Pdt. Yuzo
Mat 9:35-38
35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan
desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan
Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
36 Melihat
orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37 Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit.
38 Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu."
Pendahuluan
Pada Mat 9:36 dikatakan , “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan
kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala.” Kata “tergeraklah oleh belas kasihan” terdiri dari 4 kata
dalam Bahasa Indonesia namun dalam bahasa aslinya terdiri dari 1 kata yang bila
diterjemahkan dalam bahasa kontemporer berarti “Yesus hatiNya bergetar ketika
memiliki perasaan yang sama seperti yang dimiliki orang-orang itu” Hal ini
menunjukkan Yesus punya kemampuan untuk memiliki perasaan yang sama seperti
orang-orang yang dilihatnya. Matius 9:37-38 Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya (setelah Ia merasakan apa yang dirasakan
murid-muridNya) : "Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena
itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Bayangkan untuk 24 jam saja saudara dan saya mempunyai
hati seperti hati Yesus. Hanya 24 jam saja, jangan lebih. Bayangkan! Bayangkan!
Kita tetap bangun di ranjang yang sama, mobil dan pasangan hidup tidak
berganti, pekerjaan tetap sama, bertemu dengan orang sama, anak-anak dengan masalah yang sama, pasangan hidup
mempunyai karakter yang sama, semuanya sama bahkan hasil lab terakhir dengan
penyakit yang sama, tetapi yang berbeda hanya satu yaitu kita memiliki hati
Yesus. Hati Yesus memerintah hidup kita. Yang lain tidak berubah, hanya satu
yang berubah dalam 24 jam itu yaitu hati Yesus memerintah, berkuasa,
menjalankan hidup kita. Kira-kira apa yang akan Yesus lakukan ketika Ia melihat
pasangan hidup (suami / istri) kita, anak-anak kita, pembantu rumah tangga
kita, supir kita? Ketika Yesus ada di mobil, melihat supir bekerja, apa yang kira-kira
akan Dia lakukan? Apakah Dia berkata, “Kamu sudah lama bekerja di sini lebih
baik kamu keluar saja” atau “Anak-anakku, papa sudah memberikan kamu gadget
(gawai), jangan ganggu papa lagi”. Apa yang dilakukan Yesus pada orang yang membuatNya
kesal setiap hari? Tukang parkir yang tidak terlihat tapi saat mobil di-starter,
meminta tambahan uang parkir padahal mobil kita tidak dijaga dan ada tanda baretnya.
Apa yang kira-kira Yesus lakukan pada orang-orang yang kita lihat setiap hari?
Maka kita perlu menyelidiki kitab suci. Bagaimana Tuhan Yesus yang berinkarnasi
2.000 tahun lalu melihat dan bertindak.
Tergeraklah HatiNya oleh Belas Kasihan
Terdapat 7 kali
muncul kata “tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan” dalam Injil.
1.
