Pdt. Hery
Guo
Kis 6:1-7
1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin
bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa
Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka
diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu
memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas,
karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh
orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya
kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan
pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat,
lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan
Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut
agama Yahudi dari Antiokhia.
6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul,
lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid
di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri
dan percaya.
Pendahuluan
Akhir-akhir
ini kita cukup terkejut dengan berita yang mengatakan bahwa satu per satu perusahaan
besar di Indonesia tutup (bangkrut). Contoh : perusahaan mobil Ford asal
Amerika yang ada di Indonesia tutup padahal masih ada orang yang baru saja membeli
mobil merek tersebut. Belum lagi ada pabrik Toshiba dan motor Yamaha yang
juga pailit. Beberapa pabrik besar tersebut tidak pernah diperkirakan, namun
akhirnya tutup. Saya pernah diundang khotbah di perusahaan motor Yamaha. Jemaat
yang mengundang saya berkata, perusahaannya hampir pailit. Perusahaan yang dahulunya
besar sekarang hampir collapse karena
pemiliknya tidak pernah mengevaluasi perusahaannya dengan baik. Dia mempercayakan
perusahaannya kepada anak dan mitra bisnisnya untuk mengikat perjanjian dengan pihak lain. Sayangnya
anaknya tidak mampu memimpin perusahaan tersebut. Belum lagi mitra bisnisnya bermain
curang. Walaupun perkaranya masuk pengadilan namun pengadilan memenangkan mitra
tersebut sehingga pemiliknya punya utang yang cukup besar dan pilihan yang
paling tepat adalah menutup pabriknya. Kejadian ini timbul karena pemiliknya tidak
mau mengevaluasi perusahaannya.
Demikian
pula dengan gereja. Berbicara tentang gereja bisa dilihat dari 2 sudut pandang
yakni sebagai organisasi (misal : GKKK, GKY, GKI, GRII dll) dan orang-orangnya
yang Tuhan panggil dan tebus. Gereja yang sehat adalah gereja yang mengevaluasi
diri. Gereja harus melihat dan mengintrospeksi dirinya. Firman Tuhan seperti
cermin yang fungsinya pada saat memandangnya kita dapat melihat kekurangan kita
yang perlu diperbaiki. Tanpa itu kita akan tenggelam, karena sejarah gereja
sudah membuktikan. Waktu gereja tidak mengevaluasi dirinya, maka gereja akan
hancur. Maka kita melihat ada gerakan reformasi dengan tokoh-tokohnya seperti Martin
Luther , John Calvin dll. Gereja reformasi adalah gereja yang selalu memperbarui
dirinya dan mengevaluasi dirinya.
Mengapa
gereja perlu mengevaluasi diri?
1.
Waktu gereja
semakin bertambah besar dan banyak jemaatnya harus berhati-hati.
