Pdt. Jhonny Salomo Wihu (Liao
Wei Hu)
1 Kor 3:16 Tidak tahukah
kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Kol 3:13 Sabarlah kamu
seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang
seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni
kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Pendahuluan
Saya mengajar di salah satu Sekolah Tinggi
Teologia. Suatu kali ada seorang rekan dosen yang sakit. Gejala sakitnya : seringkali
malam tidak bisa tidur , sakit kepala dan pencernaannya (makan) tidak enak sehingga
badannya yang awalnya gemuk menjadi kurus. Ia sudah pergi ke banyak dokter
selama 2,5 tahun, tetapi sakitnya tidak juga sembuh. Setelah hampir 3 tahun
sakit , ia pergi lagi ke seorang dokter. Kebetulan dokter ini orang Kristen. Setelah
memeriksa dengan teliti, dokter berkata, “Bapak ,secara medis saya tidak
menemukan penyakit bapak. Jantung, paru-paru bagus, ginjal dan organ lainnya juga
bagus. Jadi saya tidak tahu apa penyakit Bapak. Tetapi permisi tanya, ‘Apakah
ada sesuatu yang menekan jiwa Bapak? Apakah ada rasa dendam atas kesalahan yang
belum Bapak ampuni?’” Mendengar pertanyaan itu, hati dosen ini tersentak. Ia
teringat kejadian 3 tahun lalu. Saat itu ia bertengkar dengan seorang rekan
kerjanya sehingga ia merasa sakit hati, marah, terluka dan dendam. Ia menyimpan
amarahnya dan tidak mau mengampuni rekannya itu. Dalam hidup ini ada penyakit
yang disebabkan oleh jiwa kita dan kemudian mempengaruhi tubuh kita. Penyakitnya
dinamakan psikosomatis (gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik)
seperti yang dialami Sang Dosen. Masalahnya : ia tidak bisa mengampuni orang
yang bersalah kepadanya. Seringkali dalam kehidupan, kita berjuang melawan dosa
dan terus mengalami kegagalan.
Roh Kudus Menyembuhkan Luka
Batin Kita
Dalam hidup seringkali kita tidak mampu menyembuhkan
luka batin , namun kita bersyukur ada Roh Kudus yang Tuhan sediakan bagi kita. Roh
Kudus diberikan kepada orang yang percaya pada Tuhan Yesus. Kuasa yang
diberikan itu dapat mengubah manusia. Roh Kudus berkarya memperbarui dan
melahirbarukan kita. Dosa kita diampuni melalui darah Kristus dan kita dijadikan
anak Allah. Karena rahmat anugerahNya kita diselamatkan dan Roh Kudus masuk
dalam hati kita. Rasul Paulus mengatakan pada 1 Kor 3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa
Roh Allah diam di dalam kamu? Sebelum mengampuni orang lain, kita harus
diperbarui terlebih dahulu. Kita tidak mampu mengampuni orang lain sebelum kita
disembuhkan terlebih dahulu dari luka batin kita. Roh Kudus akan menyembuhkan
luka batin kita. Pada Ayub 5:18 dikatakan Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang
memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Pada Maz 147:3 dikatakan
Ia menyembuhkan orang-orang yang patah
hati dan membalut luka-luka mereka;. Kita tidak mungkin mengampuni orang
lain sebelum diri kita yang terluka disembuhkan.
Ada kisah tentang mertua dan menantu yang tidak
akur dan selalu ribut seperti Tom dan Jerry. Sang Mertua menjelekkan sang
Menantu kepada anaknya, “Istri kamu harus diajar untuk menghormati mama. Istri
kamu malas dan jarang mandi.” Sedangkan Sang Menantu mengadu kepada suami, “Mama
kamu harus diajar bagaimana menghargai menantunya. Mama kamu cerewetnya minta
ampun.” Posisi sang pria terjepit antara sebagai anak menghadapi ibu dan
sebagai suami menghadapi istri. Suatu ketika Sang Menantu merasa jengkel, lalu ia
pergi ke seorang dokter. Dokter mendengarkan cerita versi Sang Menantu yang
menjelek-jelekkan Sang Mertua yang selalu mengawasi dan meminta anaknya untuk
taat kepadanya. Si dokter berkata, “Begini saja. Bagaimana kalau ibu mertuamu dibunuh
saja?” Sang Menantu kaget dan bertanya,”Dibunuh? Bagaimana caranya?” Sang
dokter berkata,”Saya kasih obat yang bisa membunuh secara perlahan-lahan supaya
kamu tidak ketahuan sebagai pembunuh. Kamu berikan obatnya selama 1 bulan. Agar
tidak ketahuan, selama 1 bulan kamu harus berbuat baik kepada mertuamu. Ajak
main ke mal, belikan makanan kesukaannya” Sang Menantu berkata, “Saya setuju”
dan ia pun pulang membawa obat itu. Setelah
itu ia mengunjungi rumah mertuanya. Ia berusaha
mengambil hati Sang Mertua dan berkata, “Mama harus minum obat ini setiap hari.”
