Homosexuality and Gay Marriage
(Pandangan
Alkitab tentang Pernikahan Sejenis)
Roma 1:21-27
21 Sebab
sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau
mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati
mereka yang bodoh menjadi gelap.
22 Mereka
berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
23 Mereka
menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan
manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau
binatang-binatang yang menjalar.
24 Karena itu
Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga
mereka saling mencemarkan tubuh mereka.
25 Sebab mereka
menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk
dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
26 Karena itu
Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri
mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
27 Demikian
juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan
menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka
melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima
dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
28 Dan karena
mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka
kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak
pantas:
Kita
percaya sekali bahwa semua kitab pada Kitab
Suci diinspirasikan oleh Roh Kudus. Walaupun Rasul Raulus belum mengunjungi
Roma sewaktu menulis kitab Roma, tetapi dia sudah mendengar bahwa dari kaisar Romawi
sampai rakyat jelata sudah terbiasa sekali melakukan dosa kemesuman yang
dikenal dengan ‘homosexual’ atau ‘lesbianism’ dan istilahnya sekarang LGBT
(Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) ditambah Queer. Sehingga secara khusus Rasul Paulus membicarakannya. Banyak
orang mencoba menafsirkannya sedemikian rupa agar orang homo senang dan mau ke
gereja tapi dengan mengubahnya. Padahal jelas sekali apa yang mau dikatakan Rasul
Paulus. Itu mengulang dari Imamat 20 seterusnya dengan sangat jelas dan
harafiah bahwa tingkah laku seksual yang menyimpang adalah hukuman dari Allah. Sehingga
bila dikaitkan langsung antara dosa menolak Allah dengan tingkah laku seksual
ini dengan kata lain dosa menolak Allah membuat manusia seperti binantang yang
kehilangan segala-galanya yang menjadi natur peta dan gambar Allah.
Pada
tahun 1970 pertama kali saya melihat di salon ada tulisan unisex. Saat itu saya
berpikir ada sesuatu yang berubah. Bukan hanya pakaian, tetapi bagaimana laki
dan perempuan dalam hal tertentu mencoba untuk diminimalkan perbedaannya. Hal
itu tidak masalah. Tetapi kalau diperhatikan sebetulnya setiap belahan sejarah
menghasilkan paradigma baru. Orang yang dilahirkan tahun 1946-1964 lahir dalam
generasi yang dikenal sebagai baby boomers. Seperti saya yang lahir
tahun 1946. Mereka yakin sekali masih butuh pegangan hidup yang jelas dan
konkrit. Meskipun secara teologi sejak 1779-1989, selama 200 tahun , di era
modern, manusia sudah merasa “lelah” karena tidak berhasil memahami core belief iman Kristen yang ajaib ini.
Sehingga teolog-teolog besar mulai menggeser pandangannya. Akibatnya seluruh
daratan Eropa menjadi hancur. Gereja-gereja menjadi kosong di era modern ini.
Manusia menjadi semakin pintar tetapi manusia tidak bisa lagi mempercayai inti
iman Kristen yang ajaib seperti Allah mengapa harus Tritunggal, mengapa Firman menjadi
daging? , Mengapa Dia harus menjadi manusia?, mati di kayu salib untuk menggantikan
manusia yang berdosa (substitusi)? Berpegang pada yang begitu ternyata tidak
ada kaitan langsung dengan kebutuhan hidup. Mereka menggantikan dengan filosofi
dunia sehingga gereja hancur. Semua gereja lama di Eropa kosong dan sekarang hanya
dipakai sebagai ‘museum’, gereja tapi tidak ada pengunjungnya. Orang Kristen di
Eropa sekarang pergi ke gereja-gereja yang baru . Tidak memakai gereja lama karena itu tanda
dari kematian gereja.
