Tengah Orang Israel dan Berjalan Bersama.
Rasul Paulus dalam
suratnya ke jemaat Korintus (2 Kor 6:16) mengutip dari Perjanjian Lama
perkataan dari Tuhan sendiri bahwa "Aku
akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku
akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebuah janji dan gambaran nan indah kalau
Allah tinggal di tengah-tengah kita, Dia akan menjadi Allah kita dan kita
menjadi umatNya. Apalagi gambaran ini diberikan
kepada orang-orang Israel saat berada di padang pasir. Saat itu orang Israel
keluar dari Mesir dan berkemah di kaki gunung Sinai dan di sanalah Tuhan
memberikan “10 Perintah Allah”. Di samping itu Tuhan juga memberi perintah
untuk membuat sebuah kemah pertemuan (tent
of meeting) atau Kemah Suci (bahasa Ibrani: Mishkan yang artinya tempat tinggal Allah) yakni suatu tempat
perjumpaan sementara dari Allah dengan umat-Nya (Kel 33:7-11 : Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya di
luar perkemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap
orang yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar
perkemahan. Apabila Musa keluar pergi ke
kemah itu, bangunlah seluruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di
pintu kemahnya, dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke
dalam kemah. Apabila Musa masuk ke dalam
kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah
TUHAN dengan Musa di sana. Setelah
seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka
mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di pintu kemahnya. Dan TUHAN
berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun,
seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu). Arsitektur dari kemah ini secara rinci diatur
oleh Tuhan (termasuk bahan dan ukurannya). Orang Israel hanya perlu melakukan
apa yang Tuhan sampaikan. Kemah ini dibagi menjadi 2 bagian yakni ruang maha
kudus dan ruang kudus (tempat ditaruhnya tabut perjanjian). Orang Israel
membuatnya seperti yang diperintahkan Tuhan.
Orang Israel harus berkemah masing-masing dekat
panji-panjinya, menurut lambang suku-sukunya. Mereka harus berkemah di
sekeliling Kemah Pertemuan, agak jauh dari padanya (Bilangan 2). Jumlah orang
laki-laki Isarel (yang bisa berperang) sebanyak 603.550 orang (Bil 3:32). Tuhan
itu ajaib sekali. Di dunia itu perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan
adalah 1:1 (perempuan lebih banyak sedikit). Kalau semua orang berpegang pada
kepercayaan bahwa 1 laki-laki boleh memiliki 4 orang istri maka 3 orang
laki-laki tidak mendapat istri karena sudah diambil oleh laki-laki yang
beristri 4 orang. Jumlah perempuan Israel saat itu juga sekitar 600.000 orang
sehingga jumlah orang dewasa sekitar 1,2 juta orang. Bila anak-anaknya
diperkirakan 800.000 orang maka jumlah orang Israel menjadi 2 juta orang. Dengan
jumlah sebanyak itu, maka bila orang Israel cara berjalannya sembarangan maka
bisa tragedi Mina tanggal 24 September 2015 dimana terdapat setidaknya 1.000
orang yang terinjak-injak mati (dari 1.355.000 orang jemaah haji tahun 2015). Sumber media Arab menyatakan bahwa konvoi
wakil putra mahkota Saudi sekaligus Menteri Pertahanan kerajaan itu, Muhammad
bin Salman ternyata adalah penyebab kepanikan luar biasa jutaan jama’ah haji, Sehingga
terjadi tabrakan , dorong-dorongan sehingga yang lemah terjatuh dan
terinjak-injak hingga meninggal dunia. Sedangkan saat itu terdapat sekitar 2
juta orang Israel berjalan bersama dan tidak ada kejadian seperti di Mina karena
Tuhan telah mengaturnya dengan tepat.
