(Pentingnya, Manfaatnya
dan Tanggung Jawabnya)
Ev. Susan Kwok
Kis 2:6,41
6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang
banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu
berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
ini."
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga
ribu jiwa.
Ibrani 10:19-24
19 Jadi, saudara-saudara,
oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat
kudus,
20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan
yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai
kepala Rumah Allah.
22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita
telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.
23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan
tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya
kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
25 Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat.
Tujuan Utama (Pentingnya)
Menjadi Anggota Gereja
Menjadi anggota suatu gereja
apakah terjadi secara kebetulan? Apakah kelahiran kita di Indonesia dan mengalami
berbagai kejadian di Indonesia juga suatu kebetulan? Apakah Tuhan tidak ‘berbelaskasihan’
kepada kita sehingga kita ditempatkan di Indonesia? Apakah kita menjadi anggota
GKKK Mangga Besar secara kebetulan? Kalau kebetulan berarti Tuhan tidak mempunyai
tujuan. Kalau demikian berarti keberadaan kita di gereja juga tidak punya
tujuan. Kita hanya datang dan pergi begitu saja. Tetapi Tuhan tidak pernah secara
kebetulan menempatkan seseorang di suatu gereja dan negara. Karena Ia punya
satu tujuan. Tujuan yang utama dari segala macam tujuan adalah memuliakan
Allah. Itu tujuan yang tidak boleh bergeser. Kita boleh punya tujuan-tujuan
kecil lainnya tetapi tujuan yang terutama adalah untuk memuliakan Allah. Dengan
keberadaan di Indonesia dan di GKKK Mabes, kita dipanggil untuk memuliakan
Allah. Karena ketika diciptakan, kita diciptakan untuk memuliakan Allah.
Manfaat Menjadi Anggota Suatu
Gereja
Minggu lalu yang membawakan khotbah adalah Pdt. Benny Tjen dari GKI
Pinangsia. Saat berkhotbah, dia membawa buku Tata Gereja yang tebal. Jemaat GKI
sangat banyak dari Sabang ke Merauke. Jumlahnya berpuluh kali lipat dari GKKK. Bahkan
GKI di Kayu Putih saja sekali kebaktian ada 4 kali kebaktian dengan jumlah yang
hadir sekitar 2.500 orang sekali kebaktian walaupun mungkin satu dengan lain
tidak saling kenal. Selama bertahun-tahun mengenal GKI , saya melihat ada
kesamaan di antara para jemaatnya yaitu mereka bangga menjadi anggota GKI. Hal
ini bisa disimpulkan karena :
1. Di mana ada GKI, pasti jemaatnya
akan mencarinya.
Saat sedang berada di suatu daerah lain, jemaatnya selalu
mencari terlebih dahulu keberadaan GKI di daerah tersebut. Kalau tidak ada GKI,
barulah mereka mencari gereja yang lain. Hal ini disebabkan mereka sudah sangat
paham dengan ajaran dan aturan di GKI. Bagi mereka GKI seperti rumah sendiri.
2. Jemaatnya jarang pindah-pindah
gereja.
Walaupun jemaatnya berpindah tempat tinggal, mereka akan mencari GKI di
tempat barunya. Mereka jarang pindah ke gereja lain.
3. Jemaatnya sangat bangga
sekali bila terpilih sebagai penata layan (aktifis) atau majelis,.
Saya sering bertanya ke majelis GKI tentang hal ini. Bagi
mereka menjadi seorang majelis adalah tugas yang berat, tetapi mereka bangga. Berbeda
dengan di GKKK Mabes. Ada yang bertanya mengapa kita yang dipilih dari sekian
puluh orang jemaat. Di GKI dari ribuan orang jemaat, yang dipilih sebagai
majelis hanya berjumlah 10 orang. Ini bukan berbicara tentang motivasi. Bila
ditunjuk menjadi majelis atau penata layan di GKI, mereka merasa bangga sekali.
