Pdt. Ridwan
Hutabarat
Kalau ada orang membawa
benda tajam dan menusuk kita, apakah orang tersebut adalah orang jahat? Orang tersebut bisa jadi orang jahat dan bisa
juga orang baik. Kalau dia menusuk kita untuk kebutuhan dia berarti dia orang jahat.
Tapi kalau dia menusuk kita karena kebutuhan kita, berarti dia itu orang baik. Misalnya : dokter menusuk
(menyuntik) kita, maka itu baik karena ia hendak menolong kita. Melayani Tuhan
itu berarti mengasihi dan mengasihi itu lebih banyak “tidak enaknya”. Jangan
bicara mengasihi kalau tidak ada pengorbanan. Allah begitu luar biasa, dari
aspek penciptaan terlihat dengan jelas bahwa Dia mengasihi kita karena Dia
menciptakan kita sesuai dengan gambarNya!
Mengasihi
Mengasihi berarti memberikan
yang terbaik bagi obyek yang kita kasihi. 5 tahun setelah perkawinan kami, saya
khotbah di Medan kemudian diteruskan di UGM, Yogya. Seminggu lebih saya
tinggalkan istri. Setelah khotbah saya ke pasar Beringharjo untuk membelikan
kado buat istri saya. Setelah itu kadonya saya bungkus dengan kertas kado yang
bagus. Ketika dikasih, istri saya mengatakan, “Mengapa repot-repot?”. Begitu membuka
bungkusannya, ia berkata, “Pa kalau beli batik nanti ajak saya. Ini batik mbok-mbok”.
Jadi meskipun saya memberikan yang terbaik menurut pikiran saya, namun belum
tentu terbaik menurut istri saya. Jadi tidak ada orang yang menikah berdasarkan
cinta tapi berdasarkan suka ibarat
pepatah “Tak kenal maka tak sayang” sehingga makin kenal makin sayang. Mana ada
pernikahan berdasarkan hanya mengenal pribadinya? Setiap orang yang mau pernikahannya
diberkati di gereja saya harus mengikuti konseling pra-nikah selama 6 bulan.
Kalau tidak mau, saya persilahkan untuk mencari pendeta lain. Itu harga mati
karena saya menghayati arti pernikahan. Satu hari sebelum pernikahan, saya
telepon calon pengantinnya dan berkata, “Besok kamu akan menikah. Saya mau ingatkan
kamu. Malam ini kalau mau kamu boleh putus”. Sang calon pengantin berkata, “Tidak
mau”. Saya lanjutkan, “Benar tidak mau?”
Sang calon pengantin bertanya, “Memang kenapa?” Saya jawab, “Karena setelah
pemberkatan nikah besok, tidak ada lagi kamus putus”. Makanya setelah
pemberkatan nikah, orang memberi salam basa-basi,”Selamat berbahagia”. Kalau saya
beri ucapan,”Selamat bonyok”. Karena tidak ada orang menikah yang langsung
cocok, kecuali menikah dengan tiang listrik. Tuhan mengirim pasangan yang tidak
cocok yaitu menikah dengan lawan jenis. Tidak boleh menikah dengan sejenis.
Sehingga waktu menikah, diiringi lagu yang bernada mars. Itu mars peperangan.
Sambungannya rentemtem (bunyi tembak-tembakan). Kenapa tidak berani khotbah
jujur walau tidak popular?
Saya orang Batak,
istri saya orang Tionghoa. Latar belakang saya keras, kejam dan sadis. Pada
tahun 1979 saya menjadi pembina pemuda se Jakarta-Bogor. Tapi pada tahun yang
sama, saya masuk penjara Cipinang ke-2 kali karena saya kejam dan sadis, walau
saya mengambil kuliah jurusan seni teater dan musik. Mama saya bahkan pernah
bilang, “Lebih baik elo mati”. Makanya
saya dapat “mujijat” sakit jantung parah. 6 bulan saya diopname di rumah sakit.
