Pdt. Ridwan
Hutabarat *)
Yesaya 43:7 “semua orang yang disebutkan dengan
nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga
Kujadikan!"
Ciptaan Allah
Konteks
pada Yesaya 43:7 dialamatkan ke orang Israel yang sangat parah moralnya,
walaupun mereka tetap mengidentifikasikan diri sebagai orang yang percaya
Allah. Mereka hanya percaya secara rohani saja. Ibarat seorang aktifis gereja
yang kelakuannya tidak beda dengan orang tidak percaya, malah lebih jahat. Konsekuensi
logis kita diciptakan Allah adalah paling cocok dipakai Allah. Apa yang
diciptakan paling cocok dipakai sang pencipta. Terminologi (istilah) mencipta
adalah membuat dari “tidak ada” menjadi “ada”. Jadi tidak dikatakan “mencipta lagu”
tapi “menggubah lagu” karena semua nada sudah ada (tinggal digunakan saja). Sebuah
mike (pengeras suara) dibuat manusia dan paling cocok dipakai oleh manusia sendiri
(tidak cocok dipakai gajah misalnya). Seorang
misionaris pergi ke pedalaman Afrika dengan membawa gitar akustik not elektrik dan
masuk ke suku pedalaman yang ganas. Gitarnya menjadi daya tarik sendiri karena
memiliki nada ritmis, melodis dan harmonis. Saat beberapa nada dipukul secara harmonis,
maka ia menghasilkan bunyi yang menjadi daya tarik sendiri bagi suku pedalaman tersebut
sehingga gitarnya menjadi sarana untuk penginjilan. Setelah 3 tahun melayani di
sana, ada anggota keluarganya yang meninggal di Amerika sehingga ia meminta
ijin untuk pulang. Saat meminta ijin, kepala suku meminta agar gitarnya
ditinggal. Permintaan tersebut dikabulkan tetapi sang misionaris lupa mengajarkan
cara penggunaannya. Saat digunakan oleh kepala sukunya dan anggota suku lainnya
hanya menghasilkan suara yang sumbang. Lama-lama mereka menjadi jenuh. Akhirnya
gitar tersebut ditaruh dan dibiarkan teronggok di pojok. Suatu kali ada seorang
bapak dari suku tersebut menjemur kayu bakar. Karena tumpukan kayu selalu jatuh
, maka ia membutuhkan tali. Dia melihat ada “tali” di gitar tersebut, lalu
diambil dan dipakainya untuk mengikat kayu bakar. Sebagai tali, senar gitar
tersebut memang bisa berguna. Tapi kalau bisa bicara, tali senar gitar tersebut
akan berkata, “Aku diciptakan bukan untuk mengikat kayu bakar”. Lama-lama semua
senar gitar dipreteli dan jadi “ompong”. Beberapa lama kemudian tibalah musim
kemarau, sehingga semua orang membutuhkan air yang untuk mendapatkannya harus turun
cukup jauh ke bawah. Untuk mengangkat air tersebut diperlukan wadah. Akhirnya
digunakan bodi dari gitar tersebut. Namun tidak sampai 2 minggu, wadah berupa
bodi tersebut bocor karena memang tidak diciptakan untuk berfungsi sebagai ember.
Kita sebagai mahluk ciptaan Allah, harus cerdas guna mengetahui “Untuk apa
diciptakan Allah”. Karena ibarat rumah, akan awet bila dipakai (tidak dibiarkan
kosong).
Gambar Allah dan Kuasa
Tuhan
menciptakan kita dengan 2 kata kunci seperti yang dicatat pada Kej 1:26 Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (imago
Dei), supaya mereka berkuasa atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh
bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Antara kalimat
pertama (Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupka Kita) dan kalimat
kedua (mereka berkuasa ….) ada kata penghubung “supaya”. Kata tersebut
menjelaskan hubungan “sebab-akibat”. Seperti pada kalimat, “Makanlah semangkok
bakso supaya kenyang”, “kenyang” itu
akibat dari penyebab “semangkok bakso”. Jadi agar kata supaya menunjukkan kalimat
pertama sebagai kunci. Allah mencipta manusia menurut gambarNya supaya punya
kuasa. Kalau ada gambar Allah maka ada kuasa. Kita diciptakan menurut gambar
Allah jadi fungsinya untuk memuliakan Allah kapan dan dimana saja. Ibarat foto
kita yang merupakan gambar dari diri kita. Foto tersebut menceritakan tentang
kita sendiri kapan saja dan dimana saja. Foto kita diletakkan di ruang tamu
tetap menceritakan kita. Dipindahkan kemana pun
menceritakan tentang kita. Ia tidak akan merajuk walau dipindahkan ke
dapur. Orang Kristen memuliakan Tuhan bukan saja di gereja. Jadi jangan melihat
kerohanian saya waktu saya berkhotbah, tetapi lihatlah apakah saya rohani di
rumah supaya mengerti apa arti melayani Tuhan. Lihatlah kerohanian orang
Kristen waktu di”pepet” saat sedang mengemudia, apakah ia balas me”mepet” balik?
