Sesi II (Masukan kepada Song
Leader dan Pemusik)
Song Leader Kebaktian
Pemuda
Dengarlah sabdaNya, Kau
yang tak berdaya, Datanglah kepadaNya. Kau ‘kan dapatkan sentosa (hamba Tuhan).
Tiadalah padaku, suatu
kebaikan, tapi darah Tuhanku, memberikan kelepasan (jemaat yang menjawab).
Di depan tahtaNya,
skarang ku berlutut, ku jadi anak Allah, hatiku bersyukurlah.
Yesus bayar smua, hutang
dosaku, dosa bagai kirmizi , jadi putih bersih.
Sudah cukup baik karena song leader cukup tahu apa yang
ingin yang dicapai. Ia menguasai. Ini bagian yang penting. Ada beberapa hal
yang bisa dilihat. Musik pengiring dan Widodo harus satu kesatuan. Konsepnya,
kalau berbicara secara struktural, maka song leader adalah pemimpin dari
keseluruhannya termasuk pemusik walau kenyataannya pemusik punya skill lebih tinggi. Karena pemusik harus
kursus, sedangkan penyanyi tidak. Namun dalam prakteknya, yang harus diikuti
adalah song leader. Pemusik harus mengikuti song leader.
Pemusik sudah cukup baik. Tetapi harus memperjelas
beat-nya. Beat berupa nada hitungan harus jelas. Musik pengiring harus bisa memberi
kejelasan. Kalau tidak, song leader bisa telat masuk karena ragu-ragu. Waktu musik berjalan, tiba-tiba song leader
masuk sehingga membuat jemaat
tersadar,”Oh.. sudah mulai?”
Waktu song leader masuk harus dengan nada yang
tegas. Bisa diawali dengan cerita tentang lagu yang akan dibawakan. Itu adalah
PR seorang song leader. Banyak yang tidak mempersiapkannya. Sebagai song
leader, kita harus membuat persiapan yang matang. Song leader saat masuk harus
dengan lebih yakin dan tahu kapan harus masuk. Sebagai song leader kata-katanya harus tegas. ‘Kasta’-nya
berbeda antara song leader dengan jemaatnya. Jemaat harus mengikuti song
leader. Song leader bertugas memimpin jemaat sehingga kata-katanya harus jelas.
Jemaat harus masuk bersama-sama dengan song leader. Song leader berbeda dengan
konduktor yang memimpin dengan memainkan tangannya. Kalau dengan tegas
disampaikan maka jemaat akan mendengar.
Waktu menyanyi, song leader akan mengajak jemaat menyanyi
dan matanya harus menatap jemaat sehingga
suasana terbangun bersama-sama. Kadang saat merangkai kata indah song leader
lupa menatap jemaatnya. Jadi saat mau menyanyi, jemaat akhirnya tidak ikut
bernyanyi.
Lagu yang dibawakan terdiri dari 3 bait dengan kata-kata
yang berbeda namun musik dan melodinya
sama. Ada baiknya ,hindari mengulang berkali-kali hal yang sama. Saat pengulangan
kedua harusnya dilakukan perubahan. Modulasi baru dilakukan saat refrain.
Prinsipnya : bukan mencari ‘asik’ kalau naikan modulasi. Lirik lagu yang
sederhana namun ada teguran sehingga bertobat. Berarti ada penambahan. Dari hal
yang sederhana, bisa dilakukan penambahan. Jadi lagu ini harusnya dimulai
dengan lebih lembut (sederhana) pada bait pertama, lalu ditambah (dinaikan di
tengah) pada bait kedua dan puncaknya di ‘depan tahtanya’ (dibesarkan) pada
bait ketiga. Kata ‘jadi’ tidak perlu menunggu satu beat karena luar biasa.
Improvisasi harus ada efeknya kenapa mengubahnya dan harus dilakukan dengan
konsisten.
Tanda seorang song leader mulai masuk bisa dengan melihat
tarikan nafas dari song leader. Jemaat hanya mengikuti song leader. Dibuat
kondisinya saat latihan. Jadi jangan buru-buru. Song leader hukumnya selalu
benar. Lewat waktu ,kita belajar mengisi. Misalnya: bait kedua mulai naik. Juga
refrain yang kedua nadanya lebih naik.
