Pdt. Jimmy Lucas
Efesus 4:1-16
1 Sebab itu aku
menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu
sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
2 Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan
sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
3 Dan
berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
4 satu tubuh,
dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung
dalam panggilanmu,
5 satu Tuhan,
satu iman, satu baptisan,
6 satu Allah
dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam
semua.
7 Tetapi kepada
kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian
Kristus.
8 Itulah
sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa
tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."
9 Bukankah
"Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi
yang paling bawah?
10 Ia yang
telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit,
untuk memenuhkan segala sesuatu.
11 Dan Ialah
yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
12 untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus,
13 sampai kita
semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak
Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus,
14 sehingga
kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang
menyesatkan,
15 tetapi
dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam
segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang
rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai
dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya
dan membangun dirinya dalam kasih.
Pendahuluan
Hari
ini kita merayakan HUT GKKK Mangga Besar ke-38. 38 tahun jelas bukan usia yang muda,
ini adalah usia dewasa. Biasanya seorang lelaki diukur kedewasaannya di usia
ini berdasarkan pencapaian-pencapaian dan perolehan-perolehan yang dimiliki.
Kemarin seorang anak didik saya dari gereja sebelumnya datang berkunjung ke
rumah dan kami berdiskusi. Saya menggunakan momen di malam itu untuk meminta
maaf secara pribadi kepada anak didik saya tersebut. Sebab selama saya menggembalakan
dia, saya memandang ‘rendah’ dia. Bagaimana tidak? Mukanya seperti Mr. Bean. Secara
natur, kantong matanya berwarna hitam. Bila tidak mengenalnya orang akan
mengira bahwa ia memakai ganja. Anak saya begitu pulang berkata,”Pa, who is
that?” Saya menjawab,”Mengapa Joan?”. Anak saya berkata, “Dia seperti orang
mabuk”. Saya berkata kepadanya, “De, koko minta maaf karena selama ini koko
meremehkan kamu!“ Meremehkan saja sudah salah, tetapi yang membuat saya merasa lebih
bersalah, adalah siapa dia hari ini. Dia orang yang biasa-biasa saja. Pada waktu
saya menggembalakannya, dia adalah seorang anak remaja yang tidak menonjol, tidak
pandai bicara, tidak berpenampilan rupawan, tidak cerdas, bukan hanya pendiam
juga tetapi juga bukan orang hiperaktif. Dia terlalu biasa (so-so, mediocre)
sehingga kemudian saya merasa, “Kamu sepertinya tidak ada harapan, saya kalau pegang
orang yang lebih menonjol, lebih berprestasi , lebih cerdas jadi saya secara
total mengabaikannya.” Hari ini , ia adalah seorang leader di sebuah
bisnis dan menolong teman-teman yang dulunya saya anggap berprestasi naik ke posisi
yang luar biasa. Dia seorang pemimpin luar biasa! Hari ini ia seorang leader,
membiayai papa-mamanya. Hari ini saya mendengar kabar (yang bisa dikonfirmasi)
bahwa dia membeli mobil sedan, cash and carry (jenisnya saya tidak tahu,
tetapi orang yang mengenalnya berkata, “Dia hebat karena mobil cash and
carry). Luar biasa tapi bukan karena ia membeli mobil. Ia sepantasnya
demikian di usia 32 tahun. Di usia 32 tahun ia telah menjadi seorang pria mandiri,
dengan penghasilan yang mapan, tingkat kedewasaan yang matang, seorang pemimpin
yang diakui. Buat saya, ini yang namanya pertumbuhan yang sesuai dengan
usianya. Saya pernah berkunjung ke kos adik ipar saya dan di sana saya melihat seorang
pria berusia 40 tahun sedang membaca komik dan main game dan belum
menikah. Buat saya ini adalah aib sendiri. Terlepas apapun latar belakangnya
dan kisah seseorang, namun secara umum kita berharap di usia tertentu orang mendapatkan
pencapaian tertentu. Usia GKKK Mangga Besar 38 tahun, apa pencapaian yang sudah
didapat ? Apakah usia 38 tahun selaras dengan jumlah jemaat yang hadir, pertumbuhan
kerohanian setiap orangnya, jumlah Pos Pelayanan (PP) atau bakal jemaat yang
didirikan olehnya. Pertanyaannya : apakah eksistensi kita hari ini selaras,
sepantasnya dengan usia yang ke-38 tahun? Bertumbuhkan kita?