Saat itu, jangankan duduk , untuk memiringkan badan saja saya tidak bisa. Berat
saya tinggal 32 kg. Super langsing. Tekanan
darah saya 230/40. Profesor di RS Cipto bahkan berkata, “Tidak ada harapan
hidup!” Nafas saya satu per satu (megap-megap) seperti ikan mas koki. Sebelum menikah,
kami berpacaran selama 4,5 tahun. Saat berpacaran, kami menjaga kekudusan. Kami
bisa saja pacaran di bawah lampu 5 watt, tapi kami menghindarinya dan juga
menghindari nonton bioskop. Alasannya sederhana karena nafsu kami normal, sehingga
gampang “korslet”. Jadi saya sarankan untuk menghindari pacaran yang tidak bisa
dilihat orang lain, kecuali tidak normal. Begitu kami menikah, terjadi konflik
dan konflik. Istri saya sangat super bersih sekali banget dan sangat
disiplin. Rumah kami dipel 5 kali sehari
sehingga kalau anda berkunjung ke rumah saya dan menggeser lemari lalu gosok
lantai, maka tidak akan menjumpai debu. Akibatnya saya menderita. Setiap masuk rumah harus cuci kaki. Kalau
sepuluh kali masuk rumah, maka harus cuci kaki 10 kali! Yang mencuci piring hanya boleh istri saya.
Garpu-sendok yang jumlahnya hanya 4 buah dicuci satu per satu. Setelah cuci, dibilas
dengan air bersih , direndam dengan air panas, lalu dengan memakai jepitan
diambil dan ditaruh ke rak. Lalu ambil kain-lap untuk mengeringkannya. Setelah
itu sendok, garpu, gelas dibungkus dengan plastik. Saat mau makan,
sendok-garpu-gelasnya disiram dulu dengan
air panas. Saya seorang hamba Tuhan, dengan tingkat kebersihan seperti itu,
maka kalau makan di luar saya bisa sakit perut. Sewaktu mau naik lift, istri
saya melarang untuk memencet tombol lift. Dia kemudian membuka tasnya,
mengambil tissue dan menggunakan sebagai alas untuk memencet tombol lift. Saat
menggunakan tangga escalator di mal, istri saya minta untuk tidak memegang railingnya. Alasannya karena banyak orang
yang naik, padahal baru saja mereka “ngupil”. Juga banyak orang yang naik, “cebok”nya
tidak bersih. Di pikiran istri saya, semua tidak bersih sehingga tidak boleh
pegang. Setelah 6 tahun pernikahan, saya merasa tidak tahan lagi. Saya berdoa
kepada Tuhan, “Tuhan, tilik hati saya. Sedikitpun saya tidak mau mengganti
istri. Tetapi saya tidak mampu melanjutkan perkawinan ini”. Karena latar
belakang saya, orangnya super jorok. Main piano di pub bisa sampai jam 2 pagi. Kemudian
pulang dan dengan baju yang sama, saya tidur. Tapi firman Tuhan berkata, “Segala
sesuatu dari Dia”. Berarti istri saya dari Tuhan. Tuhan tidak pernah salah
pilih. Menyadari hal ini, menangislah saya. Seolah-olah Tuhan berkata, “Perlukah
kau menasihati Aku?” Sejak itu paradigm (sudut pandang) saya berubah. Baru saya mengerti arti
pelayanan.
Matius 22:34-40
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus
telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35 dan seorang
dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
36 "Guru,
hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
37 Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38 Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.