Setelah
itu kita masuk 1989 , ke era postmo. Jadi generasi Baby Boomers sebetulnya
gelisah ingin punya pegangan, maka Generasi X (1965-1980) sebenarnya tidak
membutuhkan lagi pegangan dari Alkitab. Erickom
, orang jadi Kristen karena ingin lari dari rasa bebas. Rasa bebas berlebihan
menimbulkan perasaan bersalah. Manusia beragama tetapi tidak mempedulikan. Yang
dicari adalah apa yang dilihat dan didengar hanya dikaitkan dengan masalah
praktis sehari-hari. Sehinga kita menghadapi LGBT. Kita mengalami kesulitan
karena gereja ini lemah sekali. Mengapa kita perlu dengan serius memikirkannya?
LGBT = Budaya
Kita harus memahami bahwa LGBT menghadirkan budaya,
bukan hanya tingkah laku seksual secara individu si A, B, Dan C . Ada kekuatan budaya
(culture) yang memang ingin mengubah tatanan hidup. Natur manusia dan
pernikahan ingin dibuah. ‘Apa itu keluarga’ mau diubah. Berbicara tentang keluarga
, berarti berbicara mengenai new paradigm. Cara berpikir kita sudah dicuci. Suka
dan tidak silahkan. Juni 2015 saya berada di Amerika, dan saat itu Supreme
Court 50 negara bagian harus menerima pernikahan sejenis. Kalau tidak tinggal
di down town tidak terasa. Begitu melihat di TV (New York, San Fransisco, Los
Angelos) di down-town ribuan orang LGBT
semuanya memakai V-sign. Mereka bercumbuan dan berciuman di depan umum. Mereka
merasa dunia seperti kiamat. Aneh sekali. Dilakukan oleh ribuan. Jadi kita
harus waspada. Ini budaya yang masuk. Seorang anak yang masuk TK berbicara kepada
papanya“My teacher is a gay.” Tetapi anak itu senang karena dari sekian puluhan
guru, dia terbaik, paling ramah, paling pintar mengajar dan paling
memperhatikan. Anak ini sudah sangat familiar orang gay masuk ke segenap
jajaran hidup dan mereka tidak aneh. Kehadiran mereka tidak bisa dihindarkan. Seperti
kita sendiri, pria dan wanita pergi ke salon dan potong rambut berhadapan
dengan mereka. Saat anak saya menikah yang mendadani seorang gay. Kita tidak
menolak tapi waspada. Ini culture.
Kekuatan setan meresap ke dalam relung hidup dan tidak bisa ditolak. Anak kita sudah
familiar. Sekian juta situs porno, lebih dari 40% dari pornografi dari adegan
gay dan lesbian. Anak remaja bisa menontonnya. Sekali nonton sudah terkesan
sesuatu. Di dalam otak itu jadi toleransi (ternyata bisa dinikmati dan
terangsang). Secara tidak sadar sudah diubah. Tidak ada manusia yang mampu
hadapi budaya. Kebanyakan mereka hadir tidak mengganggu. Saat makan restoran Indonesia
di San Fransisco ada adegan aneh yaitu gay yang plus. Ada psikotik dan personality
disoreder. Tetapi mayoritas gay tidak kelaihtan. Dokter, lawyer , perdana
menteri, guru, pendeta tidak kelihatan maka sejak 1970 psikologi sudah resmi mengatakan
bahwa gay tidak ada kelainan. Mereka pakai standar, kalau namanya orang yang
punya berkelainan, psikolgi ada orang lain yang salah. Tetapi mayortias gay
bisa bersosialisasi dengan kita. Mereka main dengan kita tidak dengan menyolek-nyolek.
