Ev. Susan Kwok
1 Yoh 4:7-11
7
Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab
kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah
dan mengenal Allah.
8 Barangsiapa
tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
9 Dalam hal
inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah
mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
10 Inilah kasih
itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi
kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
11
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita,
maka haruslah kita juga saling mengasihi.
Motivasi dalam Melakukan Sesuatu
Jika seseorang ditanya “Apa
motivasi dalam hidup ini dalam melakukan sesuatu terhadap orang lain (missal : orang
tua, suami/istri, anak , rekan dll)? Motivasi terbesar adalah KASIH. Tanpa
kasih tidak mungin kita melakukan sesuatu. Kasihlah yang membuat orang dikatakan sebagai anak berbakti
atau kurang ajar. Ada pepatah Tionghoa yang saya dengar dari seorang pendeta yang
berkata, “Seorang Ibu karena kasih bisa membesarkan 8 orang anaknya, tetapi 8
orang anak tanpa kasih tidak bisa merawat seorang ibunya.” Seorang Ibu bisa
merawat sedemikian banyak anak karena kasih. Tanpa kasih maka walau begitu
banyak anak belum tentu bisa merawat seorang ibu.
Ada
seorang janda yang mempunyai 3 orang anak. Saat ia sudah tua, ketiga anaknya mengadakan
rapat untuk menentukan jadwal perawatan mamanya di antara mereka agar adil.
Akhirnya dicapai kesepakatan bahwa Sang Mama akan makan pagi di rumah anak pertama,
makan siang di rumah anak kedua dan makan malam di rumah anak ketiga. Hasil
rapat ini berjalan bertahun-tahun. Semakin lama Sang Mama semakin lemah dan
sakit-sakitan. Suatu kali dia tidak datang ke rumah anak pertama untuk makan
pagi. Ia juga tidak datang untuk makan siang ke rumah anak kedua. Malamnya ia
datang untuk makan di rumah anak pertama karena lokasinya paling dekat dengan
tempat tinggalnya. Tetapi anak pertamanya berkata, “Jatah makan mama sudah
habis tadi pagi.” Akhirnya mamanya pulang. Ia lapar, sedih dan kecewa. Keesokan
pagi, mamanya tidak datang lagi ke rumah anak pertama. Anak pertamanya berkata,
“Padahal sudah diingatkan agar makan pagi di sini.” Siangnya Sang Mama datang
ke rumah anak pertama. Anak pertamanya marah, “MAMA TIDAK DENGAR? MAKAN PAGI DI
RUMAH SAYA. MAKAN SIANG DI RUMAH ADIK KEDUA!” Mamanya hanya menjawab, “Ya sudah.
Mama pulang.” Saat mamanya pulang, anaknya mengingatkan untuk mamanya datang pagi
hari. Tapi keesokan harinya, Sang Mama tidak datang lagi ke rumah anak-anaknya.
Anak-anaknya tidak ada yang menelepon atau datang ke rumah mamanya untuk
mencari tahu penyebabnya. Padahal dulu waktu anak-anaknya belum pulang sekolah
pk 13, ia mencari-cari mereka karena merasa khawatir. Namun sekarang anak-anaknya
tidak ada yang merasa khawatir walaupun sudah 3 hari Sang Mama tidak datang. Kemudian
ada yang memberitahukan bahwa Sang Mama sudah meninggal! Rupanya Sang Mama
menderita sakit, dan hal ini yang menyebabkan ia tidak bisa datang ke rumah
anak-anaknya. Anak-anaknya pun tidak bisa menyesal lagi. Penyesalan selalu
datang di belakang. Jadi sebelum melakukan sesuatu menyesallah di depan
(maksudnya pikir dahulu apakah omongan kita baik atau tidak).
