Ev. Ester Kurniawati
Amsal 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
karena dari situlah terpancar kehidupan.
Amsal 20:5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti
air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.
Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang
benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu.
Galatia 5:22-23a Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Pendahuluan
Tema hari ini
“Keindahan yang dari Dalam (Inner Beauty)”.
Banyak kali di dunia ini kita menemukan keindahan itu ada di dalam (inner). Namun ada banyak keindahan yang
ada hanya di luar saja. Ketika mama saya masih bersama kami, ia membeli kacang dalam
kemasan (bungkusan) yang indah sekali. Saat dibuka dan dimakan ternyata kacangnya banyak yang kosong. Maka mama saya
lebih suka mencari makanan dalam kemasan lama yang sederhana tapi kualitasnya bagus.
Banyak barang seperti itu (kemasannya bagus tetapi isi dan mutunya tidak bagus).
Di dalam hidup, banyak yang dikatakan aspal (asli tapi palsu). Tema hari ini
mengingatkan agar kita menjadi orang Kristen yang asli (bukan aspal) karena mutu
(kualitas) yang bagus dilihat dari dalam bukan dari kemasannya. Kalau beli
mobil, bukan hanya melihat luarnya saja yang bagus, tetapi yang penting adalah
mesinnya bagus atau tidak. Tuhan juga demikian. Tuhan ingin melihat yang di
dalam (hati) lebih dari yang di luar. Dalam hati kita seperti ada pusat
pemerintahan (tahta) karena dari hati itulah kita mengeluarkan banyak hal.
Sehat di Dalam
Pada Amsal 4:23
dikatakan Jagalah hatimu dengan segala
kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Kita diminta menjaga
hati kita karena dalam hati terdapat banyak hal : pikiran, keinginan,
keyakinan, pertimbangan. Kadang dari kecil , sampai dewasa bahkan tua keinginan
itu belum terpenuhi. Banyak hal yang terpendam dalam pikiran dan hati yang
paling dalam. Kalau kita baca Amsal
20:5 dikatakan Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi
orang yang pandai tahu menimbanya. Dalam bahasa aslinya kata ‘rancangan’ di
dalam Amsal 20:5 bukan sekedar rancangan tetapi lebih dalam (luas, ada keinginan dan cita-cita). Bisa ada yang kacau-balau. Mungkin dari kecil
kita tidak puas. Saat beranjak dewasa ada yang menyakitkan kita dan membuat kita
berpikir mau membalas atau tidak (seperti mengapa kita direndahkan oleh teman
kita) sehingga perasaan kita bisa kacau. Bentuknya bisa bermacam-macam (banyak
sekali).Hal itu pada Amsal 20:5
digambarkan seperti sebuah sumur. Semua pikiran dan keinginan yang ada sangat banyak
seperti sumur yang dalam. Kalau kita belajar ilmu psikologi (ilmu jiwa manusia)
hal ini digambarkan sebagai puncak gunung es di atas permukaan laut di mana ujung
atasnya kecil sedangkan bagian bawahnya yang jauh lebih besar terbenam di bawah
permukaan laut. Dalam ‘gunung es di bawah permukaan laut’ itu tersimpan banyak
pikiran dan perasaan kita. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menggambarkan
orang Farisi seperti kuburan. Matius 23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti
kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya,
tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Ada satu gambaran lagi yang bisa digunakan yaitu pohon. Suatu kali saya punya pohon
yang saya kira ‘sehat’. Tetapi ada teman yang ahli tumbuh-tumbuhan berkata, “Pohon
ini tidak sehat karena akarnya tidak sehat.” Saya tidak melihat akarnya tapi bagian
luar pohonnya yang bagus. Dia mengambil akarnya serta menunjukkannya kepada
saya serta menjelaskan alasannya. Saya terkejut mendengarnya apalagi mengetahui
bahwa kalau akarnya tidak sehat maka ia tidak bisa menyerap sari makanan
sehingga suatu kali ia akan mati. Penggambaran apapun hendak menunjukkan bahwa
yang di dalam itu jauh lebih penting.
Pada Amsal 20:5 dikatakan
bahwa orang yang pandai tidak menyimpan rancangan di dalam hatinya tapi ia tahu
menimbanya. Ketika kita menumpuk di dalam pikiran, perasaan dan emosi, Alkitab
katakan kita harus membongkarnya (digunakan istilah ‘menimba air’). Setiap hari
selain mengajar, tugas saya melakukan konseling. Konseling seperti menolong orang
menimba ada apa di dalam batinnya. Misalnya : klien bercerita,”Bu Ester saya sering
pusing , kepala tegang dan malas melakukan banyak hal. Mengapa ya?” Ada mahasiswa
datang dan mengatakan, “Mengapa saya makin malas belajar dan menyelesaikan
kuliah?” Atau ada yang lain berkata, “Saya takut sekali, jadi tinggal di rumah
saja. Karena kemana-mana takut.” Untuk tahu penyebabnya kita harus masuk ke
dalam dan menggali ada apa di dalam hati kita. Termasuk ketika hidup rohani kita
hari ini bila tidak semangat melayani Tuhan, ada apa di dalam? Kalau kita
ragu-ragu terhadap firman Tuhan, ada apa di dalam diri kita? Jadi “di dalam”
itu penting sekali untuk kita sadari. Di dalam itulah yang Tuhan inginkan agar
kita membuatnya lebih indah (beauty).