Mereka bekerja dengan produktif dan efektif. Mereka bisa menjadi penyumbang
masyaratakat dengan baik. Dia independen, tidak menggantungkan diri pada orang
lain. Jadi mereka manusia normal. Namun saat ada kebutuhan pelampiasan sex, di
belakang pintu tertutup tingkah lakunya lain. Laki dengan laki , perempuan
dengan perempuan. Ini adalah budaya dan ini sulit dihindari. Secara diam-diam sudah
begitu banyak korban. Menjadi korban bisa betul-betul oleh karena kedua orang
tua, misalnya : anak laki dibesarkan di mana papanya lemah tidak punya
inisiatif dan pasif sedangkan mamanya
dominan dan agresif. Sehingga anak kecil sejak kecil tidak bisa mengembangkan
male ego-nya, Sehingga ak yang jantan tidak ada contohnya dan akhirnya ia tidak
tertarik dengan mamanya yang galak. Ini namanya korban. Bukan hanya itu (Kompas
pernah mengadakan riset), banyak anak pinggir jalan anak yang jockey, anak yang
normal diambil oleh orang gay dibawa ke kantor dan kamar, dikasih uang Rp
100.000. Anak ini mula-mula tidak mengerti dan ketakutan. Lalu dikasih coklat
yang membuatnya terangsang. Mereka melakukan sesuatu yang tidak biasanya dan kemudian
terangsang. Anak 12-13 tahun, kemaluannya dimasukkan ke mulut orang homo sehingga
orgasme. Sekali terangsang tidak bisa hilang seumur hidup, menempel jadi
kebutuhan.
Bagaimana kita? Sikap gereja seringkali ambivalen
sekali. Banyak pendeta besar yang ternyata pro. Saya diorbit dari PCA. Di AS
ada 5 gereja Presbiterian Church of America (presbiterian) yang besar. Salah
seorang pendeta besar dari City Light Churc San Fransico. Fred Harlord mengatakan
blak-blakan gereja yang anggotanya lebih dari 1.400 orang mengklaim kami setuju
dengan gay marriage. Padahal ia salah
satu penandatangan dari PCA yang anti-gay. Tahu-tahu salah satu anaknya gay,
sehingga mengubah sikap. Lalu didukung milyader gay Peter Keon untuk menjadi
gerakan. Sekarang mencoba mengambil gereja PCA lain (seperti Nashville, Seatle)
sudah mendukung PCA. Sehingga sinode gereja kami takut, bagaimana menular
seperti ini? Karena mereka mencipta budaya. Hamba-hamba Tuhan besar, seperti pemimpin
National Association of Evangelical America yakni Ted Haggard (1956), sahabat
dekat George Bush, sering bicara di White House penandatangan anti-gay marriage. Ternyata suatu hari ada
seorang pelacur laki-laki, Mike John, minta diwawancari. Saat itu ia mengatakan
bahwa ia sudah 3 tahun menjadi kekasih dari Ted Haggard. Ia sudah menikah dan
punya anak dan diam-diam menikmati perilkaku gay. Ini pendeta besar yang tahu Alkitab dan dari kaum injili yang
selalu mengklaim dirinya percaya Alkitab secara penuh. Pemimpin-pemimpin dunia besar , presiden dari kulit putih sulit ditemukan
yang anti-gay. Semua dalam kampanye blak-blakan. Dari South Amerika Desmond
Tutu mengakui gay sekarang. Mereka mencoba untuk memberikan pembuktian-pembuktian
ilmiah bahwa mereka lahir gay. Mereka membuktikan bahwa neuron transmitter
antara neuron di otak ada satu unsur kimia yang namanya serotonin mempengaruhi
tingkah laku dan mengatakan bahwa terbukti orang gay jumlah tonin nya berbeda
