Pdt. Hery Kwok
Yoh 6:22-26,60-61,65-68
22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang
masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari
pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama
dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.
23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain
datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan
mengucapkan syukur atasnya.
24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus
tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu
itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.
25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di
seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba
di sini?"
26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat
tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari
murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang
sanggup mendengarkannya?"
61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa
murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka:
"Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah
Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa
tidak mengaruniakannya kepadanya."
66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya
mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya:
"Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang
kekal;
Pendahuluan
Suatu kali ada seorang
pemuda pulang dengan hati yang sedih. Ibunya menyambut dengan pertanyaan, “Mengapa
mukamu sedih? Bukankah kamu baru saja pergi melamar pekerjaan ke perusahaan
yang membutuhkan karyawan. Sang pemuda menjawab, “Saya sudah ke sana, tapi sewaktu
membaca salah satu persyaratannya saya merasa tidak sanggup.” Ibunya merasa
heran dan bertanya lagi,”Apa syarat yang membuat kamu merasa tidak sanggup?” Sang
pemuda pun menjawab, “Syarat pertama : jujur. Untuk syarat ini, saya kira bisa
karena Ibu sudah mengajarkannya kepada saya sehingga saya tidak mengambil
barang orang lain. Syarat yang kedua : sanggup bekerja keras. Saya juga bisa
karena dari dulu saya sudah biasa bekerja keras. Syarat yang ketiga saya tidak
bisa karena di sana tertulis ‘dibutuhkan karyawan yang tahan banting’. Saya
tidak tahu dibanting bagaimana? Saya rasa saya tidak kuat dibanting” Ibunya
menjawab,”Nak tahan banting berarti kamu tidak boleh cepat mundur saat
mengalami kesulitan, bekerja keras dan pantang menyerah. Kalau kamu menyerah
berarti kamu tidak siap menghadapi tantangan.” Apakah kita benar-benar menjadi
Kristen sejati atau Kristen KTP akan terbukti dalam peristiwa (pengalaman) yang
dialami seperti yang tertulis pada Mat
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia
sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,
tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang
yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang
yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan
datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan
hebatlah kerusakannya." Orang yang membangun rumahnya di atas batu
akan berdiri kokoh sedangkan yang membangun rumah di atas pasir akan rubuh saat
ada banjir (kesulitan, masalah) datang. Rumah akan kokoh bila pondasinya firman Tuhan.
Bila saat badai datang pondasinya hancur, itu berarti Kristen yang kekristen-kristenan.
Orang seperti ini sama-sama berkumpul di gereja tapi tidak punya dasar yang
kokoh. Kristen yang sejati dan kokoh, waktu ada badai melanda tetap berdiri
teguh. Ia tidak jatuh dan tetap hidup ibarat burung rajawali yang menghantam
badai. Orang seperti ini mendengar, menyimpan dan melakukan firman Tuhan.
Pada Yoh 6:22-24 dicatat
bahwa terdapat banyak orang datang kepada mencari Yesus. Kitab Suci memberi
gambaran : waktu Yesus di muka bumi banyak orang datang mencariNya. Tetapi
orang banyak tersebut tidak semuanya orang Kristen yang sejati alias kristen kekristenan
(kristen KTP). Di sini kita perlu mengevaluasi diri, “Apakah saya sebagai orang
Kristen sama seperti orang banyak itu yang sedang mencari Yesus? Tetapi mencari
Yesus yang bagaimana itu akan terbukti. Yesus tidak dapat terpancing dengan
jumlah banyak yang mencarinya. Bagi Tuhan yang penting bukan kuantitas yang
dibangun (melainkan kualitas). Orang banyak tidak membuatNya terbuai, justru
dalam kitab suci, orang banyak datang kepada Tuhan dan bertanya,"Rabi, bilamana Engkau tiba di
sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena
kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Ciri-Ciri Orang Kristen yang Bukan Merupakan Pengikut
Kristus Sejati (Kristen yang Kekristen-kristenan)
1.
Mencari Tuhan untuk
tujuan makan roti.
