Pdt. Alex Nanlohy
Kis 2:1-4,41-42
1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang
percaya berkumpul di satu tempat.
2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi
seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu
mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga
ribu jiwa.
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa.
Yoh 16:12-15
12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan
kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak
akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang
didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang.
14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku
punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang
diterimanya dari pada-Ku."
Pendahuluan
Pentakosta (dari
bahasa Yunani Pentēkostē [hēmera] yang
berarti ke lima-puluh) atau Minggu Putih adalah hari raya yang memperingati
peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem, yang terjadi
50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus
dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sesudah kenaikanNya ke surga.
Menurut Alkitab, murid-murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada
hari tersebut dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula
(Kisah Para Rasul pasal 2). Sebelumnya Pentakosta adalah hari raya besar orang Yahudi
yang kemudian diadopsi oleh gereja Barat dan gereja Timur. Di luar hari raya
Pentakosta, ada 2 hal lagi yang dirayakan oleh orang Yahudi yaitu pemberian 10
hukum Allah dan hari raya panen (sehingga
ada dekorasi berlatar hasil panen). Kisal
Rasul pasal 2 mencatat bagaimana Roh Kudus turun ke atas para rasul. Mereka
menerima karunia bahasa-bahasa lain. Tujuan karunia itu adalah menyaksikan
berita tentang Yesus. Itu terjadi setelah khotbah Petrus pada Kis 2:14-41 sehingga
kehadiran Roh Kudus memampukan kita bersaksi. Kita tidak menolak karunia roh, tetapi
kita tidak hanya menekankan karunia apalagi menjadi sombong sehingga berkata,“Saya
bisa ini kamu tidak bisa.” Yang terjadi pada ayat 41-42, orang-orang yang
menerima khotbah Petrus memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira 3.000 jiwa.
Ciri Gereja yang dipenuhi
oleh Roh Kudus
Apa ciri utama dari gereja yang dipenuhi oleh Roh
Kudus dan mengalami kuasa Allah? John Stott (1921-2011, pengkhotbah, penginjil,
dan penulis asal Inggris) mengatakan, “Ciri pertama dan utama gereja yang
dipenuhi Roh Kudus : mereka bertekun dalam pengajaran para rasul.” Kata ‘bertekun’
(dalam bahasa Inggris : devoted) yang
muncul bukan kata sembarangan. Ia bermakna ‘mengkhususkan dan memfokuskan hidup
pada pengajaran’. Dalam bahasa kini : orang yang lapar dan haus akan firman.
Ini ciri gereja yang mengalami kuasa Pentakosta. Itu terjadi 2.000 tahun lalu.
Roh yang sama tinggal dalam hati orang yang percaya pada Yesus Kristus dan yang
dikumpulkan menjadi satu jemaat gereja. Mereka bertekun pada pengajaran para
rasul. Dikaitkan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Efesus 2:19-20
dikatakan “Demikianlah kamu bukan lagi
orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan
anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”. Ini merupakan hal yang penting.
Berapa banyak gereja yang setia pada kebenaran? Pentakosta bukan hanya dikaitkan
dengan karunia roh. Tuhan mengaruniakan roh, tetapi tujuannya supaya jemaat
bisa menikmati kekayaan Firman Tuhan. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran untuk
menolong kita memiliki kerinduan yang dalam. Lapar dan haus adalah bahasa
figuratif. Orang lapar ingin sekali makan , orang haus ingin sekali minum.
Sikap hati ini berarti ingin bergantung penuh padaNya, dengan sikap hati yang
benar untuk meminta pertolongan Tuhan dan muncul dalam perilaku dan kebiasaan
kita.