dengan orang normal. Hemespherenya berbeda sekali antara gay-lesbian dengan
orang normal. Bahkan sampai bagaimana otak bereaksi terhadap bau-bauan. Mereka
ingin membuktikan bahwa mereka menjadi gay dan lesbian karena dilahirkan gay (born gay). Mereka tidak sama. Memang pada
Matius 19 Yesus menyatakan ada orang lahir sebagai orang kebiri. Tapi jumlahnya
sedikit sekali, 0,01%. Jadi orang yang mengaku gay sebetulnya tidak lahir gay. Ini
menular. Ini terjadi dalam hidup ini , trus berkembang dan kita tidak mampu
menghadapi. Bahkan mereka memakai jalur hukum. Orang gay yang menikah,
Romeo-Romeo just married. Mereka memakai jalur hukum. Dan jalur hukum ini sulit
sekali dicegah. Bahkan pemimpin Supreme Court (Mahkamah Agung-nya Amerika) sebenarnya
anti-gay (tidak setuju gay) orang Kristen yang baik tetapi tidak berdaya. Kepalanya
Supreme Court, John Roberts ,tidak berdaya dan mengatakan “Begitu kalah, berikutnya
pasti Amerika akan meresmikan poligami juga dengan alasan hak asazi manusia. 5
orang anggota Supreme Court yang memaksakan, 4 orang menolak sehingga kalah. Seluruh
Amerika sejarahnya berubah. Lebih mengerikan lagi , mereka memakai segala macam
cara termasuk buku handbook kedokteran The Essence , Diagnostic Statistical Manual yang pertama dan
kedua : Homo dan lesbian masih dimasukan non psychotic disorder berarti masih ada
deviasi (keluar dari jalur). Tapi The Essence 3-5 sekarang sudah tidak ada homosex atau
lesbian di bagian abnormality karena dianggap normal. Bagaimana kita? Bahkan di
sekolah-sekolah teologia. Saya anggota Persetia yang memaksa dan mengubah kurikulum.
Agar calon pendeta sejak masuk sampai lulus pikirannya diubah. Supaya
memasukkan pelajaran minimal yakni teologia gender. Rasanya tidak masalah, tetapi
isinya mau ke sana semua. Ini budaya, kekuatan yang luar biasa yang sedang
mengubah pikiran manusia. Jangan pikir ini merupakan suatu fenomena kecil.
Dengan segala cara, apa yang mereka lakukan adalah sejarah yang baru di mana
orang-orang dengan kelainan jiwa ini sekarang sedang memperjuangkan hak mereka
untuk diterima dan diakui sebagai orang normal. Mereka berjuang mati-matian
supaya diterima jadi orang normal. Homosexuality benar-benar dipakai setan . Untuk
menjadi cara dan instruman supaya kehidupan hancur. Rencana Allah melalui
keluarga dan pernikahan rusak semua. Setan memakainya untuk menyerang dan
manusia tidak berdaya. Maka saya memahami gereja serius memikirkan dan
mengambil sikap. Ini hadir, anak-anak kita bisa ada di antara mereka yang punya
simpati dan toleren dan punya selera
yang mulai menyimpang. Ini masalah insting dan masalah insting berarti ini tidak
rasional. Sekali menjadi adiksi (arahnya menyimpang) maka bila menyimpang akan selama-lamanya.
Bicara tentang deviasi seks macam-macam dan kita perlu waspada.
Mengapa kita menolak perilaku LGBT
dengan serius?
Ini permainan setan. Ini bukan kelemahan si A, dan B. Ini
betul-betul grand design dari setan.
Manusia ternyata menganggap enteng karena mereka sudah hadir sekarang ini di antara kita dan ternyata nembuat perasaan
dan insting berubah. Kita harus waspada dengan sungguh-sungguh .
