Pdt. Hery Kwok
Mat 24:37-39,45
37 "Sebab sebagaimana halnya pada zaman
Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum
air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh
masuk ke dalam bahtera,
39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum
air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak
pada kedatangan Anak Manusia.
Mat 25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam
perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang
besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Pendahuluan
Sam Pek Eng Tay adalah
kisah legenda dari Tiongkok mengenai tragedi romantika antara sepasang kekasih,
Sam Pek dan Eng Tay (Liang Shan Bo (梁山伯) dan
Zhu Ying Tai (祝英台)). Kisah ini sering dianggap
sebagai Romeo dan Juliet versi Tiongkok. Drama kolosal Sam Pek Eng Tay juga dipentaskan oleh Teater koma sejak 1988
sampai sekarang. Alur ceritanya (lakonnya) menarik, punya kekuatan dan membuat
orang terharu karena di dalam cerita itu, dikisahkan tentang Sam Pek dan Eng
Tay yang jatuh cinta dan walau cinta mereka dilanda badai kesulitan namun
mereka tetap setia sampai mati. Cerita-cerita romantis seperti ini membuat kita terharu saat
kisahnya mempunyai pesan tentang kesetiaan. Cerita yang memuat konten kesetiaan
akan mempunyai pengaruh pada orang-orang yang menyaksikannya. Cerita tentang romantika
banyak sekali, tetapi yang membawa pesan tentang kesetiaan mempunyai kekuatan
sendiri. Contoh lain : kekuatan film Titanic dimunculkan saat kedua tokohnya (Jack
dan Rose) menjunjung kesetiaan sampai maut memisahkan mereka. Ternyata
kesetiaan seperti itu luar biasa dipuji oleh orang-orang yang melihat filmnya.
Waktu kita mempunyai kualitas kesetiaan, orang akan mengacungkan jempol.
Kesetiaan itu sesuatu yang sangat langka dan tidak
semua orang bisa dan kuat melakukannya. Hal ini terbukti dari banyaknya orang
yang tidak setia. Banyak suami yang tidak setia walau ada juga istri yang tidak
setia. Ada orang tua yang tidak setia dengan anaknya sehingga membuang anak yang
Tuhan percayakan kepadanya. Begitu anaknya lahir langsung ditaruh di kardus dan
dibuang. Anak dari paman (apak) saya pernah melihat kardus yang berisi bayi
yang sangat kecil yang baru dilahirkan. Orang tua bayi tersebut tidak setia dan menolak merawatnya. Juga banyak anak yang
tidak setia terhadap orang tuanya. Saat sudah mapan ia tidak mau merawat orang
tuanya. Ada jemaat yang tidak setia. Kita sering mendengar jemaat yang tidak
setia dalam hal imannya terhadap Tuhan. Ia menjual imannya karena seraut wajah
yang tampan/cantik. Ada juga yang untuk jabatan, ia lebih baik membuang iman
kepada Tuhan Yesus. Ada orang yang mengeyampingkan rohaninya saat bicara jujur
karena ingin mendapat untung banyak. Ada jemaat yang karena tersinggung , bosan
atau alasan lain-lainnya, meninggalkan gereja. Kesetiaan memang hal yang langka.
Hamba yang Setia
Saya sendiri tidak
berani mengatakan bahwa saya adalah hamba Tuhan yang setia karena belum
mencapai akhir hidup. Namun ada 2 pesan dari tema “Hati Hamba yang Setia”. Kitab
Matius pasal 24-25 diberikan dalam konteks sebuah rangkaian khotbah tentang
akhir zaman yang disampaikan oleh Tuhan Yesus. Matius mencatat siapa hamba yang
setia pada pasal 25. Hamba yang setia adalah hamba yang diangkat dan didapati
tuannya melakukan tugas yang diberikannya. Pasal 25:21 hamba yang setia adalah
hamba yang setia melakukan perkara-perkara kecil. Pesan yang ingin disampaikan melalui
Mat 25:21 adalah :
1. Terkait dengan waktu : kita
tidak pernah tahu kapan kita akan diminta pertanggungjawaban atas
perkara-perkara yang dipercayakan kepada kita.
Nanti Tuhan Yesus akan datang di
atas awan-awan dan semua manusia bisa menyaksikannya. Itu menunjukkan keagunganNya.
Semua lidah akan mengaku dan semua lutut bertelut waktu kesetiaanNya dinyatakan
untuk kedua kalinya. Tidak ada mulut yang tidak mengatakan Dia adalah Tuhan.
Karena itu bentuk manifestasi manusia yang melihat Tuhan yang datang ke dunia.