Tuhan mengatur bagaimana orang Israel berkemah dan
berjalan. Misal di sebelah Timur ada 3 suku : Yehuda, Isakhar dan Zebulon. Di
sebalah selatan ada 3 suku : Ruben, Gad dan Simeon. Sebelah Barat : Efraim,
Manasye dan Benyamin (suku Efraim dan Manasye merupakan pecahan dari bani
Yusuf). Lalu di sebelah Utara ada suku Dan , Asyer dan Naftali. Suku yang mengurus
kemah adalah suku Lewi (hanya imam yang diperbolehkan
mengangkat tabut perjanjian). Kemah pertemuan ada di tengah (dikelilingi oleh 4
kelompok suku). Tuhanlah yang mengatur
cara berjalannya. Awalnya yang jalan adalah kelompok suku-suku di Timur, lalu Selatan,
setelah itu Kemah Pertemuan di tengah diikuti oleh kelompok suku-suku di Barat
dan terakhir Utara. Selalu begitu sehingga rapi karena Tuhan yang mengaturnya. Hal ini seperti lirik
lagu “Tiap Langkahku Diatur oleh Tuhan”. Allah
akan berdiam di tengah-tenngah mereka. Mereka akan menjadi umatKu dan Aku
menjadi Allah mereka. Itu hanya sekali. Tuhan di tengah – tengah suku
Israel. Waktu mereka berkemah dan berjalan, Tuhan ada di tengah-tengah mereka.
Aku akan berdiam di tengah umatKu. Itu jelas sekali waktu orang Isarel di padang
pasir. Tuhan berjalan bersama mereka.
Mereka lalu masuk ke tanah Kanaan dan menahlukkan
berbagai penduduk dari Dan ke Bersyeba (Dari Utara sampai Selatan, ibarat dari
Sabang sampai Merauke). Tabut perjanjian ditaruh di Silo pada waktu zaman
Samuel (1 Samuel 4). Jadi tidak begitu terasa jauhnya karena sekarang mereka
tinggal di Kanaan dan telah taklukan penduduk dari Dan sampai Bersyeba. Jarak dari
Dan sampai Silo 9 hari, sedangkan dari Bersyeba ke Silo lebih dekat (mungkin 4
hari). Tuhan ada di Silo sehingga letakNya jauh di sana. Konsepnya mulai
hilang. Sehingga pada waktu kerajaan terpecah menjadi kerajaan Utara dan Selatan
, orang Israel yang mencari Tuhan merasa jauh sehingga mereka mulai menyembah
berhala (menyembah Tuhan terlalu jauh). Raja Daud kemudian ingin memindahkan Kemah
Pertemuan dari Silo ke Yerusalem. Tetapi bukan Daud yang membangun Bait Allah tetapi
Salomo, anaknya. Tabut kemudian dipindahkan ke Yerusalem. Orang yang mau menyembah
Tuhan harus berjalan ke Yerusalem baik dari Utara dan Selatan sehingga jauh
sekali. Maka konsepnya (Tuhan tinggal di tengah-tengah mereka) hilang sehingga
mereka berubah setia. Kerajaan Utara kemudian ditahlukkan oleh Suriah (zaman
dulu Aysur) dan pada tahun 722 Sebelum
Masehi Kerajaan Utara sudah tidak ada lagi dan kemudian orang-orangnya menjadi
orang Samaria. Orang Benyamin dan Yehuda dibawa dan dibuang ke Babel dan nantinya
Nabi Ezra dan Nabi Nehemia membangun Yerusalem kembali. Nabai Nehemia membangun
tembok Yerusalem dan Nabi Ezra membangun kembali bait Allah. Orang-orang tua
yang sempat melihat Bait Allah zaman Salomo merasa Bait Allah yang kedua
tersebut berbeda sekali. Dulu indah sekali. Raju Daud menyediakan emas sangat
banyak sekali untuk Bait Allah. Kemudian Bait Allah dibangun kembali pada zaman
Ezra dan nantinya diperbaiki waktu zaman Herodes yang menyalutnya lagi dengan
emas sehingga bagus dan indah sekali. Tetapi karena mereka
menyalibkan Tuhan Yesus , maka orang Israel kemudian juga dibuang. Pertama kali
dibuang selama 70 tahun, setelah Tuhan Yesus disalibkan orang Israel baru bisa
merdeka tahun 1948 (atau 1.878 tahun setelah pada tahun 70 dihancurkan dan negara
Israel hilang atau dibuang). Jadi
setelah hilang , Israel bisa kembali menjadi sebuah negara. Berbeda dengan Kerajaan
Majapahit (1293-1500 berpusat di Jawa Timur) dan Sriwijaya ( 600-1377 M, dengan
ibukota di Palembang) sekarang sudah tidak ada lagi. Israel 1.878 tahun yang
lalu sudah hilang , dihapuskan dan disebar orang-orangnya (dipencar ke Rusia,
jerman, Afrika, Australia, sekarang banyak bercokol di Amerika). Pada tahun 1905
muncul gerakan Zionisme untuk memanggil orang Israel pulang kembali dan barulah
pada tahun 1948 Israel menjadi negara
merdeka.