Allah yang hidup yang menyatakan diri dalam Alkitab yang
menyingkapkan apa yang Dia mau di Alkitab. Secara hurufiah, manusia diciptakan
sebagai peta dan gambar Allah dan Allah menciptakan laki dan perempuan dengan punya
tujuannya. Seks diciptakan untuk prokreasi walaupun ada perempaun dan laki yang
tidak punya anak. Walau ada yang tidak bisa punya anak. Tuhan menciptakan laki
dan perempuan tidak sama. Bukan hanya tubuh tapi juga secara kimia tiak sama
laki dan perempuan. Laki tidak punya vagina, uterus, fallopian tube, ovarium, mengeluarkan hormon estrogen
lebih banyak sehingga mengatur tatanan ini. Tidak ada. Ini merupakan realita
yang Tuhan ciptakan. Jadi bila ada kelainan jangan terpancing untuk hanya belas
kasihan, simpati, seolah hak asazi manusia dan menolak grand design of God. Hati-hati! Bila diperhatikan dengan
sungguh-sungguh, kita percaya manusia punya hak untuk love (cinta) dan happiness
(kebahagian). Orang homo selalu alasannya “kami juga saling mencintai” dan “kami
punyak hak untuk mendapatkan love dan
happiness” tapi love dan happiness harus sesuai dengan tujuan Allah. Bahkan
orang heterosex menikah pun belum tentu Tuhan setujui. Manusia punya 3 komponen
dari love. Ada eros (mengembangkan intimasi, relasi) dan storge (decision commitmen). Allah
mengatakan, “Kau tidak mungkin membangun keluarga kalau tidak mau menerima anugerah
agape love yang mengubah pola pikirmu.”
Kalau pernikahan untuk love dan happiness, pernikahan itu bukan
pernikahan Kristen. Kita percaya Tuhan yang menentukan tujuan pernikahan. Bukan
hanya perasaan subjektif : love dan happiness. Kita percaya, tujuan sex antara
lain untuk kenikmatan (pleasure). Tuhan mengingatkan kepada kita, dosa yang
namanya dosa adalah missing target. Sehingga
orang hetero pun, kalau melampiaskan dengan mulut (oral sex) berarti berzina. Ini
bukan masalah orang homo harus sesuai target, jangan melakukan tingkah laku seks
orang yang tidak mengenal Allah. Kita hati-hati sekali. Deviasi sex
macam-macam. Masturbasi pun perzinahan walaupun dokter mengatakan tidak apa-apa.
Bagaimana mungkin orang masturbasi tanpa fantasi sex. Pada Mat 5:27-28
dikatakan Tetapi Aku berkata kepadamu:
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah
dengan dia di dalam hatinya. Kamu berzina kalau melakukan tidak dengan istri.
Michael Jackson (1958-2009, penyanyi dan penulis lagu
dari Amerika Serikat. Ia terkenal sebagai the "King of Pop" dan
memopulerkan gerakan dansa "Moonwalk" yang telah menjadi ciri khasnya)
melampiaskan dengan anak kecil (walau bisa ereksi dengan orang dewasa). Dia
menikmatinya dengan selera pedofil, ini penjahat. Akhirnya ia hampir kehilangan
semua harta bendanya untuk menyuap orang tua yang melaporkan. Anak-anaknya
entah pernah diapakan.
Gerontopilia adalah perilaku penyimpangan seksual
dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang
sudah berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek. Saya pernah tinggal di Atlanta
Georgia dengan mama dari teman saya. Orangnya kaya dan rumahnya bagus. Teman
dekatnya janda tua kaya sekali terpaksa menjual rumah sekarang tinggal di nursing home. Suatu malam ia didatangi seorang
pemuda yang kemudian memperkosa nenek ini yang berusia 80 tahun lebih. Sang
nenek berdarah-darah tidak karuan, merasa takut dan malu luar biasa. Ini
tingkah laku setan yang membuat manusia jadi setan.
Necrofil adalah orang yang suka melakukan hubungan
seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati. Orang ini pengecut
tidak mau melakukan dengan orang hidup. Masa penyimpangan ini okey? Ini
penyakit, termasuk homo masa manusia tertarik laki dengan laki. Ini kutukan
dari Allah. Yang menolak akan diserahkan ke nafsu binatang yang lebih rendah
dari binatang. Kita harus waspada. Jangan terpancing kanan-kiri kita okey. Ini grand-design dari setan yang akan
menghancurkan seluruh tatanan hidup manusia. Kita menolak karena sekali
menerima, kita terjebak dan tidak bisa keluar. Homosexuality ini suatu penyakit
menular. Tentara-tentara Amerika dikirim ke luar negeri, kadang 3-4 tahun
keluar negeri. Saat punya uang untuk memenuhi kebutuhan seksnya , mereka
menggunakan uang untuk pergi ke pelacur. Setelah uangnya habis bagaimana? Di satu
barak ada 70 orang mandi dan telanjang bersama. Bila di antaranya ada 1 orang yang
homo maka selanjutnya bisa menjadi 10-20 orang homo. Kadang mereka bawa permen coklat
dan mereka jadi terangsang. Mereka minta ‘dibantu’ untuk melakukan masturbasi.