Kita belum tahu kapan Ia akan datang. Sedangkan kedatangan Tuhan secara pribadi
terjadi waktu Ia datang menjemput saat kita meninggal. Tidak ada seorang pun yang
mencatat kapan kita akan mati, kecuali orang yang mau bunuh diri. Bahkan orang-orang
yang sakit parah pun , masih minta didoakan untuk cepat sembuh. Sehingga biar
separah apa pun sakit seseorang, saya tidak pernah berdoa agar orang tersebut cepat-cepat
meninggal. Saat saya membesuk di rumah sakit setiap Sabtu minggu ketiga dan
bertemu dengan pasien yang sakit kanker stadium 4, saya tidak berdoa agar Tuhan
mencabut nyawanya karena kalau hal itu terjadi maka itu adalah kehendak Tuhan.
Bagaimana kalau Tuhan mau orang sakit tersebut sembuh kembali?
Di dalam ketidak-tahuan waktu
inilah menyebabkan ujian terhadap
kesetiaan sulit sekali dilalui. Kita perlu mempersiapkan diri mennyongsong waktu
itu. Kita jangan sampai kecolongan. Ada waktu yang kita tidak tahu yakni waktu
yang dipakai Tuhan untuk menajamkan kesetiaan kita terhadapNya. Karena
kesetiaan itu sering hilang dan kabur seperti pada Mat 24:39. Di zaman Nabi Nuh,
orang makan ,minum, dikawinkan. Perjalanan hidup manusia sehari-hari dan
gemerlap hidupnya bisa membuat manusia hilang kesetiaan. Maka kita perlu
waspada dan tidak semua orang bisa mengakhiri hidup dengan baik. Ini merupakan pergumulan
bersama kita. Apa kita benar-benar seperti yang dikatakan Tuhan Yesus sebagai “Hai
HambaKu yang setia”. Ini perkataan yang luar biasa. Raja Diraja menyambut
dengan kata-kata yang luar biasa itu. Ujian waktu yang tidak pernah kita tahu
kapan terjadi atas diri kita. Itulah ujian yang membuat kita terlihat setia
atau tidak. Unsur-unsur dunia membuat kita ditarik untuk tidak setia. Saya dan
teman-teman seangkatan digodok selama 5 tahun di sekolah Alkitab. Di sini ada
pembentukan karakter yang kuat. Sekarang para mahasiswa teologia bisa lebih
cepat selesai S2 karena S1-nya dari sekolah sekuler. Sehingga kekuatan dan ketahanan
mentalnya belum teruji. Waktu keluar dari sekolah Alkitab, ada hamba Tuhan yang
melakukan ‘macam-macam’ seperti membawa kabur istri orang dan meninggal. Ia
sudah terjebak dengan pesona dunia. Dalam jebakan inilah pada saat waktu yang
tidak kita ketahui datanglah kematiaan sehingga sulit mengakhiri hidup dengan
setia. Di zaman dulu ada seorang pengusaha kedapatan meninggal tanpa busana
dengan perempuan yang bukan istrinya. Berita ini membuat heboh. Yang
mengenaskan bukan sang pengusaha melainkan istri dan anak-anaknya yang masih hidup.
Mereka menanggung malu karena sang pengusaha tidak setia dalam kemewahan yang
ia peroleh.
Kita
berada dalam ujian yang sama. Mari kita bersama-sama berjalan, saling menguatkan
dan bergandengan tangan supaya kita hidup dalam kesetiaan terhadap Allah sampai
akhir hidup kita. Waktu mengakhirinya, kita tetap setia kepada Tuhan. Masih
banyak tugas saat ini yang belum selesai, sehingga kita tidak berani bertemu
denganNya. Tugas kita sewaktu hidup ada dalam pelayanan di gereja , di rumah , di
keluarga, pada pekerjaan, lingkungan dan lain-lain. Dalam kurun waktu itulah
kita sedang menjalani ujian kesetiaan, karena tantangannya sangat kuat sekali.
2. Mat 25:21 Maka
kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik
dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu
tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu.
Hamba yang setia dapat dipersiapkan dalam kerajinan dan
ketekunan untuk melakukan tugasnya dengan baik. Dipersiapkan artinya dilatih.