Jangan lakukan pengulangan yang sama. Karena akan membosankan. Saat pengulangan, misal pengiring memutuskan
pengulangan ketiga , bisa hanya keyboard saja. Karena kalau tidak , maka tidak
ada sesuatu yang ingin dicapai. Jangan pikir, akan selalu terjadi seperti itu.
Kadang dalam kebaktian tertentu, kalau mau menyanyi lebih, ada momen waktu mau
melihat jemaat terberkati dengan lagu ini, sepertinya jemaat tersentuh, song
leader bisa melakukan perubahan dengan aba-aba sebelumnya.
Kalau pemusik tidak disiplin saat latihan,
sampaikan ke pemusik (bisa melalui koordinator pemusik), “Saat latihan harus di
sini kecuali kalau masuk rumah sakit atau mati.”.
Kadang terjadi rutinitas. Song leader tidak
melakukan sesuatu perubahan maka terjadi rutinitas dan pelayanan dianggap
begitu saja. Song leader hanya sekedar mencari 5 buah lagu untuk kebaktian.
Jadi song leader tidak membuat planning
bahkan tidak tahu apa tema kebaktiannya. Kalau ada acara yang dipercayakan oleh
gereja dan hanya dipesiapkan seadanya, maka hal ini tidak membangun. Pemusik
seperti hamba Tuhan maka ia harus persiapkan dengan baik. Seperti hamba Tuhan
bertanya mau khotbah apa. Kalau musik tidak bagus makan akan menjadi sampah (jemaat
dikasih sampah). Itu salah pemusik. Kita harus punya tanggung jawab terhadap
hal itu. Seharusnya saya harus datang 1 jam sebelumnya. Itu perlu pengorbanan,
namun itulah bentuk tanggung jawab. Jangan sampai telat datangnya.
Kalau bisa persiapkan musik, song leader, pemusik,
paduan suara agar punya waktu untuk konsentrasi maka hasilnya bisa lebih baik
dan itu sudah pasti. Kalau persiapannya begitu saja, musik bisa jalan,
kebaktian dan pengiring, song leader
bisa berjalan, tetapi tidak bisa memberi efek yang seharusnya. Kalau masuk saja
tidak disiapkan, maka jemaat tidak tahu kapan masuk.
Di gereja ada yang punya music director yang
bertanggung jawab terhadap musik di gereja. Ia harus tahu apa kejadian yang
berhubungan dengan musik di gereja setiap saat. Jadi kalau song leader
menghadapi masalah , ia bisa datang ke music director untuk minta tolong.
Jadi song leader tidak boleh menutup mata. Kita
melakukan tanggung jawab kita dan melakukan apa yang Roh Kudus inginkan. Saya
akan nyanyi kalau Roh Kudus menggerakkannya seperti Daud menari. Tapi secara
kontekstual bukannya tidak boleh kalau suasananya tepat. Kalau Tuhan minta kita
lakukan, maka ada efek terjadi. Saat mau berdoa, kita menutup mata.
Kalau mau nada bisa dibawa ke lebih rendah. Keras tidak berarti harus naik.
Kontras itu penting. Peran singer untuk mendukung dalam bernyanyi. Singer tidak
harus sebanyak jumlah mike di panggung. Ia punya peranan penting. Ia harus menjadi
satu team. Singer juga bisa pecah suara, untuk membuat suasana. Artinya tidak
harus selalu menyanyi. Singer untuk membuat lebih kaya dan lebih besar. Jadi
harus ada yang dikembangkan.
Sudah ada grand piano, kenapa masih memakai
keyboard? Apakah piano tidak cukup? Kalau jawabannya karena agar seperti di gereja
lain yang memakainya berarti salah. Bach hanya memakai 1 alat musik saat menggambarkan
kematian Tuhan Yesus. Kalau punya band, bisa dikaryakan. Kalu tidak untuk apa?