Ayat 26 sesungguhnya
kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena
kamu telah makan roti itu. Alkitab yang ditulis pada awal abad petama telah
mencatat bahwa orang banyak datang dengan alasan adanya makan. Senang ikut
Tuhan kalau perutnya bisa kenyang. Bagi
seorang Kristen KTP tujuan ikut Tuhan karena makanan yang membuat perut
kenyang. Orang seperti ini banyak. Zaman dahulu sudah diceritakan dengan jelas,
banyak orang yang cari Yesus untuk perut dan rejeki semata. Waktu bulan natal,
saya pernah khotbah di beberapa gereja dan saya suka bertemu dengan orang yang
sama. Dia menghadiri ibadah natal di berbagai gereja karena waktu itu gereja biasanya
memberikan makanan atau souvenir. Jadi ia datang sekedar ingin mendapatkan
makanan. Banyak orang Kristen seperti ini. Di GKK saat natal, di balkon di
atas, banyak orang yang wajahnya tidak kita dikenal yang disebut sebagai tim
buser (orang yang datang kalau ada momentum yang menyediakan makanan). Orang Kristen
KTP seperti itu, hanya datang kalau bisa kenyang. Datang kepada Yesus hanya
karena berkat-berkatNya. Kalau tidak dapat, maka ia tidak datang. Di Perjanjian
Lama orang Israel mengikuti dewa asing dan tidak mengikuti Allah sejati karena melihat
orang-orant asing tersebut makmur sedang
orang Isarel punya banyak larangan (tidak boleh ini-itu). Kalau zaman sekarang,
anak muda pacaran jangan di tempat gelap tapi di bawah cahaya terang dan tidak
boleh dekat-dekat (banyak larangan di ajaran Kristen) Tipe inilah kristen KTP ,
kenyang perut dan berkat.
2.
Mencari Tuhan agar kenyang
kamu telah makan roti itu
dan kamu kenyang. Pengertian kenyang di sini juga berarti hanya ingin mendapat hal-hal yang
mengenakkan telinga dan perasaanmu. Kalau hatinya merasa senang baru mencari
Tuhan. Bila gereja tidak memberikan rasa senang di telinga dan hati, maka ia tidak mau datang. Saya suka bertanya ke
jemaat, mengapa senang ke suatu gereja dan dijawab, “Saya senang bergeraja di
sana karea saya dari awal sampai akhir bisa tertawa.” Jadi ia pergi ke gereja
yang bisa membuatnya happy. Kalau
mendengar khotbah yang tidak membuat happy, maka ia akan susah untuk ke gereja.
Orang Kristen seperti ini dibangun dalam ilusi dan berdasarkan telinga yang
mendengar. Sekarang banyak gereja yang seperti itu yang hanya menyediakan yang
‘enak-enak’ di telinga dan perasaan. Jadi motivasi gereja ini adalah perasaan
enak. Saat sedang menyetir saya terkadang mendengar siaran radio Sonora yang bekerjasama
dengan Andrie Wongso yang pintar dan enak bicaranya sehingga banyak perusahaan yang mengundangnya. Khotbah yang
bersifat motivator banyak sehingga telinga yang mendengarnya enak. Tetapi orang
Kristen yang mendengarnya seperti soda, dan akan ‘kempes’ waktu menghadapi banyak
kesulitan karena ia hanya kenyang di telinga dan perasaan namun tidak dalam pertumbuan
iman sehingga ini membuatnya mudah jatuh.
3.
Tidak Siap Menerima
Teguran da Nasehat yang Keras
Ayat 60, Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari
murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang
sanggup mendengarkannya?" Kristen KTP tidak siap menerima teguran dan nasehat
yang keras (itu sesuatu yag ditolak). Beberapa waktu ada berita tentang guru-guru
yang melakukan demo : “Sekolah ini hanya menerima orang tua yang mau anaknya
terima ditegur dan didisiplin. Kalau tidak mau , cari sekolah lain.” Saya
tertawa, karena zaman sekarang customer
dari sekolah adalah orang tua sehingga ada seorang bapak yang berkata kepada
guru,”Kalau Bapak bicara keras kepada anak saya berarti Bapak sudah melakukan bully
dan saya akan menuntut.” Menghadapi hal seperti ini, seorang guru harus bicara apa?
