Pdt. Hery Kwok
Mat 13:44-46
44 "Hal Kerajaan
Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu
dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh
miliknya lalu membeli ladang itu.
45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama
seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat
berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Maz 119:14-16
14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku
bergembira, seperti atas segala harta.
15 Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan
mengamat-amati jalan-jalan-Mu.
16 Aku akan bergemar dalam
ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.
Pendahuluan
Pada Mat 13:44-46 ada
orang yang menemukan harta terpendam yang tidak bisa dibandingkan dengan
kekayaan di hidupnya sehingga ia pun menukarnya. Ada juga seorang pedagang yang
menemukan mutiara yang sangat berharga
yang sangat tinggi nilainya sehingga ia menjual seluruh miliknya dan kemudian membeli
mutiara itu.
Tahun 1997 seorang
sutradara Hollywood James Cameron membuat film Titanic yang didasari latar
belakangi musibah kapal Titanic pada tahun 1912. Kapal Titanic merupakan kapal
yang dibuat sedemikian megah dan dinilai tidak bisa tenggelam. Saat tenggelam,
kapal tersebut sedang berlayar dari London menuju ke Amerika. James Cameron
membuat alur ceritanya dengan menarik dalam balutan romansa percintaan antara
Jack dan Rose. Banyak yang menyukai film tersebut, bahkan ada orang yang menontonnya berkali-kali dan mendapat
inspirasi dari film tersebut. Seperti Krisdayanti yang memberi nama anaknya
sesuai dengan nama dalam film tersebut. Film ini dimulai dengan tim ekpsedisi yang
terdiri dari sekelompok orang yang mencari kalung bertahta berlian (Heart of the Ocean Diamond) seberat 15
karat di kapal Titanic yang tenggelam. Ekspedisi ini menggunakan teknologi
robot untuk merambah laut dalam untuk melihat apa yang ada di dalam bangkai
kapal itu. Rupanya ada seorang wanita (Rose) yang diberikan sebuah kalung hati
bertahtakan berlian biru oleh kekasihnya. Harry Winston mendapat inspirasi dari
kalung tersebut dan membuat imitasinya. Kalung imitasi tersebut kemudian dijual
20 juta dolar Amerika Serikat (dengan kurs Rp 13.200/dolar setara dengan Rp 264
miliar). Itu baru tiruannya berarti memang kalung aslinya sangat mahal sekali.
Ekspedisi itu berusaha mencarinya meskipun menghabiskan biaya yang sangat besar
dan mengerahkan seluruh kemampuan mereka. Untuk mendapatkannya mereka harus
berjuang melawan badai, menahan rasa kantuk dan lapar mereka di lautan. Betapa
berharganya kalung bertahtakan berlian tersebut. Nilainya sedemikian luar biasa
mahalnya. Sehingga orang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya karena
bila berhasil maka mereka akan mendapat harta yang besar. Ada seorang pemain
sinetron Indonesia yang mendapat kekayaan dengan mengeruk harta dari kapal-kapal
yang tenggelam di Indonesia. Dia benar-benar mencoba melakukan ekspedisi
mencari harta di kapal tersebut. Orang-orang seperti ini punya cara pandang
,betapa berharganya harta yang mereka cari.
Hari ini ingin digali
betapa berharganya firman Allah. Orang punya sukacita dan kerinduan untuk
menggali firman Allah dimulai di dalam cara pandang dari mana kita melihat
firman Allah. Jangan sampai kita memandang firman Tuhan sebagai sekedar buku
yang berisi nasehat yang terbatas untuk mengeksploitasi keinginan kita (sesuai
dengan apa yang kita mau). Jadi dalam mencari teman hidup, jangan hanya sekedar paras atau fisiknya saja
karena Alkitab mengatakan harus sepadan dan beriman. Ade Manuhutu pernah
memandang Alkitab sebagai buku kuno yang diwarisi dari zaman dulu (ada jangka
waktu panjang) yang tidak punya relasi dengan kehidupan zaman ini. Konsep cara
pandang kita menentukan bagaimana kita mempunyai kerinduan yang dalam terhadap
firman Tuhan.
Sukacita dan Kerinduan
untuk Menggali Firman Allah : dimulai dari sudut pandang terhadap Firman Allah
Dari kedua perikop Alkitab
(Mat 13:44-6 dan Maz 119:14-16), Matius mencatat tentang kerajaan sorga.
Kristus mengumpamakan sorga seperti harta yang terpendam di ladang yang
kemudian ditemukan seseorang dan mutiara indah yang ditemukan oleh pedagang.