Tidak perlu semua alat musik digunakan. Kalau kebaktian pagi bisa diiringi
piano saja. Kadang kalau kita datang ke hotel, yang dipakai kopi dan roti tanpa
tidak menyentuh yang lain (walau terdapat banyak menu makanan yang lain). Jadi harus
dilihat secara kontekstual. Jadi harus didalami penggunaan setiap alat musik.
Lagu yang diiringi piano saja tidak mengurangi keagungannya. Jangan melakukan
sesuatu karena ‘toko sebelah melakukan’. Kita perlu belajar dulu mengapa (untuk
apa) melakukannya.
Song Leader Persekutuan
Remaja
Kuyakin saat Kau
berfirman, Ku menang saat Kau bertindak, Hidupku hanya ditentukan oleh
perkataanMu.
Kuaman karna Kau menjaga,
Kukuat karna Kau menopang, Hidupku hanya ditentukan oleh kuasaMu.
Bagi Tuhan tak ada yang
mustahli. Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin.
MujizatNya disediakan
bagiku. Kudiangkat dan dipulihkanNya.
Untuk pemusik
Anak remaja selalu kreatif dan mencari sesuatu. Formatnya menarik. Ada
gitar, violon, kajon, keyboard dan piano. Ide di remaja merupakan sesuatu yang
sangat baik. Di sini mereka bisa melihat di youtube. Saat praise dan worship
ada violin dan gitar dan mereka berkreasi. Waktu mereka datang dan kita tidak
mengerti cara menanganinya maka mimpi mereka hilang. Dulu di gereja tidak boleh ada drum, sekarang
mulai ada. Remaja mulai menuntut itu. Mengapa dulu tidak ada drum? Karena dulu
orang gereja tidak ada yang mengerti cara menggunakan drum. Sekarang mulai ada
yang mengerti dan memakainya dalam bagian tim pujiannya.
Membuat ensemble bukan hal yang mudah. Idenya sudah ada. Maka harus berlatih.
Kalau mau sampai tingkat advance, bahkan untuk menjadi seorang mixer ada
sekolahnya. Menambahkan sesuatu untuk variasi itu baik. Untuk keseluruhan, mereka
memberikan warna yang lebih banyak dibanding kelompok pemuda. Sekarang
bagaimana keluar manfaatnya?
Yang memulai gitar lalu dijawab oleh piano. Ini sesuatu yang baik. Violin
memberi latar belakang. Mereka membangunnya. Dibuat suasana dan membangun. Lalu masuk
kajon. Perlu dilakukan balance antara semua alat itu, siapa yang harus dominan
dan kapan. Seperti menyanyi di padus, tidak perlu semua suara sama kuatnya.
Yang menyanyi melodi perlu kuat, bukan karena yang menyanyi anak majelis atau
gembala. Balance agar segala sesuatu baik. Bila mau menggunakan semua alat
musik tapi ruangan tidak mengakomodir, jangan lakukan karena tidak ada gunanya.
Bila memadai, maka bisa dilakukan. Maka perlu ada yang mengguide supaya semua bisa keluar. Kiranya ensemble ini bisa
dikembangkan.
Song leader
Waktu berdiri di depan jemaat harus percaya diri terlebih dahulu. Berdiri
di depan bukan hal yang mudah. Lihat ke arah audience. Ini dibantu dengan apa
yang bisa kita lakukan. Buatlah sesuatu yang dimaui yang berasal dari hati.
Sapa jemaat sambil melihat ke arah mereka. Saat menyanyi , nyanyilah dengan
latar kamu , karena punya kesaksian dari lagu ini. Bila song leader sudah
merasa nyaman, maka suara akan keluar secara natural. Pujian di gereja,
diciptakan untuk membantu kita berbicara dengan Tuhan. Pakailah kata-kata itu.
Jangan dibuat-buat. Lakukan saja apa yang memang tertulis, tetapi ucapkan.
Jangan bingung, masuk saja. Jangan merasa canggung atau grogi. Perlu merasa ‘lepas’
saat bernyanyi karena lagunya minta seperti itu.