Padahal GKI menerapkan berbagai macam peraturan yang sangat ketat. Mungkin kalau
menjadi anggota di sana, kita bisa merasa sesak napas. Jumlah aturannya jauh
lebih banyak dari GKKK bahkan bisa berpuluh kali lipat. Sedangkan GKKK lebih sedikit
sehingga lebih dinamis. Di GKI ditetapkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan sehingga
menjadi sangat formal. Beberepa minggu lalu saat membawakan khotbah di sana,
saya didampingi oleh seorang panatua (istilah di GKI yang setara dengan sebutan
‘majelis’ di GKKK. Pada setiap kebaktian di komisi-komisi GKI, pembicara harus
didampingi oleh minimal seorang panatua yang bertanggung jawab di komisi
tersebut). Sehingga panatua terkait tahu
apa yang disampaikan dalam khotbah. Lalu panatua tersebut akan meminta masukan
dari jemaatnya tentang khotbah yang baru saja disampaikan dan suasana
kebaktiannya. Ternyata saat diminta masukan menurut jemaat ada masalah yakni kantong
persembahan diedarkan dengan mekanisme yang tidak seperti biasa. Kalau biasanya
kantong kolekte diedarkan dari depan ke belakang, pada hari itu diubah dari
belakang ke depan. Jadi pada hari itu jemaatnya ribut. Padahal seharusnya hal
itu tidak menjadi masalah. Bila ada perubahan maka tinggal ditanyakan alasan
dilakukannya perubahan tersebut. Karena pasti ada penyebab dan penjelasannya. Hal ini disebabkan mereka begitu teraturnya, sehingga
begitu ada yang ‘tidak teratur’ mereka merasa asing dan pusing. Kebalikannya
dengan kita yang tidak biasa diatur sehingga begitu diatur jemaatnya merasa
tidak biasa dan pusing. Di GKI ada kebijakan yang dibuat oleh sinodenya di mana
bila dalam waktu satu tahun bila
seseorang tidak datang bergereja di GKI di mana ia menjadi anggota, otomatis
keanggotaannya hilang. Dan untuk mendapatkannya kembali , ia harus mengulang
lagi dari awal. Syaratnya : dalam satu tahun ia harus mengikuti kebaktian secara
penuh (tidak boleh bolong kecuali sakit). Para jemaatnya sudah dapat beradaptasi
dengan peraturan ini dan dapat menerimanya. Walaupun mereka ‘ribut’ tetapi
mereka bangga menjadi anggota GKI. Hari ini saya tidak ingin menyampaikan agar GKKK
meniru mereka. Tetapi saya ingin mengatakan hal-hal yang prinsip
Manfaat Menjadi Anggota
Gereja
Kisah Para Rasul pasal 2 menceritakan tentang
turunnya Roh Kudus. Ketika Yesus akan meninggal, Ia sudah memberi tahu ke
murid-muridNya bahwa Ia akan meninggal tetapi kemudian Ia akan bangkit, naik ke
surga lalu mencurahkan Roh Kudus. Kitab Yoel sebelumnya pernah menyampaikan nubuatan
itu. Pada hari raya Pentakosta Yahudi, nubuatan nabi Yoel tergenapi : Roh Kudus
tercurah dan terjadi mujizat. Para rasul bisa berkhotbah (berbicara) dan orang
banyak bisa mengerti walaupun mereka bukan dari daerah yang sama. Hal ini
terjadi karena para rasul berkata-kata dalam bahasa yang belum pernah mereka
pelajari. Akibatnya orang-orang yang hadir mengerti bahwa mereka sudah berdosa.
Sehingga di Kisah Para Rasul 2: 41 dikatakan bahwa mereka bertobat dan minta
dibaptis. Hari itu ada 3.000 orang bertobat. Inilah yang menjadi cikal-bakal
gereja. Jemaat ini kemudian bersekutu di rumah-rumah dan menjadi jemaat rumah (jemaat kecil). Ketika
kembali ke negaranya masing-masing, mereka juga mendirikan persekutuan dan
itulah yang menjadi cikal bakal gereja rumah yang terus berkembang sampai hari
ini.
Gereja (GKKK, GKI dan
lain-lain) didirikan atas kehendak Tuhan. Tuhan punya tujuan. Kalau Tuhan tidak
berkenan, tidak mungkin suatu gereja bisa didirikan. Bahkan di tempat paling sulit
pun kalau Tuhan berkenan gereja bisa didirikan. Kalau Tuhan tidak berkenan,
walaun pun tempatnya aman dan penerimaan masyarakat tidak masalah namun gereja tidak akan bisa didirikan. Ketika
Tuhan berkenan akan apa yang terjadi pada hari raya Pentakosta orang Yahudi di
Kis pasal 2 mempunyai dampak dan akibat yang luar biasa. Gereja itu Tuhan yang
punya. Tidak masalah kita dijadikan alat untuk membangun dan menerobos tempat
yang asing, untuk penginjilan orang-orang yang sulit menerima dll karena Tuhan
ingin memakai kita menjadi alat. Tidak masalah kalau di gereja kita ingin
memberi sumbangan yang banyak. Tuhan yang mengijinkan kita berpartisipasi dalam
gereja. Kalau Tuhan tidak ijinkan tidak mungkin akan terjadi. Jadi semua bukan kebetulan.
