Pdt. Karyanto
Pendahuluan
Alkitab mengajarkan sebuah sistem
nilai tentang mana hal yang terpenting, yang cukup penting dan yang tidak
penting. Orang yang berhasil dalam hidupnya bukanlah orang yang bisa membedakan hal yang penting dari
yang tidak penting. Kalau ada orang dewasa yang tidak bisa membedakan hal
tersebut, maka nasibnya akan malang. Orang yang berhasil hidupnya adalah orang
yang bisa membedakan hal terpenting dari sekian banyak hal penting. Itulah
kunci sukses dalam hidup kita. Demikian juga dengan anak-anak Tuhan. Di dalam
Alkitab terdapat banyak sistem nilai. Misal : Tuhan Yesus berkata, “Hidup lebih
penting daripada makanan” atau “Tubuh lebih penting dari pakaian.” Padahal ada orang
yang mencurahkan perhatian pada pakaian dan perawatan tubuhnya. Amsal 8
berkata, “hikmat lebih berharga dari permata.” Apapun yang diinginkan manusia,
di muka bumi ini tidak ada yang bisa menyamai hikmat. Orang yang tidak punya
permata tapi punya hikmat maka lambat laun akan punya permata. Sebaliknya orang
yang punya banyak permata, tetapi tidak punya hikmat maka lambat laun
permatanya akan habis. Suatu kali saya berkhotbah di sebuah pabrik plastic. Selesai
khotbah maju seorang karyawan dari belakang lalu bertanya,“Pak Pendeta kenapa
tidak memakai cincin kawin”. Sewaktu khotbah saya memang menyinggung anak saya,
jadi dia tahu bahwa saya sudah menikah. Saya menjawab dengan nada bercanda,
“Cincin kawin saya sudah saya gadaikan.” Tapi saya ingin tahu mengapa ia
bertanya begitu dan menanyakannya. Lalu ia berkata, “Pak saya mau menikah, tapi
harga emas sudah mahal” Saat itu harga emas naik tinggi sekali. Jadi saya
prihatin dan kasihan dengan dia. Saya berkata, “Kalau kamu menikah di gereja ,
kamu harus punya cincin kawin. Tapi tidak perlu cincin emas tulen. Karena
pendetamu harus pegang cincinmu dan berkata ‘cincin adalah lingkaran yang tidak
putus kiranya cinta kasih saudara ….’
Jadi tidak harus cincin emas tulen. Beli saja cincin emas non-asli, pendeta dan
jemaat tidak akan tahu. Nanti setelah kamu berkeluarga, bekerjalah yang rajin
dengan hikmat dari Tuhan, sungguh-sungguh , ulet , jujur lalu simpan sebagian gajimu.
Setelah dananya cukup ajak istrimu ke toko emas untuk membeli cincin emas.
Kalau setelah 5 tahun menabung tidak cukup tunggu 10 tahun.”
Saya sering menikahkan anak muda
di gereja. Ada anak-anak muda yang menerima warisan yang besar. Ada yang
dikasih perusahaan, mobil dan rumah. Tapi kalau tidak berhikmat, maka lambat
laun akan habis. Kebanyakan di GKKK dari keluarga menengah ke bawah, masuk pernikahan dengan cukup prihatin (rumah
kontrakan dll). Tetapi kalau hidup berhikmat, maka lambat laun bisa mencicil
rumah dan anak bersekolah baik.
Artinya berhikmat
Amsal 9:10 mengatakan Permulaan
hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Sebagai
suami – istri, bila berhikmat di hadapan Tuhan dan berkarakter, maka Tuhan akan
memberkati kita. Jangan takut untuk menikah. Kalau tidak punya rumah, mau
kontrak rumah juga tidak apa. Yang penting hidup berhikmat dan takut akan
Tuhan.
1. Kepatuhan
kepada Tuhan lebih utama daripada korban bagiNya.