Pemusik remaja cukup baik. Selanjutnya latihannya lebih bekerjsama dan
balancenya. Percakapan antara gitar dan piano. Gitar dan piano harus ngobrol. Waktu
gitar main, piano menjawab, pemusiknya harus mendengar. Ini harus dilatih. Ini
menjadi sesuatu yang bicara ke jemaat di awal lagu. Kalau dilakukan secara
tertulis hasilnya lebih optimal.
Bagaimana mengontrol emosi agar tidak berlebihan?
Kembali ke acuan yaitu planning. Jadi kenapa sudah sampai di sana. Kalau
sudah tahu, maka kita tahu kapan muncul emosinya. Kapan turun naiknya.
Sepertinya sulap bila melihat penyanyi yang melakukannya. Musik tidak ada yang
kejutan. Musik semuanya dihitung, diselesaikan saat latihan. Tidak ada yang
sifatnya kejutan. Artis besar seperti Michael Jackon melakukannya dan itu bukan
kejutan tapi berkat latihan berpuluh jam. Itu yang membuat di atas panggung aksinya
seperti kejutan. Maka saat program TV ‘This is it’ diberikan contoh Michael Jackson harus
membayar berapa banyak untuk tampil prima di atas panggung. Dalam musik semuanya
sudah jadi , dibentuk dan dilatih. Kalau nanti sifatnya aksidental dan jemaat
lebih terespon (muncul respons seperti itu), itu tidak akan jauh dari yang
sudah dibuat. Kalau kita berpikir nanti akan ada kejutan, berarti ‘PR’-nya
belum selesai. Kita harus tahu urutannya dari depan sampai belakang. Jangan
kita yang kontrol tapi seharusnya kita yang melakukan. Ini seperti nya mudah,
tapi harus melalui proses yang panjang. Untuk yang terbeban, bisa mengambil les
musik. Belajarlah agar mengerti. Kita harus jadi ahli seni. Sekarang kalau melakukan
kesalahan dikatakan “yang penting
hatinya”. Apakah benar? Kalau hati mau melayani Tuhan, tapi kita kasih yang
pelayanannya tidak siap itu seperti kita menjadi anak 5 tahun. Waktu saya
sakit, anak saya Rafael mendoakannya , “Tuhan Yesus sembuhkan papi saya yang
sakit perut” padahal saya sakit tenggorokan. Jangan sembunyi di belakang alasan
“yang penting hatinya”. Kalau kita tidak beri yang terbaik , itu namanya
menipu. Berikan yang terbaik dari yang kita punya. Tidak apa suara serak atau
bindeng, tapi tidak akan mungkin menjadi jelek. Pasti terjadi yang baik.
Song Leader Group Dewasa
Kuada sebagaimana kuada.
Berdiri menghadap tahtaMu Bapa.
Semua karna anugrahMu
yang tlah slamatkanKu
Ku hidup dalam sgala
kelimpahan, kulayak untuk melayani Tuhan.
Semua karna anugrahMu
tercurah bagiku.
Besar anugrahMu berlimpah
kasihMu
Semakin hari smakin
bertambah, besar anugrahMu.
Komentar
Keyboard : string. Bisa dicoba string-nya volumenya harus lebih kuat.
String bisa membedakan antara refrain dan lagu? Ada kesamaan antara bait dan
refrain. Padahal musik minta ada yang naik. String harus berperan memberi warna
sehingga harus lebih terdengar. Harus naik oktaf untuk membuat efek yang lebih
megah. Saat memulai terlihat belum siap, belum konek antara song leader dengan
pemusik dan singer. Semuanya harus dalam keadaan siap baru mulai (jangan
tiba-tiba). Sebelum memulai, harus ada kontak mata antara ketiganya. Jangan
sampai pemain gitar masih membetulkan kabel , song leader sudah mulai. Atau pianis
masih buka partitur, sudah mulai sehingga tidak siap. Hal ini tidak baik.
Di Padus, nada pertama yang keluar akan menentukan hasil akhirnya. Lebih
baik menunggu sampai semuanya siap daripada memulai dalam keadaan tidak siap. Karena
kalau tidak siap , maka akan berjalan sendiri-sendri. Juni sudah bicara cukup
semangat. Tapi pengiring memulai dengan tempo yang lebih rendah, karena mereka
terburu-buru. Sebaiknya dimulai dalam keadaan siap.