40 Pada kedua
hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Kata kunci perikop
di atas ada di ayat 40. Itu konteks berikutnya karena ditulis sebelum Perjanjian
Baru. Saat itu belum ada kitab Matius sampai Wahyu. Melayani tanpa memiliki kasih
adalah nihil. Jemaat Korintus paling lengkap karunianya (lihat 1 Kor 12 dan 14),
namun di antara kedua pasalnya diselipkan 1 Kor 13 yang berbicara tentang
kasih. Jadi tidak otomatis, setelah belajar sekolah teologia kemudian hamba
Tuhan bisa melayani dengan kasih walaupun, tidak bisa juga melayani bila tanpa
pengetahuan. Seperti kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang” jadi harus ada
pengenalan. Orang Kristen yang melayani Tuhan tanpa mengenalNya, sangat disayangkan,
walau kenyataannya banyak yang begitu. Ahli Taurat dan orang Farisi mengenal firman
Tuhan. Tuhan berkata, Mat 23:3 Sebab
itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka
mengajarkannya tetapi tidak melakukannya (Mat 23:3). Ahli Taurat bagus
pengajarannya tetapi jangan ikuti perbuatannya karena mereka mengajarkannya
tapi tidak melakukannya. Saya sedih melihat gerakan gereja yang terlalu
menekankan berkatNya. Saya juga sedih dengan pengetahuan yang bagus tapi tidak
mau melakukan firman Tuhan. Makanya Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Ada yang sudah cukup berusia namun masih mau belajar di
sekolah teologia, padahal banyak anak
muda yang tidak mau. Seharusnya anak muda juga membaca buku rohani, karena hal
ini penting seperti yang tertuang dalam Mzm 119:9 Dengan apakah seorang muda
mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Tidak mungkin seseorang melayani orang lain kalau
tidak mengenal Allah pencipta mereka. Maka setiap aktifis gereja , harus punya
pengenalan akan Tuhan secara benar. Walaupun tidak harus sekolah teologia
formal tapi dasarnya benar. Seharusnya itu harga mati. Jadi wajar kalau gereja
walau lelah dan tidak popular, memiliki kelas pemuridan dan pengajaran yang
bagus. Ini penting!
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ayat 39). Jadi kasihilah dirimu sendiri dulu. Kuncinya
ada pada kata “seperti”. Standarisasi mengasihi sesame adalah sejauh mana kita mengasihi
diri sendiri. Kalau banyak konflik, itu indikasi (pertanda) tidak mengasihi
diri sendiri. Kalau membalas kejahatan dengan kebaikan, itu menunjukkan kita mengasihi
diri sendiri. Tapi berlawanan dengan hal itu, moto yang seringkali dipakai
setiap hari malah “kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah”.
Kasih Suami-Istri
Efesus 5:22-33
22 Hai isteri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,
23 karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh.
24 Karena itu
sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami
dalam segala sesuatu.
25 Hai suami,
kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya
26 untuk
menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan
firman,
27 supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang
tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan
tidak bercela.
28 Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang
mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
29 Sebab tidak
pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya,
sama seperti Kristus terhadap jemaat,
30 karena kita
adalah anggota tubuh-Nya.
31 Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
32 Rahasia ini
besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
33 Bagaimanapun
juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu
sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Perikop di atas tentang
kasih antara suami dan istri. Tapi sebelum itu kasihilah dirimu sendiri. Itulah
sebabnya dikatakan pada Ef 5:15 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.
Bebal artinya bodoh sekali, suka
mengulang kesalahan yang sama. Kalau kita mengasihi dan mengenal Tuhan, maka
kita mengenal diri kita. Bahkan seorang ahli jiwa (psikolog) bila tidak
mengenal Yesus, tidak bisa mengenal dirinya. Hanya dengan mengenal Tuhan (atas
dasar begitu besar Allah mengasihi dunia ini) baru bisa mengenal diri. Melalui Tuhan
Yesus, kita mengenal diri kita dan kita bisa menerima diri kita sebagaimana
adanya. Jangan cari jati diri melalui orang lain. Ada seorang teman sekolah
teologia yang gaya khotbahnya seperti Pdt. Octavianus dan ada juga yang gaya
khotbahnya seperti gaya Pdt. Stephen Tong, berarti hilanglah jati diri mereka. Postur
tubuh saya pendek dan gigi tidak rata. Namun di luar itu saya punya kelebihan
yang tidak dipunyai orang lain demikian sebaliknya. Alasan manusia menjadi sombong
atau minder karena manusia tidak mengenal diri. Kalau postur tubuh pendek, tidak
perlu memakai sepatu dengan hak setinggi 15 cm. Jangan cara ngomongnya
dibuat-buat untuk menutupi gigi yang tidak rata. Ketika ada orang kaya, kita
minder. Untuk orang miskin di bumi yang menjadi minder, saya tegur agar tidak
menderita 2 kali (di bumi dan di neraka). Apa adanya saja, jadi enak. Maka
kenallah diri sendiri. Perhatikan dengan seksama (teliti) bagaimana kita
memperbarui hidup kita. Karena kematian datang secara tiba-tiba. Seperti di
Bandung dan Medan, ada pesawat jatuh sehingga para penumpangnya mati. Ada juga
penerjun payung, yang saat terjun payung kuncup sehingga ia meninggal. Telitilah.