Bagaimana caranya?
Membuat Inner Beauty
1.
Sesuatu
yang indah di dalam Tuhan (kita dapat menjadi indah dari dalam) karena Tuhan yang
mengerjakannya.
Orang di luar Tuhan Yesus berusaha sendiri menjadi
semakin baik. Hatinya yang dikuasai oleh dosa berusaha untuk mengubahnya sendiri. Tetapi orang
yang di dalam Kristus berbeda. Di dalam Kristus dikatakan, “Kristuslah yang
melahirbarukan kita”. Orang yang di luar Kristus, sudah mati rohaninya walau
jasmaninya hidup. Ia bisa makan dan minum, tetapi rohaninya tidak bisa mendekat
kepada Tuhan. Tuhan ingin mengubah agar kita tidak mati rohani tetapi hidup
sehingga bisa bersekutu dengan Tuhan. Apa bedanya menjadi orang Kristen? Bukan
hanya dulu tidak ke gereja dan sekarang ke gereja. Bukan hanya berbeda karena
memakai kalung salib dan di rumahnya banyak salib. Tetapi yang penting Kristus
di dalam diri kita mengubah diri kita. Ketika Tuhan memberi hati yang baru,
kita bisa meresponi dan mentaatinya. Apakah inner
beauty itu pasti bisa tercapai? Pasti bisa! Bukan moga-moga (maybe yes or no). Pasti bisa bahkan
sampai kesempurnaan ketika Tuhan Yesus datang kedua kali.
2. Ketika kita diubahkan maka kita punya
hati yang baru. Pikiran kita bisa dilatih menjadi baru.
Kalau Tuhan tidak mengubah hati kita, kita tidak bisa
punya hati yang baru. Tetapi sekarang kita punya pikiran yang baru. Apa pikiran
yang baru itu? Filipi 4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang
benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu. Pikian yang belum diubahkan Tuhan tidak bisa memikirkan
hal ini. Pikiran pertama yang didapat waktu kita lahir tidak dapat memikirkan
hal ini. Itu kelahiran kita yang pertama. Tetapi orang percaya lahirnya 2 kali.
Maka ketika lahir yang kedua (lahir rohani), kita dimungkinkan untuk memikirkannya.
Jadi pikiran kita sebenarnya sudah pikiran sorga. Kadang kita tidak
menyadarinya. Kita mengira pikiran kita sama dengan orang dunia. Padahal pikiran
kita sudah diubah sehingga bisa memikirkan surga. Kita dibuat bisa mengerti
Tuhan dari surga. Kita bisa membedakan pikiran dari Tuhan dan pikiran dari
dunia yang memikirkan diri dan keuntungan sendiri. Seperti : bagaimana
mengalahkan orang lain? Bagaimana menjadi nomor satu? Tetapi pikiran yang baru
dikerjakan dari dalam. Roh Kudus yang mengerjakannya. Bisakah pikiran kita
dilatih menjadi pikiran yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar dll? Kalau
kita melatih pikiran seperti itu dan bekerjsama dengan Roh Kudus, maka tiap-tiap
hari kita memikirkannya. Maka dari dalam
semakin indah. Itulah inner beauty.
Roh Kudus bukan hanya mengubah pikiran kita tetapi juga hati dan perasaan kita. Dulu kalau
mengalahkan orang lain kita senang, sekarang Roh Kudus ada di dalam hati dan
bekerja sehingga kalau mengalahkan orang lain kita sedih dan gelisah padahal
kita mendapat keuntungan yang banyak. Siapa yang menggelisahkan kita? Roh Kudus!
Karena hati kita sudah diubah oleh Roh Kudus dari dalam. Semakin kita taat memperhatikan
hati kita maka hati itu semakin dibuat indah. Itu yang dikatakan sebagai buah
Roh Kudus. Pada Gal 5:22-23a ada 9 rasa buah : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri. Coba bayangkan kita penuh kasih, sukacita dan damai maka akan indah
sekali. Lalu 3 lagi : kesabaran,
kemurahan dan kebaikan terhadap orang lain. Orang melakukan kejahatan kita
balas dengan kebaikan. Kita mendoakan musuh kita. Orang dipenuhi dengan
kemarahan, kita dipenuhi dengan kedamaian. Siapa yang kaya atau miskin kalau
ada orang yang marah pada kita? Kalau kita balas dengan kebaikan, siapa yang
kaya dan siapa yang miskin? Kalau kita mengampuni orang, siapa yang kaya dan
siapa yang miskin? Orang yang bisa mengalah, mengampuni, membalas kejahatan
dengan kebaikan itu yang lebih kaya. Bukan
kaya uang tetapi kaya ketenangan. Bukan kaya harta, tetapi kaya kedewasaan.