Nabi
Samuel memberitahukan Raja Saul untuk menghabisi semua orang Amalek dan binatang
kepunyaannya. Maka majulah Raja Saul menyerbu bangsa Amalek dan saat tiba di
Amalek mereka melihat kambing – domba – lembu yang tambun. Rakyat berkata, “Tuanku
Raja, masa kambing, domba, lembu yang tambun dibasmi? Kita selamatkan dan kemudian
diambil dan dijadikan korban bagi Tuhan kita.” Jadi tujuannya bukan untuk pesta
pora. Tujuannya baik. Raja Saul pun mendengar suara rakyatnya sehingga Raja
Agag diselamatkan juga kambing dombanya. Melihat hal ini, Tuhan kecewa sekali. Nabi
Samuel mencintai Saul dan menangisinya. Tuhan berkata, “Untuk apa kamu menangis
semalaman?” Nabi Samuel datang dan bertanya, “Apakah engkau sudah melakukan apa
yang diperintahkan Tuhan?” Raja Saul mengiyakan. Namun terdengar suara kambing-domba.
Lalu Nabi Samuel bertanya, “Ssuara apa yang saya dengar itu?” Raja Saul menjawab, “Rakyat minta agar jangan
dibasmi tetapi diambil dan dijadikan korban.” Nabi Samuel pun berkata : "Apakah TUHAN itu berkenan kepada
korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara
TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan,
memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan (1 Sam 15:22).
Apa
konkritnya hal ini dalam hidup kita? Patuh kepada Tuhan! Saya tidak mau
mengajarkan tidak perlu berkorban bagi Tuhan. Bukan itu pointnya. Segala
pengorbanan kita, baik waktu, tenaga dan pikiran harus lahir dari sikap hati
patuh kepada Tuhan. Bagian Alkitab ini tidak mengajarkan untuk tidak berkorban
bagi Tuhan. Tetapi Alkitab dengan tegas mengajarkan hal terpenting dari hal-hal
penting. Mendengarkan perkataan Tuhan lebih utama dari segala pengorbanan,
waktu , tenaga dan pikiran kita. Kalau ingin dekat Tuhan, haus akan Tuhan,
poinnya adalah “Saya harus lebih
mengutamakan kehendak Tuhan”.
2.
Karakter lebih penting daripada kompetensi.
Setelah Nabi
Samuel menemui Raja Saul, Tuhan berkata, “Saya ingin memilih orang lain
menggantikan Saul. Pergilah ke rumah Isai untuk memilih anaknya guna menggantikannya.”
Nabi Samuel mendatangani Isai dan berkata , “Tolong perlihatkan akan-anakmu!” Isai
Lalu Isai memanggil anak-anaknya , dimulai dari Eliab. Nabi Samuel melihat Eliab
dan dalam hatinya berkata, “Ini dia!” Dari fisiknya Eliab tampan dan gagah.
Tetapi Tuhan langsung bicara ke Nabi Samuel, "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Sam 16:7).
Ini penting sekali. Bila bicara haus akan Tuhan, maka kita harus menjalani
hidup Kristen kita dengan mengutamakan penilaian Allah dibanding penilaian
manusia.
Anak
kedua saya kelas tujuh. Orangnya tampan. Sejak lahir sampai kelas lima tidak
pernah memperhatikan penampilannya. Ia tidak pernah pegang sisir (sisir dengan
tangan). Ia jarang berdiri di depan cermin padahal saya sudah menasehatinya.
Tiba-tiba waktu kelas 6 ia berubah. Mungkin ada yang menarik perhatian. Saya
heran sekali. Biasa ke tukang potong rambut, saya kawal untuk potong pendek.
Sekarang tidak mau. Suatu hari saya berkata kepadanya, “Sebastian, papa senang sekarang
kamu memperhatikan penampilanmu. Orang yang tidak memperhatikan penampilannya kurang
sehat. Ciri orang sakit jiwa yang makin hari makin parah adalah tidak bisa
mengontrol dirinya. Rambutnya makin awut-awutan, pakaian makin lusuh, kulit menghitam.
