Pdt. Paulus Daun
Matius 28:16-20
16 Dan
kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus
kepada mereka.
17 Ketika
melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
18 Yesus
mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi.
19 Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus,
20 dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Matius 9:35-37
35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan
desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga
serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
36 Melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37 Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit.
38 Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu."
Amanat Agung untuk Memberitakan Injil
Ketika Yesus Kristus belum
terangkat ke sorga, ia meninggalkan suatu perintah yang penting sekali (Amanat
Agung) kepada para muridNya untuk pergi memberitakan Injil. Sebelum menyampaikan
pesan ini kepada murid-muridNya, Dia menyatakan bahwa segala kuasa di sorga dan
di bumi telah diberikan kepadaNya. Mengapa Yesus menyatakan terlebih dahulu hal
ini? Ia ingin menyampaikan ke murid-muridNya dan setiap kita bahwa Amanat Agung
ini adalah perintah dari Raja Diraja dan Tuhan di atas segala tuhan. Amanat ini
bukan meminta atau mengajak kita tetapi suatu perintah (命令
mìng lìng)
kepada kita yang diberikan Tuhan sendiri kepada kita. Maka setiap kita yang
menerima perintah ini, tidak ada alasan untuk menolaknya. Kita menerima
perintah ini dengan satu sikap untuk mentaati dan mengikutinya. Kalau Tuhan
Yesus memberikan perintah kepada kita maka tIdak ada alasan menolak dan tidak
mau mengikutinya. Kita seringkali mengatakan kita sibuk sehingga jangankan
mengabarkan injil, datang beribadah minggu saja tidak. Tetapi ini perintah yang
diberikan oleh Tuhan, tidak ada alasan untuk menolaknya. Tidak bisa beralasan
sibuk atau tidak ada waktu. Hanya ada satu sikap yakni HARUS TAAT dan
MENJALANKANNYA! Saya kira semua orang sudah mengerti hal ini. Hamba Tuhan di
mimbar sudah menyampaikan hal ini kepada kita. Kalau kita mengerti Amanat Agung
dan tahu bahwa kita harus mengabarkan Injil, tetapi apa yang kita lakukan
berbeda. Kita tahu perintah untuk mengabarkan Injil dan harus menjalaninya,
namun apakah dalam kehidupan, perintah ini sudah kita jalankan? Mari kita
bertanya pada diri kita sendiri, “Sejak percaya pada Tuhan Yesus sampai hari
ini, apakah kita sudah mengabarkan Injil?” “Apakah kita pernah membawa 1 orang untuk
datang dan percaya Tuhan Yesus?” Kadang kita merasa malu, pendeta menyampaikan untuk
mengabarkan injil namun apakah kita punya semangat dan hati untuk mengabarkan
injil? Jarang sekali orang menjalankan perintah ini, mengapa? Apa masalahnya?
Masalah inilah yang harus diatasi. Kita harus punya hati (jiwa) untuk
menginjili, mengapa kita tidak taat dan menjalankannya? Ketika Tuhan Yesus di
bumi ini mengabarkan Injl, Alkitab mengatakan bahwa Dia masuk ke desa dan kota
untuk mengabarkan Injil dan Dia mendorong murid-muridNya untuk menyampaikan
firman Tuhan. Membuktikan Tuhan kita punya semangat memberitakan Injil. Agar para
murid punya hati dan semangat penginjilan. Mengapa mereka harus semangat? Mat
9:36 mengatakan Dia melihat. “Melihat” itu penting sekali artinya Tuhan Yesus
punya hati untuk mengabarkan injil. Kita harus seperti Tuhan Yesus yang melihat
yaitu memiliki visi dan misi. Ada suatu titik tujuan dan pedoman.
Visi dan Misi Hidup
Apa itu visi? Satu titik tujuan
dan pedoman. Apa titik tujuan kita? Kalau kita ingin memiliki hati penginjilan
kita harus punya titik patokan yang harus dicapai. Titik tujuan kita apa?
