Pdt. Albert Sutanto
Efesus 2:1-5
1 Kamu dahulu sudah mati
karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2 Kamu hidup di dalamnya,
karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
3 Sebenarnya dahulu kami
semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu
daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya
kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
4 Tetapi Allah yang kaya
dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada
kita,
5 telah menghidupkan kita
bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan
kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan –
1 Tim 4:12 Jangan
seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Pendahuluan
Sebagai orang percaya,
kita seharusnya bergembira pada hari Minggu. Karena hari ini dikuduskan Tuhan untuk
kita beribadah. Maka saya selalu katakan,” Saat tiba hari Minggu, orang percaya
selayaknya senang.” Apalagi pada hari Sabtu yang menyongsong hari Minggu ,seharusnya
kita senang. Namun saya takut orang percaya sekarang malah merasa susah pada
hari Sabtu karena keesokan harinya harus ke gereja. Kalau ada orang Kristen
seperti itu, dia harus bertobat. Solusinya mudah saja yakni dia harus bertobat.
Karena setelah diselamatkan oleh Tuhan, harusnya kita selalu memiliki hati yang
rindu untuk bertemu Tuhan dan mendengarkan suaraNya.
Hari ini kita akan
merenungkan firman Tuhan dengan tema ‘Kedewasaan Rohani dan Dampaknya (Memberi
Pengaruh Positip)’. Mengapa kita harus dewasa secara rohani? Mengapa orang
dunia tidak memikirkan kedewasaan rohani? Orang dunia hanya memikirkan
kedewasaan duniawi. Sebagai orang percaya selain memikirkan kedewasaan manusiawi
tetapi kita juga memperhatikan kedewasaan rohani. Apa yang dimaksud kedewasaan
rohani? Konteks kedewasaan rohani terjadi setelah hidup kita diampuni dan
diselamatkan (hidup kita diperbarui). Orang dunia tidak memiliki dan
mementingkan kehidupan rohani karena mereka memang belum diselamatkan Tuhan dan
belum punya hidup baru dalam Kristus. Sebagai anak Tuhan dan telah diselamatkan
Tuhan, kita dikatakan sebagai dilahirkan kembali. Dilahirkan kembali berarti
masuk dalam suasana rohani seperti bayi yang baru dilahirkan, setelah itu
secara fisik kita harus bertumbuh maka demikian juga hidup rohani kita harus
bertumbuh.
Tidak pernah kita melihat ada seorang bayi yang begitu
lahir langsung menjadi dewasa, tetapi harus melalui suatu proses. Demikian juga
dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Saat dikatakan lahir baru, tidak langsung
ia menjadi dewasa secara rohani. Bagaimana kita tahu bahwa kerohanian kita
sudah dewasa atau berkembang? Memang di situlah letak masalahnya. Kadang kita
suka menuding kerohanian seseorang yang belum
dewasa, tidak berkembang dan lain-lainnya. Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk
kita tahu setinggi apa kedewasaan rohani kita. Atau kerohanian kita sudah
dewasa atau belum? Kita kembali ke tema, kalau kita dewasa rohani maka kita
akan berdampak. Rohani yang dewasa memiliki banyak dampak. Hidup kita makin
berkenan bagi Tuhan dan menjadi berkat buat orang lain. Berdampak bagi
kemuliaan Tuhan. Nama Dia dipermuliakan. Kerohanian yang tidak dewasa juga ada
dampaknya. Kalau rohani tidak dewasa, maka kita menjadi batu sandungan buat
orang lain. Kerohanian yang tidak maju dan tidak berkembang pasti menjadi
bulan-bulanan . Orang akan berkata kepada kita, “Masa orang Kristen seperti itu?
Kalau seperti itu, saya tidak mau jadi Kristen dan percaya kepada Tuhan.”
Bagaimana kita tahu dan
bagaimana kita bisa mempunyai kerohanian yang maju?
Untuk memiliki rohani yang dewasa dapat dilihat
pada ayat 1 Tim 4:12. Pada ayat tersebut, Rasul Pausul memberitahu dan
menganjurkan Timotius, bagaimana Timotius bisa menjadi dewasa dalam kerohanian
dan sekaligus dia bisa mengukur apakah ia sudah dewasa atau belum dalam hal kerohanian.