Menantu yang dulunya tidak pernah kirim makanan, sekarang masak dan kirim ke
mertuanya. Hal ini dilakukan tidak hanya
sehari. Keesokan harinya ia mengirim lagi makanan yang enak. Dia mengajak mertuanya
ke mal berbelanja dan ia yang bayar. Sang Mertua tidak tahu. Dia pikir menantu
jadi baik dengannya. Timbullah rasa sayang ke menantunya. Mertuanya juga masak
dan kirim ke menantunya sehingga terjadi balas membalas kiriman makanan. Mertuanya
terus makan obat yang diberikan Sang Menantu. Setelah berjalan 2 minggu , Sang
Menantu berpikir, “Tinggal 2 minggu lagi” dan dia berusaha lebih baik lagi.
Mertuanya jadi lebih sayang. Ia sering menelpon padahal dulu boro-boro dan sekarang diajak main. Kalau
Sang Menantu tidak datang, dicariin”Kemana memantunya?”. Sekarang sudah berjalan
3 minggu. Sang Menantu mulai berdebar-debar , “1 minggu lagi mertua saya mati.”
Waktu berjalan sehingga tinggal 3 hari lagi. Dia datang ke Sang Dokter, “Dokter,
tinggal 3 hari lagi mertua saya makan obat. Pasti mati kan?” “Ya “, jawab Sang
Dokter. “Waduh dokter bagaimana ya? Sekarang mertua saya sudah berubah. Dia
sudah baik dengan saya, dan saya juga sayang kepadanya. Kalau dia mati
bagaimana? . Saya sudah menganggap dia sebagai mama sendiri.” Sang Menantu
berkata dengan cemas. Sang dokter berkata, “Ya sudahlah, kamu sudah putuskan membunuh
mertuamu.” Sang Menantu pun pulang dengan
gelisah. Dia tidak bisa tidur , mertuanya 3 hari lagi mati. Waduh bagaimana ya?
Saya sudah sayang dengannya, dia sudah berubah. Sering kirim makanan, kasih
barang, membelikan cincin dan kalung. Tidak ada mertua sebaik dia di dunia ini.
Sekarang tinggal 1 hari lagi. Ia datang ke dokter lagi . “Dokter, tolong dokter!
Kasih obat penawar ke mertua saya agar besok tidak mati!” seru Sang Menantu. “Lho
mengapa? Bukannya kamu mau mertua kamu mati?” kata Sang Dokter. “Tidak Dokter. Sekarang
ia sudah berubah dan sayang dengan saya.” Kata Sang Menantu. “Dulu kamu bilang mertuamu jahat dan kamu tidak
bisa mengampuninya.” Sang dokter mengingatkan. Sang menantu merasa bersalah, “Tidak.
Saya sudah bisa mengampuni kesalahannya dan menganggap dia sebagai mama saya.
Sekarang dokter kasih obat penawarnya supaya
besok dia tidak mati.” Sang dokter bertanya lagi, “Memang bagaimana ceritanya?”
Sang Menantu menjawab,”Bukankah dokter berkata bahwa selama sebulan saya harus
berbuat baik dan mengampuninya. Saya sudah melakukannya. Sekarang semua sudah
berubah dan saya tidak mau dia mati!” Sang Dokter berkata, “Obat yang saya
kasih itu bukan racun tapi vitamin. Jadi mertua kamu tidak akan mati. Kita tidak
bisa berbuat baik dan mengampuni orang kalau hati masih terluka. Kita harus membutuhkan kuasa Roh Kudus
bekerja dalam diri menyembuhkan diri kita.
Roh Kudus Membuat Buah
Roh dalam Hidup Kita.