Seperti Tuhan Yesus melihat domba-domba tidak punya gembala (Mat 9:36b). Di
depan kita melihat banyak jiwa yang akan binasa (terhilang). Kita menjadikan
mereka sasaran dan tujuan untuk menyampaikan penginjilan. Kita harus mencapai
titik tujuan itu, barulah kita punya semangat visi dan misi itu. Selain visi
kita harus punya misi. Kalau hanya visi saja, kita hanya bicara saja di atas meja.
Saat rapat kita banyak berteori tetapi tidak ada yang menjalankan. Kalau hanya
punya misi tanpa visi, ibaratnya kita melakukan banyak pekerjaan tetapi tidak
ada hasilnya. Di gereja kalau mau mengabarkan injil, kita harus punya visi dan
misi juga. Bukan saja pemimpin gereja yang harus punya hati yang demikian
tetapi juga seluruh jemaatnya. Kalau kita sudah “melihat”, kita akan memiliki
hati demikian. Namun melihat saja tidak cukup. Walaupun kita punya visi, kita harus
mencapai titik tujuan itu. Namun sepertinya kita tidak punya kekuatan untuk melaksanakannya.
Tuhan Yesus tidak hanya melihat seperti yang dicatat pada Mat 9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang
tidak bergembala. Kalau kita punya visi dan misi untuk pengabaran injil,
maka bukan saja melihat tetapi kita punya hati yang berbelas kasihan. Hati yang
berbelas kasihan berasal dari kita mengasihi. Kalau engkau punya kasih, baru
engkau punya hati yang berbelaskasihan. Tanpa kasih, kita tidak punya hati yang
berbelaskasihan. Apakah kita punya kasih? Kita punya. Tetapi mengapa kita tidak
berbelaskasihan pada orang yang sudah jatuh dalam dosa? Karena kasih kita
egois. Kita mau apa yang kita lakukan ada hasil untuk diri sendiri.
Kasih
Ada 3 macam kasih dalam
Bahasa Yunani :
1.
Storge. Kasih ini
hanya untuk keturunan sedarah (saudara) saja. Saya bisa mengasih anak saya dan
anak saya bisa mengasihi saya, karena memiliki kasih storge ini. Saudara-saudara
bisa saling mengasihi karena punya kasih ini.
2.
Philia. Kasih di
antara teman. Walaupun engkau bukan saudara saya melainkan sahabat saya, maka
saya bisa mengasihimu.
3.
Eros. Kasih suami
istri. Saya dan istri bisa mengasihi karena kasih eros ini.
Ketiganya diberikan Tuhan kepada kita. Kasih ini suci,
kasih ini untuk kita nikmati. Ketika manusia berdosa, kasih ini berubah. Ia tidak lagi seperti kasih
mula-mula (kasih yang benar). Ketika manusia berdosa, kasih ini penuh
keegoisan. Kita bisa mengasihi papa dan mama saya, anak saya, tetapi ada
syarat. Asalkan mereka tidak menimbulkan kerugian bagi (menyulitkan) saya. Kalau orang tua atau
anak saya menimbulkan kerugian maka
kasih ini berubah menjadi benci. Kita banyak melihat hubungan orang tua-anak terputus.
Kita melihat saudara-saudari, kakak beradik karena harta saling membunuh. Maka
kasih storge berubah karena dosa. Asal mendatangkan kebaikan, baru dikasihi.
Demikian juga dengan kasih philia. Asal engkau tidak merugikan saya, saya
mengasihimu. Tetapi kalau engkau merugikan, kasih ini berubah. Maka kita sering
melihat, orang itu bisa menjadi sahabat dan teman baik. Tetapi akhirnya mereka
jadi bermusuhan. Demikian juga dengan kasih eros. Kasih ini diberikan Tuhan.
Kasih ini baik dan suci, tetapi karena masuk dosa, maka kasih ini berubah. Maka
banyak sekali suami mengasihi istri orang lain (selingkuh). Bukan saja suami,
tetapi istri juga melakukan hal yang sama. Bukan saja mengasihi suami sendiri
tetapi juga suami orang lain. Sehingga sekarang menjadi kacau balau. Setelah
menikah sebentar kemudian bercerai. Baru menikah beberapa bulan terjadi
masalah. Karena dosa, kasih eros berubah.