Kita lebih kaya dengan kasih. Kita kaya dengan anugerah Tuhan. Kita kaya dengan
kedamaian sejati. Kita memberi kasih , kedamaian karena kita punya banyak (kita
lebih kaya). 3 rasa buah yang terakhir : kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri dalam keadaan yang sulit.
Kalau pikiran kita indah, hati damai maka indah sekali di dalam diri kita. Pertanyaannya
: apakah itu mungkin? Apakah kita bisa mengusahakannya? Pasti bisa! Bahkan
ujungnya sampai pada kesempurnaan. Perjuangan kita tidak akan sia-sia dalam
Kristus. Karena anak Tuhan (ciptaan yang baru) tidak mungkin gagal sampai
ujung. Tuhan yang mengubahkan , Tuhan yang menuntun dan menyempurnakan sampai
ujungnya. Maka akan ada 2 macam orang Kristen :
1.
Orang Kristen yang berjuang bersama
Tuhan. Tuhan bekerja dan ia meresponi.
2.
Orang Kristen yang tidak taat dan
mengabaikan Tuhan. Ia tidakmengalami hidup bersama Tuhan.
Yang menjamin kita menang sampai ujung (akhir) bukan kita sendiri tetapi Tuhan
Yesus. Kalau kita tidak berjuang maka kita akan rugi karena tidak mengalami
kuasa Tuhan. Tuhan ingin kita taat, meresponi, bekerja bersama Tuhan. Ketika ‘di
dalam’ banyak diubah maka ‘di luarnya’ juga berubah. Kalau kita punya sahabat
kita ingin sahabat itu tulus, sejati dan tidak hanya pura-pura saja di luar. Tuhan
ingin kita baik dan murni dari dalam.
Penutup
Seorang teman mempunyai mobil yang bagus sekali. Mobilnya
dirakit di Jerman dan mesinnya sangat bagus. Papanya berkata,”Rawatlah mesinnya. Secara berkala
kamu harus membawanya ke bengkel secara teratur.” Tetapi sebagai anak muda, dia
hanya memperhatikan luarnya saja. Dia membeli banyak peralatan untuk mendukung
penampilannya. Lambat laut mesinnya terbengkalai. Suatu kali mobilnya rusak dan
teknisi bengkel berkata, “Ongkos gantinya bisa lebih mahal daripada harga mobil
baru.” Sementara ia mendapat informasi bahwa mesin seperti itu bila dalam
kondisi baik bernilai mahal. Dia hanya bisa menangis saja dan papanya berkata, “Kamu
tidak percaya apa yang saya katakan.” Iblis ingin menipu seperti ini. Iblis
selalu mengarahkan kita melihat luarnya saja seperti penampilan, gaya, harta dan
lainnya. Iblis ingin kita mengabaikan ‘yang di dalam’ (hati kita). Sehingga kita
tidak sungguh-sungguh memperhatikan buah roh Kudus dalam hati kita. Maka ‘yang
di dalam’ itu semakin rusak, semakin tidak berarti dan hancur. Padahal Tuhan
sudah mengubahnya dari dalam. Tuhan bekerja dari dalam. Tuhan mengubah
manusianya , baru Tuhan memakainya. Sehingga kita sesuai disebut keluarga
Surga, bukan produk dunia ini tetapi produk surga. Karena dalam hati kita sudah
ada meterai sorga. Dunia bisa melihat kita sebagai produk sorga yang di dalamnya
dan luarnya sudah diubahkan. Sedangkan iblis ingin menipu kita karena dia bapa
segala dusta. Mari kita menolak dan tidak mendengarkannya. Dengarkanlah hanya
Tuhan! Tuhan berkata, “Jagalah hatimu
dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).
Ada seorang nenek yang berkata, “Bu Ester mengapa
pikiran saya begini? Kenapa perasaan saya seperti itu? Itu kenapa ya? Tuhan
inginnya saya seperti apa ya?” Dia selalu bertanya, “Tuhan inginnya seperti
apa? Bagaimana pikiran dan perasaan saya seperti yang Tuhan mau?” Dia juga bertanya
tentang cucunya : “Bagaimana menjaga cucunya?” Ia mau cucunya punya hati
seperti Tuhan. Kalau kita bertemu, nenek ini sangat sederhana. Penampilannya
bersih dan sederhana sekali, tetapi hatinya penuh dengan mutiara. Jiwanya
indah. Kalau cucunya nakal, dia memanggilnya sehingga cucunya patuh dan tunduk,
padahal suaranya pelan dan tenaganya sudah tidak kuat. Kalau mama dan papanya
yang memarahinya, anak itu tetap nakal. Tetapi begitu sang nenek berkata (walau
pelan sekali) cucunya diam. Saya berkata kepada nenek ini, “Tuhan meredakan
lautan dan oma meredakan cucu-cucu”. Bagaimana seorang nenek bisa menertibkan
cucu-cucunya? Karena cucunya mengalami dalam hati neneknya ada hal yang indah
dan menenangkan. Biarlah Tuhan memberkati sehingga kita bisa menenangkan dunia
yang bergolak ini. Dari hati kita keluar hal-hal yang damai dan penuh keindahan
Tuhan. Tuhan memberkati.