Bait Allah zaman
Salomo hancur zaman Babel dan bait Allah zaman Ezra hancur kembali. Sekarang di
tempat di mana dulu didirikan bait Allah berdiri mesjid Al Aqsa. Pernah ada East Tunnel yang digali oleh orang
Israel menuju bawah mesjid itu sehingga
orang Islam marah. Maka muncul gerakan intifadah (gerakan perlawanan untuk
merebut kembali tanah Palestina pra-Israel) yang mau menghancurkan tempat suci
Israel. Mesjid Al Aqsa adalah tempat suci terbesar kedua setelah Mekkah. Mereka
menganggap Israel mau menghancurkan Al Aqsa sehingga orang Israel terus menggali.
Saat ini, kalau kita tour ke sana bayarnya mahal. Kebanyakan tour tidak mau ke
sana sehingga turis harus membayar 100 dolar (Rp 1,3 juta) yang mahal. Kalau
masuk di sana, ada bait Allah zaman Salomo yang di atasnya Bait Allah bekas
Herodes di atasnya Al Aqsa. Mereka menyalibkan Tuhan Yesus sehingga semuanya
dibuang. Kita kalau tidak setia dengan Tuhan, barangkali pada zaman cucu kita, GKKK
Mabes nanti sudah dijadikan mesjid. Kalau kita tidak setia , jangan-jangan,
cucu kita nanti berkata, “Itu dulu GKKK Mabes dan sekarang menjadi mesjid.”
Kalau kita ke Eropa ada gereja yang kokoh, The Great Church. Namun sewaktu
didekati , bangunannya telah menjadi Shop in Shop (di dalam toko ada toko). Bagian
luarnya tidak boleh diubah karena cagar budaya. Tetapi di dalamnya dijadikan
toko – toko yang menjual makanan. Di Inggris, ada gereja yang bagus sekali. Namun
kemudian diubah menjadi night club. Bagian
altar-nya dijadikan tempat tarian
telanjang. Kalau kita tidak setia dan tidak benar-benar dengan Tuhan, Tuhan
ijinkan hal itu terjadi. Orang Israel gagal melihat kebenaran akan janji Tuhan , “Aku akan diam di tengah-tengah
mereka.” Di Perjanjian Baru, Tuhan Yesus datang (Matius 1) dan Ia akan disebut Immanuel (Allah beserta kita).
Matius 28:20b Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Konsep Allah berada di
tengah-tengah mereka, paling indah waktu mereka berjalan di padang gurun. Allah
betul-betul tinggal di tengah mereka. Waktu mereka tidur atau berjalan, Tuhan
selalu di tengah mereka. Tetapi di Perjanjian Baru, Tuhan berkata, “Kamu adalah bait Allah” (1 Kor 6:19, 1
Kor 3:16) artinya di dalam setiap diri kita Tuhan selalu ada. Ia berada dalam
diri kita. Dalam Perjanjian Baru Tuhan memenuhi janjinya untuk tinggal di
tengah-tengah mereka. Mereka akan menjadi umatKu dan Aku menjadi Allah mereka.
Kamu tinggal bersama-sama dengan Tuhan. Di dalam konsep itu apapun yang terjadi,
Tuhan bersama dengan kita. Dalam
kesaksian Justin Faith (putra pertama dari penyanyi dan pengarang lagu rohani
Edward Chen) mengalami kesembuhan luar biasa. Bentuk penyertaan Tuhan tidak
selalu dalam bentuk mujizat, namun Tuhan selalu berada bersama kita dalam
keadaan senang-susah. Apapun yang kita hadapi, kalau Tuhan berada bersama kita,
maka kita akan selalu tegar. Tuhan tidak akan pernah tinggalkan kita.
Minggu lalu saya pelayanan ke Solo dan memimpin sebuah
kebaktian doa di suatu gereja. Worship
Leader nya memberi kesaksian. Ia mempunyai seorang anak yang masih berusia 2,5
tahun yang sangat mungil dan cantik sekali. Anaknya cukup aktif dan ceria.
