Pdt Hery Kwok
Efesus 5:1-5
1 Sebab itu
jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
2 dan hiduplah
di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah.
3 Tetapi
percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di
antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
4 Demikian juga
perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena
hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.
5 Karena
ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah,
artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan
Allah.
Kejadian 6:1;5;9
1 Ketika
manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka
lahir anak-anak perempuan,
5 Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
9 Inilah
riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara
orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Mengapa Kita Harus Bergaul dengan Allah?
Pertanyaan penting
yang perlu dijawab, “Mengapa kita harus bergaul dengan Allah?” atau “Apakah
kita harus bergaul dengan Allah?”
1.
Alkitab suci
menjelaskan bahwa Allahlah yang
menghendaki supaya kita bergaul dengan diriNya. Allah yang berinisiatif dan
menghendaki bahwa Ia yang mau bergaul dengan kita. Manusia yang memberontak dan
jahat bagaimana mungkin bisa mencari Allah? Karena kasih Allah , Dia datang dan
ingin bergaul dengan manusia. Dalam bergaul, terkadang kita membuat perbandingan.
Dia tidak se-level untuk berteman
dengan saya karena kepintaran, status dan kekayaannya di bawah saya. Itu
sebabnya seringkali saat berteman kita memilih orang-orang yang sesuai dengan
patokan kita. Berbeda dengan Allah. Alkitab tidak menjelaskan, waktu mau
bergaul dengan manusia, Dia memakai patokan hanya orang yang suci (kudus) yang
dapat bergaul dengan Dia. Tetapi Allah memilih orang-orang berdosa supaya orang
itu disucikan oleh Dia. Itu sebabnya Allah lah yang menyucikan kita sehingga
kita bisa bergaul dengan Dia. Tujuan Dia ingin bergaul supaya kita yang berdosa
memperoleh keselamatan. Pada tanggal 12 Mei 2008 terjadi gempa bumi di
Wenchuan, provinsi Sichuan Tiongkok yang
cukup hebat (7,9 Richter). Saat itu para
sukarelawan berusaha menyelamatkan para korban. Pada tanggal 17 Mei 2008,
mereka melihat ada jenasah seorang ibu dalam posisi tertelungkup. Setelah
diangkat ternyata ada seorang bayi yang masih hidup. Posisi jenasah sang ibu
seperti sedang menyusui sang anak. Para sukarelawen berpikir mungkin itu yang
dilakukan sang ibu karena tahu itu adalah terakhir kalinya dia menyusui anaknya.
Di samping jenasah sang ibu , ada telepon seluler (HP) dari sang ibu yang
menulis kalimat yang mengharukan. Ia menulis, “Anakku sayang. Bila engkau
selamat ingatlah bahwa mama mencintaimu selamanya”. Manusia yang berdosa saja
ingin menyelamatkan anaknya dari keruntuhan gempa apalagi Allah yang
menciptakan manusia dengan sempurna. Dia tidak ingin manusia hidup dalam dosa.
Kalau kita diselamatkanNya, itu bukan karena kita baik atau kudus, tapi karena
Dia mengasihi kita.
2. Pada kitab Filipi, Rasul Paulus menuliskan bahwa saat kita bergaul
dengan Allah , Dia ingin kita menjadi
reflector atau pemancar kasih Allah. Kita adalah duta Allah di dunia ini. Di
Perjanjian Lama, pada zaman Nabi Nuh , manusia hidup dengan sangat jahat. Ada
kejahatan Sodom Gomora di mana mereka tidak malu lagi berbuat dosa. Hal ini
menakutkan. Kalau berbuat jahat dan kita takut , itu adalah sinyal yang baik.
Kalau berbuat jahat dan hati tidak bergetar dan takut, itu dosa yang mengerikan
dalam hidup kita. Seorang penulis kristiani mengatakan “Dosa yang mengerikan
adalah dosa yang dilakukan saat kita tidak menyadari bahwa kita sedang
melakukan dosa”. Peninggalan sejarah Nabi
Nuh tidak bisa kita lihat, karena dihapus oleh air bah. Namun dapat dilihat
bahwa lokasi Sodom Gomora terletak di daerah yang titik rendahnya sangat rendah
sekali dan sangat didominasi oleh garam.