Lalu alat vitalnya dimasukkan ke mulut. Saliva (air liur) bisa merangsang lebih
dari wanita. Sekali orang orgasme, kemudian berita kepuasan diteruskan ke hipotalamus
(bagian dari otak yang memiliki peran penting dalam mengendalikan fungsi tubuh
banyak termasuk pelepasan hormon ke otak dari kelenjar pituitari) yang berkaitan dengan Autonomic Nervous System. (mengatur segala sesuatu dengan otonom,
seperti makan keluar air liur). Yang mengatur saraf secara otomatis (tidak
perlu berpikir) termasuk susunan saraf simpatetic dan para simpatetik. Ini
mengatur termasuk kenikmatan sex. Sekali orgasme, sudah terjadi begitu dan
menjadi otonom. Nanti beberapa minggu lagi ingin mengulang. Sehingga homosex
menular. Setiap orang bisa menjadi homo atau lesbian. Tidak benar orang lahir
homo. Hanya sedikit yang lahir dengan kelainan. Tetapi yang lebih banyak menjadi
homo melalui melihat film dan pengalaman permainan homo, hidupnya berubah.
Bagaimana adiksi terjadi?
Ada seorang pengurus pemuda yang konseling bahwa ia sudah
orang Kristen dan menjadi pengurus pemuda tapi tidak bisa lepas dari
masturbasi. Ternyata dari SMP 1 ia sudah melakukan masturbasi dengan fantasi
seks yang diperolehnya dari film porno. Dia pun kemudian mengoleksi buku-buku
porno. Saya berkata, “Kamu terjerat addiksi”. Yang terjadi saat melihat adalah
bagian di belakang mata ada retina. Orang telanjang ditangkap retina dan diteruskan ke oxipital
yang membuatnya melihat. Jadi bukan bola mata yang melihat. Bila tabrakan dan oksipital
rusak maka mata tidak bisa melihat walau retinanya masih utuh. Beritanya
diteruskan ke frontal (ke depan) yang berisi kumpulan neuron yang luar biasa
untuk berpikir. Sekali sudah punya pikiran apa lalu bisa dikembangkan menjadi lebih
lagi. Sekali nonton film porno ceritanya lebih dahsyat dari yang ditonton, dan
bila terangsang bisa ke gonad (alat
kelamin), lalu melakukan mastrubasi. Hal ini bisa dialami bertahun-tahun.
Sekarang walau tidak mau nonton lagi, tapi gerakan dari retina, oxipital dan ke
gonad (kemaluan) tidak bisa hilang seumur hidup. Rasul Paulus mungkin mengalami
adiksi walau bukan seks. Roma 7 22-24 Sebab di
dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang
berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa
yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut
ini?. Ada hukum akal budi yang ingin
melayani Tuhan dan hukum darah daging yang terus menyeretnya ke dalam perhambaan
dosa dan celaka (Roma 7). Rasul Paulus sadar, ada adiksi. Mungkin bisa berupa
mudah benci dan marah. Musa juga seringkali mudah marah sehingga sampai Bilangan
20 dia gagal dan tidak bisa masuk Tanah Kanaan. Hati-hati! Yang bisa melepaskan
adalah iman kepada Yesus Kristus.
Sekali pernah melakukan tingkah laku
homo dan lesbian, celaka-nya berlangsung selamanya.