Kalau menggunakan tiga macam kasih ini, kita tidak
bisa memiliki kasih yang berbelaskasihan pada orang lain. Maka kita perlu kasih
Tuhan untuk melingkupinya. Kasih Tuhan adalah kasih agape. Ketiga kasih sebelumnya
menghasilkan hal-hal yang normal. Kita hanya melihat teman, saudara, pasangan
hidup dan keluarga semata. Dengan kasih agape, titik tujuan dan pedoman kita
hanya satu yaitu membawa domba yang hilang kepada Tuhan. Baik saudara atau
musuh, orang Tionghoa atau bukan, karena kasih agape kita hanya punya pedoman,
untuk membawa jiwa-jiwa yang hilang ke hadapan Tuhan agar mereka punya hidup
kekal. Kita tidak hanya bicara saja tetapi juga melakukannya.
Ketika Tuhan Yesus menyampaikan ke murid-muridNya bahwa
Dia akan disalib dan murid-muridNya akan tercerai berai. Tetapi Petrus
mengatakan bahwa ia tidak. Petrus berkata bahwa ia rela mengorbankan diri
sendiri. Tetapi ketika Tuhan Yesus ditangkap, dituduh dan perlu orang untuk
mendapinginya. Petrus malah menyangkalNya. Petrus di sini sangat lemah. Dia
tidak bisa memegang janjinya. Inilah Petrus yang tercatat pada keempat Injil. Pada Kisah Para Rasul, kita melihat hal yang berbeda.
Di hadapan pemuka Yahudi,Petrus diminta untuk menyangkal Yesus tetapi ia tidak
mau. Ia mau bersaksi tentang Tuhan Yesus. Kis
4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam
siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada
nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan." Pemimpin Yahudi kemudian berusaha menangkap dan
membunuhnya. Dalam kondisi demikian, Petrus tidak merasa takut. Mengapa Petrus
yang tercatat pada keempat injil itu berbeda dengan kitab Yoh 21. Waktu itu Tuhan
Yesus bangkit dan bicara dengan Petrus. Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku (lebih dari pada mereka ini?)" (Yoh 21:15-17). Petrus
pun menjawab. Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kalau membaca Injil
berbahasa Inggris dan Indonesia, kita tidak mengeri makna dan perbedaannya. Dalam
bahasa aslinya saat Tuhan Yesus bertanya,”Simon Petrus, apakah engkau mengasihi
Aku (lebih dari semua ini)?” Kata yang digunakan bukan storge atau eros tetapi
agape! Jadi Tuhan Yesus bertanya, “Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku
dengan kasih agape?” Petrus menjawabnya, “Aku mengasihi engkau dengan kasih philia.”
Sepertinya pertanyaan Tuhan Yesus tidak begitu jelas. Dua kali Petrus
menjawab,”Saya mengasihi engkau dengan kasih philia.” Ketiga kalinya Tuhan
Yesus bertanya, “Simon anak Yohanes, saya sudah melakukan banyak. Apakah engkau
hanya mengasihiKu dengan philia?” Petrus merasa sangat sedih karena malu. Tuhan
Yesus sangat mengasihi dia. Di depan Tuhan Yesus, ia tidak bisa bohong. Petrus tidak
bisa menyembunyikan,“Tuhan Engkau Maha Tahu. Saya mengaku, saya mengasihi
engkau bukan dengan kasih agape. Saya mengasihi Engkau dengan kasih philia.” Berbeda
dengan Yesus yang tidak bisa mengasihi selain dari kasih Agape. Mulai saat itu Petrus
tidak mengasihi dengan kasih philia tetapi dengan kasih agape yaitu kasih yang
mendalam dan tidak berubah. Dalam keadaan bahaya Petrus tetap teguh memegang
kepercayaannya karena dia mengasihi Yesus dengan agape. Kalau Kita punya hati pengabaran
Injil, maka kita perlu kasih Tuhan Yesus untuk mengasihi mereka. Dengan kasih
agape, mendorong kita mempunyai hati yang berbelaskasihan. Kasih seperti ini
hanya punya 1 tujuan yakni orang yang
tidak percaya pada Tuhan Yesus akan binasa sehingga kita punya kasih yang
berbelaskasihan. Bagaimana pun keadaannya aku harus mengabarkan injil. TIdak
ada alasan tidak memberitakan Injil. Bukan hanya kita membaca Alkitab dan dari sejarah
gereja kita bisa membaca. Banyak gereja yang mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang.