Matius 9:36
Dalam Mat
9:36 , kata ini pertama kali muncul. Ketika Tuhan Yesus memlihat banyak sekali
orang. Ia berkeliling dari desa dan kota. Ia memberitakan Injil kerajaan Sorga,
melenyapkan segala sakit penyakit dan kelemahan, kemana Yesus pergi banyak
orang yang mengikuti Dia. Sama seperti orang datang ke gereja mengatakan “Aku
mengikut Yesus”. Melihat orang banyak itu, apakah Dia berpikir, saatnya Aku
jadi terkenal dan mendapat pengikut yang banyak dalam waktu singkat? Tidak ada
itu dalam hatiNya. Melihat orang banyak itu, tergerak dan tergertarlah hatiNya
ketika Dia merasakan apa yang mereka rasakan. Ayat 35, segala penyakit dan
kelemahan diusir. Orang-orang ini mencari kesembuhan, mujizat, kekayaan dalam
waktu sesaat. Bukan itu yang Dia lihat dan rasakan. Yang dikatakan Tuhan Yesus,
“Karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala”. Tuhan
Yesus tidak mengatakan domba cacat dan sakit, tetapi domba yang terlantar dan
tidak bergembala. Maz 23 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Setiap
kali kata domba muncul di PL, selalu dipakai untuk mengartikan hubungan Allah
dengan umatNya. Hubungan yang benar adalah Allah menjadi gembala dan umat jadi
dombaNya. Sehingga kadang-kadang ketika Allah membangkitkan beberapa raja, raja
itu menjadi tangan kanan Allah dan gembala bagi umatNya, tetapi pada Matius 9 Tuhan
Yesus melihat mereka lelah, terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Ada
pemimpin tetapi tidak ada yang memimpin, ada orang yang memegang jabatan tetapi
tidak ada orang yang punya hati yang berbelaskasihan. Itu sebabnya orang
mengikut Yesus karena mereka haus dan rindu (bukan karena mujizat). Tuhan Yesus
melihat kebutuhan dalam diri orang lain. Tuhan Yesus tahu rasanya
diombang-ambing dengan rupa-rupa angin pengajaran, orang yang tidak tahu besok makan apa, tidak
punya pekerjaan, anak-anak yang melacurkan diri, rasanya dikhianati seperti domba
yang tidak bergembala. HatiNya tergerak oleh belas kasihan.
2.
Matius 14:14
Di sini banyak orang sakit datang pada Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus melihat mereka begitu papa, lemah dan hina. Mereka tidak tahu harus
pergi ke mana, berdoa pun tidak ada yang mengajarkan. Maka tergeraklah hati
Yesus, sehingga Yesus menyembuhkan mereka.
3.
Matius 15:32.
Ketika
banyak orang mengikut Dia, dan dikatakan orang-orang tersebut kelaparan. Tuhan
Yesus tahu isi hati mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan sehingga Tuhan
Yesus memberi makan kepada 4.000 orang laki-laki belum termasuk perempuan dan
anak-anak .
4.
Matius 20.
Ada 2
orang buta yang mengikuti Yesus. Mereka
berkata, “Tuan tolonganlah kami!” Tuhan Yesus bertanya, “Apa yang engkau
minta?” Mereka menjawab,”Kami ingin melihat.” Tuhan Yesus tahu rasanya
orang-orang yang tidak bisa melihat. Mereka bukan saja tidak bisa melihat apa
yang di depan mereka dan mereka juga tidak bisa melihat masa depan mereka.
Siapa yang mau menikah dengan orang buta dan siapa yang ingin punya anak yang
buta? Siapa yang ingin buta? Tuhan Yesus tahu perasan orang-orang buta ini .
Maka tergetarlah hatiNya oleh belas kasihan dan Tuhan Yesus menyembuhkan mereka.
5.
Markus 1:41
Ketika itu,
di dekat Yesus ada orang-orang berpenyakit kusta. Pada zaman itu orang kusta
adalah orang yang sebentar lagi mati. Mereka tidak boleh masuk bait Allah
bahkan di pelataran dan halaman luarnya (tempat parkirnya) tidak boleh. Mereka dianggap
orang najis dan bisa menularkan kenajisan pada orang lain. Maka tempat bagi orang
kusta bukan di rumah tangga mereka tetapi di kuburan. Itu terjadi 2.000 tahun
lalu. Orang kusta dimatikan sebelum waktunya, dihindari , dijauhi (aku tidak
mau dekat kamu). Anggota keluarga nya pun menjumpai mereka pada tempat yang jauh
di luar kota, tidak ada yang berani menyentuhnya atau memberi “angpao”. Mereka mungkin
kasih dalam bungkusan-bungkusan dengan dilempar , tetapi tidak ada yang memeluk
dan menyalami . Mereka sangat haus akan sentuhan. Mereka dibuang oleh
masyarakat. Tuhan Yesus hatiNya tergetar ketika melihat orang kusta itu maka Ia
menyembuhkan mereka.
6.