Agar
sebuah gereja bertumbuh, setiap orang harus memberi sumbangsih. Sebab gereja
bukan gedung atau menaranya. Gereja adalah orangnya. Tanpa jemaat , gereja bukan apa-apa. Gereja tetap bukan apa-apa
bila jemaat tidak memberi sumbangsih untuk pertumbuhan gereja. Bila kita merasa
bahwa ini adalah gereja atau rumahmu, tempat di mana kita bertumbuh, maka seyogianya
maka kita harus berpikir apa sumbangsih ,partisiapsi aktif apa yang bisa kita berikan
ke gereja agar gereja bertumbuh secara signifikan. Setiap orang di gereja sepatutnya
memberikan sumbangsih, menunjukkan kepedulian kepada gereja. Sejatinya gereja
hanya punya 1 tujuan. Keberadaan sebuah gereja adalah untuk membangun jemaat
untuk menjadi dewasa secara rohani, menolong kita bertumbuh dewasa.
Dewasa Rohani
Apa
yang dimaksud dengan dewasa secara rohani? Pada Efesus 4: 13 dikatakan
bahwa sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang
benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus, Alkitab versi American Standard Version bila diterjemahkan
secara hurufiah berbunyi,”Sampai kita semua
mencapai kepada kesatuan iman dan pengetahuan tentang anak Allah, ke arah manusia
yang tumbuh seutuhnya ke arah ukuran perawakan kepenuhan Kristus”. Kalau kita belajar
sintaks bahasa Yunani, maka kalimat “kedewasaan penuh dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus” sebenarnya adalah kalimat yang saling menjelaskan. “Kedewasaan penuh” dijelaskan
sebagai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kedewasaan
penuh adalah suatu kondisi di mana kita menjadi manusia yang utuh yaitu manusia yang memenuhi ukuran kepenuhan Kristus.
Secara teologis hal ini disebut sebagai deification atau teosis (pengilahian).
Ini tidak berarti kita menjadi Allah secara esensial, tetapi deification / teosis adalah suatu kondisi di mana kita
menjadi semakin menyerupai Allah dalam segala sesuatu. Ini kedewasaaan rohani
yang sesungguhnya.
Bagaimana Mencapai Kedewasaan Rohani?
Rasul Paulus menunjukkan hal ini
(deification/pengilahian) bisa tercapai dengan 2 syarat :
1.
Hidup sesuai
dengan panggilan ilahi.
Artinya kita hidup sesuai dengan kualitas karakter kristiani seperti rendah hati, lemah
lembut, sabar, punya kasih yang nyata dan ada upaya nyata untuk menjaga
kesatuan tubuh Kristus. Kita harus melatih diri untuk mempunyai kualitas ilahi.
2.
Memberi
sumbangsih nyata kepada tubuh Kristus.
Allah memberikan 5 jawatan : rasul-rasul, nabi-nabi,
gembala-gembala, pengajar-pengajar, pemberita Injil. Tujuannya untuk memperlengkapi
orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan , bagi pembangunan tubuh Kristus.
Rohani dipilih dan dipakai Allah untuk memperlengkapi jemaat sehingga kita
semua bisa memberi sumbangsih , dengan demikian melakukan pekerjaan pelayanan.