Suatu kali temperatur tubuhnya panas karena tidak turun-turun panasnya akhirnya
dibawa ke rumah sakit. Entah bagaimana diperiksa darahnya. Mungkin mereka
curiga anak itu terkena demam berdarah. Hasil pemeriksaan menunjukkan trombositnya
tinggal 9.000! Dia adalah anak kedua.
Bapaknya pun pergi mencari darah dan menelepon ke gereja. Maka hamba Tuhan mencari
darah yang lalu ditransfusikan. Setelah itu trombositnya naik sedikit menjadi
sekitar 20.000an.. Harapannya besok trombositnya naik lagi. Lalu ia pulang dan
bisa tidur. Ternyata pagi-pagi pk 4.30 istrinya
yang menjaga di rumah sakit menelpon karena ia takut setengah mati. Ternyata trombosit
anaknya tinggal 6.000. Berarti darahnya terlalu cair maka muka anaknya merah-merah
tanda pecah dan sekujur badannya lebam. Anak itu mukanya hancur karena banyak pendarahan.
Pagi-pagi itu bapaknya mencari darah lagi. Dokter minta disediakan 4 kantong trombosit
dan 1 kantong darah segar. Harus cepat-cepat cari. Ia pun segera mengontak PMI karena
kebetulan ada orang gereja yang mengenal orang PMI. Sewaktu ditanya ‘perlu
berapa kantong?’ Dijawab,”Perlu 4 kantong” dan ternyata tepat 4 kantong
trombosit yang tersedia karena setelah itu harus dibuat dan selesainya 6 jam
lagi. Jadi trombosit pun dikerjakan dan 2 jam lagi boleh diambil. Lalu kemudian
1 kantong trombosit dimasukkan ke anak itu (istrinya sewaktu sang suami memberi
kesaksian menangis). Sang bapak kemudian berlutut dan berdoa kepada Tuhan,”Tuhan
tolong anak saya”. Ia sempat berpikir
yang paling buruk (barangkali tidak ketolongan). Ia bersama dengan
penginjil yang kenal dekat dengannya bersama 2 orang gereja lainnya berlutut
berdoa. Kemudian trombosit dari 6.000 naik sampai 230.000! Dokter sampai tidak
percaya. Tidak mungkin naik begitu banyak. Setelah dicek lagi ternyata benar.
Tetapi kemudian anjok lagi keesokan harinya menjadi 130.000, tetapi masih aman.
Anak itu ternyata kena penyakit auto imun yang menyerang darah. Penyakit ini bisa
menyerang apa saja seperti penyakit Lupus. Staf kantor kami pernah diserang hatinya,
kakak kami diserang ususnya. Bisasanya yang diserang salah satu organ, tapi ini
yang diserang darah. Penyakit ini juga bukan leukimia di mana darah putih menyerang
darah mereah. Mereka berlutut dan berlutut. Tuhan pun melakukan mujizat dan
akhirnya anak itu sembuh. Penyakit ini tidak bisa dicegah. Cukup dijaga agar
auto imun jangan aktif dan menyerang kembali. Penyakit ini tidak bisa
disembuhkan seumur hidup. Itulah kesaksian yang diberikan bapaknya. Waktu
mereka berlutut, Tuhan ada bersama mereka. Tuhan sayang anak ini. Saya serahkan
anak itu kepada Tuhan. Yang terbaik untuk anak itu diserahkan ke Tuhan.
Sehingga trombositnya loncat dari 6.000 menjadi 230.000. Kita rasakan Tuhan ada
bersama kita, waktu kita berjalan atau pun sedang duduk.
Tahun 2010, saya
berkesempatan ke Amerika mengikuti silent
retreat karena saya ingin mengetahui
mengapa Jemaat tidak berubah karakter-nya. Semakin lama mengikut Tuhan, bukannya
makin cinta Tuhan tapi malah semakin brengsek.
Saya ingin belajar karena tidak bisa menjawab sehingga saya mengikuti
sebuah retreat. Hari Minggu retreat dimulai dan hari Sabtu saya baru datang.
Saya sewa 1 ruang asrama lalu kemudian besoknya kita retreat. Ternyata waktu
kami kumpul hanya ada 7 orang dengan pembicaranya ada 3 orang. Kami pun pergi ke tempat retreat.
