Pdt. Hery Kwok
Kisah Para Rasul 2:41-42
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga
ribu jiwa.
42 Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa.
Kisah Para Rasul 4:23-31
23 Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan
Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu
yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka.
24 Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu,
berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah
yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.
25 Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan
hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa,
mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
26 Raja-raja dunia bersiap-siap dan para
pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya.
27 Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam
kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa
Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
28 untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah
Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.
29 Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana
mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk
memberitakan firman-Mu.
30 Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan
orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu
yang kudus."
31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah
tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu
mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Pendahuluan
Kisah 2:41 Orang-orang yang
menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Istora Senayan mempunyai kapasitas untuk menampung sekitar 8.000 orang. Jadi
kalau ada 3.000 orang bertobat berarti mereka
memenuhi hampir separuh kapasitas stadion. Kisah
2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Ada 2 kata
menarik yang dicatat oleh dr. Lukas yaitu “bertekun” yang berarti serius, sungguh-sungguh
dan antusias dan “mereka berkumpul dan memecahkan roti dan berdoa”. Jadi dikatakan
mereka antusias, serius dan selalu berdoa. Ini catatan pertama dari Kisah
2:41-42.
Dalam catatan Lukas pada
pasal 4:31 dikatakan, “Dan ketika mereka
sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh
dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” Pada
saat mereka berdoa, goyanglah tempat mereka berada. Goyangan ini bukan karena
tsunami, gempa bumi atau bangunannya akan roboh, tetapi ini merupakan
manifestasi pekerjaan Allah. Dalam kekuatan Roh Kudus waktu berdoa tempat itu
bergoyang. Dalam Perjanjian Lama, saat Allah hadir dinyatakan bahwa “tempat itu
dipenuhi kemuliaan” dan disebutkan “bergoyanglah tempat itu”, “mereka melihat
kemuliaan Allah dan mereka tidak tahan”.
Roh Kudus dan Spirit
Berdoa
Suatu kali di sebuah
gereja ada seorang majelis (panatua) yang memperhatikan kehadiran seorang pemuda yang
rajin berdoa. Majelis ini tertarik karena biasanya yang rajin berdoa adalah orang-orang
yang telah berusia tua. Jadi di antara jemaat berambut putih ada yang berambut
hitam hadir mengikuti persekutuan doa. Majelis itu menganggapnya hebat sekali
dan kemudian ia bertanya, “Dik, sekitar
8 minggu ini saya perhatikan kamu rajin datang ke persekutuan doa, saya
ingin tahu apa yang membuatmu rajin berdoa.” Pemuda itu menjawab, “Saya sedang menghadapi
masalah besar. Saya berpikir berdoalah cara yang paling tepat untuk
mengatasinya.” Majelis tersebut senang sekali mendengarnya karena menganggap
hal itu merupakan aplikasi dari firman yang ditabur dari mimbar dalam kehidupan
sehari-hari. Pemuda ini terus rajin datang ke persekutuan doa selama 3 bulan.
Namun memasuki bulan keempat dan kelima, pemuda ini datang ke persekutuan doa
secara bergilir pada Rabu minggu kesatu dan ketiga. Selanjutnya kunjungan menurun
menjadi 1 kali dalam sebulan. Majelis ini penasaran. Saat sang pemuda datang
lagi ia betanya, “Dulu kamu rutin berdoa. Mengapa sekarang kuantitasnya menurun?
Awalnya setiap Rabu berdoa. Kemudian hanya Rabu ganjil dan sekarang malah sebulan
hanya sekali.” Pemuda ini hanya tersenyum-senyum mendengar pertanyaan ini dan
tidak memberikan jawaban. Sang Majelis terus memperhatikan. Ternyata kehadiran pemuda
ini di persekutuan doa hanya 3 bulan sekali. Jadi Sang Majelis bertanya kembali
kepadanya, “Maaf kalau dahulu pertanyaan saya membuatmu tidak nyaman. Hanya
saya benar-benar ingin mengetahui mengapa sekarang kamu hanya datang 3 bulan
sekali?” Akhirnya sang pemuda menjawab, “Sebenarnya dahulu saya ingin menjawab
pertanyaan Bapak namun karena malu saya tidak menjawabnya. Sekarang ini saya
jarang berdoa karena doa saya sudah dijawab. Jadi buat apa lagi berdoa?”