Di bagian atasnya ada sebuah
bentuk seperti batu yang serupa perempuan, itulah istri Lot. Di dalam zaman Sodom Gomora , orang berbuat
jahat baik secara seksual , ekonomi , sosial dengan luar biasa. Pada zamannya, Nabi Nuh hidup dalam dunia
yang sangat jahat. Namun Alkitab mengatakan
bahwa meskipun Nabi Nuh hidup di lingkungan orang-orang yang tidak baik , ia
bisa tetap menjadi duta Allah. Pada waktu kita bergaul dengan Allah maka kita
akan berbeda dengan dunia dalam kelakuan. Berbeda bukan saja pada tampak luar,
tetapi isinya juga berbeda. Tampak dan isi pada waktu bergaul dengan Allah
sangat berbeda dengan dunia. Seringkali kita menemukan ada orang Kristen yang tampak
luarnya baik, tetapi isinya tidak baik. Suatu kali saat menjadi pengacara, saya
mengajak rekan-rekan untuk pergi pada malam hari. Setelah menyelesaikan kasus
pk 10.30 malam, saya mengajak mereka keliling Jakarta. Karena pengacara banyak
dari Batak dan kawan saya ini datang langsung dari Batak, mereka minta untuk
diajak ke tempat khusus yang ada di Jakarta. Kantor kami di Gajah Mada sehingga
segala beluk daerah itu ia sudah tahu. Sehingga saya ajak dia ke Taman Lawang. Waktu
melewati daerah itu, para pengacara berkata, “Wah Pak Heri cewe di sini sangat
cantik”. Apalagi waktu dia melihat beberapa sosok perempuan itu seksi, karena
di Medan tidak ada yang seperti itu. Saya diam saja, lalu saya bawa mobil mendekati
ke orang-orang yang membuatnya tercengang. Lalu saya buka kaca samping dan ,
lalu cewe itu menyapa dengan suara berat, “Halo. Selamat malam”. Waktu mendengar suara perempuan itu, rekan
saya berkata, “Waduh Pak Heri, itu bencong ya?” Tampak luarnya perempuan, tapi
dalamnya berbeda. Nabi dan Rasul Paulus tidak seperti itu. Orang percaya yang
bergaul dengan Allah, adalah wakil, duta Allah dan reflector yang memancarkan
kasih Allah. Ada perbedaan dari hidup orang dunia dengan orang yang mengasihi
Allah.
3. Bergaul dengan Allah membuat
orientasi hidup kita tidak salah. Kalau Nabi Nuh tidak mempunyai hubungan
baik dengan Allah, pasti orientasi hidupnya akan tercemar. Orang-orang saleh
dalam kitab suci memberikan keteladanan bergaul dengan Allah yang tidak
bergeser hidupnya di dunia ini seperti yang Allah inginkan. Hal ini penting.
Waktu harus hidup di dunia tanpa mengenalNya, maka orientasi manusia bisa salah.
Anak kelas 3 SMA ditanya setelah lulus mau melanjutkan ke mana, ada yang bilang
tidak tahu atau yang penting ikuti saja teman-teman. Sehingga mereka mengambil
jurusan yang tidak sesuai dengan talentanya dan tidak heran, ada Sarjana Teknik
yang bekerja sebagai pustakawan oleh karena tidak tahu untuk apa dan bagaimana seharusnya.
Sewaktu bergaul dengan Allah, ia berbuat seperti yang Allah mau. Kita akan
tahu, tujuan orang percaya hidup di dunia hanya satu yaitu memuliakan Allah,
meninggikan Allah dan hidup dalam persekutuan denganNya. Kalau tidak punya
orientasi yang benar, maka hidup kita picik dan merusak. Dunia ini seringkali mengaburkan orientasi
kita dengan cara nya. Contoh : kita perlu berkerja untuk hidup. Tetapi bekerja
bukan tujuan yang Allah berikan waktu menciptakan kita. Seringkali orang
Kristen tidak ke gereja, bersekutu dan beribadah karena terjebak dengan
pekerjaannya. Bekerja memang diperintahkan Tuhan waktu manusia berdosa yaitu Allah
memerintahkan manusia untuk mengusahakan dunia ini. Tetapi bekerja bukan
tujuan, melainkan bagaimana kita punya relasi yang baik dengan Allah. Sewaktu
Marta memprotes Maria karena tidak membantunya melayani, Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan
diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah
memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas
10:41-42). Hal ini tidak berarti Maria tidak bekerja. Jangan sampai kita tidak
punya relasi dengan Allah. Jangan sampai kita bekerja, berumah tangga atau punya segala sesuatu tapi tidak punya
relasi dengan Allah. Allah memberikan keluarga supaya bersama keluarga kita
datang kepada Allah. Anak diberikan Allah supaya bersama anak itu kita
beribadah. Ada banyak orang yang lebih rela tidak membawa anaknya ke gereja
karena sang anak punya tuntutan sendiri. Jangan sampai orientasi hidup kita bergeser
(menyimpang).
Bagaimana Supaya Kita Bergaul dengan Allah?
1. Membaca, merenungkan dan
menggali Alkitab dengan baik. Membaca Alkitab selesai dalam setahun harus
ada dalam prinsip kita. Selain itu kita harus merenungkan apa yang Allah
inginkan dalam hidup kita. D.L. Moody, penginjil terkenal abad 19, setelah
bertobat belum tahu Alkitab. Sewaktu datang ke gereja, pendeta nya meminta
untuk membuka Alkitab halaman sekian. Karena baru jadi petobat , ia bingung. Apa
yang dibaca di mimbar berbeda dengan bagian yang dibukanya. Rupanya pembicara (pengkhotbah)
itu membuka Perjanjian Baru, sedangkan ia membuka Perjanjian Lama sehingga sampai
kapan pun tidak akan bertemu. Moody pulang
dan bertekad untuk mempelajari Alkitab. Dia membaca, merenungkan dan menggali
firman Tuhan dengan baik. Di kemudian hari ia menyerahkan hidupnya dan menjadi
pengkhotbah yang luar biasa. Lalu ia membangun institut teologia untuk menolong
orang awam yang baru bertobat supaya mereka mengenal Tuhan Yesus dengan baik.