Ada pengkhotbah saat membawakan khotbah gemetaran namun saat menyetir ia membuat orang lain jadi gemetaran. Jangan melayani
Tuhan kalau tidak benar di jalan raya (jangan hanya benar waktu menjadi aktifis
di komisi remaja atau saat sedang berkhotbah). Tidak ada jaminan lulusan S1
teologia bisa melayani Tuhan. Juga orang yang bertitel Doktor Teologi atau
Master Teologi. Ini penting sekali. Saya mengajar banyak mahasiswa di sekolah
teologia, di antara mereka mungkin saja ada yang tidak bisa percaya. (seperti
juga Yudas Iskariot, murid Tuhan Yesus yang menolakNya). Seringkali pikiran (mindset) kita masih sama dengan dunia
ini. Ini berbahaya. Oleh karena itu kita sebagai gambar Allah seharusnya menyenangkan
hati Allah dimana pun kita berada, takutlah akan Allah dan lakukanlah apa yang
disenangi Tuhan. Kalau begitu memakai jubah kependetaan, saya kelihatan agung,
lembut, berhikmat, tetapi begitu pegang setir lalu berubah, maka akan menjadi
kacau. Ada jemaat yang saat menyembah angkat tangan dengan gemetar. Waktu
pulang istrinya “gemetar” dengan dia, tapi lembut dengan istri orang. Itu
namanya munafik, muka nabi fikiran kacau. Melihat orang melayani Tuhan,
lihatlah perlakuannya di rumah. Jangan sampai di rumah malas sekali, joroknya
minta ampun. Maka karena kita adalah gambar Allah di manapun kita menyenangkan hati Allah, maka
kita punya kuasa dan menjadi teladan. Seharusnya orang Kristen menjadi “terang
dan garam” bagi orang lain . Orang seperti itu yang cocok menjadi aktifis
gereja. Karena ada gambar Allah maka ada kuasa.
Ibarat uang kertas Rp 100.000, yang gambarnya ditentukan pemerintah RI.
Karena ada “gambarnya”, uang itu punya “kuasa” sebagai alat bayar
Dosa Menghilangkan Gambar Allah
Yang dicecar iblis
adalah gambarnya. Yang membuat gambar hilang, adalah dosa. Semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dosa artinya ketidaktaatan
(tidak sesuai sasaran atau meleset). Pada Kej 1:16-17 dikatakan Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada
manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati." Bukan masalah apa buahnya yang
dimakan, tetapi mau taat atau tidak. Itu konteksnya. Adam-Hawa tidak taat, dan itu
dosa. Mencuri itu berdosa karena tidak taat. Kasar dengan istri, berdosa karena
tidak taat. Istri “menanduk” mertua itu berdosa karena tidak taat. Manusia
tidak taat sehingga hilang kemuliaan Allah.