Mau jadi sekolah seperti apa? Dulu kalau rambut saya panjang langsung dipotong
guru. Sekarang bila hal itu terjadi, maka guru bisa di-bully dan masuk penjara.
Luar biasa sekolah zaman sekarang. Ibarat pasar swalayan, customer is king, stakeholder adalah raja sehingga harus dikuti.
Gereja juga sama. Saat mendapat didikan yang keras ditolak karena jemaat tidak
mau mendapat nasehat yang keras. Kristen inilah yang dimaksud dalam ayat 66, Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya
mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Kalau tidak siap ‘tahan
banting;, berarti kita menjadi lembek dan gampangan. Sedikit tersinggung kabur.
Mencari gereja manapun tidak akan ketemu. Kalau cari gereja yang sempurna tidak
ada, karena saat kita masuk ke gereja yang sempurna maka gereja itu jadi titdak sempurna dengan
kehadiran kita. Pdt. Stephen Tong berkata,”Tidak ada gereja yang sempurna “. Seharusnya
kalau ditegur oleh firman Tuhan, kita bersyukur. Dulu waktu baru lahir baru,
saya senang mendengar Pdt. Jusuf Roni dan Pdt. Stephen Tong. Khotbah Pdt. Jusuf
Roni banyak didengarkan oleh banyak orang walau khotbahnya disampaikan secara
sederhana namun mengandung teguran dan kalimat dan nasehat yang keras sekali.
Juga Pdt. Stephen Tong. Tapi yang keras itu membentuk rohani saya sehingga saya
tidak pernah mundur karena pengajaran yang keras membuat kita baik membuat kita
hidup. Maka kata Yesus kepada kedua belas
murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal
Apapun yang saya alami dalam persekuan di
gereja tidak membuat saya bimbang. Saya pergi kemanapun Engkau pergi. Ibadah
dan pelayanan di gereja jangan melihat orang yang bisa menjadi batu sandungan.
Perkataan Petrus bagus “Tidak ada yang lain selain Engkau , Engkau pusat
ibadah.” Waktu kalimat itu keluar menunjukan kita percaya dan tahu siapa yang
kita layani. Kami percaya dan tahu : Tidak ada lain selain kepada Engkau. Tahu
artinya mengalami bersama Engkau. Andar Ismail dalam bukunya menulis, “Sewaktu
engkau mengikut Yesus, engkau tidak mengikuti satu agama. Saat beribadah bukan
bersifat seremoni tetapi mengenal pribadi yang sedang engkau sembah yaitu Yesus”.
Itulah yang dikatakan Petrus"Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi?”. Waktu mengalami Kristus, kita tidak akan
menjadi Kristen KTP karena kita mengenal siapa yang disembah dan dilayani
sehingga tidak pernah terpincut kepada yangl lain. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal (ayat 68). Perkataan Kristus yang hidup akan
awet. Ciri beribadah yang sehat : lihat dan temukan perkataan hidup yang kekal
yang membuat jadi hidup. Kalau keraskan hati , tidak akan ada perkataan yang
hidup dan kekal yang mengenakkan telinga sehingga tidak akan menjadi kekal.
Saya banyak mengenal motivator. Waktu yang mengalami kesulitan, kata-kata
motivasinya tidak mempan. Orang tidak merasa kata-katanya menjadi kekuatan. Itu
hanya seperti emosi yang meninabobokan. Waktu ada semak belukar, akan meninggalkan
Tuhan. Firman Tuhan yang membuat kita hidup. Itu perkataan yang hidup dan
kekal. Waktu dihantam badai apapun (ekonomi, keluarga yang paling hebat,
kekecewaan dalam hidup dan pelayanan yang sulit) tidak aka mundur, karena tahu
perkataan Itu perkataan yang hidup. Kiranya Jemaat GKKK Mabes tidak menjadi
orang Kristen yang kekristen-kristenan dan mengerti mengapa melayani sampai
akhir.
No comments:
Post a Comment