Lalu di depan kami diletakkan kunci-kunci kamar. Saya mengambil saja sembarang
dan saya mendapat sebuah kamar yang
besar (tahun depan waktu saya ikut kembali saya mendapat kamar yang kecil). Ada
2 ranjang yang ditinggali saya sendiri. Lalu dikatakan, untuk menyamakan
kondisi dulu agar tidak kacau. Makan pagi pk 7.30, makan siang pk 12, makan
malam pk 18. Pk 5.15 ada kebaktian. Kemudian ditanya, “Jelas?” Lalu sisanya mau
ngapain? Ternyata dari 3 orang tersebut, yang 1 tukang urus administrasi dan
yang 2 adalah spiritual director. 1 hari akan bertemu dengan 1 spiritual director.
Saya berharap dapat director yang laki tetapi dapat yang perempuan yang sudah
tua. Umur 70 tahun lebih. Saya sudah buru-buru tapi kalah dengan 1 orang
peserta lainnya. Saya maunya pk 9. Ternyata tidak bisa. Karena ada yang sudah
ambil. Pk 7.30 makan baru pk 10 bertemu. Jadi sisa waktunya mau kegiatan apa? Dijawab,
“Terserah.” Saya jelaskan saya berasal dari Indonesia dan masih jetlag dan
minta apakah boleh tidur? Dijawab “Boleh. Mensana incorpora sano (di dalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat)”, katanya. Bayarannya mahal 650
dolar 5 hari berarti sehari 130 dolar. Itu seharga kamar Hilton. Saya tanya
lagi, “Boleh keluar?” Dijawab boleh dan dijelaskan keluar dari pintu masuk ada
jalan besar, belok kiri, lalu di lampu merah ada downtown (di sana bisa
berbelanja). Tetapi Tuhan takut saya ‘gila’ jadi dikasih hujan sehingga terkurung
di kamar karena dingin sekali waktu Januari. Jadi mau ngapain lagi? Jadi saya
pun baca Alkitab. Baca saja. Terus ngapain? Doa? Ya kalau doa , berdoalah. Ini
reterat terserah, mau tidur, jungkir balik terserah. Jadi mau ngapain selama 5
hari? Padahal saya sudah terbiasa dengan jadwal ketat, sekarang terserah.
Tetapi selama 5 hari, Heaven fell down.
Tidak ada apa-apa . tetapi waktu berdoa saya rasakan sesuatu yang indah luar
biasa. Waktu baca Alkitab, hati senang sekali. Saat itu hujan dengan angin yang
kencang. Saya melihat ranting pohon bergerak seperti gerakan melambai pulang
pergi. Seakan-akan dalam hujan, pohon-pohon itu juga memuji Tuhan dengan
melambai tangan. Sangat indah sekali. Bersama Tuhan saat itu tidak ada mujizat.
Tidak ada suara yang menyapa tetapi kita merasakan Tuhan ada. Saya diberi
kutipan dari Agustinus. Late I’ve known
Him, sangat terlambat saya mengenalNya. Saya berumur 58 tahun dan telah men
jadi pendeta sekian tahun, melayani Tuhan 30 tahun lebih, tetapi saya tidak
pernah mengalami demikian. Sehingga waktu saya membaca kutipan itu saya
menangis. Aku mencari Engkau di luar , namun Engkau ada di di alam . You are there, engkau ada di sana, but I
wasn’t. Tuhan berada bersamaMu tetapi engkau tidak ada bersama Tuhan. Tuhan menunggu
, tetapi saya tidak Padahal saya sudah menjadi pendeta. Jadi bagi yang masih
muda nikmatilah keindahan dengan hidup bersama Tuhan. Ia bersama dengan kamu
dalam keadaan apapun. Kita akan dikuatkan bersama Tuhan. Itulah hidup yang
indah. Agustinus menulis buku terakhirnya The Confession (Sangat terlambat mengenal Engkau, Engkau bersama saya, tetapi saya
tidak). Maukah kita selanjutnya berjalan hidup bersama Tuhan? Waktu engkau
bersama Tuhan, kita akan selalu tegar apapun yang terjadi dalam hidup kita. Mau
tidak?
No comments:
Post a Comment