Gereja perlu mengevaluasi diri seperti pada
Kis 6. Pada masa itu, ketika jumlah murid
makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang
berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada
janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6:1). Janda-janda
yang berbahasa Yunani tidak diperhatikan dengan baik (diabaikan) dalam
pelayanan sehari-hari. Apa yang perlu dievaluasi gereja baik sebagai institusi maupun
orang-orang percaya? Dikatakan setelah jumlah murid makin bertambah, pelayanan
tidak semakin kuat. Gereja harus mengevaluasi diri waktu gereja mulai bertambah
besar (banyak). Prinsip ini penting! Saat
gereja makin penuh orang, luas dan bertambah banyak, justru pelayanan
sehari-hari semakin tidak dilayani dengan baik. Catatan kitab suci sudah
memberikan banyak sinyal. Contoh : Pada kitab Ulangan , orang Israel dibawa keluar
Mesir oleh Musa. Sebelum masuk ke tanah
perjanjian Allah menaruh dalam mulut Musa suatu perkataan yang luar biasa, “Pada
waktu kamu sudah menabur, menuai, kenyang dan menikmati hasil dari gandummu,
hati-hatilah! Jangan sampai kamu melupakan Tuhan!” Waktu orang Israel belum
masuk tanah perjanjian, Allah memberi catatan. Allah tahu kalau tidak
dinasehati, bisa berbahaya bagi bangsa Israel. Waktu masuk tanah perjanjian, kamu
menikmati hasilnya, kamu merasa puas, hati-hatilah karena kalau kamu berkecukupan
kamu bisa melupakan Tuhan. Orang Israel waktu berjalan dari satu tempat ke
tempat berikutnya di padang gurun, mereka mengalami kesulitan, banyak tantangan
dan banyak hal yang tidak enak yang mereka alami. Justru dengan itu mereka
menjadi kuat (tough). Itu sebabnya saat
mereka mengalahkan suatu kerajaan dan berjalan lagi, maka kerajaan yang berada di depannya sudah
takut. Hal ini terjadi karena pengaruh bangsa Israel yang menerima banyak
tantangan justru membuat mereka bergantung (bertaut) pada Tuhan . “Waktu kamu
masuk ke tanah yang Aku berikan yang penuh susu madu. Engkau tidak menanam namun
engkau menuai. Engkau tidak berjerih parah untuk mengumpulkan barang-barang yang
nantinya sudah ada.” Itu kondisi yang luar biasa. Waktu kamu ke sana dan kamu
sudah mengecapnya, hati-hatilah jangan sampai kamu melupakan Tuhan. Itu terjadi
sewaktu makin besar. Di kitab Samuel, Raja Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan
yang kemudian dilanjutkan pada dosa pembunuhan berencana (Ia punya kemampuan
untuk merencanakan supaya terjadi pembunuhan). Pada kitab Samuel ceritanya sepertinya
sederhana. Dikatakan , saat awal tahun seharusnya raja-raja berperang. Namun
Raja Daud tidak maju perang. Ia merasa sudah mapan, tidak perlu repot-repot dan
membiarkan panglima-panglimanya yang berperang. Ia sendiri berjalan di sotoh
rumah (halaman atas). Ia melihat ada perempuan cantik sedang mandi , ia tergoda dan jatuh. Disitulah
ia jatuh secara fatal. Semakin kuat dan besar, bisa menjadi berbahaya.
Ada seekor monyet yang bertanding dengan
alam semesta. Ia berkata kepada alam semesta, “Engkau tidak mungkin menjatuhkan
saya dari atas pohon.” Monyet memang lihai di pohon. Ia bisa pegang dahan pohon
dan tidak khawatir jatuh. Jadi ia menantang alam, “Kalau kamu jatuhkan saya
dari pohon, maka saya akan takluk kepadamu.” Alam pun setuju lalu alam semesta
mengerahkan angin ribut menghantam sang monyet. Waktu monyet dilanda angin, ia
semakin erat memegang pohon. Semakin diombang-ambing semakin kuat monyet
memegang dan tidak jatuh. Alam pun menjadi lelah sehingga ia berpikir. “Kalau
begitu saya berikan angin sepoi-sepoi.” Monyet merasakan angin sepoi-sepoi,
sang monyet merasa keadaannya sudah enak dan tenang. Tidak ada angin yang
menerpa. Ia merasa ngantuk dan tertidur. Waktu angin sepoi bertiup, ia tidak lagi
berpegang pada dahan pohon. Bukan angin badai yang membuatnya jatuh, tetapi
angin sepoi-sepoi. Ini menarik sekali , saat merasa tenang dan mapan , hebat ,
di situ kejatuhan yang paling parah terjadi. Saya berkata pada majelis , “Tuhan
telah menolong GKKK Mabes. Waktu Pdt Sung meninggal dan banyak rohaniwan
keluar. Gereja autopilot, tidak ada pemimpin tapi bisa berjalan. Hebat. Kalau
bukan tangan Tuhan yang pegang, maka celaka karena tidak ada gembala sidang.