Dalam ansembel , harus ada yang memimpin (mengkoordinir). Kalau gitar mulai
dulu, maka semua harus ikut aba-aba gitar. Konteks yang dipilih : penyembahan atau pujian. Kalau
penyembahan, drum tidak boleh masuk di depan karena suasana jadi lebih ceria.
Seharusnya penyembahan yang lebih khusuk di depan. Boleh masuk tapi jangan
cepat beat-nya. Kalau mau penyembahan, suasana teduh, tenang fokus pada Tuhan. Idenya tidak ke sana. Karena kata-kata nya
lebih pendek (terpotong) sehingga lebih nge-beat. Supaya efek lebih teduh, trik
nya dengan memperpanjang. Pengiring harus menjembatani saat masuk ke refrain-nya.
Karena kata kunci ‘besar’ maka dinyanyikan dengan ‘besar’. Jadi musik juga
harus ramai (lakukan sesuatu untuk masuk ke refrain). Jangan lakukan sesuatu yang sama . Jangan di awal
sudah besar sehingga akan sulit di belakangnya. Dinamika dari kecil ke besar.
Jangan pernah takut untuk memulai sesuatu dengan lembut. Saya pernah mengajar
di gereja adat. Mereka tidak bisa menyanyi lembut, yang ada hanya suara yang keras
dan keras sekali. Kita harus belajar keheningan. Tidak selamanya keheningan
lemah. Jangan takut dalam memegang mike dalam
jarak dekat. Gunakan dinamika besar dan kecil. Untuk memberi efek besar, dengan membuat
dorongan dan memperpanjang. Bernyanyi adalah berimaginasi.
Bila berimaginasi, maka kita akan mendorong (dengan seluruh ‘badan’ saya).
Yang paling penting, kenapa kita lakukan itu? Apakah pemusiknya melakukan
itu? Bicarakan dengan pemain musik, kita mau kasih apa? Kita mau taruh
puncaknya di mana? Diskusikan dengan pemain musik. Keluarlah dengan planning,
kita akan melakukan apa, ada tolok ukurnya. Setia dengan apa yang dilatih.
Jangan berubah saat hari H-nya. Dengan melakukannya musik jadi lebih berefek.
Musik bukan sesuatu yang sulit, tetapi harus direncanakan. Musik menuntut
komitmen. Kalau kita mau berencana maka hasilnya pasti akan jadi baik. Yang harus
dilakukan adalah membentuk komitmen. Lagu semudah apapun akan jadi lagu yang
sulit kalau kita tidak menyiapkan diri diri.
Sejauh ada pengertian yang sama, antara pemusik dan song leader bisa
memakai tanda. Asal pemusik memahami apa yang akan dilakukan. Tapi kalau masih baru,
sebaiknya semuanya tertulis detail. Jangan sampai salah belok. Lalukan latihan
lebih dari satu kali. Kalau tidak ada waktu, maka waktu latihan harus efisien.
Tanya Jawab
Bagaimana jemaat harus mengikuti song leader?
Song leader kalau tidak PD, maka jemaat ikuti arus. Song leader yang datang
ke depan dan jelas, maka jemaat mendapat aba-aba yang jelas. Kapan masuk harus
jelas. Seorang konduktor harus jelas kapan masuknya, penyanyi harus masuk
bersama-sama. Kalau tidak , salah konduktor atau penyanyi yang tidak memperhatikannya.
Aransemen tanggung jawab bersama atau song leader yang mengaturnya?
Kalau ada yang bisa aransemen dan punya waktu maka bisa lakukan aransemen.
Bisa juga dengan membeli aransemen yang sudah jadi atau kerja kelompok. Yang
penting, bisa dijelaskan ke semua pihak. Waktu mengaransemen, untuk lagu natal ,
jangan jadi jazz sehingga terdengar aneh. Untuk perform oke bisa dilakukan,
tapi untuk kebaktian tidak cocok. Contoh: lagu Joy to The World. Sedangkan lagu
mars jangan dihilangkan jati dirinya. Irama lagu yang menari, jangan sampai
narinya dihilangkan.