Maka menurut ahli ilmu jiwa berarti makin parah tidak bisa mengontrol diri.
Jadi sekarang kamu bisa memperhatikan penampilanmu, secara psikis kamu sehat.
Kita hidup di dunia ini dalam dunia. Waktu melamar kerja, pertama kali orang akan
melihat penampilan. Orang belum bicara IPK, tapi kalau melihat pelamar bertato
dan pakai anting, maka orang akan ngeri.” Contoh konkrit, waktu mau selesaikan
studi teologia, saya praktek di Perkantas Denpasar. Ada seorang anak muda yang baik
dan rajin sekali. Ia selalu datang lebih awal saat persekutuan dan kemudian
menyapu. Penampilannya keren. Pakai anting. Rambutnya awut-awutan. Suatu kali
saya mengajak makan dia berdua. Saya katakan, “Kamu sangat memperhatikan
persekutuan kita. Tetapi sebagai Pembina saya berkata, ‘Penampilanmu tidak
mempengaruhi keselamatanmu’. Tetapi kamu hidup di dunia yang telah jatuh dalam
dosa. Penampilanmu mempengaruhi eksistenmu di kemudian hari. Bila Bos kamu melihat
penampilan seperti itu , maka kamu tahu hasilnya.” Sebagai sekretaris sinode, saya memperhatikan cara
pelamar menulis surat yang salah-salah dan tidak saya terima. Maka saya mengajarkan
anak saya untuk menulis surat dengan baik pakai tangan. Sayang kalau berpotensi
tapi gara-gara penampilan tidak diproses lamarannya. Anak saya menanggapi degan
positif. Waktu itu anak saya kelas enam.
Tetapi
Alkitab mengatakan hal yang lain, “Isi hatimu lebih penting dari penampilanmu”.
Penampilan di dunia berdosa ini penting, tetapi di mata Tuhan, isi hati kita lebih
penting. Kalau ada teman kita, lulus dengan IPK 4 ini bukan prestasi sembarangan. Kalau ada
teman kita yang bisa menguasai 6 bahasa, ini bukan kemampuan yang bisa
dipandang setengah mata. Tetapi kompetensi tidak lebih penting karakter. Salah satu
bentuk konkritnya ,haruslah sesuaikan dengan kriteria Allah. Karakter lebih
penting dari kompetensi. Karakter adalah siapa anda ketika tidak ada seorang
pun melihat (Bill Hybels : Character is who you are when no one is looking). Waktu
kita berada di kamar terkunci rapat tidak ada siapa pun di dalamnya, apa yang
kita pikirkan, lihat dan rencanakan, lakukan itulah karakter kita. Sebagai
orang yang harus akan Allah, bentuk konkritnya kita utamakan penilaian Allah
daripada penilaian manusia. Saat menjadi
orang tua, pergumulan terberat adalah membina dan mengasuh anak untuk memiliki
karakter. Banyak orang tua yang lebih memperhatikan les dan pelajaran anaknya tetapi
lupa bicara tentang karakter.
3. Andalkan
Sang Pencipta bukan sumber daya lainnya.
Yesaya 31:1 Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir
minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya
yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya,
tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari
TUHAN dan Yeremia 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Di Alkitab
ada seorang pemuda yang memiliki karakter yang baik yakni Yusuf seorang Ibrani yang
menjadi budak Potifardi Mesir. Sebagai pejabat Potifar sering berpergian .
Istrinya cantik dan tiap hari ia melihat Yusuf menyapu ,mengepel, lap meja. Ia
melihat Yusuf tampan. Suatu hari istri Potifar ini tidak tahan lagi. Ia pun memanggil
Yusuf. Yusuf pikir mau disuruh lap. Setelah Yusuf datang, istri Potifar
berkata, “Jangan bilang siapa-siapa, di rumah ini hanya ada kamu dan saya.” Tetapi
Yusuf berkata, “Masakan aku berbuat dosa yang besar di hadapan Allah?” Kalau kita berkata haus akan Allah, maka salah
satu bukti konkritnya membangun karakter.