Itu belas kasihan Tuhan. Waktu Tuhan memulai dengan majelis yang mau maju. Rohaniawan
dan aktifis merespon mau maju. Saya katakan, “Hati-hati waktu Tuhan cukupkan
sedikit demi sedikit. Dulu kita andalkan Tuhan, waktu sedikit demi sedikit
ditambahkan, Tuhan ingin kita kuat tapi kita bisa tidak mengandalkanNya lagi.
Waktu jemaat sedikit kita melihat ke atas, waktu sudah banyak kita melihat ke
samping. Kita melihat orang yang hebat dan kaya serta mengandalkannya. Gereja
harus hati-hati karena bisa jatuh. Waktu ditambahkan kita harus semakin teguh
memegangnya. Waktu bergumul tidak ada perkerjaan, jemaat rajin ke gereja dan
berdoa. Tapi faktanya setelah ditambahkan berkat, justru jemaat tersebut makin
kendor dan hilang. Ini peringatan buat kita. Gererja harus mau mengevaluasi diri.
Waktu ditambahkan jangan sampai kita kendor dalam perkara kerohanian. Waktu
ditambahkan rejeki, justru jemaat harus terus setia pada Tuhan. Kesetiaan manusia
kepada Tuhan teruji waktu kita ditambahkan. Kalau tidak semakin kendor. Waktu
tidak punya kendaraan, untuk ke gereja kita memperhitungkan waktu yang
dibutuhkan. Misal : kalau naik mikrolet ke gereja, dihitung berapa lama
sampainya. Kalau kebaktian mulai pk 10, ia sudah datang pk 9.30. Setelah punya
motor , ia tidak hitung lagi waktu yang dibutuhkan untuk ke gereja dan baru
datang pk 9.45. Bahkan setelah punya mobil, pk 10.30 ia baru datang. Hal ini seringkali
terjadi dalam diri kita. Guo shi mu pernah mengingatkan saya untuk tidak
sombong. Kita tidak mau disebut sombong, tapi kita memang sombong waktu tidak
mengevaluasi diri dengan baik. Saat makin bertambah harus berhati-hati. Waktu
ditambah rejeki harusnya bertambah setia dalam memuliakan Tuhan. Waktu
diberikan anak semakin rajin beribadah pada Tuhan. Ini poin penting. Banyak
kejatuhan justru terjadi di sana. Saya ingatkan agar mengevaluasi gereja kita.
Kita tahu titik rawan supaya gereja dan orang percaya menjadi sehat. Saya tidak
pernah anti dengan berkat. Alkitab berkata Abraham (juga orang percaya)
diberkati. Namun saat tidak melihat berkat dan memandangnya dengan baik, maka kita
harus hati-hati karena bisa jatuh. Gereja mula-mula pernah mengalami hal seperti
ini. Waktu gereja Katolik menjadi besar kemudian jatuh dan muncullah gerakan
reformasi. Setelah reformasi gereja Protestan menjadi besar. Lalu setelah itu muncullah gereja Pantekosta.
2. Waktu tidak merasa puas karena melalaikan Firman
Allah.
Kis
6:2 Berhubung dengan itu kedua belas
rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa
puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Apa yang gereja harus evaluasi, apakah firman
Allah sungguh-sungguh memuaskan hidup kita? Rasul berkata, “Kami tidak puas
karena melalaikan Firman Allah” yaitu waktu mereka tidak serius melayani meja.