Itu dimulai dari perkara yang kecil. Dalam kegiatan dan ibadah sehari-hari, banyak
jemaat yang tidak mengetahui orang-orang yang melakukan perkara-perkara yang
kecil (bahkan namanya tidak tercantum). Sedangkan menghadapi event besar
seperti Natal dan Paskah, semakin hebat jemaat mempersiapkannya. Ada yang
mengatatakan, “Coba selama 52 minggu ibadahnya seperti ibadah natal.” Karena selebihnya
ibadahnya melempem, tidak inovatif dan membuat jemaat tertidur. Ada jemaat yang
memang menjadikan gereja sebagai tempat tidur yang enak dan tidak ada hamba
Tuhan yang menegurnya kecuali Pdt. Stephen Tong. Padahal saat menghadapi even-even
tertentu latihannya luar biasa karena
kita berpikir akan tampil dalam momentum yang agung, mulia, besar dan
disaksikan orang. Itu menjadi kekuatan kita sehingga latihan-nya luar biasa.
Kalau kebaktian biasa, melihatnya juga
lemas. Apakah kita hadir sedemikian rupa? Apakah kita tiba di ibadah secara
tepat waktu? Kalau dihadapkan pada perkara yang kecil dan yang besar, biasanya
orang memilih perkara yang besar karena akan dilihat banyak orang sedangkan
perkara yang kecil tidak pernah dipandang.
Hal ini berbeda dengan kriteria
Tuhan yang mengatakan bahwa hamba yang
setia bukanlah hamba yang melakukan perkara yang besar tapi melakukan perkara
yang kecil. Karena ketekunan melakukan perkara yang kecil itu yang benar dan
Tuhan senang akan hal tersebut. Ujian
kedua menjadi hamba yang setia adalah harus dilatih dan dipersiapkan. Kalau dipanggil melayani sebagai MC, anggota paduan
suara, petugas persembahan (kolektan), penyambut tamu (usher) di gereja,
kesetiaan melakukan dan mempersiapkan diri, menunjukkan apakah kita pribadi
yang setia. Karena perkara kecil kita persiapkan dengan baik. Hal ini tidak
mudah. Maka kalau kita terbiasa mempersiapkan, kesetiaan itu membuat Tuhan
memberikan kepercayaan. Saat kita melakukan perkara kecil, kita orang yang
teguh dan setia. Karena dengan telaten dan konsisten melakukan perkara yang
kecil. Ini merupakan ayat penghiburan yang luar biasa. Membereskan tempat yang
kotor tidak ada yang melihat,tapi Tuhan yang melihat. Saya tidak masalah untuk membersihkan.
Sepanjang Tuhan dipermuliakan , tidak usah dipikirkan. Itu menjadi kebiasaan dan
karakter kita. Kesetiaan dimulai dari hal yang kecil. Seperti semen yang
mencetak sebuah bentuk , disitulah kita dibentuk. Omong kosong kalau di rumah
tidak rajin, di gereja menjadi rajin. Itu adalah gambar yang kecil, di gereja
hanya penampakan saja. Ujian hamba yang setia, kita harus konsisten dan tekun
melakukannya. Disitulah engkau akan menjadi besar. Tidak ada orang yang menjadi
besar tanpa ada yang kecil , tidak ada kekuatan kalau tidak dimulai dari yang
kecil. Di kitab Injil, kita menemukan kesetiaan Tuhan sangat hebat. Ia datang
dari kota ke kota untuk memberitakan kabar baik dan kerjaan Allah dengan baik.
Ia memberitakan sampai akhir hayatNya di bumi. Kemudian Ia akan datang kembali,
itu pasti. Itu bukan sesuatu yang kira-kira. Ia akan datang dan sudah digenapi
sesuai nubuatannya di kitab Kejadian. Seluruh nabi –nabi sudah membuat nubuatan
yang kemudian sudah digenapi. Ia akan kembali sudah digenap. Ia akan datang
kembali. Ini seharusnya mendorong kita karena pasti ia akan datang. Kira-kira
kita akan mempersiapkan diri dengan setia dan melayani dia? Apakah kita setia
dalam perjalanan iman kita?
Ibadah kenaikan Tuhan Yesus tidak populer, karena ia
naik. Tapi kalau turun , itu akan menakjubkan sekali menyaksikan Allah turun di
atas awan-awan. Kita di kutub Utara melihatnya, yang di bawah lihat di atas,
yang di Timur bisa lihat di Barat dan sebaliknya. Itu Tuhan yang buat. Kalau
kita diijinkan ada dan melihat, dan tidak persiapkan diri, maka kita akan malu.
Kalau kita tahu kepastiannya dan mempersiapkan dengan baik, maka kita akan
bahagia. Mari belajar setia. Itu barang langka. Tidak semua orang dapat
melakukannya. Karena harus konsisten dan tekun.
No comments:
Post a Comment