Apakah semua orang bisa menyanyi dengan baik?
Semua orang bisa menyanyi tapi ada yang membuat sulit. Ada orang yang bermasalah
dengan pendengarannya. Begitu keluar dari gereja, kita akan mendengar noise (kebisingan)
dunia sehingga kita tidak bisa mendengar dengan tenang. Kalau berada di Eeropa kita
bisa tenang dan tidak terdengar suara apa-apa.
Kalau di sini bahkan saat kita diam, masih ada suara seperti suara AC. Sehingga
ada noise dan itu mengganggu. Orang yang tinggal di pinggir rel KA, kupingnya
terganggu. Jadi ada kendala yang perlu dibetulkan dan diterapi, tapi bisa
dilakukan. Karena musik dan seni ada di dalam diri kita secara mendasar. Ini
harus dilatih. Ada orang yang butuh waktu yang lebih lama untuk belajar dan ada
yang lebih sedikit waktunya.
Musik dan song leader sudah bagus, tapi jemaat remaja tidak menyanyi
sehingga song leader jadi tidak percaya diri. Bagaimana menghadapinya?
Usia remaja memang sedang mencari-cari ‘masalah’. Bentuk dari lagu yang
dinyanyikan tidak selalu seperti itu. Mengapa jemaat remaja tidak menyanyi, apa
karena tidak nyaman? Tidak tahu lagunya? Hal ini perlu dicari tahu. Karena ini
masa-masa labil. Karena remaja bisa
memberontak. Kalau tim musik bisa percaya diri untuk memimpin, maka ada
otoritas, sehingga jemaat bisa mengikuti. Jangan sekedar berkata ‘eh dengar
dong’. Saat suasana tidak kondusif, katakan ,”Maaf ini sedang kebaktian.” Saya
melatih paduan suara anak-anak. Saya akan menegur saat mereka berisik dan latihan
tidak berjalan dengan baik. Suatu kali kita mau tampil pelayanan di pagi hari.
Satu hari sebelumnya saat latihan, yang mengobrol dan tidak mau konsentrasi
saya keluarkan. Akhirnya saya dipecat. Saya melarang mereka tampil di padus.
Setelah itu mereka jadi mengerti , lebih sopan dan beradab. Terserah cara
melakukannya. Bila melebar, song leader berdiri di depan sehingga mereka tidak
bicara. Musik yang tidak balance tidak menarik. Tidak keluar magic nya karena
tidak rapi, sehingga hasilnya tidak jadi bagus. Bila sedikit tidak rapi maka hasilnya
tidak bagus. Bila musik tidak rapi maka orang yang mendengar bisa menolak. Maka
pemusik harus latihan untuk terus belajar. Orang yang belajar piano sehari bisa
pakai waktu 5-6 jam.
Komposisi pemusik dan jemaat bagaimana?
Dilihat dari ruangannya dan kegunaannya. Kadang ruangan harus pakai sound
system. Berarti ada pengukuran sound agar jangan terlalu kencang. Musisi bisa
1-2 orang saja, tapi ada manfaatnya. Kalau ruang kebaktian besar, ada banyak di
depan akan lebih baik. Karena bila 1 orang lawan 1.000 orang akan setengah mati
tapi 10 orang lawan 1.000 orang akan membantu. Tapi kalau hanya 100 orang maka
song leader saja sudah cukup. Di bawah 100 cukup 1 orang untuk memimpin. Alat
musik yang ruangan terlalu kecil tidak
disarankan pakai drum karena terlalu berisik.
Bila range vocal song leader dan singer berbeda bagaimana?
Sebaiknya suaranya lebih match. Kalau gap terlalu lebar maka lebih sulit
mengerjakannya walau bisa. Prinsipnya : tetap song leader yang harus diikuti (jangan
ikuti yang lain). Cara mengatasinya mungkin ganti oktaf atau cari kunci di
tengah-tengahnya.
Lagu worship lebih mudah
dikutak-katik. Bagaimana dengan praise yang lagunya pendek. Misal : kukasihi
kau dengan kasih Tuhan?