Orang-orang yang susah diberi perhatian. Waktu pelayanan kepada janda terabaikan,
rasul berkata, “kami tidak merasa puas karena melalaikan firman Allah karena
tidak melayani janda dengan baik”. Bila diterjemahkan, “Kalau tidak melayani musik
dengan baik, perkunjungan dengan baik, tidak melayani sebagai majelis atau
hamba Tuhan dengan baik dstnya, pada waktu firman Allah kami lalaikan kami
tidak puas. Ini evaluasi yang paling kuat yang harus ada dalam diri kita. Standarnya
Firman Allah! Waktu firman Allah tidak memuaskan kita dalam segala aspek, kita
harus evaluasi. Kalau sebagai gembala tidak maksimal dan tidak serius, walau
majelis memberi kepercayaan 100%, tapi kepercayaan dinodai dengan cara kerja
yang tidak baik, dan saya tidak merasa puas terhadap firman yang dilalaikan maka
hal ini berbahaya bagi saya. Ini evaluasi buat kita, pribadi lepas pribadi. Adakah
perasaan “saya tidak puas” saat firman Tuhan tidak saya lakukan?. Atau ada yang
berkata, “Puji Tuhan saya tidak diberi pelayanan”? Ada juga yang berkata, “puji
Tuhan kalender merah sehingga saya tidak besuk”? Ini berbahaya sekali. Celaka!
Ternyata melalaikan firman Tuhan membuat hati tidak puas. Gereja harus merasa
tidak puas saat firman Tuhan tidak dilakukan dengan baik. Coba evaluasi, apakah
firman Allah saat mengajarkan kita untuk setia beribadah, apakah kita puas atau
tidak? Ada yang terkadang “bolong” (kalau ada hal-hal yang sulit baru cari Tuhan)
tetapi setelah aman tidak lagi ke gereja. Hal ini perlu dievaluasi. Satu hal
yang saya dapat tentang beribadah. Itu bukan kewajiban semata-mata. Kalau
kewajiban kita akan capai. Demikian juga dengan pelayaan kalau dilakukan sebagai
kewajiban , maka kita akan capai. Seharusnya itu anugerah. Anugerahnya berupa
diberi kesempatan beribadah. Datang dengan setia dan beribadah. Waktu setia
beribadah, engkau bertumbuh. Saya ingin bertemu dan menyembah Tuhan sebab Dia layak.
Orang yang bertekun akan membaca dan belajar firman Tuhan, maka ada kegelisahan
waktu tidak melakukannya dengan baik. Mintalah kepada Tuhan, “Berikan saya
kegelisahan, supaya aku sungguh-sungguh kembali kepada firman. Waktu kendor
melayani, berdoa, membaca firmanMu, lalai beribadah, berdoalah agar “beri aku
ketidakpuasan supaya aku mengevaluasi diriku dan kembali bangkit”. Waktu hal
itu terjadi, maka kita akan betumbuh. FIrman Allah yang menjamin itu. Tapi
kalau kita tidak merasa (merasa biasa saja), mari kita evaluasi, “Apakah saya jadi
hamba Tuhan yang melalaikan firman Tuhan? Sebagai majelis apakah saya melalaikan
firman Allah karena …. (diisi). Ini harus ditanamkan terus. Baru kita bisa
menjadi besar.
Kis 6:7
Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah
banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Tuhan
tidak alergi untuk menambahkan. Semakin bertambah banyak orang menyerahkan diri termasuk imam. Sebenarnya
yang paling sulit bertobat adalah hamba Tuhan dan majelis. Semakin engkau berada di posisimu,
semakin sulit bertobat. Sewaktu sejumlah besar imam bertobat, maka gereja mengevaluasi
diri. Bahkan orang ayat 8 , saat kesulitan besar mereka tersebar ke seluruh
dunia dan nama Tuhan ditinggikan. Kiranya dengan firman Tuhan ini kita mengkoreksi
dan mengevaluasi diri.
Mari
evaluasi gereja kita, sebagai institusi dan pribadi. Kalau tidak mengevaluasi
diri, maka kita menjadi orang Kristen yang suam-suam dan biasa-biasa. Kalau
kita mengevaluasi, kita akan semakin maju.
No comments:
Post a Comment