1 Tim 4:12 Jangan seorangpun menganggap
engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan
dalam kesucianmu. Rasul Paulus menganjurkan sekaligus bisa kita jadikan
hal-hal yang ditekankannya sebagai ukuran. Kalau kita mau menjadi dewasa dalam
kerohanian, atau bila mau mengetahui apakah kita sudah dewasa atau belum maka
kita harus memperhatikan perkataan Rasul Paulus , “Hendaklah kamu menjadi
teladan bagi orang-orang percaya” yang mencakup :
1.
Jadilah teladan dalam hal
perkataanmu
Apa yang diutarakan dalam
perkataan sesuai dengan apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Kalau kondisi di
dalam kacau maka apa yang keluar juga kacau dan sebaliknya. Ada orang yang
berkata,”Walaupun perkataan saya ‘jelek’
namun maksud saya baik.” Di dunia mana pun juga tidak pernah terjadi hal
seperti itu. Alkitab berkata, Orang yang
baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan
orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Lukas 6:45).
Bagaimana mungkin keluarnya jelek tapi dalamnya baik? Rasul Paulus berkata
kepada Timotius, “Perhatikan kata-katamu.” Kalau dewasa rohani berarti, “kata-katamu
membangun, menghibur, menguatkan. Kata-katamu membuat orang jadi kuat, membuat
orang tertawa dan senang.” Sebaliknya kalau kita tidak dewasa dalam rohani,
maka kata-kata kita tidak menjadi berkat bagi orang lain. Kata-kata kita
seringkali membuat orang lain menangis. Saya pernah membaca sebuah kalimat
sederhana namun memiliki makna yang luar biasa, “Kalau engkau tidak bisa
membuat orang tertawa jangan membuat dia menangis.”
Dalam kehidupan, kita perlu mengevaluasi
perkataan kita. Apakah kata-kata yang kita keluarkan menguatkan orang atau
tidak? Saya teringat ajaran dari ayah sewaktu saya masih kecil. Seringkai ia
berkata,”Kalau engkau mau membicarakan orang, maka bicarakanlah yang baik-baik
saja, jangan membicarakan kejelekannya. Kalau engkau mau membicarakan yang
jelek, maka lebih baik engkau jangan membicarakannya.” Jadi setiap kali membicarakan
orang, saya dinasehati seperti itu. Setiap orang memiliki kebaikan dan
kelemahan. Kalau mau membicarakan orang lain, maka bicarakanlah yang baik-baik
saja. Kalau kita membicarakan kebaikan orang akan menjadi berkat bagi banyak
orang. Orang yang dibicarakan pun akan bersyukur. Maka kalau mau dewasa rohani,
perhatikanlah kata-kata kita, apakah perkataan kita memuliakan Tuhan atau
memuliakan diri sendiri? Apakah kata-kata kita menghibur atau menyusahkan orang?
Kata-kata kita membangun atau menjatuhkan orang?
2.
Jadilah teladan dalam
tingkah lakumu.
Hal ini sangat penting sekali.
Dunia sudah bosan mendengar orang yang suka menebar janji-janji. Maka dunia
membutuhkan tingkah laku atau contoh nyata. Kalau kita berkata, “Oh saya percaya
kepada Tuhan. Oh Dia Allah yang luar bisa. Bersama Dia kita bisa melakukan
perkara-perkara besar.” Maka bagimana sikap hidup kita dalam menghadapi
masalah, pergumulan , dan sakit-penyakit? Bagaimana tingkah laku kita? Di situ
kedewasaan rohani akan menentukan. Sekarang di Indonesia, khususnya di Jakarta kita
berada dalam situasi yang tidak mengenakkan dan bahkan kadang menakutkan, kadang
membuat kita frustasi dan kecewa. Di situ kedewasaan rohani akan menentukan.