Bagaimana memilih tontonan, makanan dan tidur agar diperhatikan. Sehingga orang
Kristen harus hidup tertib. Sering kalau ada banyak makanan yang kita pilih adalah
makanan yang enak bukan yang sehat.
Dari pilihan yang
diambilnya, kelihatan orang itu mengasihi atau tidak. Ibadah di gereja kami pk
8 pagi dan saat diubah menjadi pk 7 banyak yang protes, namun kebaktian tetap dimulai
pk 7 pagi. Orang terambat bukan karena waktu
dan jarak. Orang terlambat karena pilihan. Bandingkan bila akan naik pesawat pk
7 pagi, maka penumpang akan sampai bandara 2 jam sebelumnya. Survei membuktikan
orang mudah telat ke gereja. Kalau alasan telat karena banjir, bisa saja tapi
tidak bisa berulang-ulang. Jadi terlambat karena tata nilai dan UUD (Ujung Ujunganya Duit). Kalau terlambat tiba
di bandara, maka akan hangus tiketnya sedangkan kalau terlambat ke gereja, lewatlah kolektenya. Jadi orang bisa melayani kalau
tertib hidupnya. Tidak bisa seenaknya. Maka melayani itu mulai dari kehidupan
sehari-hari. Lulus tidak akan pengenalan akan Tuhan? Alasan tidak memilih omong
jorok, karena tidak bagus untuk jiwa kita, maka lebih baik kita memberkati
orang. Bukti mengasihi diri adalah dengan memberikan yang terbaik bagi diri dengan
kesadaran penuh. Jadi tidak ada Bucheri (Bule karena Cat Sendiri). Botak rambutnya
uga tidak apa-apa. Jangan kita mengejar sesuatu yang tidak utama. Misalnya : ke
salon bisa 4 jam, ditambah pedicure dan manicure agar dikatakan cantik (berarti
aslinya jelek). Boleh ke salon, tapi jangan sampai terlalu banyak membuang
waktu dan dana ke hal yang tidak utama. Tidak usah cari ponsel yang mahal yang
penting sesuai kebutuhan saja. Tidak
perlu game
yang canggih karena game tidak
menghidupkan. Ada yang main game sampai
2 jam sehari karena tidak mengenal Tuhan. Seharusnya seperti yang tertuang pada
Rm 11:36
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Karena segala sesuatu dari Dia harus
ditindaklanjuti. Jangan dari kita, karena tidak efektif (boros). Ketika sudah mengenal
diri sendiri lalu melayani Tuhan, maka siapa pun yang dilayani dari Tuhan. Maka
melayani pun dari Tuhan. Yang kaya dan miskin kita layani dan hormati
sebaik-baiknya. Karena banyak hal kita perlu perhatikan khusus termasuk memperlakukan jemaat dengan indah. Hal itu
akan berdampak luar biasa pada pelayanan kita dan akan damai hidup ini. Maka
tidak usah fokuskan ke jumlah jemaat, tapi fokuskan ke kualitas. Tidak perlu
instan tapi pasti bertambah jumlahnya. Kalau jemaat terlayani itu “iklan”
terbagus. Kalau ada hamba Tuhan tidak mengenal jemaat , itu tidak hebat. Bukan alasan
dengan jumlah yang sedikit. Tapi kalau kita melayani sebaik-baiknya dan punya tingkat
pengenalan yang baru, segala sesuatu dari Dia untuk Dia sehingga kita bisa