Apa yang ada di benak
kita saat berdoa? Apakah doa menjadi sebuah bagian kecil alias sempalan saja
dalam kehidupan kita? Kalau tidak berdoa merasa tidak afdol saja atau doa itu
dilakukan hanya saat ada kebutuhan? Kita tidak ikut persekutuan doa karena
menganggap bahwa yang penting sudah datang beribadah pada hari Minggu. Itu dianggap sudah cukup sehingga tidak perlu lagi
datang di persekutuan doa. Orang seringkali memiliki pemahaman yang tidak kuat
tentang doa. Banyak yang mengira, berdoa hanya dilakukan saat sedang memiliki kebutuhan
atau menghadapi kesulitan. Bila sedang bahagia, makmur, hidup berjalan lancar,
tidak ada hal yang membuat kesulitan, maka datang ke persekutuan doa menjadi
hal terakhir yang dilakukan oleh orang Kristen.
Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas dan
diletakkan setelah kitab Injil. Lukas dipakai Tuhan untuk mencatat perkembangan
sejarah awal kekristenan. Saat pentakosta , Allah melawat umatNya dan
memberikan Roh Kudus dan pada Lukas
pasal 2 diberitakan bahwa ada 3.000 orang bertobat. Lukas mencatat perjalanan gereja
sejati yang lahir dari perbuatan Allah sendiri.
A.
Jemaat mula-mula
mempunyai ciri-ciri berdoa , yang merupakan tanda Roh Kudus bekerja.
Ada 3 tanda Roh Kudus bekerja :
1. Membuat orang percaya
pada Yesus. Roh Kudus melahirbarukan orang-orang menjadi percaya pada Tuhan Yesus.
Mereka bergabung dalam perkumpulan di gereja. Pekerjaan Roh Kudus dimunculkan
demikian hebat membuat seseorang bisa percaya. Jika bukan pekerjaan Roh Kudus
tidak ada orang bisa percaya. Memberi keberanian percaya pada Yesus.
2. Roh Kudus membuat jemaat
mula-mula sebagai perkumpulan orang percaya mempunyai sukacita untuk berdoa.
Ini gambaran sebagai ciri dari gereja mula-mula. Ciri dimana orang-orang
percaya-nya tekun berdoa. Roh Kudus membuat orang percaya setia berdoa.
3. Roh Kudus memberikan
spirit penginjilan.
Pemahaman kita dalam
berdoa berasal dari kitab Kisah Para Rasul. Kitab ini berbicara tentang berdoa yang
menjadi ciri dari gereja yang paling
kuat. Berdoa merupakan karakteristik dan sehingga gereja disebut sebagai gereja
yang berdoa. Jadi sifatnya bukan sempalan yang baru dilakukan saat dibutukan.
Berdoa adalah hidup dari gereja itu. Itu ciri dari gereja. Waktu orang melihat
cirinya, orang akan mengatakan gereja itu berdoa seperti yang terjadi pada gereja-gereja
di Korea. Orang-orang yang berkunjung dan belajar di Korea, setelah kembali mereka mengatakan bahwa gereja di sana adalah
gereja yang berdoa karena kehidupan bergereja di sana kental dengan doa.
Saat bersekolah para
siswa seringkali punya guru favorit. Guru yang begitu masuk pasang muka angker,
memakai suara yang menggelegar menakutkan dan kalau murid salah dicubit tidak
akan menjadi guru favorit. Guru sekarang patut dikasihani karena tidak boleh
mengajarkan disiplin. Misalnya : Guru Biologi SMPN 1 Bantaeng, Nurmayani resmi
ditahan Kamis 12 Mei 2016 karena mencubit anak polisi yang nakal untuk
mendisiplinkannya. Di samping itu juga ada guru honorer SDN Penjalin Kidul V,
Majalengka, Jawa Barat, Aop Saopudin yang dilaporkan ke polisi karena melakukan
tindakan disiplin dengan memotong rambut para siswanya saat melakukan razia
rambut gondrong. Dulu saya senang berambut panjang. Saat rambut saya dipotong oleh
guru, orang tua saya tidak melapor ke Komnas HAM. Guru yang disukai adalah guru
yang tenang, tidak pernah marah-marah, kalau siswa tidak buat PR tidak dihukum
dan kalau siswa ulangannya jelek tidak disorot. Jadi guru favorit punya ciri-cirinya.