Dia bukan saja menyembuhkan tapi juga membuat buah
ROH dalam hidup kita. Buah Roh bukanlah sesuatu yang kita kerjakan. Ini
pekerjaan Tuhan dalam diri orang yang percaya. Roh Kudus berperan dan akan
menghasilkan buah-buah roh dalam hidup kita. Tanpa peranan Roh Kudus manusia
yang berdosa tidak mungkin menghasilkan buah-buah roh in. Ketika Dia berdiam
dalam diri kita, Dia menghasilkan buah roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri (Gal 5:22-23a). Berbeda dengan pekerjaan daging. Buah daging bertentangan
dengan buah Roh. Sebelum membahas buah Roh , pada Galatia 5:19-21 Rasul Paulus
membahas terlebih dahulu tentang buah daging.
Perbuatan daging telah nyata,
yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta
pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu —
seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan
hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Hidup
dalam daging seperti Sang Menantu yang ingin membunuh Sang Mertua. Seseorang
yang hidup di dalam daging, ia suka menyimpan rasa marah, berseteru, iri hati,
dendam dll. Berbeda dengan Roh Kudus yang menghasilkan buah dalam kehidupan
orang percaya berupa hidup dalam kedamaian dan sukacita, hidup dalam kasih.
Saya hari ini khusus dibahas tentang kasih ini. Kol 3:13 Sabarlah kamu seorang
terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang
menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu,
kamu perbuat jugalah demikian.
Ekspresi Kasih adalah
Mengampuni.
Mengampuni adalah ekspresi kasih. Ekspresi kasih
dalam mengampuni seperti Tuhan Yesus yang walaupun disalibkan, disiksa dan
menanggung segala dosa kita di kayu salib mengatakan ,” Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat (Lukas 23:34). Saat seseorang kehilangan kasih maka ia akan sulit
mengampuni. Tetapi kalau ada kasih, ia bisa mengampuni. Seperti Yesus mempunyai
kasih sehingga mampu mengampuni manusia, seperti juga Roh Kudus. Inilah yang
disebut sebagai kasih Agape. Yaitu semangat jiwa yang tidak mencari keuntungan atau
apapun tetapi memberikan yang baik kepada orang lain. Tidak mengharapkan orang
lain memberi tapi selalu memberi. Itulah agape. Setiap orang percaya kepada
Tuhan Yesus telah menerima kasih agape ini. Kita telah menerima pengampunan
yang cuma-cuma dari Tuhan. Karena Tuhan mengasihi kita. Oleh sebab itu, kasih
ini harus dibagikan juga kepada orang lain yang bersalah kepada kita mengikuti
teladan Tuhan Yesus. Sama seperti Tuhan telah mengampuni, kita juga harus
mengampuni. Penelitian psikolog di Amerika menyimpulkan, “Orang berbahagia
bukan karena kekayaan melimpah tetapi karena punya sahabat dan bisa menampuni
orang.” Dalam harian USA Today dikatakan, “Orang yang paling berbahagia adalah
orang yang dikelilingi oleh saudara dan teman yang tidak punya masalah dan
mudah mengampuni.” Ketika kita sulit mengampuni maka kita sulit mengalami
kebahagiaan dalam hidup ini. Ketika kita bisa mengampuni, tubuh kita bisa menjadi
sehat. Pengampunan itu menyembuhkan kita.
Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang hamba raja
yang tidak mau mengampuni (Matius 18:21-35). Hamba tersebut punya utang begitu besar
kepada raja (10.000 talenta) dan tidak bisa membayarnya bahkan bila ia menjual seluruh
harta termasuk istri dan anak-anaknya. Dia kumpulkan uang hasil kerjanya sampai
matipun tidak bisa membayar lunas utangnya lalu ia datang kepada raja meminta
belas kasihan raja agar diberi waktu untuk melunasi utangnya. Raja melihat bahwa
hamba ini tidak akan mampu membayar, maka raja berkata,”Sudah aku ampuni dan
bebaskan utangmu. Sang hamba merasa sukacita karena dia bebas dari utangnya
yang begitu besar. Tetapi apa yang terjadi ketika ia keluar dari istana raja?
Dia melihat ada temannya sesama hamba (pegawai) raja yang berutang kepadanya sebesar 100 dinar
(jumlah yang jauh lebih kecil dari utangnya kepada raja). Dia langsung mencekik
leher temannya dan mengancam,”Bayar sekarang!” dan dia pun memukul teman itu .
Kejadian ini didengar oleh raja sehingga raja pun memanggilnya. Raja berkata, “Betapa jahatnya
engkau. Hutangmu sudah saya bebaskan. Tetapi kamu melakukan yang tidak baik
kepada rekanmu. Sekarnag saya minta hutangmu kau bayar kembali!” Karena tidak
bisa membayar utang, dia pun dimasukkan ke penjara dan disiksa oleh algojo.