Kita ada di GKKK Mabes
juga bukan kebetulan. Tuhan ingin kita bertumbuh memuliakanNya. Gereja itu
Tuhan yang punya. Jangan pernah ada satu orang yang mengklaim gereja punya dia sendiri,
siapa pun dia. Jangan ada yang berkata, “Kalau tidak ada dia maka gereja tidak
ada” karena itu kebohongan besar. Di
atas itu semuanya adalah Tuhan. Itu tidak boleh kita lupa. Sekali gereja lupa,
maka penyimpangan-penyimpangan yang
lebih besar tidak akan terelakkan. Karena tidak lagi melihat Tuhan yang menjadi
pondasi yang utama. Sehingga menjadi anggota gereja pun , kita harus melihat
dari sudut pandang ini. Siapa kita? Kita tidak ada apa-apanya. Hal ini ditulis
dalam Ibrani 10: 19 Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus Karena Yesus sudah
membuka jalan yang baru yang hidup bagi kita , melalui tabir yaitu diriNya
sendiri dan sekarang kita punya imam besar. Ketiga ayat ini latar belakangnya dari kitab Perjanjian Lama. Waktu Tuhan
memanggil Israel sebagai umat pilihan, Tuhan mengijinkan mereka untuk berjalan
di padang gurun selama 40 tahun, tetapi penyertaan Tuhan jelas. Kehadiran Allah
jelas dalam satu bentuk wadah yaitu Kemah Pertemuan. Setiap kali mereka
berangkat, Kemah dibongkar. Saat menetap di suatu tempat untuk beberapa bulan, Kemah
didirikan lagi. Kemah ini berfungsi sebagai tempat mereka beribadah, tempat
mereka berseru kepada Tuhan, berdoa meminta petunjuk pada Tuhan, tempat Tuhan
menyatakan diriNya kepada umatNya. Di mata Allah, Kemah Pertemuan itu kudus
karena itu menyatakan kehadiran Allah. Kalau kita rajin membaca Alkitab, kita
akan menemukan di dalam Kitab Imamat ada begitu banyak peraturan seperti siapa
yang boleh dan tidak boleh masuk ke Kemah Pertemuan. Kalau peraturan ini diterapkan
sekarang , mungkin tidak ada yang bisa masuk ke dalam gereja. Jadi anugerah
Allah sungguh luar biasa.
Kita ini siapa? Kalau
di Perjanjian Lama Tuhan memberikan aturan yang jelas yakni orang yang berzina, orang yang tidak mengasihi
sesama, pemburit tidak boleh masuk Kemah Pertemuan. Baik dirinya sendiri maupun
keturunannya. Supaya kekudusan Allah betul-betul dijaga dan dipelihara. Itu
sebabnya selalu ada upacara-upacara seperti upacara penghapusan dosa dan upacara
ini-itu supaya orang Israel setiap hari ada di dalam anugerah Allah dan tidak
dikenai murka Allah. Tetapi di dalam Yesus Kristus, segala hukum dan upacara
itu, domba-domba yang harus dikorbankan itu, imam besar yang harus menyucikan
diri sebelum memasuki upacara itu digenapkan di dalam diri Yesus Kristus.
Sehingga kita tidak perlu melakukannya lagi. Sebagai orang yang percaya kepada
Yesus, kita bisa dengan bebas dan penuh keberanian datang ke gereja. Allah
tidak akan memurkai kita dan Allah rindu agar kita masuk ke dalam gereja dan
beribadah. Karena Kristus, kita bisa dengan bebas masuk beribadah. Kalau bukan karena
Tuhan yang melakukannya di atas kayu salib, tidak mungkin kita bisa masuk
dengan bebas beribadah. Akan ada banyak hal yang masih harus dilakukan supaya
kita layak datang ke gereja. Karena sedikit saja tidak layak, maka kita akan
mati.