melayani sebaik-baiknya, maka Tuhan berkenan dengan kita, pelayanan kita dan
gereja kita. Tiap tahun akan ditambahkan jiwa walau tidak meledak, tapi bisa
dipertanggungjawabkan. Kalau kita lakukan dengan konsisten, lama-lama daya
tarik gereja yang mengutamakan kasih semakin menarik. Saya khotbah di mana-mana
apa adanya walau konsekuensinya tidak diundang lagi. Karena ada gereja yang
saat menyanyikan lagu pujian hanya menekankan pada dimensi hiburan. Nyanyian
terharu tapi kelakuannya yang “mengharukan”. Perubahan kelakuan tidak ada. Kemasan
boleh berubah tapi isi jangan berubah. Gereja juga jangan terlalu kaku sekali. Lagu-lagu
lama yang dinyanyikan dengan iringan music kontemporer dan tepuk tangan terdengar
enak juga. Saya sedih gereja terlalu kaku dan anak mudanya menyanyi dengan
tertib tidak boleh tepuk tangan. Tapi pelan-pelan mulai ditanamkan lagu-lagu
yang berbobot karena lagu sekarang “ringan”. Suatu kali saya memimpin KKR di
Surabaya. 2 hari sebelumnya saya membina panitianya karena saat itu lagu “Tuhan
Kristus Tidak Berubah” dikatakan kurang urapan dengan alasan lagu lama. Lagu “Dalam
Nama Yesus Ada Kemenangan” bagus dinyanyikan karena bertahun-tahun kalah. Bila “dipepet”
kurang urapan, terus mengalah anda bisa menangis. Itu konteksnya lebih dalam.
Maka seharusnya kita sebagai pelaku firman. Kalau itu dilakukan, gereja akan berorientasi
pada kekekalan dan tidak kalah dengan zaman. Kebenaran tetap lebih mahal dalam
hidup kita. Pasti gereja akan diberkati. Itulah nilai tertinggi. Kenapa orang lebih
semangat dengan mujijat kesembuhan padahal bukan itu nilai tertinggi. Oleh
karena itu belajarlah masing-masing, perhatikan dengan seksama bagaimana kamu
hidup. Yang terbaik kita lakukan. Seringkali kita korbankan kesukaan kita, karena
kita lakukan yang terbaik untuk Tuhan. Ef
5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada,
karena hari-hari ini adalah jahat. Lakukan kesukaan Tuhanmu. Berikan yang
terbaik untukNya. Kepada kedua hukum itulah tergantung hukum Tuhan (Matius
22:34-40). Maka ada semangat yang kita lakukan. Kalau ada kasih , tidak pernah
memadamkan pelayanan kita. Kita tidak pernah menyerah. Jauh melebihi orang yang
tidak mengenal Tuhan dan sesama. Karena orang ini tinggal tunggu waktu saja,
akhirnya tidak tahan uji. Hal ini pasti, karena berorientasi pada kesementaraan
bukan kekekalan. Kalau mengenal diri kita, tahu kekurangan kelebihan, penuhi
kebaikan Tuhan pada diri kita, maka janganlah
kamu bodoh, tetapi usahakan supaya mengerti kehendak Tuhan. Maka melayani dalam
bidang apapun ,dalam pengertian “kehendak Tuhan kita lakukan”. Dalam konteks
ini Dengan Allah akan kita lakukan
perbuatan-perbuatan gagah perkasa (Maz 108:13A). Jika Allah di pihak kita,
siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31B)
No comments:
Post a Comment