Cerita ini menggambarkan tentang dosa kita yang begitu banyak yang telah Allah hapuskan.
Kalau ada orang yang menyakiti hati kita yang tidak sebesar dosa kita kepada
Allah, mengapa kita tidak bisa mengampuni? Ingatlah kasih Tuhan yang begitu
besar yang telah menyelamatkan kita. Dia telah mengorbankan diriNya mati di
kayu salib. Ingatlah ketika kita tidak bisa mengampuni, betapa banyak dosa kita
yang Tuhan sudah ampuni. Kalau kita tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain,
kita akan berhadapan dengan algojo-algojo. Algojo ini bisa saja berupa sakit-penyakit
seperti sakit jantung, migrain, maag ,
tidak bisa tidur , tidak enak makan dan lain-lain seperti yang dialami oleh
dosen di atas. Dia tidak bisa mengampuni kesalahan rekannya sehingga dia
berhadapan dengan algojo yang menyiksanya. Kita harus belajar mengampuni
seperti Tuhan telah mengampuni kita.
Ada seorang Ibu datang ke pendetanya dan menceritakan betapa susah hidupnya. Suaminya selingkuh ,
membawa uang, kendaraan dan tidak pulang karena selingkuh. Waktu ketahuan
ternyata ia sudah mempunyai seorang anak. Selingkuhan ini kemudian meninggal
dan Sang Suami kemudian selingkuh lagi dengan wanita yang kedua dan punya 2 orang
anak. Mereka bertengkar dan akhirnya berpisah dan kedua anak ini dibawa ke
istri petama. “Kamu mau menerima saya tidak? Kalau mau , kamu harus menerima 2
anak kecil ini.” Ibu ini bisa menerimanya dan menganggapnya sebagai anak
sendiri dan mengampuni suaminya. Tetapi tidak lama kemudian, suaminya
selingkuh dengan wanita keempat. Setelah
itu Sang Suami terkena penyakit hepatitis yang berat sampai menderita sirosis
(kanker hati). Pada waktu saya membesuknya, tubuhnya sudah menjadi kuning dari kepala
sampai kaki. Istri yang keempat membawa Suami ini ke istri pertama dan
menyerahkannya “Inilah suamimu.” Waktu pergi Sang Suami gagah dan sehat dan
sekarang usianya sekitar 52 tahun dan hanya terbaring di tempat tidur saja. Ia
ibarat sampah sehingga tinggal dibuang saja. Waktu saya melayani Ibu ini, dokter
mengvonis, “Umurnya tidak akan lama lagi!” Saya terbeban dan berdoa agar Sang
Suami sebelum dipanggil Tuhan membereskan dulu masalahnya dengan istri yang
pertama. Saya bertanya ke istri pertama,”Bisakah Ibu menerima Bapak ini yang
telah sangat melukai hati ibu? Kalau ibu
bisa mengampuni dia, bisikan ke telinganya.”
Sang Ibu mendekati suaminya dan berbisik di telinganya, “Saya sudah
mengampunimu sejak dulu. Saya menerima kamu apa adanya.” Dari mana kekuatan ibu
ini kalau bukan dari Tuhan? Tidak mudah bisa mengampuni orang yang melukai hati
kita. Ibu ini seorang yang percaya Tuhan, mantan majelis seperti juga suaminya. Ibu ini ada Roh Kudus yang memampukannya
untuk mengampuni suaminya dan bisa menerima kembali suaminya. Firman Tuhan
katakan, “Ampunilah orang yang bersalah kepadamu!” dan ini adalah perintah. Namanya
perintah harus ditaati dan dilakukan. Kita tidak bisa memilih dan menolak perintah
Tuhan. Kalau kita mentaati perintah Tuhan maka ada damai sejahtera di hati dan
hidup kita. Kita pun menjadi sehat. Tetapi kalau kita tidak melakukan perintah
Tuhan untuk mengampuni, maka luka itu tetap ada dalam hati kita. Kita minta Roh
Kudus menjamah hati kita. Roh Kudus menyembuhkan hati kita. Kita berterima
kasih kepada Tuhan untuk menyalurkan kasih itu. Kita jangan mengeraskan hati,
tetapi kita harus membagi kasih itu pada orang lain dengan cara mengampuni
orang yang bersalah.
No comments:
Post a Comment