Dosa adalah Hal yang Paling Serius
Apa yang paling
serius dalam hidup adalah tidak taat, dosa. Bukan kematian atau kanker yang menjadi
hal yang paling serius, tetapi dosa. Tidak terkecuali, semua orang biarpun ia baik,
benar atau hamba Tuhan yang sungguh-sungguh akan mati juga, sehingga kematian
tidak serius. Rasul Paulus berkata, “Hiduplah untuk Kristus” dan mati itu tidak serius. Kematian adalah mujizat
dalam kebenaran. Sedangkan doa kesembuhan hanya sampai limit tertentu lebih
dari itu pembodohan. Orang Kristen tidak anti kesembuhan tapi jangan
mengutamakan kesembuhan. Yang serius dosa bukan penyakit, karena upah dosa
adalah maut. Suatu hal itu serius atau tidak dilihat dari akibatnya. Bila
melebihi, limit berikutnya bisa menjadi kejahatan bagi Tuhan. Suatu kali datang
seorang nenek kepada saya. Dia minta untuk mendoakan ibunya. Dia saja sudah berusia
78 tahun sedangkan ibunya 98 tahun. Dia minta agar ibunya yang sakit-sakitan
agar didoakan supaya sembuh. Itu pembodohan kalau minta disembuhkan terus,
karena sudah terlalu tua. Bukan kesembuhan yang utama! Jangan bangga kalau setelah
berdoa, orang yang kita doakan menjadi sembuh. Pendeta “dukun” dan dukun sama
fokusnya yaitu kesembuhan. Kalau orang sembuh dari sakit penyakit, tidak ada
sukacita di surga , karena Tuhan tidak meletakkan sukacita pada kesembuhan. Contoh
pada Lukas 17, ada 10 orang penderita sakit kusta yang datang ke Yesus dan
semuanya sembuh, namun hanya 1 yang menyenangkan hati Tuhan. Karena Tuhan tidak
meletakkan sukacita pada kesembuhan. Hanya orang yang sembuh yang senang. Tapi
Alkitab dikatakan Aku berkata kepadamu:
Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang
bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:7). Banyak orang mati dulu baru mau tobat, itu
sudah kadaluarsa (expired). Jangan yang tidak utama jadi utama dan sebaliknya. Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang (2
Kor 11:14). Ia memakai nats Alkitab (yang pakai primbon levelnya hanya
“kopral”nya iblis). Hal ini terlihat di mana setelah puasa 40 hari, Yesus
digoda dengan firman. Jangan jadi aktifis gereja bila menekankan yang tidak
utama. Yang utama adalah dosa. Bukan sakit kanker. Kalau pasangan, atau anak
atau orang tua meninggal, itu hal yang tidak serius. Tapi kalau mati tanpa
mengenal Yesus itu baru serius. Kematian bukan serius, karena semua
mengalaminya. Dosa itu serius. Hal ini penting supaya kita mengerti untuk apa
jadi aktifis gereja dan melayani.
Dosa itu Serius!
Serius
atau tidak suatu masalah, dilihat dari sebab-akibat. Antara kanker dan bisul, kanker
lebih serius karena bisa mengakibatkan kematian sedangkan bisul hanya mengakibatkan
rasa cenut saja. Dosa itu serius . Melihat serius atau tidak, lihat dari siapa
yang turun tangan mengantasinya. Kalau di Mal Cental Park ada kejadian (mobil
hilang atau orang meninggal) lalu yang turun tangan Kapolsek Tanjung Duren.
Maka bila ada kejadian yang lebih serius maka yang turun Kapolda misalnya ada
teroris atau bom C4. Kalau sampai ada kejadian yang turun tangan Kaporli, Kapolda,
Kapolsek ditambah presiden SBY muncul di TV, itu serius sekali. Hanya orang
Kristen yang tahu dosa itu serius karena Tuhan yang turun tangan.
Dosa itu serius. Banyak
yang mau melayani, tetapi tidak mau melihat dosa sebagaimana Tuhan melihat
dosa. Sehingga banyak orang lebih takut penyakit daripada dosa. Ada ibu yang
melawan suami , itu dosa. Kalau melawan suami dengan alasan apapun jangan
melayani Tuhan. Kalau tahu perbuatan atau kebiasaan itu dosa, jangan
dipelihara. Jangan tenang hidupmu karena dosa. Bisa menjadi aktifis secara
organisasi (di gereja), tetapi dihadapan Tuhan tidak. Tuhan tidak bsia
dibohongi. Ada seorang Bapak dengan pangkat kolonel dan merupakan seorang panatua di suatu gereja.
Dia bertanya, “Memang merokok berdosa?.