Keduanya sangat tinggi nilainya sehingga tidak bisa dibandingkan dengan apa
yang dimiliki. Ia rela melepaskan hartanya untuk mendapatnya. Sudut pandang
membuat kita mempunya perilaku (sikap) yang tepat atau tidak tepat terhadap
firman Allah. Kalau memandang Firman Allah sebagai bagian yang tidak
terpisahkan, maka kita menemukan sesuatu yang penting. Firman Allah diibaratkan
mutiara atau harta. Orang yang menemukan harta akan sangat bersukacita. Kalau saat
kita sedang berjalan-jalan untuk menenangkan pikiran , lalu tiba-tiba kita menemukan
cincin emas di jalan, maka reaksi kita biasanya gembira. Itu reaksi spontan dan
alami yang keluar dari diri kita karena menemukan barang berharga. Yang lagi
pusing hilang pusingnya. Sehingga penulis Kitab Suci berkata, “FirmanMu seperti
harta atau mutiara”. Orang yang begitu melihat dan menemukannya, hal pertama
yang dialami adalah sukacita yang luar biasa. Sukacita ini menjadi dasar orang
mengalami kekuatan dalam hidupnya. Kalau membaca firman Tuhan, apakah kita
menemukan sukacita itu? Reaksi menunjukkan sudut pandang kita. Kalau kita
membaca firman dan tidak punya sukacita, kita tidak bisa menemukan firman itu
seperti orang yang mendapatkan harta. Tidak bisa mendapat harta seperti yang
dikatakan penulis Alkitab. FirmanMu seperti segala harta, itulah yang aku
rasakan waktu aku mendapatkan firmanMu.
Bergembirakah (enjoy)
waktu firman Allah menjadi bagian yang kita baca. Kalau kita tidak merasa
gembira dan mendapat kekuatan yang dalam , kita hanya sekedar formalitas atau
tuntutan dari gereja untuk membacanya dari Kejadian – Wahyu. Ada tuntutan yang
tidak enak (saat teduh menjadi kewajiban kita)? Berapa banyak yang membaca
kitab suci sebagai kewajiban? Firman Tuhan dibaca sebagai sebuah tuntutan agar
kalau ditanya , jawabannya “sudah baca”. Apakah kita dalam kondisi seperti itu?
Tidak ada yang merasa mendapat mutiara.
Waktu memandang Firman
Tuhan seperti segala harta maka kita akan berusaha untuk menggali dan menemukan
artinya yang paling penting.
Seperti orang yang memendam harta lalu menjual miliknya
untuk mendapatkannya, ada rasa lelah, tapi demi sesuatu yang berharga, ada
usaha untuk mendapatkannya. Mama saya seorang petani dan pekerja keras. Pagi
hari ia pergi ke ladang. Ia korbankan masa mudanya agar adik-adiknya bisa
sekolah. Sehingga adik-adiknya bisa berbahasa Mandarin sedangkan ia sendiri
tidak bisa. Ia harus menyangkul tanah di sawah. Waktu nyangkul di pagi hari,
siang berhenti, lalu dilanjutkan sore. Kalau tanah tidak dicangkul, apa yang
ditanam tidak bisa baik. Waktu mencangkul , lelah luar biasa. Waktu saya di
sekolah Alkitab pernah nakal. Disuruh tidak boleh keluar jam tertentu, saya
kelaparan karena tidak suka makan ikan sehingga saya mendapat nasi putih dan
urap. Suatu kali saya tertangkap ke luar kampus sehingga dihukum. Saat
tertangkap , saya berani mengaku salah sehingga hati jadi tenang. Sebagai
hukuman, saya disuruh mencangkul dan menyabit, sehingga kulit tangan saya jadi
melepuh. Padahal saya bekerja hanya beberapa jam dari pagi sampai pk 10. Itu
juga saat bertani, kita boleh minum teh. Saya hanya seminggu dapat hukuman,
tetapi tangan saya berdarah. Waktu mendengar mama saya jadi petani, ia harus
bangun pagi, menahan rasa lelah untuk mengelola sebidang tanah untuk keluarga.
Ini sesuatu yang hebat. Ini yang tidak kita lakukan.
Saya mendapat nasehat dari Pdt. Pdt. Dr. K.A.M
Jusuf Roni, “Saat makan ayam , apakah kita makan tulangnya juga? Tidak! Kita
hanya makan dagingnya saja. Sewaktu baca Firman Tuhan, bacalah apa yang bisa dibaca dan dimengerti. Bagian yang
tidak dimengerti jangan digigit karena nanti gigi kita rontok, tetapi catatlah
dan tanya ke pendeta dan penginjil. Karena di situlah kita menggali Firman
Tuhan.” Dalam menggalinya ada usaha yang dilakukan, mungkin usaha menahan rasa bosan
dan mengantuk tapi karena dasarnya sukacita maka hal ini dapat menolong. Waktu
pertama kali lahir baru saya membeli konkordansi Alkitab, peta Alkitab dan buku
tafsiran Alkitab sederhana. Saat membaca Alkitab , saya coba melihat lokasinya
di peta untuk mengetahui tempat kejadiannya. Itu usaha menggali Alkitab yang
membuat saya mengalami kemajuan secara rohani.