Apa beda
orang kaya dan orang miskin saat sakit? Orang kaya kalau sakit yang pertama diingat
adalah asuransi, dokter pribadi dan apotek pribadi. Sedang orang miskin mengingat
Yang Di Atas. Seorang teman saya berkata, “Kalau tidak berhati-hati kita bisa
berubah.” Waktu kita belum punya banyak uang, apa-apa andalkan Tuhan. Anak atau
istri sakit kita andalkan Tuhan. Semakin banyak punya harta, kita berubah. Dulu
kita andalkan Tuhan, sekarang asuransi. Banyak orang Kristen yang membayar
asuransi lebih besar dari persembahan ke gereja. Jadi dia lebih andalkan
asuransi daripada Tuhan. Punya 1-2 polis asuransi tidak apa karena Tuhan mengajarkan
untuk mempersiapkan hidup kita. Tetapi kalau berpuluh-puluh asuransi dan bayar
premi lebih besar dari persembahan kepada Tuhan, itu salah. Karena di dalam
hatinya yang paling dalam, ia sudah menggeser Tuhan dengan asuransi. Firman Tuhan
berkata, “Celakalah orang yang pergi ke Mesir meminta pertolongan, yang percaya
kereta dan pasukan berkuda yang begitu banyak tetapi tidak memandang Allah yang
maha kudus dan tidak mencari Tuhan.” Di abad 21 mungkin kalimatnya menjadi, “Celakalah
orang yang pergi ke para jendral untuk mencari backing, yang mengandalkan kepintarannya,
percaya kepada kekayaannya yang begitu banyak , dan polis asuransi yang begitu
besar jumlahnya.” Kalau kita bilang kita haus pada Allah, konkritnya, di dalam
hal hidup kita kita lebih mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan pada Tuhan.
Anak saya
yang terbesar lebih pintar dari saya. Dia terus belajar dengan keras. Saya
berkata, “Kamu belajar dan berdoa dengan cukup. Kalau tidak ada ujian tidur 8 jam,
kalau ada ujian 5 jam. Setelah itu percayakan hasilnya kepada Tuhan. Kalau kamu
belajar gila-gilaan apa bedanya dengan mahasiswa non Kristen yang mati-matian belajar
sendirian tanpa berdoa. Saya dulu lebih banyak berdoanya daripada belajarnya,
karena saya merasa kurang pintar. Saya diberi julukan master of camp. Waktu
pengumuman seorang dosen menepuk saya, “Kamu berdoa terus. Untung kamu lulus”.
Saya selalu lulus. Dalam hati saya berkata, “Untung saya bukan orang yang punya
kelebihan, sehingga saya selalu mengandalkan Tuhan. Tetapi bila ada orang yang
punya kelebihan dan tetap mengandalkan Tuhan, dia lebih mulia. Gereja yang
punya banyak uang dan tidak berhati-hati, gereja menjadi gereja yang tidak
banyak berdoa.
Saya
punya kenalan seorang supir Muslim. Beberapa tahun lalu, anaknya sakit agak
parah. Ia minta saya untuk mendoakan anaknya. Lalu saya mengajaknya berdoa dengan
menyebut nama anaknya. Setelah itu dia pulang. Beberapa hari kemudian, ia
berkata, “Pak anak saya sudah sembuh.” Beberapa tahun lalu ia berkata lagi, “Pak
tolong doakan istri saya karena menderita pendarahan.” Nama istrinya Susilowati.