Kan tidak tertulis di Alkitab”. Saya balik bertanya , “Bapak kolonel
atau kopral? Bukan berarti bila tidak tertulis itu tidak berdosa. Kalau semua dosa
ditulis ,itu kitab dosa namanya (bukan Alkitab). Pak sebenarnya itu dosa atau
tidak, apakah merokok itu berguna dan membangun?” Karena merokok tidak usah di
Alkitab, tapi di bungkus rokok sudah ditulis apa akibatnya bila merokok yaitu kanker,
impotensi, jantung dll. Sang colonel kemudian menyalakan rokok di depan saya
sambil berkata dengan sombongnya “Ji sam su , jiwa sampai surge”. Namun
kemudian dia menderita penyakit kanker paru-paru dan dokter pun akhirnya
memintanya berhenti merokok. Bagaimana kita melayani dengan benar bila tidak
melihat dosa dengan serius? Kita melayani kegiatan rohani, karena tahu siapa Pencipta
dan Penebus kita. Orang seringkai tidak melihat dosa serius, tapi melihat
penyakit lebih serius. Kalau sakit disembuhkan itu dianggap baru mujijat. Sehat
sakitpun mujijat. Ada jemaat di Pondok Indah yang saya bimbing. Istrinya ke
gereja sedangkan suaminya tidak mau. Sang
suami tinggi ganteng tapi suka berzina. Saya berkata, “Pak, jangan kasar dengan
istri”. Dia menjawab, “Dia kan saya yang kasih makan, bukan pendeta yang kasih
makan!”. Saya berkata lagi,”Pak, bagaimana melihat istrimu yang berdarah-darah?
Itu tidak baik!” Namun dia tetap tidak mau dibimbing. Begitu saya pulang, ia
keluar sambil mengejek,”Nanti kalau ke gereja, salam sama Yesus ya!” Sombong sekali.
Beberapa tahun kemudian dia sakit kanker prostat dan parasnya menjadi lembut.
Waktu saya membesuknya di RS Pertamina dia berkata, “Pak saya tidak mau memukul
istri lagi. Pak pendeta, ampuni saya!”. Banyak orang kalau sehat sombong sekali , namun
saat sakit parah menjadi lembut. Jangan katakan penyakit itu lebih serius dari
dosa. Dosa lah yang lebih serius.
Banyak
orang menganggap dosa itu tidak serius, sehingga kalau berbuat dosa tidak
ketahuan merasa aman. Ini menyeramkan. Bapak yang selingkuh tidak ketahuan lalu
mengucap terima kasih karena tidak ketahuan. Dosa lebih serius dari penyakit.
Jadi kalau ketahuan dari awal lebih baik. Maka katakana ke Tuhan, “Luar bisa
pengorbananMu di kayu salib, sehingga aku tidak mau lagi pilih dosa. Tetapi,
kalau sampai aku berbuat dosa, tolonglah sampai aku ketahuan. Bila perlu
sedikit dipermalukan, supaya kejadian tidak enak ini, melatih saya tidak cocok
dengan dosa”. Bukan orang lumpuh didoakan lalu berjalan yang “keren” tapi tidak
berdosa itu yang keren, Supaya kita mengerti mengapa diciptakan Tuhan. Kalau
perlu kita sering dikasih penyakit untuk mengerti. Sebaiknya saat berbuat ketahuan,
bila perlu dipermalukan.
Pentingnya Ketaatan
Banyak
orang tidak melihat dosa itu serius. Ada yang tidak mencuri, berzina bukan
karena sudah bertobat tapi karena belum ada kesempatan. Mujijat besar adalah
Yusuf yang bekerja di rumah Potifar. Istri
Potifar meminta semua pembantu yang lain untuk pergi jauh-jauh, hanya Yusuf
diminta tinggal. Sehingga rumahnya sangat sepi. Tidak ada orang. Lalu istri
Potifar menggodanya. Yusuf berlari. Yusuf punya kesempatan berzina dan dijamin
tidak ketahuan, tapi ditinggalkannya. Itu mujijat hebat. Sakit sembuh tidak
berorientasi kekekalan. Sembuh hanya menunda kematian. Maka bila ada yang
didoakan sembuh, saya mengingatkan “ibu bisa mati lagi”. Mana ada orang sakit
sembuh dan tidak mati-mati? Maka jangan berbuat dosa lagi supaya tidak terjadi
yang lebih buruk kepada engkau. Bila ada kesempatan berbuat dosa dan dijamin
tidak ketahuan, jangan lakukan! Kalau tidak ketahuan sampai seumur hidup, maka
akan hancur. Ketika Yesus datang ke dunia, Ia menebus dosa kita. Kita telah
dibeliNya. Hal ini berarti kalau dibeli harus jadi budak si pembeli. Maka
setiap orang percaya (bukan hanya pendeta atau penginjil) adalah hamba Tuhan. Kalau
bisa “dipanggil” jadi aktifis, maka seharusnya kita terharu. Kalau tahu
pengorbanan Tuhan kita akan sangat terharu. Menjadi aktifis itu adalah penghargaan.