Kata pelayanan berasal dari bahasa Yunani diakonia artinya office relief
service yang diterjemahkan secara hurufiah pelayanan lepas resmi. Ini adalah sebuah supporting
ministriy pelayanan pendukung. Pelayanan utama dilakukan oleh kelima jawatan,
sedangkan kita memberikan pelayanan pendukung yang sifatnya diakonos. Diakonia
adalah pelayanan misi. Pelayanan jemaat adalah pelayanan segala sesuatu yang
sifatnya menolong, menopang kehidupan orang lain, pelayanan yang bersifat fisik
, sekecil apapun ini adalah pelayanan yang bisa kita lakukan untuk Tuhan.
Kelima jawatan ini memberikan pelatihan sehingga apa pun yang dilakukan
semuanya bisa bersumber dan bermuara demi hormat kemuliaan nama Tuhan. Memberikan
sumbangsih adalah budaya umat Israel sejak Perjanjian Lama. Dalam pembangunan
kemah suci, setiap orang didorong untuk memberi sesuatu seperti yang tertulis
pada Keluaran 38:24-25 Segala emas yang dipakai untuk segala pekerjaan
mendirikan tempat kudus itu, yakni emas dari persembahan unjukan, ada dua puluh
sembilan talenta dan tujuh ratus tiga puluh syikal, ditimbang menurut syikal
kudus. Perak persembahan mereka yang
didaftarkan dari antara jemaah itu ada seratus talenta dan seribu tujuh ratus tujuh
puluh lima syikal, ditimbang menurut syikal kudus Sebuah Kemah Suci
dibangun begitu megah , karena setiap warga Israel, umat Allah membeti sesuatu
untuk pembangunan itu. Ini diteruskan pada gaya hidup jemaat mula-mula seperti
yang tercatat dalam Kisah Para Rasul ayat 4:32-35 Adapun kumpulan orang yang
telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata,
bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu
adalah kepunyaan mereka bersama. Dan
dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan
Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang
berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau
rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki
rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya.
Agar tujuan gereja tercapai yaitu deification,
setiap orang mengalami pembaruan semkain menyerupai Kristus, jemaat harus
memenuh kedua syarat ini. Pertama, kita harus melatih diri memiliki karakter
ilahi. Kedua, kita memberi sumbangsih pada gereja Tuhan dengan cara memberikan
pelayanan diakonia satu dengan yang lain. Setiap orang memberi sumbangsih sehingga gereja Tuhan semkain kuat dan
memuliakan nama Tuhan. Orang mengalami pembaruan Kristus. Jemaat harus
mencapainya, harus melatih diri untuk punya karakter Ilahi dan memberi
pelayanan diakonos satu dengan lain. Setiap orang memberi sumbangsih sehingga
gereja Tuhan semakin kuat dan memuliakan nama Tuhan. Di dalam Tuhan,
orang-orang yang menolak untuk melakukan hal ini dan orang-orang yang terorientasi pada hidupnya sendiri adalah
orang-orang yang tidak bisa memberi sumbangsih kepada gereja. Orang-orang yang
terorientasi pada diri sendiri adalah orang-orang yang tidak layak mengikuti
Yesus Kristus. Itu sebabnya di dalam Lukas 9:59-60 dikatakan Lalu Ia berkata kepada seorang lain:
"Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi
dahulu menguburkan bapaku." Tetapi
Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati;
tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.",
Orang yang tidak berpikir dalam konteks pertumbuhan rohani, orang yang tidak
berpikir untuk memberikan sumbangsih pada Kerajaan Allah , orang yang berpikir
tentang hidupnya sendiri , adalah orang yang tidak bisa mengikut dan berjalan bersama
Yesus. Syarat satu-satunya agar gereja berfungsi dengan baik adalah mendorong
gereja mencapai tujuan ilahinya (deification) , hal itu berarti setiap
orang harus menolong dirinya sendiri, bertumbuh dan memiliki kualitas karakter
ilahi dan setiap orang memberikan sumbangsih nyata pada satu dengan lain dan
menolong orang lain bertumbuh di dalam Tuhan.