Berat sekali Karena semua membentuk pola. TIngkah laku
seksual, dorongannya sudah menjadi dorongan insting, yang munculnya seperti
setan. Setiap kali muncul minta pelampiasan. Muncul secara tidak sadar dan tanpa perlu direkayasa muncul ingin
dipuaskan. Begitu berada di kamar sendiri dan nganggur lalu muncul dorongan
(insting) ini. Hal Ini sulit dihindari. Maka kita harus waspada. Melakukan praktek
homo berarti melakukan dosa perzinahan. Kita jangan berdebat tentang hal ini
(fenomenalogical). Karena ujung-ujungnya mereka ingin agar kita setuju dan
tidak melarang mereka melakukannya. Menghadapi realita seperti ini sulit
sekali. Sikap kita harus jelas. Kita orang reformed dan evangelical. Artinya kita
percaya, segala sesuatu harus diatur
oleh kebenaran yaitu firman Allah. Jadi bukan firman Allah sesuai dengan tafsiran
dan kemauanku sendiri, tetapi apa yang benar-benar ada di dalam Alkitab. Setiap orang yang mau menghadapinya harus
waspada, apakah saya orang yang sudah diselamatkan atau belum. Yang sudah
diselamatkan seharusnya punya gratia ini (anugerah Tuhan sudah hadir) yang
membuat bisa percaya. Orang yang sudah terima gratia, pikiran dan jiwanya
melihat Alkitab dan mendengar kebenarannya, dia memiliki notisia. Ia mengenali dan
menghargai kebenaran. Orang seperti ini harusnya
mengijinkan Roh Kudus menuntun sehingga mau bertekad, “saya ingin
menggantungkan diri dan dituntun oleh kebenaran firman”. Baru setelah itu kita
mengalami pengalaman, bahwa hidup kita tidak sendiri. Hidup kita dipelihara
oleh Roh Kudus. Kita dituntun Roh Kudus. Kita semua orang lemah. Hamba Tuhan
yang besar seperti Ted Haggard saja bisa jatuh. Jangan anggap enteng. Baru
setelah itu kita punya fidusia, iman yang sejati. Hati-hati menanggapinya Ini
yang disediakan Tuhan di dalam hidup kita. Kita jangan terpancing orang yang mengeluh,
“Aku terlahir homo, bagaimana?”. Padahal sedikit sekali yang mengalami hal ini.
Mungkin dia punya pengalaman main-main atau apa tetapi kemudian merasa dirinya
seperti itu. Jangan bersimpati dan merasa kasihan dengannya lalu mengatakan,”Masa
ia tidak punya hak untuk melampiaskan kebutuhan seksnya dan masa ia tidak bisa hidup dengan orang
yang dikasihi?”. Deviasi itu tidak dilayani. Kalau orang lahir cacat maka perginya
ke dokter. Di sana ia mungkin dilayani secara hormonal. Kalau tidak berhasil,
berarti ia memang cacat, tidak bisa disembuhkan dan ia harus menerimanya. Karena
memang ada orang yang lahir cacat (buta, pincang dan sumbing) dan bila tidak bisa
diobati, “terimalah dirimu sebagai orang yang punya kelemahan yang tidak bisa
terobati”. Jangan pikir semua kebutuhan harus dipuaskan. Bahkan sex hanyalah
sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak boleh terlampiaskan. Contoh : orang
mongolis punya cacat (mentally retarded)
dan bila menikah dengan orang yang mentalnya terbelakang juga maka terjadi double defect sehingga bila punya anak
maka mental anaknya akan terkebelakang (mentally
retarded). Orang harus terima realita. Jangan pikir, setiap cacat punya
alasan untuk dibenarkan.
Henri Jozef Michel Nouwen (seorang tokoh Katolik besar
yang lahir 1932) mengatakan bahwa ia punya kecenderungan gay. Tapi dia tahu
sekali bahwa menurut Alkitab gay tidak boleh, maka ia rela mematikan nafsunya.