Berikut ini kisah seorang anak
tentang ‘Ibuku Seorang Pembohong!’ Cerita bermula ketika aku terlahir sebagai
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku
tidak lapar.” KEBOHONGAN PERTAMA IBU. Ketika saya mulai tumbuh, ibu sering pergi
memancing untuk membuat sup ikan. Saat makan, ibu duduk disampingku dan memakan
sisa daging ikan di sisa tulang ikan yang aku makan. Melihatnya hatiku
tersentuh, lalu memberikan daging ikan kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat
menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan.”KEBOHONGAN
KEDUA IBU. Saat aku masuk SMP, demi sekolah anak-anaknya, ibu pergi ke koperasi
untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel stickernya dan sedikit uangnya
dipakai untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku terbangun
dan melihat ibu masih menempel sticker kotak korek api dengan penerangan lilin
kecil. Aku berkata : “Ibu, tidurlah sudah malam. Besok pagi ibu masih harus
kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak capek.” KEBOHONGAN
KETIGA IBU. Ketika ujian tiba, ibu cuti untuk menemaniku pergi ujian. Ketika
hari siang, ibu menungguku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Selesai
ujian, Ibu segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam
botol dingin untukku. Melihat peluh ibu, aku segera memberikan gelasku namun Ibu
berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” KEBOHONGAN
KEEMPAT IBU. Setelah ayah meninggal, ibu merangkap
sebagai ayah. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah. Tiada hari tanpa
penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman
yang membantu ibuku. Tetangga seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi.
Tetapi ibu hanya berkata : “Saya tidak butuh cinta.”KEBOHONGAN KELIMA IBU. Setelah
aku dan kakak-kakakku tamat sekolah dan bekerja, ibu sudah tua dan sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela jualan sayur di pasar untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakak-kakakku yang bekerja di luar kota sering
mengirimnya sedikit uang, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerimanya. Ia mengirim
balik uang tersebut dan berkata: “Saya punya uang lebih dari cukup. Kalian
lebih membutuhkannya.” KEBOHONGAN KEENAM IBU. Setelah lulus S1, aku pun melanjutkan
studi S2 di Amerika dengan beasiswa sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja
di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibu ke
Amerika. Tetapi ibu tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata, “Aku tidak
terbiasa.” KEBOHONGAN KETUJUH IBU. Setelah memasuki usianya yang renta, ibu
terkena penyakit kanker lambung dan harus dirawat di rumah sakit. Aku segera
pulang dan melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani
operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatapku dengan penuh kerinduan. Senyumnya
terkesan agak kaku karena menahan sakit. Aku menatap ibu dengan berlinang air
mata. Hatiku perih melihatnya. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata: “Jangan
menangis anakku, Aku tidak kesakitan” KEBOHONGAN KEDELAPAN IBU. Setelah
mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku menutup matanya untuk terakhir
kalinya.
Apa
motivasi ibunya melakukan itu? Karena KASIH. Ia membagikan kasih kepada anaknya.
Bagaimana kasih Allah kepada kita? Kita kepada Allah dan kita terhadap sesama
kita? 1 Yoh 4:7-11. Rasul Yohanes mencatat dengan jelas, bahwa bukan hanya
Allah mempunyai kasih, tetapi Allah sendiri adalah kasih. Sifat dan
kepribadianNya adalah kasih. Sehingga pada ayat 9-10 dikatakan Dalam
hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah
telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup
oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita
yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang
telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Allah telah
mengutus anakNya yang tunggal ke dunia, supaya kita tidak binasa. Itulah kasih
Allah! Allah yang pertama-tama mencari manusia dan menunjukkan kasihNya kepada
manusia. Mengapa Ibu bisa mengasih anaknya? Karena Allah yang memulai ,
memperlihatkan dan membuktikan kasihNya, baru manusia bisa belajar tentang
kasih yang sesungguhnya (karena manusia sudah tercemar oleh dosa). Allah
memberikan kasih yang tulus. Ayat 7-8 dan 11, Allah memerintahkan dan
merindukan anak-anakNya mempunyai dan mempraktekkan kasih. Ada hubungan yang
tidak terpisahkan antara iman orang percaya dengan kasih terhadap sesama. Kalau
kita percaya dan kasih pada Allah, saat jatuh kita belajar lagi. Allah memberikan kasih itu supaya kita
belajar mengasihi dan mempraktekkan kasih itu. Hubungannya sangat erat. Kalau
kita berkata tetapi terus menerus hidup dalam dendam, dosa, ketidakkudusan,
caci maki, maka kasih kita kepada Allah patut dipertanyakan. Itu sebabnya kasih
orang percaya, bukan kasih yang ala kadarnya tetapi kasih yang berkualitas,
yang standarnya adalah Kristus. Kasih itu tidak mudah dilakukan.