Maka bila orang Kristen tidak bertumbuh dewasa kerohaniannya maka ia akan
tenggelam dalam situasi dunia yang tidak menentu. Selama 40 tahun dalam
pelayanan di dalam dan di luar negeri, bahkan di kampus luar negeri di mana
perkataan saya disanggah oleh mahasiswa di sana, saya berkata, “Jangan
bermimpi dunia akan lebih baik. Kalau
saudara bermimpi demikian, maka saudara akan kecewa.” Dunia tidak akan lebih
baik. Lihatlah tahun 2017 apakah lebih baik dari tahun 2016? Tidak! Apakah 2016
lebih baik dari 2015? Tidak! Semakin lama semakin bertambah jelek. Kalau tidak
memiliki kedewasaan rohani , maka kita akan susah. Kondisi yang dihadapi
sekarang : tidak bisa tidak susah. Dalam menghadapi kesusahan, kita hanya bisa bernyanyi
saja. Maka sekarang banyak orang yang tidak bisa apa-apa mulai menyanyi, “Buat apa susah? Buat apa susah? Susah itu
tak ada gunanya.” (Lagu ‘Sayonara’). Namun kenyataannya hidup kita tetap
saja susah. Karena kesusahan yang kita hadapi tidak bisa dihadapi dengan
menyanyi.
Kesusahan hidup hanya bisa
dihadapi dengan kedewasaan rohani. Orang yang rohani-nya dewasa pada waktu
menghadapi pergumulan memiliki keyakinan,” Saya percaya mata Tuhan melihat saya
dan saya yakin Ia akan memelihara saya. Sekarang saya tidak tahu tapi waktunya Ia
akan datang menolong saya.” Orang yang tidak dewasa secara rohani saat dalam
pergumulan akan berkata, “Aduh celaka, mati gua ini.” Kalau orang seperti ini mau
bernyanyi maka lagunya menyedihkan sekali. Sudah kondisinya sedang susah tetapi
dipaksakan menyanyi, maka lirik lagu yang dinyanyikan “Hidupku
yang sengsara. Penuh dengan penderitaan.” (Lagu “Doa” oleh Eddy Silitonga). Sakitnya bukan secara fisik tetapi dalam kerohanian dan
tidak akan sembuh. Maka kedewasaan rohani penting sekali. Menghadapi ancaman
yang menakutkan, sikap kita “Tuhan sudah siapkan tempat buat saya”. Jadi menghadapi masalah, hal ini tergantung
kedewasaan. Bila sudah dewasa, maka kita akan mengikuti tingkah laku dan sikap
hidup yang bagus.
3. Jadilah teladan di dalam kasih.
Kasih itu bisa menjadi ukuran
kedewasaan rohani kita. Kasih Tuhan (Yesus) adalah kasih yang tidak egois
tetapi kasih yang memberi, kasih yang ingin membahagiakan orang, kasih yang
ingin menolong orang, kasih yang rela berkorban untuk orang lain. Tetapi kalau
tidak ada kasih, yang ada hanyalah kepentingan diri sendiri. Kalau tidak ada kasih
kasih Yesus (ilahi) maka yang penting adalah “Saya untung dan bahagia. Kamu
susah atau tidak terserah saja.” Itu bisa menjadi ukuran apakah seseorang sudah
dewasa atau tidak kerohaniannya. Yang tahu kita sudah dewasa rohaninya atau
tidak adalah diri kita sendiri. Kalau orang lain tahu kedewasaan rohani kita
maka nama Tuhan akan dipermuliakan karena orang lain akan berkata,”Orang itu
luar biasa. Dia rela berkorban untuk orang lain”.
Setiap Jumat malam kalau ada
waktu , silahkan menonton “Kick Andy” karena isi acaranya bagus. Kita bisa melihat
orang-orang yang bagi saya luar biasa. Kadang – kadang ada pemulung, tetapi ia bisa
membiayai anak-anak asuh sebanyak puluhan orang! Kadang-kadang ada seorang guru,
tetapi dia bisa mengumpulkan puluhan atau ratusan anak-anak untuk diajar tanpa
dibayar bahkan dia harus mengeluarkan uang untuk membeli buku untuk anak-anak
tersebut. Kasih Kristus adalah kasih yang ingin memberi, bukan minta diberi.
Kasih yang bahkan rela berkorban asal orang lain bahagia. Saya percaya walaupun
pemulung atau guru tersebut berkorban tetapi mereka juga bahagia. Orang yang
memiliki kasih walau berkorban, ia merasakan kebahagiaan. Apakah kia sudah
dewasa secara rohani? Lihat saja apakah kita sudah memiliki kasih atau belum.