Saya pun berdoa. Besoknya saya bertanya kondisi istrinya. Dia menjawab, “Dia
sedang menahan sakit”. Saya bertanya lagi, “Lalu usahamu apa?” Dia menjawab,”Pasrah
sama Yang di Atas”. Lalu saya menutup telpon dan menghubungi 2 dokter
kandungan. Ternyata kebanyakan dikuret, kalau tidak sakit sekali. Mendengar hal itu saya menelponnya dan bertanya, “Kamu
sudah tanya biaya kuret?” Ternyata dia sudah
pergi ke rumah sakit diIsmalic Village Karawaci, biayanya Rp 6 juta.” Dia butuh
uang segitu dan kami punya, lalu kami memberinya. Lalu malam itu saya memintanya
datang untuk menerima biaya kuret. Itulah pergumulan orang-orang yang tidak punya. Yang dilakukan adalah
pasrah dengan Yang di Atas.
Kalau
kita diberkati, jangan lupakan Tuhan. Kalau anak pertama saya sakit, saya
datang dan doakan dia baru bawa ke dokter. Anak belajar dari kehidupan
sehari-hari. Orang tua yang anaknya sakit bawa ke dokter, maka selanjutnya
anaknya lebih mengandalkan dokter daripada Tuhan.
4.
Sang Pemberi lebih utama daripada pemberianNya.
Maz 73:25 Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi.
Bagaimana
membuktikan hal ini? Ada Musa dan Daud. Musa berkata kepadaNya, "Jika Engkau sendiri tidak membimbing
kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. (Kel 33:15). Banyak orang
Kristen yang lebih mengutamakan pemberianNya
dibanding Sang Pemberi. Saat menyanyi lagu “Cinta Yesus”, benarkah saya
lebih cinta Dia? Tuhan berkata ke iblis, “Apakah engkau memperhatikan hidup Ayub
yang saleh, jujur dan takut akan Allah?”
Iblis menjawab, “Dia begitu karena Engkau memagari hidupnya, kalau tidak apakah
ia masih takut akan Allah?” Tuhan berkata, “Silahkan kuasai, tapi sisakan nyawanya.”
Setelah itu badai, api, orang Syeba datang dan seluruh harta , keluarga dan
kesehatan Ayub pun hilang. Di balik peristiwa alam adalah iblis. Tetapi jangan
dibalik “kalau ada badai, sakit penyakit, perampok itu iblis”. Dalam konteks
Ayub betul begitu. Dari peristiwa Ayub, sampai berapa jauh dilakukan iblis
untuk membuktikan Ayub hidup saleh dan beribah semata-mata karena Tuhan? Ayub
beribadah bukan karena berkat Tuhan? Yang tersisa hanya nyawanya. Kesehatannya
juga habis, Kalau kita berkata “kita cinta Yesus”, apakah kita siap semua habis
kecuali nyawa?
5. Duduk di
kaki Tuhan sebelum melayani sebagai tanganNya!
Lukas 10:41-42 Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta,
Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya
satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan
diambil dari padanya."
Pada Lukas
10 ada kisah tentang Maria dan Marta. Marta tidak salah , hanya prioritasnya
tidak tepat. Seharusnya dekat dengan Tuhan lebih dahulu daripada sibuk di
dapur. Jangan dibalik, kalau melayani Tuhan, aktif di pemuda dan padus. Seharusnya
intim di ruang tamu rohani baru sibuk di dapur seperti Maria. Kalau selama ini
tidak pernah memperhatikan kehidupan rohani , maka saya mendorong agar mencari
strategi dalam hidup rohani kita dengan disiplin. Ada orang yang jabatannya
bagus, punya mobil, supir dll. Ia bersaat teduh sempanjang jalan dari rumah ke
kantor. Ia membaca Alkitab. Ada juga yang harus setir sendiri, pagi-pagi sudah
berangkat. Setelah sampai kantor baru bersaat teduh. Kalau kita habis mandi ,
tubuh segar dibasuh air, lalu ke kamar. Jangan cepat keluar kamar, sediakan
waktu di meja atau berlutut dekat ranjang. Di setiap kamar saya taruh. Saya
didik anak, setelah mandi lalu masuk kamar dan berdoa sebelum melayani Tuhan.