Setiap orang percaya adalah hamba Tuhan. Fungsi hamba adalah mentaati tuannya.
Jangan sampai seperti “keakraban” dengan Tuhan, sehingga tidak mau baca Alkitab
dan melaksanakannya. Di dalam Alkitab ada perintah , Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang
baik bagi semua orang!(Roma 12:17), Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di
dalam Tuhan, karena haruslah demikian. (Ef 6:1), maukah kita
menjalankannya? Ada anak yang disuruh membantu orang tua tidak mau. Umumnya
kala berdoa, seringkali kita lah yang meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu
untuk kita. Tuhan menjadi pembantu kita. Jangan pernah meminta untuk dipimpin
Tuhan kalau kita sendiri tidak suka dipimpinNya,
Para
aktifis gereja harus mengerti bahwa kita harus melakukan kesukaan dan kehendak Tuhan.
Suatu kali saat istri sedang pergi, suaminya meminta pembantu untuk membeli
bahan masakan yang sudah direncanakan sang istri. Sang suami berkata, “Mbak,
tadi sebelum pergi ibu sudah meninggalkan catatan untuk dibelikan ikan teri,
sambal, daun singkong, kelapa”. Lalu sang pembantu pergi. Beberapa lama
kemudian, tercium bau kambing. Saat ditanya , si pembantu menjawab, “Saya suka
daging kambing dan tidak suka teri”. Jadi sang pembantu tidak melakukan apa
yang diminta dan hanya melakukan apa yang disukainya. Akhirnya sang pembantu
pun dipecat. Jadi kita jangan bicarakan kesukaan kita, tapi bicarakan kesukaan
Tuhan. Jangan nekad mencari kesukaan kita. Jadi kalau kita melakukan pembesukan,
walaupun banjir juga tetap dikunjungi. Bahkan biarpun orang yang akan
dikunjungi “melawan” pun tetap kita kunjungi. Ada orang kaya yang suka melakukan
kekerasan dalam rumah tangga walaupun fisiknya menawan. Suatu kali istrinya
datang ke rumah saya sambil menangis, rupanya ia baru saja dipukul suaminya.
Saya pun mendatangani rumah mereka namun sang suami mengusir. Saya tetap berdiri
di depan pintu. Wlaau mau diteriaki maling, saya tetap berdiri di depan. Setelah
menunggu sampai pagi, akhirnya dia keluar juga dan sambil menangis berkata, “Pak Pendeta sabar
sekali”.Jadi bukan bicara kesukaan diri tapi kesukaan Tuhan , bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya. Orang benar dikejar berkat bukan mengejar
berkat. Jangan hormati berkat. Lebih mahal diri kita dibanding berkat. Tuhan
mati untuk kita bukan untuk benda (seperti mobil Mercy dll). Kita bernilai karena
Yesus adalah Tuhan kita. Jadi jangan bicara kesukaan diri seperti yang
dikatakan pada Matius 16:24 Lalu Yesus
berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Sehingga tidak
banyak hamba Tuhan di mata Tuhan. Walau banyak hamba Tuhan dan aktifis di organisasi
gereja banyak, tapi yang menyenangkan Tuhan sedikit. Ketika bertobat dan lahir
baru, kita menjadi anak Allah, konsekuensi anak ikut orang tuanya. Contoh : anak
saya rambutnya keriting seperti saya, matanya segaris karena keturunan Tionghoa
seperti istri saya. Kalau anak kami tingginya 2,2 meter, maka diketawakan
karena kami berdua pendek. Jadi kalau kita jadi anak Allah maka kita mirip
Allah. Cape atau tidak, ngantuk atau tidak, kita harus bangun pagi untuk membaca Alkitab. Begitulah
seharusnya. Saat orang Islam sembahyang subuh, banyak orang Kristen masih tidur
mendengkur. Aktifis bukan sekedar apa yang digariskan gereja. Kita tidak
berbobot kalau tidak menyenangkan Tuhan. Kalau diminta bantuan mencuci piring
malas, bagaimana melayani Tuhan? Juga kalau kasar terhadap pasangan bagaimana
melayani Tuhan? Padahal tukang cabe yang hidupnya sederhana, ada yang sikapnya sungguh-sungguh
melayani Tuhan. Ada orang yang sekolah teologia tapi
hatinya tidak melayani Tuhan. Harus ada dasar dalam melayani Tuhan setiap hari.