Dulu pernah trend acara makan dengan daun. Kita urunan
atau ada yang sponsori. Kombinasi dan main taruh saja. Makanannya nikmat, bonding-nya
dapat. Tetapi hal ini trend terlalu ketinggalan zaman, gereja dari dulu sudah melakukan
itu. Setiap perjamuan kasih, setiap orang membawa makanan, tidak boleh lebih dari
Rp 10.000. Kalau lebih dari Rp 10.000 maka kelebihan yang lain kita yang bayar.
Sehingga akhirnya semua bawa yang Rp 10.000.Misal : roti sobek, gorengan. Saya selalu
menjadi bagian sponsor dengan menjadi koki. Yang menarik saya praktekkan hal
itu di gereja di mana saya melayani dulu. Di persekutuan remaja, kebaktian
umum. Juga waktu saya buka sosei dojo, anak dojo saya minta melakukan hal itu.
Bawa makanan, barang dan dibagi-bagi. Yang hean ada 5 orang @ Rp 10.000 berarti
nilainya Rp 50.000. Dengan uang sebanyak Rp 50.000 lalu pergi ke restoran, bisa
tidak untuk makanan 5 orang? Sulit! Kalau satu orang bawa Rp 10.000 dan membawa
makanan seharga Rp 10.000 (misal : gorengan), maka kita bisa makan sampai
batuk. .Artinya setiap orang memberikan sumbangsih, walau pun nilainya kecil, maka
setiap orang akan terpuaskan. Setiap kebutuhan akan terpenuhi karenanya. Inilah
yang namanya spirit memberi sumbangsih, semangat saling berbagi.
Masalahnya, kita sulit sekali utnuk bisa saling berbagi, memberi sumbangsih
kalau kita menjadi orang yang terorientasi pada diri sendiri. Banyak anak muda yang
hidup lebih egosis daripada generasi sebelumnya,
Anak muda zaman sekarang sepertinya sulit berbagi
dengan yang lain. Sebab yang dikejar adalah kesuksesan dan keunggulan pribadi. Saya
tidak menyalahkan, sirik, marah , bila ada anak-anak muda yang hidupnya sukses.
Saya senang, bila anak muda hidupnya sukses maka perpuluhan dan persembahan
kasih ke gereja akan bertambah. Fasilitas di gereja juga menjadi nomor satu. Permasalahannya
: seringkali kita menidentifikasikan sukses dengan performance luar. Apa
yang dimaksud sukses? Bisa jalan-jalan keluar negeri seperti keliling Eropa ,
bisa punya mobil mewah (Ferari, Lamborgini dll). Sukses berarti pakai ikat
pinggang LV, pakai tas dan jas bermerek.
Semuanya bermerek. Begitu keluar mobil, langsung merapikan jas terlebih dulu.
Kita seringkali mengidentifikasikan sukses dengan penampilan seperti itu. Celakanya
banyak anak muda mengejar hal ini tanpa membayar harga yang seharusnya demi
punya penampilan (main gesek kartu kredit). Demi jalan-jalan ke luar negeri,
hutang banyak-banyak. Semuanya lebih fokus pada penampilan luar bukan pada
upaya yang seharusnya. Kalau sukses dan punya penghasilan baik, silahkan beli
mobil mewah. Kalau sukses dan bisa jalan-jalan keluar negeri silahkan. Itu uangmu. Kalau misalnya ada
orang berkata,”Sombong, mentang-mentang kaya!” memang kenapa? Memang kaya
sehingga belinya itu. Kalau orang kaya ,rumahnya 7-8 unit di Pondok Indah, Puri
Indah, Pantai Indah, Metro Permata Indah dll. Dengan rumah begitu tapi kalau beli
mobil Karimun maka orang akan tertawa. Apalagi
rekan bisnisnya punya tanker, jual beli tanker, jual-beli mic maka mobilnya
harus sesuai. If you earn it, you earn it! Tapi kalau pekerjaanmu hanya marketing
yang keliling-keliling pakai motor bebek lalu jalan-jalan ke Eropa maka
pertanyaannya darimana uangnya selain warisan? Bagaimana membiayai gaya hidup
yang begitu hebat itu? If you don’t earn, then you don’t earn it.