Ada orang yang dekat sekali dengan Rev. Dr. Stephen Tong (1940, pendiri Gereja
Reformed Injili Indonesia tahun 1990). Ia perempuan yang terjebak di tubuh laki-laki.
Ia tahu Alkitab sehingga ia tidak pernah membiarkan dorongan seks menguasai
pikiran dan perilaku. Maka seumur hidup ia tidak melakukan hubungan sex. Jangan
melayani perdebatan dengan orang-orang yang sebenarnya mau mencari alasan yang
didukung oleh gelombang LGBT yang luar biasa. Usulan saya, setidaknya sinode gereja
harus berani membuat statement of faith
(pernyataan iman) dan ajak semua gereja injili ikut, supaya jelas menuntun jemaat bahwa gereja tidak
membenarkan pernikahan gay, namun tidak berarti mengajarkan homophobia. Karena ada
di antara mereka adalah korban. Entah jumlahnya berapa banyak tetapi tidak
boleh homophobia. Bahkan bila ada pelacur datang ke gereja terimalah sebagai saudara
beriman namun jangan mempraktekan homo. Ini harus jelas sehingga kita harus
punya kekuatan. Bahkan dengan atau tanpa dukungan dari PGI , jangan takut. Iman
tidak bergantung dengan organisasi di mana kita bernaung. Karena dalam
organisasi bisa saja ada orang yang ‘miring’ yang bisa menjadikan miring semua.
Pikiran kita harus jelas. Di gereja tidak ada pernikahan gay. Orang homo harus
disembuhkan. Jika ingin menikmati, harus diingatkan bahwa tidak semua kebutuhan
harus dipuaskan dan dinikmati. Saya usulkan
barangkali kita bisa membentuk Homosexuals Anonymous. Semua orang
bermasalah membentuk anonymous. Begitu anak kena autis, ada yang menelpon dari kumpulan
autis (Autism Anonymous = di mana orang tua yang anaknya autis membentuk
kumpulan yang saling menguatkan dan membantu dalam berbagai jalur dan kadang
bertemu saat retreat). Juga Alcoholics Anonymous (perkumpulan informal untuk
mantan pecandu alcohol, didirikan pertama tahun 1935 oleh Bob Smith dan Bill W.)
yang membantu orang yang dulunya mabuk-mabukan tidak bisa melepaskannya sendiri.
Mereka saling menguatkan dan latihan untuk tidak minum. Homoseksual tidak
mungkin diatasi sendiri tetapi gereja bisa menaungi anonymous sehingga ada
bimbingan dan bahan pelajarannya. Bisa dalam bentuk bertemu seminggu sekali.
Saya sudah bertemu cukup banyak orang homo. 20% dari klien saya cenderung homo.
Ada yang berkata, “Pak saya membutuhkan cinta dan teman. Saya tidak boleh
menikah tapi butuh cinta dan teman. Saya tidak bisa terus berstatus jomblo.”
Maka perlu sekali komunitas dan ini yang namanya perkumpulan gay anonymous
sehingga orang LGBT tidak menjadi orang tersingkir. Kita tidak melatih orang
menjadi homophobia karena itu jahat. Tetapi
kita waspada bahwa dipakai setan yang ingin menghancurkan lembaga keluarga.
Jangan-jangan anak-anak dan cucu-cucu kita sudah membuka diri terhadap LGBT. Kita
harus waspada. Doakanlah agar orang-orang dekat kita agar kita semua kembali ke Alkitab.
Kita terus berpegang pada Alkitab. Tuhan tolong di tengah dunia seperti ini kita
ingin hidup diperkenan Tuhan dan biarlah Tuhan memberkati setiap individu yang
ingin menyenangkan hatiNya.
Pdt. Yakub B. Susabda Ph.D., Oktober 2015
(tidak dibaca dan
diedit oleh pembicara)
Ditranskrip,
ditambah dan diubah seperlunya oleh OPH
No comments:
Post a Comment