Markus 9:22
Di sini dibawa kepada Tuhan
Yesus seseorang yang dikuasai iblis dan setan-setan. Sejak kecil dibanting dan dibawa
ke api, sangat terluka. Kadang sadar dan kadang kerasukan lagi. Apa yang
dilakukan kepada orang seperti ini pada zaman kita? Masih syukur bila ditampung
di dalam rumah. Kadang dimasukan rumah sakit jiwa atau di tempat-tempat
terpencil mereka dipasung. Jangan berpikir mereka akan memiliki keturunan! Siapa
yang mau menikah dengan orang seperti mereka? Tidak ada yang mau menikah
dengannya. Mereka tidak punya masa depan menghasilkan keturunan. Bahkan untuk
bekerja pun tidak ada yang mau memperkerjakan mereka. Tetapi Yesus merasakan
apa yang orang ini rasakan. Hatinya tergerak oleh belas kasihan. Yesus mengusir
setan-setan dari dirinya. Tuhan Yesus membuka lembaran baru, masa depan baru. Ketika
orang lain menutup masa depannya, Tuhan Yesus membukannya. Ketika orang lain
menjauhi dia, Yesus medekatinya, Ketika orang
lain tidak memperdulikan dia, Yesus secara khusus melayani dan berkata
kepadanya. Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan.
7.
Lukas 7:13
Ketika Tuhan
Yesus sedang berjalan di kota Nain ada serombangan orang yang sedang berkabung.
Beberapa orang mengangkat jenazah dari seorang muda , anak semata wayang, anak
tunggal. Disampingnya ibu yang janda menangis meraung-raung. Tahu rasanya
menjadi janda, tua, anak satu-satunya meninggal ? “Siapa lagi yang akan bekerja
untuk mencari uang bagi saya?” “Siapa lagi yang memberi makanan dan menyapa ‘halo
ma’, ‘Selamat pagi’, ‘Mama sakitnya ya?
Ayo kita ke dokter.’” Siapa lagi? Anak
semata wayangnya kini telah meninggal. Tuhan Yesus tahu artinya menjadi seorang
janda, karena Maria ibunya juga seorang janda. Tuhan Yesus tahu artinya menjadi
seorang janda karena Tuhan Yesus juga menyaksikan bagaimana seorang janda tua memberikan
semua yang dimiliki dengan penuh iman di dalam sebuah bait Allah. Tergeraklah
hatiNya oleh belas kasihan.
Perumpamaan terkait “Tergeraklah hatiNya”
Pada bagian-bagian lain dalam
Perjanjian Baru kata “tergeraklah hatiNya” digunakan dalam 3 bagian.
Masing-masing merujuk pada Allah. Pihak yang tergerak oleh belas kasihan selalu
merujuk pada Allah :
-
perumpamaan
pengampunan sang raja pada hambanya yang jahat yang berhutang 10.000 talenta (kira-kira
berutang 200.000 tahun bekerja). Hambanya meraung-raung ke raja, “Tolong,
tolong. Jangan eksekusi saya, jangan ambil keluarga saya.” Maka raja
tergeraklah hatinya untuk mengampuni.
-
Perumpumaaan anak
yang hilang. Ketika sang ayah melihat anaknya dari jauh yang dulu kaya sekarang
jadi gembel, pulang tertatih-tatih, bajunya compang-camping. Tergeraklah hati
sang ayah oleh belas kasihan.
-
Orang samaria yang baik hati. Ia melihat seorang
yang sekarat sehingga tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan akhirnya ia
mencurahkan semua bantuan kepada orang tersebut.
Ketiga perumpamaan ini mengisahkan tentang Allah
sendiri. Dalam 10 kali kata “tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan” semua
menunjuk dan diaplikasikan oleh 1 pribadi yang agung yaitu Yesus Kristus yang
kita dipanggil oleh Allah untuk menggenapi apa yang Yesus sendiri doakan dan
harapkan. Berdoalah bagi pekerja –pekerja karena tuaian itu sangat banyak. Kita
dipanggil untuk menuai dan untuk memiliki hati seperti hati Yesus.