Demikian juga dengan gereja. Ciri-ciri gereja yang keluar adalah berdoa. Lukas
mencatat 3.000 orang yang menerima perkataan Petrus saat Roh Kudus melawat, berkumpul
dan berdoa. Saya bergidik saat membaca bagian ini karena mereka hidup dalam kondisi
yang tidak mudah berdoa. Mereka sangat antusias dan rindu berdoa dalam kondisi
susah berdoa, karena gereja mula-mula mendapat intimidasi dalam kondisi politik
saat itu dan dari orang Yahudi. Saat itu, bukan perkara mudah untuk berdoa.
Sekarang kita di Indonesia tidak ada tekanan dan intimidasi. Kita dipagari oleh
UU dan aturan yang jelas sehingga kesempatan berdoa sangat luas dan mudah. Hal
ini merupakan perbedaan yang menyolok dengan kondisi gereja mula-mula. Doa
adalah ciri hidup yang bisa dilihat oleh orang lain. Sebagai orang Kristen yang
mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan , maka Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita
memberikan ciri sebagai orang yang berdoa.
Roma 8:26 Demikian
juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Rasul Paulus berbicara kepada
jemaat di Roma bagaimana Roh membantu orang berdoa. Saat mengaku Yesus sebagai
Tuhan, Roh Kudus membangkitkan semangat untuk berdoa. Mari pikirkan baik-baik,
apakah kita menjadi orang Kristen yang dikenal dengan ciri berdoa? Apakah gereja
ini dikenal sebagai gereja yang berdoa? 10 tahun mendatang kalau kita
mengunjungi gereja di Korea kalimatnya akan sama yaitu gereja di sana adalah
gereja yang berdoa. Yang berdoa di sana bukan orang tua saja tapi juga orang
muda. Mereka rutin berdoa pagi. Berbeda dengan kondisi di sini. Ada yang kalau
nonton sepak bola tahan tidak tidur sampai pagi, tapi begitu diminta berdoa malas.
Ev. Alvian mengatakan kalau di Korea , keinginan untuk berdoa jemaat di sana kuat
sekali. Mari kita refleksikan pada diri kita sendiri, “Apakah ciri saya sebagai
orang berdoa ada tidak?” Kami rohaniawan, belajar agar doa menjadi bagian hidup
kita. Saat keluar kota untuk berdoa agar tidak ada gangguan, kami mencari
tempat yang baik. Kami bertanya kepada pemiliknya, “Tante boleh pinjam tempatnya
untuk digunakan sebagai tempat untuk berdoa?” Sang Tanter terheran-heran dan
bertanya,”Kok rame ya yang berdoa?” Menurut Tante itu, doa menjadi hal yang
langka. Itu perkara penting untuk dipikirkan bersama. Roh Kudus dan berdoa
menjadi ciri dari orang percaya sehingga melahirkan orang yang dikenal sebagai pelayan
Tuhan.
B.