Roh Kudus dijanjikan Yesus di dalam Yoh 14:16-17
dan itu digenapi pada Kis 2 yang turun atas para murid dan gereja Tuhan dan
dikatakan sebagai Roh Keberanan yang memimpin kita dalam kebenaran. Yoh 14:16-17a Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu
selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Saat Roh Allah diam dalam kita, Dia akan memberikan kita rasa lapar dan haus akan Firman
Tuhan. Tapi bagi orang yang mati dalam dosa tidak punya kerinduan dan rasa haus
dan lapar akan Firman Tuhan. Mari hargai Roh Allah dalam hidup kita, yang
memimpin hidup kita menuju kebenaran. Ia akan memimpin hidup kita dalam dan
kepada kebenaran. Bagaimana gereja punya waktu dan kesempatan untuk membaca dan
merenungkan Firman Tuhan? Dalam tradisi gereja reformasi, pusat ibadah adalah
pemberitaan Firman Tuhan. Martin Luther (1483 – 1546, Bapa Reformasi Gereja
dengan 95 dalilnya) mengembalikan pusat ibadah pada pemberitaan Firman Tuhan sehingga
mimbar berada di tengah. Sedangkan pada gereja Katolik dari tata bentuk ruang
ibadah saja sudah menunjukkan pusat ibadah. Pusat ibadah (disebut misa) yang
berada di posisi tengah gereja adalah altar sedangkan mimbar ada di samping.
Saya tidak memperdebatkan , tetapi mengingatkan Roh Allah diberikan untuk
memimpin kita agar makin menikmati dan mencintai Firman Tuhan.
Bagaimana Meresponinya
Firman Tuhan?
Gereja banyak melakukan
pembinaan dan pengajaran akan Firman Tuhan tetapi apakah jemaat gereja
merasakan lapar dan haus? Kalau kita merasa firman Tuhan itu penting bagi hidup
kita, maka kita akan menyediakan banyak waktu. Suatu kali saya berbicara dengan
seorang teman yang sulit melakukan saat teduh. Setelah digali ternyata ia
memiliki filosofi hidup ‘Saat teduh
tidak penting’. Hal ini membuatnya sulit ber-saat teduh. Padahal apa yang dianggap penting, akan
dilakukan karena masuk dalam priortias hidup kita. Hal yang penting akan
mendapat prioritas waktu. Apakah Firman Tuhan menjadi prioritas? Kalau betul Firman
Tuhan menjadi kebenaran yang menolong kita bertumbuh dalam Tuhan, apakah kita
punya kelaparan dan kehausan akan Firman Tuhan?
Saudara kita yang
tidak seiman, ada yang pagi bersekolah dan sore mengikuti pengajian. Mereka
ingin anaknya khatam Alquran yang artinya selesai baca Alquran. Ada yang khatamnya
kelas 3 SMP. Suatu waktu saya datang ke sekolah Kristen dan bertanya kepada
para siswa SMA, “Siapa yang dari kecil sudah menjadi Kristen?”. Semua siswa mengangkat
tangan. Lalu saya bertanya lagi, “Berapa banyak yang pernah baca Alkitab dari kitab
Kejadian sampai kitab Wahyu?” Ternyata yang mengangkat tangan tinggal 3 anak.
Saya jadi bertanya dalam hati,”Apa yang menjadi kebanggaan orang tua Kristen?” Kalau punya anak , kita ingin agar dia bisa berbahasa
Inggris sehingga dimasukan ke kursus bahasa Inggris. Kalau lapar dan haus akan
firman Tuhan apa buktinya? Ada orang tua yang memberi kursus Alkitab pada anaknya?
Kebanyakan hanya memasukkan anaknya ke Sekolah Minggu. Ada orang tua yang berkata,”Sudahlah.
Ia sudah capai sekolah dari hari Senin sampai hari Jumat.” Jadi kalau hari Minggu jangan
dibangunkan pagi-pagi. Mungkin ada orang tua yang mendorong anak-anaknya ikut Sekolah
Minggu? Jarang. Mungkin hal ini disebabkan pergi ke Sekolah Minggu tidak bayar.