Zaman sekarang sudah diberikan kenikmatan dunia
sehingga tidak perlu mencari. Remaja sekarang maunya serba cepat termasuk
makanan cepat saja sehingga menderita kolestorel dan cepat sakit. Itulah
konsumsi zaman ini dan merasa tidak perlu mencari lagi. Di GK Ketapang punya
ciri : KTB yang kuat karena untuk membawa firmanNya harus bertanggungjawab.
Gerakan di Ketapang membuat orang muda menggali Firman. Saya diundang di pertemuan
KTB yang sudah usianya tergolong senior, orang-orangnya sudah matang, di Puri.
Bilangnya mulai pk 19 tapi realitanya mulai pk 21. Begitu datang makan dulu,
sehingga mulainya pk 21. Waktu menjelaskan fiman Tuhan, saya masih menikmati persekutuan
dengan orang-orang yang dulu merupakan jemaat saya. Mereka menggali firman
Allah dan mereka punya kepemimpian dalam mengambil keputusan di perusahaan
sesuai firman Allah. Ada seorang ibu terkena kanker di bonggol tangannya. Ia menceritakan
penyakitnya dengan santai sehingga yang
mendengarnya tertawa. Walaupun penyakitnya kanker ia berkata, “Saya punya
firman Tuhan yang membuat saya kuat walau saya sedih.” Orang seperti ini berbicara
dengan ‘enjoy’ dan santai, membuat kita cekikikan. Rupanya penderita penyakit
kanker punya komunitas sendiri. Dalam sehari ia bisa menerima 1.000 SMS yang macam-macam
isinya. Dia bercerita tentang salah satu
anggota komunitas yang keluarganya harus makan daging agar tidak terkena kanker.
Saya bertanya, “Memang kamu sakit?” Dibilang tidak, hanya ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Yang membuat tertawa ternyata bukan dia tetapi ada 1 anggota
keluarganya yang dirawat di ICU. Tidak ada yang lebih kuat dari firman Allah.
Kalau tidak menggali dan menemukan kebenaran Firman Tuhan, waktu menghadapi
tantangan hidup badai akan terlalu besar
untuk dilewati. Badai itu bisa bernama penyakit, kesulitan, kehancuran rumah
tangga atau apapun namanya dalam hidup.
Bagaimana Bisa Menikmati Firman Tuhan?
Pada persekutuan doa Rabu lalu, ada seorang Ibu yang
memberikan kesaksian tentang suaminya yang terkena sakit gigi. Walau sudah diperiksa
dan diobati ternyata tidak sembuh-sembuh. Setelah dibiopsi ternyata ketahuan
suaminya terkena kanker. Bahkan tingkat kankernya sudah parah. Rahangnya sudah
hancur. Seorang penderita kanker perlu pendamping yang tugasnya tidak mudah.
Sang istri mendampingi suaminya dengan setia. Istrinya harus membantu mengeluarkan
dahaknya dengan susah. Pendetanya berusaha memberi kekuatan dengan berkata,
“Mengucapsyukurlah senantiasa”. Ibu ini awalnya belum bisa menerima dan berkata,
“Bagaimana orang yang tidak bisa makan besoknya bisa mengucap syukur?”. Pendeta
tersebut berkata, “Nanti suatu saat kamu akan mengerti.” Akhirnya Ibu tersebut
berkata,”Saya baru mengerti waktu suami saya mengalami kanker.” Kalau kita
tidak mempunyai kekuatan dari firman Tuhan, belum tentu kita bisa melewatinya. Tanpa
memiliki kekuatan, orang bisa uring-uringan dan emosi. Sewaktu papa saya menderita
gagal ginjal selama 6 tahun, walaupun sudah menjadi hamba Tuhan, saya mengalami
kritis emosi, pikiran dan iman. Jangan berpikir hamba Tuhan itu hebat, karena
hamba Tuhan juga punya kelemahan. Waktu sang pendeta berkata, “Nanti kamu
mengerti saat mengalaminya”, akhirnya ia mengerti, Tuhan tidak meninggalkan
anak-anaknya sampai sekarang anak-anaknya sudah menikah. Dulu waktu suaminya
masuk rumah sakit, ia bahkan berutang Rp 20 juta dan terbukti Tuhan tidak
pernah meninggalkan anak-anakNya.
Saat membaca firman bagaimana? Bagaimana kita
menggalinya? Jangan hanya menjadi orang Kristen yang maunya “senang-senang”
saja, tetapi kita harus bergumul dan berjuang membaca firman Tuhan dengan baik.
Waktu menggalinya, ‘mutiara’ akan keluar dalam kebenaran dan kita menikmati karena
firman Tuhan adalah kekuatan seperti yang dikatakan nats Alkitab, “Aku
menikmati firman Tuhan setiap hari”. Kiranya kita bisa menyediakan waktu dan menggumuli
firman Tuhan dengan baik. Dengan melakukannya, maka kita akan hidup.
No comments:
Post a Comment