Doa adalah bentuk
pengakuan kita sebagai orang yang tidak mampu
Kisah 4:23-24 Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan
Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu
yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. Ketika teman-teman
mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya:
"Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala
isinya. Roh Kudus dan spirit berdoa melahirkan orang-orang yang menyadari bahwa doa
adalah kekuatan saat kita tidak mampu. Saat Petrus dan Yohanes sebagai rasul berada
di penjara , jemaat merasa kehilangan tokoh, panutan dan rasul mereka. Tetapi
waktu Allah memberikan pertolongan dengan membebaskan kedua rasul itu, respon
orang-orang yang mendengarnya : berdoa! Doa yang mereka angkat dari kitab
Mazmur. Kisah 4: 29 Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana
mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk
memberitakan firman-Mu. Roh Kudus bekerja dengan karakterisitik yang kuat
yaitu menginjil. Waktu berdoa, kita menyatakan bahwa kita tidak punya kekuatan dan
kita membutuhkannya. Tuhan membenci dan sangat menentang orang sombong. Dalam
kitab yang ditulis Rasul Paulus dikatakan “Rendahkanlah dirimu. Jangan menjadi
orang sombong karena Allah murka dengan orang sombong”. Dosa nenek moyang kita
adalah kejatuhan karena pikiran yang tidak mau diatur dan tidak mau berharap
pada Allah Kesombongan seperti inilah (saya
bisa mengatur diri sendiri dan berbuat seperti yang saya mau) menjadi pikiran
orang-orang jahat. Orang sombong tidak punya kekuatan dan apa-apa lagi untuk
melakukan tugas (menyaksikan Kristus dalam hidup mereka). Berbeda dengan jemaat
gereja mula-mula yang karena ada tekanan dari penguasa kota mereka berkata, “Ya
Tuhan tolonglah!” Doa merupakan kesempatan untuk menyatakan kepada Allah, “Saya
membutuhkan Engkau dalam hidup dan semua hal yang saya kerjakan.
Berdoa berarti menyatakan orang-orang percaya membutuhkan
Kristus. Allah senang orang-orang seperti ini. Karena hati mereka berharap pada
Tuhan. Selasa kemarin , seluruh karyawan gereja melakukan penyegaran di Ancol. Setelah
makan saya menjadi babysitter bagi
Timo, anak Mario-Lydia. Saya suka kepada anak yang tidak banyak digendong
sehingga saya meminta Timo untuk jalan sendiri. Dia senang sekali dengan suasana
baru. Anak kecil larinya tertatih-tatih namun tidak takut jatuh. Saat Timo lari,
saya yang takut dia terjatuh. Waktu ia mau jatuh saya buru-buru mengangkatnya,
lalu saya arahkan dia berjalan lagi di atas pasir. Dia senang. Lalu dia naik ke
pembatas pantai dengan laut membuat saya takut dia terjebur sehingga saya tarik
dia. Hari itu saya belajar satu perkara : menghadapi ketidakmampuan orang maka belas
kasihan kita keluar. Saya merasa berbelaskasihan kalau Timo jatuh. Saya merasa
dia perlu diperhatikan dalam ketidakmampuannya. Saya senang menolongnya. Allah
senang dengan orang yang rendah hati dan dekat denganNya. Allah senang umatNya
berdoa bukan karena Tuhan tidak ada pekerjaan sehingga menunggu kita berdoa
tetapi dia senang melihat anak-anakNya berkata, “Tuhan saya sungguh-sungguh
membutuhkanMu” karena pikiran dan uang
saya tidak mampu menolong saya.
Saat kita menyanyikan
lagu “Allah Peduli”, apa yang dipikirkan dalam hati?” Apa kita benar-benar
peduli? Begitu kita mempunyai banyak uang dan kekuatan yang hebat, apakah kepedulian
Allah terasa? Kalau saya sudah bisa berusaha, memiliki depositio, punya gaji (penghasilan)
, apakah hal itu membuat Allah sebagai sumber doa yang sungguh kita harapkan?
Dalam Kisah Para Rasul, jemaat gereja
mula-mula sungguh-sungguh bertelut dan meminta Allah menolong mereka karena
mereka sadar mereka tidak mampu. Namun pada saat gereja menjadi ‘kuat’ di abad
5 mereka lupa hal ini sehingga gereja hancur. Saat gereja tidak menyadarinya,
maka barulah Allah berkarya dan memanifestasikan kuasaNya. Goyanglah tempat itu
karena manifestasi kekuatan Allah dan Roh Kudus. Di situlah membuat gereja
menjadi kuat. Tidak ada yang lebih hebat
daripada Tuhan. Waktu berdoa, disitulah kekuatan Allah bekerja . Doa lahir dari
kesadaran bahwa Roh Kudus ada di dalam diri saya. Roh Kudus menyadarkan bahwa kita
tidak mampu dan butuh belas kasihan sehingga kita perlu berdoa dengan setia.
No comments:
Post a Comment