Mengapa begitu sulit kita memiliki hati
Yesus?
Ada perkataan “Boro-boro punya hati Yesus, hidup saja
tidak berubah, sudah berpuluh tahun datang ke gereja. Apa yang terjadi? Bagaimana
menyelesaikannya? Bagaimana supaya kita menyelesaikannya? Bagaimana supaya kita
tidak terjebak pada kesalahan yang itu-itu saja. Ada 2 hal yang membedakan
Yesus dengan khalayak ramai, membedakan kehidupan kita dari orang lain yang
tidak mengenal hati Yesus.
1.
Ketika Yesus
melihat, Dia melihat kebutuhan , sementara orang sekitarnya kerepotan. Yesus
melihat kebutuhan, manusia melihat kesulitan. Itulah sebabnya , jarang kita
membiarkan hati kita bergetar karena kita menutup hati kita (saya tidak mau
repot dan sulit-sulit). Lihatlah perumpamaan orang Samaria yang baik hati.
Ketika seseorang turun dari Yerusalem keluar dari Yeriko , orang ini dirampok
begitu rupa. Banyak orang melihat sang korban yang sudah sekarat. Yesus
melihat, kita melihat. Yang membedakan Yesus dari yang lain apa? Apa yang
membedakan orang Samaria yang baik hati dari imam dan Lewi yang melihat dan
memilih jalan di seberang. Mereka berpikir sulit dan repot. Kalau menolong
berarti saya harus berkorban. Berkorban berarti sulit dan repot. Mungkin sang
imam berpikir, “Jangan-jangan dia ini perampok yang menyamar karena daerah itu
terkenal dengan perampokan.” Atau “Ini tipuan dari si perampok. Kalau saya
menolong, saya dirampok dan jadi korban” Menolongnya sama dengan repot, sulit ,
berisiko. Mungkin Sang Imam berpikir, jangan-jangan ia perampok yang terkenal. Kalau
saya tolong nanti saya jadi korban. Nantinya repot dan sulit sehingga mengacaukan
jadwal kesibukan kita. Biarin orang lain saja , toh yang lewat sini bukan hanya
saya. Tuhan pasti tahu saya sibuk maka ia lewat dari seberang jalan. Orang Lewi
juga lewat dan berpikir “Aku baru keluar dari Yerusalem. Aku baru menahirkan diriku.
Aku baru melewati tata cara ibadah yang
begitu panjang mempersembahkan korban untuk membasuh dan menyucikan dosa-dosaku,
kalau menolong dan orang itu mati maka tanganku najis. Kalau najis harus mulai
lagi dari awal. Manusia pintar mencari 1.001
alasan untuk menolak melakukan getaran hatinya.
Suatu
kali saya sedang kontrol di RSUD Cengkareng. Saya datang pagi hari. Tiap kali datang sudah
ada 24 orang di depan saya jadi saya mendapat
giliran ke-25. Saya tunggu dan tunggu. Nomor mulai berjalan sekitar 10-15 menit
per nomor. Kadang yang masuk lama kadang singkat. Saya pikir bakal lama
menunggunya. Di tengah penantian itu mata saya tertuju pada sebuah keluarga
yang masuk. Ayahnya mendorong kursi roda, anaknya duduk di sana, anak yang lain
membawa tas berdiri dan berjalan bersama sang ayah. Anak di kursi roda akan kontrol
di dokter ahli syaraf. Ia sudah tidak berdaya. Koordinasi ototnya sudah tidak
beraturan. Matanya sudah tidak menunjukkan kesadaran. Dalam hati saya muncul
getaran itu. Seolah-olah Allah berkata, “Hampiri mereka! Doakan!” Tetapi celaka
apa yang muncul dalam hati, “Tuhan sebenar lagi giliran saya. ” Tetapi suara
itu berkata, “Aku ingin agar mereka tahu
bahwa Aku ada melalui kamu. Datang! Hampiri!, Dekati, tidak perlu basa-basi pun
tidak apa-apa! Langsung saja katakan saya ingin berdoa untuk anak ini.” Tetapi
kemudian muncul kata-kata, “Nanti saja Tuhan. Sekarang sudah nomor 21, 22.