Coba kalau masuk Sekolah Minggu bayar, pasti orang tua berteriak dengan kerasnya
bila sang anak tidak masuk Sekolah Minggu. Mungkin perlu juga Sekolah Minggu dipungut
bayaran supaya orang tua mendorong anak-anak Sekolah Minggu bersekolah setiap
Minggu. Ada orang tua yang kalau anaknya tidak ikut kursus , teriakannya bisa
didengar oleh orang-orang satu gang dengan rumahnya. Tapi kalau untuk pergi ke Sekolah
Minggu orang tuanya berkata, “Kasihan.. capai..” jadi akhirnya dilewati (tidak
pergi). Tentu ini hanya salah satu survei dan bukan satu-satunya. Kapan
pengunjung gereja paling banyak datang : saat
pengajaran atau makan-makan? Makan-makan. Tetapi kalau belajar Alkitab?
Di dalam gereja banyak jemaat yang sudah belajar sampai sarjana (S1-S3) tetapi
dalam pengetahuan Alkitab banyak yang tetap TK. Lapar dan haus apa buktinya?
Apakah kita meresponsi pemberitaan Firman Tuhan? Kalau saat bernyanyi ‘Aku
Mengasih Engkau’ banyak yang menyanyi dengan keras.
Aku mengasihi Engkau
Yesus dengan segenap hatiku. Aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap jiwaku.
Kurenungkan firmanMu
siang dan malam, kupegang printahMu dan kulakukan.
Engkau tahu ya Tuhan
tujuan hidupku, hanyalah untuk menyenangkan hatiMu.
Tetapi kalau direnungi kebanyakan kita munafik. Apakah kita benar-benar mengasihi
Yesus dengan segenap hati? Yoh 14:15
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
Bukti kasih kepada Yesus bukan kalau ada gambar besar Yesus di kamar, di
dinding handphone atau di dompet. Tetapi orang yang mengasihi Yesus kalau ia
mentaati FirmanNya seperti lagu di atas Aku
mengasihi Engkau Yesus dengan segenap hatiku. Aku mengasihi Engkau Yesus dengan
segenap jiwaku. Kurenungkan firmanMu siang dan malam. Banyak yang saat menyanyikan lagu tersebut dengan
penuh penghayatan dan menutup mata, tetapi apakah pernah di lakukan? Hanyalah untuk menyenangkan hatiMu dan hatiku.
Apakah kita mencintai Dia dan semakin
taat? Apakah kita makin hidup kudus? Jangan sekedar berjubah Kristen tetapi
firman tidak mengubah hidup kita dan masih maunya sendiri : “Gua memang pemarah.
Memang gua orangnya begini. Mau apa?” Itu berarti kita tahu Firman Tuhan, tapi
tidak berubah dan hal ini mirip dengan orang Farisi. Kalau bilang cinta Tuhan
buktikan! Baca Firman Tuhan setiap hari! Bersyukur di sekolah Kristen ada
ibadah singkat di pagi hari di mana siswa diminta untuk membaca Alkitab. Tetapi
sayangnya banyak yang ingin cepat-cepat selesai karena mau ulangan, sehingga sekolah
Kristen lebih tidak menghormati Firman Tuhan.
Apa beda “sisa” dan “sisih”?