Ada lagu yang teksnya kuat. Ada lagu yang musiknya kuat seperti membangun
suasana. “”Nyanyi bagi Dia lagu baru” itu mengisi suasana. Kalau himne teksnya lebih
kuat. Kalau teks harus ikuti teks. Kalau musik, maka musiknya yang lebih kuat.
Kalau audience diam, tidak ekspresif bagaimana?
Kalau song leader yang ekspresif bisa sampai tepuk tangan. Bagaimana
menilai nya? Apakah harus mendorong, “Hayo nyanyi.” Song leader tugasnya
mengajak. Kalau tidak mau diajak, apakah kita salah mengajak? Apakah kurang
menarik? Ada audience yang lebih sulit atau mudah. Ada yang diam dan tidak
menyanyi sepanjang tidak destruktif, tidak apa-apa. Tugas kita hanya mengajak. Ada
yang berkata, “Hayo kita bernyanyi. Nyanyi ya. Atau mari kita bernyanyi.” Untuk
jemaat usia emas , jangan pakai lagu berjingkrak. Selama kita tulus , baik dan
menarik mengajaknya orang pasti mau. Selama mengajar padus, selama kita tulus
dan omong apa adanya bila kita mengajak orang menyanyi, mereka pasti mau.
Apa masukan Bapak bila melihat ruang gereja di sini terkait dengan sound
system?
Untuk ruangan terkait dengan sound system saya tidak mendalami. Luas ruangan
bisa dihitung untuk menentukan speaker
akan ditaruh. Di Belanda , ada poin di mana penyanyi harus berdiri sehingga
suara jadi maksimal. Itu sudah engineer. Ada sound engineer.
Pemusik kebanyakan otodidak dan banyak yang beraliran Pop dan Jazz. Kadang
bertemu situasi, song leader mau menyanyi lagu tertentu karena dorongan Roh Kudus,
atau hamba Tuhan undangan yang di akhir khotbah mau menyanyi lagu tertentu.
Bagaimana menghadapinya?
Kalau benar dari Roh Kudus pasti ada damai sejahtera dan bila tidak rapi
berarti mengada-ada. Kalau hamba Tuhan mau menyanyikan lagu , maka dia harus
memberi tahu di mana kita bisa mendapat lagu tersebut. Bila tiba-tiba ada lagu
baru, maka itu tidak fair. Kecuali pemusiknya bisa dan pernah atau cepat
belajar. Tapi tetap harus diskusi dengan dia karena pemusik bukan mesin. Musisi
gereja umumnya otodidak. Sekarang setiap orang bisa belajar dengan mudah melalui
youtube, seminar musik dan sekolah musik. Kemarin ada seminar musik yang
tiketnya seharga Rp 200.000 dari vokalis The Kings. Yang penting mau belajar
dan itu proses. Kalau tidak maka kita tidak tahu dunia akan seperti apa. Sekarang
paduan suara gereja sudah ketinggalan beberapa tahun cahaya dari padus dunia.
Padus dunia sudah mencapai ‘bintang’ sedangkan padus gereja lagunya itu-itu
saja. Masa tidak ada lagu baru? Artinya harus mau belajar. Banyak sumbernya.
Kalau mau belajar, harus ada guru dan mentor yang membimbing. Karena bila tidak
akan lebih sulit.
Untuk hamba Tuhan luar yang minta diiringi lagu?
Lagu didasari atas chord. Waktu dia menyanyi kita cari cord-nya, jadi tidak
usah mengiringi lagunya secara tepat. Kita iringi chordnya saja. Harus tahu
chord dan beatnya. Itu saja sudah cukup. Kesannya musik asal jadi. Tapi tidak
apa karena accidental. Namun kita harus melatih skill dengan mendengar sehingga
kita bisa memainkannya. Semakin banyak berlatih, kita bisa mengiringi saat ada
lagu baru. Ada murid les saya, dia selalu memberikan saya lagu baru dan saya
cari kuncinya , beat serta ketukannya. Jadi saya mainkan kord nya saja. Sudah
waktunya gereja berkembang dan menggeliat setelah sekian lama. Musik salah satu
hal yang penting.
No comments:
Post a Comment