Sebentar lagi. Nanti saja. Lets make a deal,
begitu saya keluar nanti saya akan berikan waktu 1 jam khusus untuk keluarga
ini. Setelah saya selesai saja, kan tidak enak ngobrol tapi hati dag-dig-dug.
Kalau nomor saya dipanggil dan saya datang lagi, maka saya akan dapat giliran
yang ke-20 lagi berikutnya” Waktu pun berjalan. Nomor 24. 25. Saya pun masuk. Setelah saya keluar 15
menit kemudian, ternyata mereka sudah tidak ada lagi. Saya tunggu sebentar
mungkin mereka di ruang lain. Ternyata mereka tidak ada. Saya cari di lantai
bawah , ternyata tidak ada. Saya pun pulang. Jarak RSUD ke rumah hanya 20
menit, tapi itu 20 menit yang
terpanjang. Di mobil saya minta Tuhan ampuni. Mungkin ini kesempatan terakhir,
tetapi saya membiarkan diri saya tidak tergerak oleh belas kasihan. Belajar
dari pengalaman ini, beberapa minggu kemudian saya mengajak putra saya untuk
mencari snack. Kita beli bubble tea. Akhirnya kita beli 2. Lalu saya lihat di
sebelah kanan ada sebuah restoran. Di depannya ada ibu tua sekali yang memanggul
kerupuk ikan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kali ini saya tidak boleh
menunda. Jangan menunggu bubble-teanya selesai. Saat itu juga saya mendekati. “Selamat
malam. Ayi jual apa?” Dijawab,”Kerupuk ikan”. Saya tanya berapa harganya
ternyata RP 10.000 satu bungkus. Saya
beli 2. Kemudian saya keluarkan uang Rp 50.000 dan saya kasih Rp 50.000 uangnya
untuk ayi penjual tersebut. Saya pikir hari itu saya sudah berhasil. Ketika
naik motor anak saya berkata, “Kenapa papa kasih hanya Rp 30.000?” Kalau memang
dia butuh dan engkau tergerak oleh belas kasihan dan engkau punya uang lebih,
kenapa hanya beri RP 30.000? Hari itu saya berhasil tapi tidak cukup berhasil. Lumayan,
sudah ada kemajuan. Tetapi saya mulai belajar mengerti apa artinya tergerak
oleh belas kasihan, tidak membiarkan diri saya membuat alasan, saya mulai
membuka dan membiarkan Roh Kudus menggerakkan hati saya, membayangkan apa yang
ayi itu rasakan. Dia mencari uang, sesuap nasi. Ia mencari malaikat yang Tuhan kirimkan
untuk menolongnya. Hati saya tergerak dan tergetar , tetapi saya masih
membatasi diri. Tetapi lebih baik daripada tidak. Ketika Tuhan Yesus melihat
kebutuhan, kita biasanya melihat kesulitan dan kita menarik diri.
2.
Ketika Tuhan
Yesus melihat, apa yang Dia lihat? Ini adalah kesempatan untuk menyatakan kasih
Allah. Tetapi seringkali ketika manusia melihat dan melakukan pun mereka tidak
berpikir ini kesempatan untuk bersaksi tapi untuk mencari prestasi. Supaya
dianggap baik oleh orang lain. Pada beberapa gereja masih mencetak nama besar-besar
pada daftar persembahan. Saya senang bila yang paling besar persembahannya
ditulis nama NN. Masih ada orang tertentu yang berusaha menjaga kemurnian
hatinya. Bukan berarti saya melarang penulisan nama. Seringkali kelemahan kita
terpancing pada dosa. Saat memberi persembahan, saya juga menulis nama dengan
kode supaya yang perlu tahu hanya saya dan Tuhan. Ketika orang tidak menyatakan
kasih tapi meraih prestasi tidak ada kasih Allah yang sesungguhnya. Yang ada
kemunafikan. Tuhan Yesus di atas menyatakan kuasanya atas penyakit, kusta dan
setan. Motivasi Yesus bukan untuk menunjukkan orang betapa diriNya besar. Yoh
17:23 dikatakan Aku di dalam mereka dan
Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa
Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti
Engkau mengasihi Aku. Jadi apapun yang Tuhan Yesus lakukan merupakan kesempatan untuk menyatakan kasih Allah kepada
orang berdosa, orang yang hidup dalam kesulitan, kepapaan, kemenderitaan, kepapaan,
kesengsaraan, kepahitan hati. Tuhan Yesus tidak berusaha berkata, “Hayo datang!