Kalau ada makanan dalam piring besar, lalu kita makan sehingga tertinggal
sedikit. Itu namanya sisa. Kalau “sisih” dari awal sebelum kita makan telah
dilakukan (makanannya dipisahkan). Lebih terhormat makanan disisihkan dulu
dibandingkaan dikasih sisa? Waktu yang kita berikan sisa atau sisih? Ada siswa yang
menjawab, “Sisa sih...” artinya membaca
Alkitab kalau ada waktu. Juga berdoa dilakukan sewaktu-waktu, padahal sudah diajar
lagu “Baca Kitab Suci” di Sekolah Minggu : baca
Kitab Suci, doa tiap hari, kalau mau tumbuh 3x Glory haleluya… Baca KItab Suci
doa tiap hari Kalau mau tumbuh.. Evaluasi dari lagu itu saja. Pagi ini kita
tidak sedang bicara teori. Saya rindu kita pulang mempraktekannya sehingga sesuai
dengan tema kita. Jangan hanya di kepala, tetapi kita mau jadikan di hidup
kita. Ada seorang pendeta mengunjungi rumah jemaatnya. Yang ada hanya ibu
karena bapaknya sedang bekerja. Pendeta berbincang-bincang. “Bagaimana, rajin baca
Alkitab?” Dijawab sang ibu,”Oh rajin”. Akhirnya sebelum pulang pendeta tersebut
berkata,”Ibu sebelum pulang kita baca Alkitab dan berdoa.” Lalu sang ibu
meminta pembantunya untuk membawakan Akkitab yang terletak di atas lemari.
Waktu diminta membaca Maz 23, sang ibu membuka Alkitabnya dan tiba-tiba ada
kacamata jatuh. Ibu itu lalu berkata, “Ya ampun ini kacamata dicari-cari selama
3 tahun.” Jadi kalau barang hilang coba cari di Alkitab, siapa tahu terselip. Roh
Kudus turun maka gereja lapar dan haus membaca kitab suci. Ada kerinduan. Ada
ada family altar. Anggota keluarga semua duduk , membaca Alkitab, setiap hari
baca 3 pasal. Bagi kepala rumah tangga yang tidak bisa “khotbah” dapat
dilakukan dengan membaca Alkitab saja. Sehingga anak-anak tidak asing dengan Firman
Tuhan. Kiranya ini jadi kerinduan kita bersama. Kalau kita haus dan lapar, kita
berdoa agar kiranya Tuhan menolong saya.
Penginjil Robert
Summer dalam bukunya yang berjudul, “The Wonder of the Word of God”
menceritakan tentang seorang warga Kansas, korban ledakan. Pemuda tersebut
berusia 20 an akhir. Waktu itu sang pemuda sedang bekerja di suatu pabrik dan
tiba-tiba ada kebakaran besar dan terjadi ledakan. Ia berada paling dekat dengan
sumber api dan ledakan sehingga bagian tubuhnya banyak yang terkena. Kebakaran
yang melanda tubuh dan wajahnya cukup parah. Seluruh mukanya harus direkonstruksi ulang, matanya buta dan kedua telapak tangan
diamputasi. Setelah sembuh, sang pemuda ditanya, “Apa yang paling kau sesali
setelah peristiwa ini?” Ia menjawab,”Saya sangat menyesal karena tidak bisa lagi
membaca Alkitab.” Rupanya ia belum lama jadi orang Kristen, dan sedang senang-senangnya
membaca Alkitab. Setelah itu ia mencari informasi agar dapat membaca Alkitab
walau tidak punya mata dan tangan. Saat itu belum ada Alkitab versi audio. Karena
tidak punya mata ia tidak bisa membaca. Mau pakai tangan untuk membaca huruf Braille
tidak bisa karena tangannya sudah tidak ada. Ternyata ada wanita yang kondisinya
seperti dia yakni tidak punya telapak tangan dan buta dan wanita ini bisa membaca
dengan bibir! Dia pun ingin belajar membaca dengan bibir dan meminta Alkitab
huruf Braille. Lalu ia coba membaca dengan bibirya. Ternyata akibat kecelakaan
itu bibirnya tidak bisa digunakan untuk membaca karena sarafnya rusak. Namun tanpa
sengaja lidahnya terjulur dan ia bisa membaca dengan lidah! Mulailah ia
membaca. Ketika Robert Summer menulis bukunya, sang pemuda sudah membaca habis
dari kitab Kejadian sampai Wahyu sebanyak 3 kali. Apakah kita punya hati yang
lapar dan haus akan kebenaran? Kiranya Roh Kudus memimpin hidup kita dan gereja
untuk mencintai Firman Tuhan. Amin
No comments:
Post a Comment