4. Jadilah teladan dalam kesetiaan.
Zaman sekarang susah mencari
orang yang setia, lebih mudah mencari orang pintar. Kita bisa melihat-lihat contohnya
pada acara-acara di TV. Di sana kita menemukan kenyataan bahwa sekarang
banyak ketidaksetiaan. Misal : orang yang tidak setia dalam pekerjaan, suami / istri tidak setia terhadap pasangannya.
Bahkan dalam tahap pacaran pun banyak
yang sudah tidak setia. Sepertinya setiap hari kita melihat paparan manusia
yang tidak setia dalam banyak hal. Saya belum lama ini membuka suatu video yang dikirim seseorang. Ada seorang
anak umur 3 tahun yang mengasuh ayahnya yang sudah tidak bisa berjalan dan
hanya terbaring di tempat tidur. Ini adalah fakta. Kejadian ini ada di
Tiongkok. Sang anak membawa air panas untuk memberi minum ayahnya. Saat
melihat ia menuangkan air panas dari
termos untuk ayahnya, saya merasa takut. Termosnya begitu besar kalau tumpah atau
jatuh bagaimana? Latar belakangnya, pada waktu ia masih bayi, ayahnya terjatuh
dari sepeda motor sehingga tidak bisa berjalan lagi (cacad seumur hidup). Saat
itu ia masih bayi. Mamanya pun merawat ayahnya. Karena putus asa merawat
suaminya yang tidak sembuh-sembuh, akhirnya mamanya membawa anaknya itu pergi.
Di mana kesetiaan sang istri saat menghadapi suami yang tidak bisa berjalan
lagi? Sang istri pergi dengan membawa bayinya. Namun 3 tahun kemudian, sang
istri tidak tahan lagi menghidupi anaknya sendirian. Ia pun membawa kembali
anaknya yang 3 tahun dan ditaruh dengan suaminya tersebut. Anak ini hidup
dengan ayahnya yang tidak bisa berjalan di tempat tidur dan terpaksa anak ini
yang merawat ayahnya sedangkan mamanya pergi. Orang percaya yang rohaninya
dewasa akan setia dalam hal apa saja. Kalau
ia berstatus sebagai istri atau suami maka dia akan setia kepada pasangannya dalam
keadaan apapun. Sebagai seorang anak, ia akan setia kepada orang tuanya. Sebagai
orang percaya, ia akan setia pada Tuhan Yesus. Mari kita mengoreksi dan
mengevaluasi diri kita masing-masing, apakah kita telah menjadi orang yang
setia?
5.
Jadilah teladan dalam
kesucianmu.
Zaman sekarang susah bagi orang untuk
hidup suci atau kudus. Karena seolah-olah di mana saja berada, kita harus
berbuat yang tidak benar. Contoh : berbisnis yang tidak benar dan melakukan apa
yang tidak benar. Tetapi sebagai anak Tuhan, kita harus yakin bahwa Firman
Tuhan mengajar kita untuk hidup kudus dan hal ini pasti mungkin untuk
dijalankan. Kalau firman Tuhan katakan tidak mungkin, maka tidak mungkin Dia
meminta kita melakukannya. Kita harus yakin walaupun susah dan berat tetapi
tidak mustahil kalau Tuhan menyuruh kita untuk hidup kudus baik kita mau atau
tidak, bertekad atau tidak. Kalau hidup kita dewasa secara rohani, maka indah
sekali. Maka marilah kita hidup dewasa dalam rohani.
Bagaimana kita bisa menjadi
dewasa secara rohani?
Bacalah firman Tuhan! Renungkanlah firmanNya!
Camkanlah firman Tuhan! Kalau kita merenungkan dan melaksanakan firman Tuhan,
maka kita bisa dewasa di dalam rohani. Selalu berhubungan dengan Tuhan. Berdoa kepada
Tuhan dan kita selalu berusaha bersekutu dalam ibadah seperti ini. Jangan lupa
bersaksi. Jadilah orang Kristen yang rindu akan firman Tuhan, orang Kristen yang
punya api untuk selalu berdoa. Orang Kristen yang selalu beribadah bersama-sama
bahkan tidak pernah berhenti melayani Tuhan maka Tuhan akan memberkati. Kalau
kita dewasa secara rohani maka kita akan menjadi berkat bagi dunia dan nama
Tuhan dimuliakan. Kita juga akan berbahagia di tengah dunia. Amin.
No comments:
Post a Comment