Moody menunjukkan salah satu cara bergaul dengan Allah.
2. Berani melakukan firman
Allah dalam hidup walau jatuh bangun terjadi dalam hidup kita. Jatuh bangun contohnya waktu diajarkan tentang kekudusan , kita
ingin melakukannya tapi belum bisa sempurna. Jangan menyerah dan terus berusaha.
Itulah yang kita lakukan. Di dalam kitab Efesus Rasul Paulus berkata, “Jangan
kamu mencemarkan tubuhmu dan jangan berkata sembrono atau berkata yang
tidak-tidak”. Seringkali kita jatuh bangun dalam melakukannya. Waktu Rasul Paulus
berbicara hal itu menunjukkan fungsi dari mulut kita yang harus dijaga untuk memuliakan
Tuhan. Kita mungkin jatuh bangun tapi jangan pernah menyerah dan terus belajar
dalam hidup kita.
3. Bergaul dengan sesama.
Allah memakai sesama untuk mengenalNya. Kita hidup di tengah dunia di mana
orang-orangnya ada yang baik dan ada yang jahat. Waktu Nabi Nuh dan Rasul Paulus hidup dalam
zaman susah, Allah memakai zaman itu untuk “menggodok” keduanya. Waktu mau
belajar untuk sabar, Allah bisa menaruh kita di tempat yang membuat kita tidak
sabar. Waktu mau hidup suci, mungkin lingkungan kita tidak suci tetapi di
situlah kita harus hidup. Bergaul dan hidup dengan Allah membedakan kita dengan
lingkungan yang tidak suci.
Ada cerita dari
daerah Tiongkok. Ada seorang menantu (Ling Ling) yang hidup serumah dengan mertua
(Mei Lan). Seringkali hubungan antara menantu-mertua sulit akur. Itulah fakta. Ling
Ling mencintai Ahong (suaminya) dan tinggal bersama mertuanya. Ling Ling mau walau
berkata dalam hatinya, “Apa bisa hidup dengan mama mertua?”. Singkat cerita
setelah 5 tahu bertahan hidup bersama, ia sudah sampai ke batas ambang dan
tidak bisa tahan untuk terus hidup bersama mertuanya. Namun karena tradisi di Tiongkok,
keluarga harus hidup rukun, hal ini membuatnya sulit. Lalu ia pergi ke seorang tabib
meminta racun untuk mertuanya agar cepat meninggal. Waktu sang tabib bertanya, “Mengapa
kamu mau membunuh mertuamu? Bukankah kamu sudah hidup bersama 5 tahun dengan
dia?” Ling Ling menjawab, “Betul. Tapi sepertinya dia terus mencari-cari
kesalahan saya.” Akhirnya sang tabib berkata, “Karena kamu mengalami hidup
susah selama 5 tahun, saya berikan rancun sehingga mertuamu akan meninggal 1
tahun kemudian. Supaya begitu kamu kasih tidak langsung mati, karena bila
demikian, maka akan ketahuan. Lalu waktu memberikan, kamu harus berikan dalam
masakan yang enak agar mertuamu tidak curiga. Saat kasih makan, kamu harus tersenyum
supaya ia tidak curiga dan dia mau makan. Kamu harus layani dia dengan baik
supaya tidak curiga. Ling Ling berterima kasih kepada sang tabib lalu pulang. Dia
lakukan dengan baik apa yang disarankan sang tabib. Ia selalu tersenyum dan mengajak
mertuanya minum teh. Mertuanya yang melihat memantunya baik merasa bersalah
sehingga ia berubah menjadi baik kepada menantunya. Setelah berlangsung 11
bulan, Ling Ling jadi bingung karena ia menemukan bahwa mertuanya bukan sosok
yang ingin dibunuhnya karena ia sosok yang penuh perhatian dengannya. Lalu ia
kembali ke tabib untuk meminta penawar racun ke tabib. Ia berkata, “Tabib saya
menyesal karena saya sudah menaruh racun selama 11 bulan ke makanan dan minuman
mertua saya. Tolong berikan penawar racunnya.” Sang tabib tersenyum dan berkata,”Ling
Ling , apa yang saya berikan bukan racun tapi penyedap buat makanan dan minuman
(semacam vitamin)”. Waktu Ling Ling melihat
mertuanya tidak seperti yang dia takutkan, dia sadar. Waktu bergaul dengan
Allah yang baik, maka kita akan menemukan orang-orang ini dengan sudut pandang
yang berbeda. Kiranya Tuhan membantu
kita mengawali hidup di tahun ini.
No comments:
Post a Comment