Mulailah dari pagi hari berlutut,
berdoa, membaca Alkitab, Itu “keren” sekali. Ibarat gedung-gedung di Sudirman
dan Thamrin yang keren sekali karena memiliki pondasinya kuat. Kerohanian tanpa
pondasi yang kuat, akan mudah jatuh. Kalau gedungnya 20 lantai tapi pondasinya
hanya 30 cm, maka gedungnya akan runtuh.
Jangan bicara aktifis gereja kalau hobinya jatuh dalam dosa. Bersekutu dengan
Tuhan itu bagus. Banyak buku rohani yang bagus. (misalnya : Santapan Rohani).
Bila tidak bergairah dalam membaca Alkitab setiap hari, maka bohonglah kalau
mau jadi aktifis. Membaca Alkitab setiap hari tidak mudah. Itu latihan untuk menyangkal
diri dan melayani Tuhan. Walau lelah dan mengantuk, tetap harus membaca Alkitab
dan orang seperti ini yang digunakan Tuhan. Kuatkan kerohanian kita walau tidak
popular! Mulailah membiasakan diri setia
pada Tuhan! Mulailah proses menyangkal diri!
Ibarat retreat yang
diadakan di luar kota, pasti ada panitianya.
2 minggu kemudian, setelah selesai ibadah diedarkan 2 album foto terkait
retreat tersebut. Bagi yang akan pesan dapat melihat foto-fotonya pada album
tersebut. Bagi yang mau pesan, dapat menuliskan mencatat pesanannya. Para
peserta retreat pun kemudian mencari fotonya sendiri. Bila tidak dirinya dalam
fotonya, maka akan dilewati. Demikian juga saat Tuhan nanti datang, Dia akan
mencari gambar Dia. Walau aktif ikut koor, tapi bila tidak ada gambarNya, maka
kita akan dilewati. Demikian juga hamba Tuhan yang tidak ada gambarNya , tidak akan
diajak masuk ke surga. Memiliki gambar Allah berarti menyenangkan hati Allah,
bukan saja di gereja tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah ketahuan kita
rohani atau tidak. Apalagi saya sekolah teater, lebih gampang lagi. Pulanglah ,
apa saja yang tidak menunjukkan ketidaktaatan, tinggalkan! Kalau tahu perbuatan
itu dosa, jangan ulangi.
Jaga hubungan baik
dengan Tuhan. Lelah atau tidak, mengantuk atau tidak, kita tetap harus baca Alkitab setiap hari. Renungkan kemudian
minta tolong Roh Kudus untuk mempraktekkan (melakukan) nya. Itu tujuannya.
Khotbah atau iman tanpa perbuatan adalah mati. Aktifis yang tanpa perbuatan adalah
mati. Kalau jatuh dalam melakukan
perbuatan, bangunlah lagi. Jangan tinggal dalam dosa! Tahun ini saya sudah melayani
Jangan hanya khotbah saja, tapi kita lakukan apa yang dikhotbahkan. Di mana pun
berada, taati peraturan. Bila lampu lalu lintas berwarna kuning, maka kita siap
berhenti (jangan malah memacu kecepatan). Sopanlah dalam berkendaraan di jalan
raya. Kalau orant tua berbicara, hormatilah mereka. Lakukanlah hal-hal tersebut
untuk mengerti Tuhan yang mau mati bagi kita. Supaya bila gambar Allah ada, maka
kita hidup enak dan tenang. Di rumah atau di sekolah ada damai. Ketika difitnah
juga ada damai. Dalam situasi bagaimana pun kita menjadi berkat. Kita menjadi
surat terbuka untuk melayani Tuhan. Kita tahu untuk apa kita diciptakan dan
ditebus.
*) Seorang sarjana
teater dan musik, dosen drama musical. Istrinya keturunan Tionghoa seorang
Sarjana Teknik Kimia. Suami-istri
kemudian masuk sekolah teologia. Memiliki sepasang anak (laki dan perempuan).
Saat ini beliau menjadi Gembala
Sidang di GKRI Jemaat Pondok Indah.
No comments:
Post a Comment