17
tahun lalu ketika pensiun, saya dipercayakan untuk mengelola sebuah badan misi internasional
yang bernama SIM (Serving in Mission) yang berpusat di Amerika. Jaringan ini sudah
berusia 120 tahun dan selama itu sudah mengirim 10.000 misionari ke seluruh
dunia. Tahukah engkau bagaimana asal mula dari badan misi ini? Jaringan misi
ini dimulai dari 3 anak muda (2 orang pemuda dari Kanada dan 1 dari Amerika).
120 tahun lalu mereka melihat kebutuhan
di Afrika. Mereka melihat jiwa-jiwa terhilang di Afrika sehingga mereka
mempersembahkan diri sendiri. Mereka mau menjadi misionari. Saat itu, mereka minta
agar badan misi mengutus mereka. Tetapi tidak ada satu pun badan misi yang menerimanya.
Bukan karena tidak ada uang. Uang ada, tetapi mengapa mereka menolak? Badan
misi tidak berani bertanggung jawab. Mengutus misionari ke Afrika sama dengan
bunuh diri. Kalau badan misi mengutus misionari ke Afrika, pasti tidak akan
kembali. Jadi tidak ada badan misi yang menerima ketiga anak muda ini. Tetapi
karena mereka mengasihi orang-orang Afrika, mereka tetap pergi. Tak lama
kemudian, 2 pemuda meninggal di Afrika. Yang satu lagi sempat kembali ke Kanada
dan berobat. Setelah sembuh ia kembali ke Afrika. Dia tahu kalau kembali ke
sana, ia akan mengorbankan diri. Dia tahu, kalau pergi pasti mati! 2 orang temannya
sudah meninggal dan dia tidak takut akan meninggal juga. Akhirnya ia benar-benar
meninggal di Afrika. Orang-orang Afrika dengan 3 pemuda ini tidak ada hubungan.
Bukan keluarga, teman atau kekasih. Mereka tidak mengenal orang-orang Afrika.
Tetapi mereka mau pergi, sampai mengorbankan diri sendiri. Satu-satunya jawaban
adalah mereka punya kasih yang mendalam. Mereka sungguh mengasihi orang-orang
Afrika sehingga walaupun harus mengorbankan diri mereka tidak masalah. Pengorbanan
mereka tidak sia-sia. Sampai saat ini sudah 120 tahun, jaringan misi ini terus
berjalan. Sekarang ada 2.000 lebih misionari di 44 negara mengabarkan injil
Banyak rumah sakit dan sekolah didirikan. Ada beberapa sekolah teologi
didirikan. Melalui hal-hal ini, Firman Tuhan terus diberitakan. Kalau kita
punya jiwa misi dan semangat mengabarkan Injil, kita tidak hanya dapat melihat
tapi kita punya hati yang berbelaskasihan. Dengan memiliki hati yang demikian,
percayalah bahwa di masa depan Tuhan
akan memakai kita. Suatu hari kita melihat jiwa terhilang dibawa kehadapan Tuhan.
Sejak percaya Tuhan sampai hari ini, bila kita tidak pernah mengabarkan Injil
dan membawa satu pun jiwa, jangan kecewa. Tetapi kita datang kehadapan Tuhan
Yesus untuk memohon kepadaNya agar memberikan kasih yang dalam. Alkitab
mengatakan, “Yang mengetok pintu Tuhan akan membukakan pintu, yang mencari akan
mendapatkan.” Tuhan mengasihi orang-orang itu. Dia memberikan kasih yang
mendalam pada kita. Kita bisa menggunakan kasih ini untuk mengasihi orang-orang
lain. Ketika memperhatikan jiwa-jiwa yang terhilang, kita akan berpikir
bagaimana caranya membawa jiwa itu ke hadapan Yesus. Percaya suatu hari Tuhan akan
memakai kita.
No comments:
Post a Comment