Saya
pernah marah kepada seorang pengemis. Waktu itu saya sedang makan dengan mu shi
di warung tenda pinggir jalan. Lalu datang seorang pengemis meminta-minta. Kita
tidak ingin memberi uang (karena bisa tidak dibelikan makanan) sehingga kita membelikan
satu bungkus makanan berupa nasi , ayam goreng dan sambel. Saat bungkusan diberikan ke pengemis , ia menolaknya.
Sang pengemis berkata, “Saya minta 2 bungkus.” Saya langsung melotot. Mu shi berkata,”Saya
kan kasih kamu gratis.” Tetapi si pengemis tetap berkata, “Saya minta 2 bungkus.”
Saya keberatan dan tidak mau kasih walau ditungguin. Saya terus makan termasuk
makanan yang dibungkus tadi. Saya makan dengan emosi. Saya kesal mengapa ada
orang yang tidak berterima kasih seperti itu. Kasih memang susah dilakukan.
Kalau susah dilakukan, apa perlu
berhenti untuk mengasihi? TIDAK BOLEH. Teruslah mengasihi. 1 Kor 13:8 Kasih tidak
berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan
lenyap. Kasih harus menerus ditambahkan. Oleh karena itu dalam jatuh bangun
kita terus belajar berbagi kasih.
Beberapa penghalang untuk memiliki kasih yang berbagi
:
1.
Jabatan membuat
kita sulit membagi kasih. Ada satu kisah nyata. Seorang anak dari kecil sampai
dewasa selalu merasa malu terhadap kehadiran mamanya. Saat ada keramaian ,pembagian
rapor, natal di sekolah, acara di gereja, resepsi di keluarga, ucapan syukur di
kantor, ia malu dengan kehadiran mamanya, karena mamanya hanya punya 1 mata!
Dan yang 1 bukan hanya buta tapi juga jelek. Waktu ia punya kesempatan ke Korea,
ia bekerja di sana dan sukses. Ia merasa senang sekali. Korea begitu jatuh dari
Jakarta, sehingga tidak perlu rasa malu dengan mamanya. Teman Koreanya tidak
tahu mamanya seperti apa. Suatu kali ia mendapat surat yang mengabarkan bahwa mamanya
sakit keras. Ia pun pulang ke Indonesia. Sesampai di rumah mamanya, kondisinya sepi dan gelap . Ia pun
masuk dan menjumpai mamanya terbujur kaku di ruang tamu. Yang menarik, di
tangan mamanya ada selembar kertas. Ia pun membaca kertas itu dan setelah itu
ia menangis meraung-raung. Rupanya waktu anak ini masih berumur 1 tahun lebih
sedikit, matanya tercolok saat bermain sehingga menjadi buta. Menyadari hal
tersebut akan mempengaruhi masa depan sang anak, mamanya mendonorkan mata. Ia
mau anaknya melihat dunia yang indah sehingga ia merelakan matanya. Di dalam surat itu , mamanya tidak menuntut balas.
Mamanya tidak marah atas perbuatan anaknya. Justru dalam surat itu mamanya menulis,
“Teruskanlah hidup dan karirmu. Mama senang kamu punya 2 mata. Sekarang aku
tidak lagi menjadi beban.” Anak ini menangis meraung-raung dan menyesal. Ia
tidak bisa mengembalikan mamanya. 1 Sam 1:24-28, saya menemukan ibu (Hanna) yang
mau berkorban untuk anaknya (Samuel) karena berjanji pada Tuhan setelah
berpuluh tahun tidak punya anak (kalau Tuhan memberikan anak maka saya akan mengembalikannya
kepada Tuhan). Alkitab mencatat ketika Hanna mengantarnya, Samuel baru lepas menyusui dan berusia 3 tahun. Bagaimana
perasaan ibu berpisah dengan anaknya? Pasti sedih dan kuatir. Itu pengorbanan
seorang ibu. Tetapi Alkitab pernah mencatat sisi yang kelam dari Raja Daud. 2
Sam 15: Absalom , anak yang dikasihi Daud, ingin merebut tahta bapanya,
sehingga Daud harus melarikan diri. Absalom mengejar dan ingin membunuh Bapaknya.
Absalom melakukan itu karena jabatan. Ibu yang bermata satu melakukan itu
karena ingin anaknya hidup tanpa rasa malu di masyaratakat. Mamanya menunjukkan
kasih yang luar biasa kepada anaknya. Ia tahu Allah mampu merawat anaknya lebih
baik. Penghalang pertama berbagi kasih dapat berupa jabatan dan tawaran dunia membuat kita sulit membagi
kasih. Berapa banyak orang di gereja karena jabatan, dan kepentingan pribadi
tidak bisa mempraktekkan kasih yang berbagi karena ingin mencapai yang terbaik dengan
menggilas orang lain. Kita sering terjebak di tengah situasi seperti itu.