Ikut Aku dan jadikan Aku raja.” Tidak pernah. Walaupuan Dia bisa berbuat
begitu, Dia punya modal besar. Ia bisa lakukan apa yang manusia tidak bisa
lakukan. Tetapi tujuan Yesus bukan itu, melainkan ingin menyatakan kasih Allah
dan menghadirkan Allah lewat hidupnya.
Bagian
kedua perumpamaan pada Matius 25 tentang kambing dan domba, menolong kita. Pada
bagian lain, Tuhan Yesus akan memisahkan antara gandum dengan jelai, antara
kambing dengan nanti. Dan nanti ada golongan yang disebut kelas kambing. Kelas
kambing dikatakan Tuhan Yesus bahwa engkau tidak layak untuk masuk dalam
kerajaan sorga. Karena waktu Aku lapar, haus, telanjang dan tidak punya tempat
berteduh, kamu tidak melakukan apa-apa. Apapun yang tidak kamu lakukan untuk
saudaramu yang paling hina itu, kamu tidak lakukan apa-apa untuk Aku. Hatinya
tidak tergerak oleh belas kasihan dan tidak membiarkan dirinya digetarkan oleh cinta
Tuhan dan cinta sesama. Orang-orang seperti Ini dikatakan kambing. “Pergi! Enyahlah
engkau, sekalian pembuat kejahatan“ Tetapi kenapa Tuhan? Bukankah kami tidak
pernah melihat Engkau? Kapan Tuhan menyatakan diri lapar dan kami tidak kasih
makan? Kalau kami tahu Tuhan lapar, sebagian
besar dari kita mengatakan, “Saya mengasihi Tuhan. Kalau Tuhan minta berapapun,
akan saya kasih.” Artinya cari muka di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan berbeda dengan domba ini. Ketika aku lapar
dan haus , tidak punya pakaian, telanjang tidak punya tempat tinggal kamu
memberikan aku makan, minum, tempat tinggal , pekerjaan dan masa depan.
Sama-sama tidak melihat. “Oh Tuhan, kapan kamu lapar, haus dan telanjang?” Apapun yang kamu lakukan untuk
orang yang paling hina, kamu lakukan untuk Aku”. Orang ini tergetar oleh belas
kasihan dan hati itu berasal dari Tuhan Itu
sebabnya mereka diterima dalam sorga. Mereka tidak pandang bulu dalam
mengasihi. Mereka ingin menyatakan kasih bukan prestasi. Mengapa kita seringkali berpikir kalau Tuhan
muncul saya akan kasih semua? Kita seringkali terbiasa menjadi orang Kristen
yang part-time. Bayangkana kalau kita bekerja sebagai pegawai Indomaret. Begitu
selesai shift sampai di rumah dan diminta tolong balik ke toko tidak mau karena
sudah selesai. It’s okay, karena itu part-timer. Orang yang tidak bisa membedakan
part-time dan full-time dalam peran-peran hidupnya, maka orang itu tidak bisa
hidup sesuai kehendak Tuhan. Hidupnya kacau. Kalau suami-istri berpikir “Saya
suami-istri part-time”, itu gawat. Pekerjaan bisa part-time, tetapi ada relasi
yang full-time antara anak dan orang tua. Demikian pula relasi kita dengan
Allah, full-time! Kita tidak pernah berdoa minta Tuhan part-timer. Tidak ada
yang minta Tuhan “Berkati aku hari senin saja” tetapi kita selalu berdoa, “Tuhan
berkati kami senantiasa”. Berarti full-time. “Tuhan berkati aku setiap waktu, Tuhan
hadirlah sepanjang hidupku.” Tetapi pernah jadi anak-anak Tuhan yang full-time?