Jangan karena penampilan, kita menggali lobang tutup lobang. Jangan gara-gara penampilan,
gesek kanan-gesek kiri, ujung-ujungnya tercekik. Engkau akan menyusahkan gereja
sendiri, menyusahkan hidupmu sendiri. Kamu hanya akan fokus pada bagaimana membayar
hutang dan tidak fokus pada bagaimana menolong orang lain bertumbuh di dalam
Tuhan. Yang penting bukan suksesnya tapi perjalanan menuju sukses. Karena
perjalanan menuju sukses, selalu berbicara mengenai kualitas karakter yang
dibutuhkan untuk menjadi sukses.
Kembangkan kualitas karakter ilahi
Saya minta maaf ke anak muda di atas,”De ,koko minta
maaf sama kamu. Koko minta maaf sungguh-sungguh dengan tulus karena koko
meremahkan kamu. Apakah kamu yang paling cemerlang dan paling ganteng di
gereja? Apakah kamu paling hebat di gereja?” “Tidak, ko” jawabnya, “Betul, kamu
tidak kaya, tidak ganteng. Tetapi satu hal yang Koko angkat topi kepadamu
adalah kamu tidak pernah menyerah! Kamu ditolak, namun kamu maju, kamu
diremehkan, kamu berkembang. Kamu tidak pernah menyerah walaupun kondisi kamu
sangat minim.” Pelajaran dari hal ini adalah dia sukses karena dia punya karakter yang
dibutuhkan. Orang bertumbuh bukan karena penampilan luar, tetapi orang
bertumbuh karena apa yang ada di dalam.
Itu sebabnya kalau mau bertumbuh di dalam Tuhan di
dalam kehidupanmu, kembangkan kualitas karakter yang dibutuhkan untuk engkau
bertumbuh. Orang yang mentalnya mengemis, orang yang selalu negatif , ia tidak bisa
memberi sumbangsih pada gereja. Orang yang selalu menjadi benalu, ia tidak bisa
memberi sumbangsih pada gereja. Tetapi kalau orang ini berpikir mandiri, terus
berpikir positif, ia betul mencintai Allah dan orang lain, ia berusaha
menjadikan dirinya teladan sesulit apapun, baru ia bisa memberi sumbangsih pada
gereja, karena dia sendiri tidak menjadi beban di gereja. Itu sebabnya saya
selalu mendorong, “Jangan Jimmy Lukas lagi karena ia bukan pendeta tapi motivator”.
Saya motivator memangnya mengapa? Menyusahkanmu? Saya memotivasi orang agar sukses.
Kejar kesuksesan, memiliki karakter yang dibutuhkan. Ketika engkau sukses maka
engkau mandiri dan tidak menjadi beban buat orang lain. Kalau tidak jadi beban
untuk orang lain, anda bisa memberi sumbangsih dengan tulus, bukan bulus. Kelihatan
baik ternyata dagang dan jualan di gereja, Gereja dijadikan tempat mencari kangtaw
terus. Akhirnya orang-orang di gereja merasa illfeel. Tidak bisa seperti
itu . Mari bertumbuh miliki kualitas karakter yang baik. Bertumbuh di dalam
Tuhan, bertumbuh sebagai manusia. Kalau
orang non Kristen saja bisa bertumbuh menjadi mandiri, mengapa orang Kristen
tidak bisa? Mari bertumbuh, kejar kualitas karakter yang dibutuhkan. Jadi orang
yang lebih sabar, punya kasih untuk membantu orang lain, orang yang berusaha
maksimal menjaga kesatuan tubuh Kristus,
bukannya malah memecah tubuh Kristus. Kalau
sudah menjadi orang seperti ini, baru kita bisa memberi sumbangsih, kita mulai berpikir,”apa
yang bisa saya berikan pada orang lain?”. “Oh A Miau tidak punya pekerjaan,
bagaimana caranya agar ia bisa punya pekerjaan?” “Oh si A Cin sakit-sakitan,
bagaimana caranya supaya ia tidak sakit-sakitan?”. Akhirnya setiap orang betul-betul
memberi sumbangsih, bukan sekedar,”Kau saudaraku, kau saudariku” lalu tepuk pundak,
melakukan salam tangan. Bukan itu! Karena ada yang setelah tepuk pundak dan
salam tangan, namun saat keluar parkiran, ia memaki-maki. “Kurang ajar, kau
menyerobot! Aku yang keluar duluan, kau serobot!” Di dalam gereja baru selesai
kebaktian, mau pulang ributnya seperti itu. Pantas di mana? Betul tidak begitu?