2.
Godaan yang enak-enak (wanita-pria intim lain dan uang). Manusia sulit mempraktekkan kasih yang berbagi kalau
terjebak WIL (Wanita Idaman Lainnya) atau PIL (Pria Idaman Lainnya). Ada seorang
istri yang terus memaafkan suaminya walau pun suaminya telah selingkuh dan
membawa penyakit dalam rumah. Suatu kali suaminya pergi meninggalkannya dan
hidup dengan wanita lain. Namun karena sakit, ia ditinggal istri mudanya dan
akhirnya ia pulang ke istri pertamanya. Istri pertamanya tidak menolak saat ia
datang. Ia menerima dan merawat suaminya. Alkitab juga mencatat kisah Hana dan
Elkana. Hana dimadu oleh Elkana karena tidak punya anak dan Elkana menikah
dengan Penina (1 Sam 1). Elkana sulit berbagi kasih antara Hana dan Penina. Kis
5:1-11 mencatat kisah Ananias (suami) dan Safira (istri) yang sepakat
membohongi hamba Tuhan dan menahan sebagian hasil penjualan tanah. Ada juga keluarga
di mana istri diminta suaminya untuk tidur dengan pejabat-pejabat yang bisa memperlancar
usaha ekspornya. Suaminya berkata, “Istriku mengertilah ini demi rumah tangga
kita! Jangan cemburu dong.” Hari Senin, Rabu dan Jumat ia tidur dengan siapa
saja. Saya bertanya “Mengapa begitu?” Ia menjawab,”Yang penting sang suami
pulang banyak bawa uang.” Ini menunjukkan betapa rendah tujuan hidup dalam
pernikahan. Istri tidak memberi contoh kepada suami dan sebaliknya karena uang
maka ada WIL dan PIL.
3.
Dendam kesumat.
Tidak hanya di kantor , gereja dll, saudara dendam dengan saudara. Alkitab
mencatat, pembunuhan di tengah keluarga yaitu Absalon. Perawakan Absalom
ganteng, tinggi dan secara fisik cocok menjadi cover-boy majalah. Mungkin semua
wanita yang melihatnya bisa tertarik. Tetapi karena ia dendam, ia merencanakan
suatu pembunuhan sampai selesai (2 Sam 13:29-32). Saya pernah menangis selama 15
menit, hanya agar bisa menyebut 1 nama orang untuk didoakan . Setelah 15 tahun berlalu,
saya masih dendam. Karena dendamnya, saya mau menghapus wajahnya, supaya tidak
ingat lagi. Saya berpikir dengan berlalunya waktu ia akan baik saja. Tetapi
setelah sekian tahun berlalu, tetap tidak bisa menghilangkannya. Hanya 1 yang
bisa hilangkan yaitu KASIH. Tidak ada jalan lain. Ada dorongan untuk
mendoakannya. Saya marah , tetapi mau belajar walau masih enggan (jangan malam ini
tetapi besok saja). Susah. Itu yang Tuhan terus ingatkan. Yesus perlu mati supaya
kita belajar membagi kasih yang tulus. Tuhan kalau mau dendam ke manusia, tidak
akan terhapuskan. Sehingga kita selalu harus belajar.
4.
Sikap aji mumpung. Ada seorang anak kecil yang memesan bakmi ayam dengan papanya yang
buta. Sang anak membisiki sang pedagang bakmi agar daging ayam jatahnya diberikan
ke papanya. Tetapi papanya yang mengasihi anaknya kemudian memberikan daging
tersebut untuk anaknya. Karena papanya buta ia tidak tahu bahwa di bakmi
anaknya tidak ada dagingnya dan sang anak kemudian juga menyumpit daging
tersebut ke mangkuk papanya. Sang Pedagang yang melihatnya memberikan bonus bakmi.
Sang anak ternyata tidak punya mental aji mumpung. Ia tidak menerima bonus
tersebut, dan ia meninggalkan uang untuk
membayarnya. Kristus mengasihi kita. Dia mati supaya kita selamat dan supaya
kita belajar untuk mengasihi juga (jangan hidup aji mumpung).
No comments:
Post a Comment