Apakah kita layak? Apakah betul pikiran dan
motivasi kita tidak ada yang salah? Pasti ada yang salah. Tetapi kita bisa
beribadah karena Yesus Kristus, karena darahNya. Jadi jemaat GKKK Mabes harus
menghargai Yesus Kristus dan pengorbananNya. Dan melihat segala sesuatunya
adalah anugerah. Bukan karena kita bisa atau mampu. Pada Kisah 10: 22 – 24
penulis kitab Ibani mengingatkan supaya saat menghadap Allah kita harus datang
dengan hati yang tulus. Ada banyak nasehat yang positif. Kehidupan di gereja adalah
kehidupan paling bahaya karena 1.001 macam perasaan, kehendak, kelakuan ada di
situ. Kalau bukan karena kita berusaha tulus, lebih sabar dan mengasihi dan melihat darah
Kristus yang telah berkorban untuk manusia, kita tidak mungkin bisa
bersama-sama. Tidak mungkin kita bisa duduk rukun sebagai satu jemaat. Kalau
masing-masing tidak tulus dan tidak jujur di hadapan Tuhan, untuk mereka bisa
beribadah akan sulit. Karena setiap kita mempunyai segala macam agenda dalam
kepala kita. Itu sebabnya gereja pecah dan kemudian buat gereja lagi. Lalu
pecah dan buat lagi dan terus begitu. Pada
ayat 25 Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,
tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang
hari Tuhan yang mendekat. Di sini ada peringatan untuk tidak melakukan hal
seperti ini. Kisah 10:22-25 merupakan dorongan untuk melakukan yang baik. Pernyataan
“Jangan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah seperti yang dibiasakan”
menunjukkan bahwa ada satu kebiasaan untuk tidak beribadah kepadaTuhan. Beribadah
kepada Tuhan menjadi prioritas yang terakhir. Sedangkan hal-hal lainlah yang dilakukan dan menjadi nomor satu.
Tanggung Jawab Menjadi
Anggota Gereja
1. Jadilah anggota gereja,
dengan tak melihat gereja itu seperti warung kopi, mal atau bioskop. Ketiganya
adalah tempat yang menyenangkan, tetapi kita hanya datang dan pergi ke sana untuk
memuaskan apa yang kita mau. Tidak ada tuntutan dan hal untuk kita berkenalan
satu dengan lain. Ngapain di mal , warung kopi, bioskop kita berkenalan dengan
lain? Selesai pergi ke sana kita langsung pulang. Gereja bukan mal, warung kopi
atau bioskop tempat lalu lalang. Anggota gereja tidak boleh melihat gereja
sebagai mal, warung kopi atau bioskop. Tetapi lihat gereja sebagai rumah. Kemanapun
kita pergi, kita pasti rindu pulang ke rumah. Walaupun ada orang yang tidak sesuai
pendapatnya dengan kita , kita tetap ada di rumah dan merindukan orang-orang
yang di rumah. Pergesekan terjadi, tetapi terus pulang ke rumah. Sehingga kita sebagai
jemaat, mari lihat gereja kita dalam porsi yang benar.
2. Bergereja tidak pernah
diberikan oleh Allah untuk menjadi obat penawar atau pun narkoba, sehingga
orang yang sedang susah hati bisa hilang sejenak kesusahannya karena ‘fly’. Gereja bila diibaratkan obat ,
maka ia adalah obat yang pahit tapi menyembuhkan.
Ada kutipan dari Ps. Joshua
Harris,”Jangan meninggalkan gereja yang berani memberikan anda sanksi ketika
anda berbuat salah.” Karena gereja demikian lah membuat kita menjadi orang yang
bertumbuh, orang yang tahu mana yang benar dan salah. Kalau gereja hanya berdasarkan
rasa tidak enak, maka segala sesuatu menjamur dengan tidak bisa terkontrol. Jangan
tinggalkan gereja yang demikian, justru kita harus bersyukur. Karena di situ
Tuhan menempatkan orang-orang untuk ‘menggosok’ kita seperti obat pahit yang
harus kita telan tapi obat itu menyembuhkan.
3. DL Moody berkata gereja
yang berkualitas adalah gereja yang pemimpin dan umatnya bisa hidup bersama.
Maksudnya pemimpin dan umat harus bergandengan tangan. Mempunyai konsep dan
kebiasaan yang baik. Tidak individualistis (tidak memaksakan kehendak). Gereja
yang berkualitas hanya mungkin terjadi kalau pemimpin dan umat bekerja bersama-sama.
Saya sering berkata,”Ayo jemaat kita harus bersama-sama membangun gereja ini. Karena
tidak bisa bila hanya melibatkan hamba Tuhan atau majelis, tetapi harus bersama-sama.
Sebagai anggota gereja kita harus lebih paham dan lebih menghargai. Bukan
karena tidak enak hati, tetapi karena Kristus telah melakukan banyak hal untuk
kita. Tanpa Dia ijinkan, kita tidak mungkin terjadi. Mari kita berkehidupan
gereja yang semakin hari semakin kuat.
No comments:
Post a Comment