Seringkali kita menjadi anak Tuhan yang part-time. Suatu kali seorang istri
turun dari tangga, ke dapur, cari panci dan melihat suami lagi nonton TV. Lalu dipukul
dari belakang. Suami berkata,”Kenapa?” Sang istri menjawab, “Saat aku lagi cuci
baju, saya menemukan ada secarik kertas dengan nama Jennifer. Ini siapa? Tidak
ada keluarga kita bernama Jennifer. Kamu selingkuh kan?” Sang suami menjawab,”Tunggu. Sabar! Semua bisa dijelaskan. Kamu ingat
tidak minggu lalu kita nonton pacuan kuda. Ada kuda yang tersandung pada awal pertandingan
sehingga tertinggal. Lalu ia bangkit dan mengejar lawannya. Semua orang bangkit
berdiri dan akhirnya kuda itu memenangkan pertarungan yang sangat ketat itu.
Kita semua senang. Nama kudanya Jennifer. Saya tulis supaya tidak lupa dan
masukkan kantong. Saya lupa dan kamu baca.” Baru istrinya berkata, “Sorry, saya
belikan kamu trombopop, supaya bengkaknya cepat kempes”. Lalu minggu depannya
istrinya membawa wajan, cari suaminya dan dipukul sampai pingsan. Sang suami
sadar di rumah sakit. Istrinya berkata, “Tadi waktu kamu pergi keluar sebentar ,
kamu lupa bawa HP. Tadi kudamu telpon!” Celaka. Banyak orang selingkuh tidak
bisa membedakan mana relasi full-time dan mana relasi yang part-time. Dia pikir kalau tidak ada di hadapan istri, aku
boleh menjalin hubungan dengan siapapun. Hanya menyatakan kasih kalau meraih
prestasi. Mencari muka. Maka tidak jarang, orang Kristen yang luar biasa
baiknya, ramah dan murah hati, memberikan tenaganya, bahkan setiap hari datang
ke gereja. Apakah engkau melakukan itu ingin menyatakan kasih karena hatimu tergetar
oleh belas kasihan atau untuk memuaskan nafsu meraih prestasi dan dikenal orang
lain? Tuhan Yesus melihat orang bukan asal melihat dan ini membedakan Tuhan
Yesus dari orang lain. Tuhan Yesus melihat kebutuhan dan kesempatan untuk
dipakai oleh Allah menyatakan kasih kepada orang lain. Bagaimana dengan kita?
Penutup
1 Yoh 3:16-18. Bagaimana kasih Allah dapat tetap dalam
dirinya? Mari kita mengasihi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Bayangkan,
24 jam saja hati Yesus memerintah hatimu. Apa yang akan dia lakukan pada orang
yang kita lihat? Yang lain tidak berubah. Hanya satu yang berubah, hati Yesus
menjadi milik kita. Apa yang akan kita lakukan pada orang di sekitar kita? Apa kira-kira
yang orang lain rasakan melalui kehadiran kita? Apa yang anak,istri, teman, karyawan,
rekan kerja rasakan lewat kehadiran kita? Kamu mau saya menjadi orang 24 jam
terakhir atau 24 tahun sebelumnya? Pertanyaan terakhir : anda sendiri
bagaimana? Kita pilih menjadi orang yang 24 jam itu atau 24 tahun terakhir? Anda
ingin memiliki hati seperti Yesus atau hanya ingin menyanyi lagu “Ubah Hatiku” tetapi
tidak ingin memiliki hati seperti Yesus. Kita pilih yang mana?
No comments:
Post a Comment