Hanya ketika kita bertumbuh di dalam Tuhan, kita bisa memberi sumbangsih secara
nyata. Mulailah pikirkan bagaimana kita bisa menolong gereja ini bertumbuh.
Di sini ada iuran anggota. Apakah jemaat membayar
iuran anggota? Jangan-jangan pura-pura bodoh saat ditagih iuran anggota. Di
sosei dojo, saya tekankan, “Anda tidak bayar jasa guru. Orang latihan 20 tahun,
kamu pikir, ilmunya berharga berapa? Engkau pikir iuran bulanan itu bisa
membayar jasa gurumu? Tidak ! Gurumu tidak dibayar. Kamu bayar iuran bulanan
untuk membayar fasilitas dojo seperti listrik, air, telepon. Semua harus ada
yang bayar. Kamu bayar untuk kepentingan sendiri. Kita bayar iuran anggota.
Semua listrik, air harus ada yang tanggung. Kalau itu saja kamu tidak peduli, bagaimana bisa memberi
sumbangsih nyata pada gereja?” Di sini ada dana untuk misi, apakah jemaat memberi
dana untuk itu? Di sini ada dana untuk kebutuhan diakonia untuk orang sakit dan
orang miskin, apakah kita memberinya? Uang tidak dibawa mati. Kalau untuk yang tidak bawa mati saja,
kita begitu pelit setengah mati, bagaimana kita mati-matian memberi hati untuk
Yesus? Tidak mungkin! Buat duit saja kamu menggenggam begitu, bagaimana kamu
bisa memberi untuk orang lain? Tidak mungkin! Saya juga bukan orang yang
kebanyakan duit. Saya juga bukan tipe pendeta yang demi pekerjaan Tuhan mengorbankan
segala-galanya sampai anak tidak makan. Bukan begitu caranya! Tetapi saya punya
anggaran untuk memberi. Saya selalu menyisihkan apa yang saya punya. Bukan ‘menyisihkan’
, karena kalau menyisihkan itu uang sisa. Saya selalu mengkhususkan sejumlah besar
uang, untuk perpuluhan, persembahan, pemberian, karena saya tidak mau hidup saya dikendalikan uang. Saya tidak mau
pulang ke rumah Bapa, setengah mati karena saya jatuh hati pada apa yang ada di
dunia ini. Saya tidak mau! Anggap saja, tidak bisa memberi uang, tetapi bisa
beri tenaga, hadir lebih awal di gereja, bisa tidak membantu membersihkan
gereja? Bisa tidak bantu melap gereja? Bisa tidak berdoa bersama-sama?
Penutup
Saya ingat, bapa saya pernah menjadi ketua majelis,
lalu ia berkata,”Jimmy, papa tidak mau jadi ketua majelis lagi.” Saya bertanya,”Mengapa
papa tidak mau jadi ketua majelis lagi. Nanti dosa lho pa. Tuhan sudah kasih
selamat, tetapi papa tidak mau melayani.” “Eit, saya bukan tidak mau melayani,
saya hanya berkata bahwa saya tidak mau jadi ketua majelis.” Mengapa pa?” tanya
saya. Ia menjawab,”Yang namanya majelis banyak uang. Papa hanya kuli” “Tidak
begitu juga Pa” sahut saya. “Iya, tapi kenyataannya begitu Jim.” Saya tidak mau
berdebat, “Papa mau ngapain kalau tidak mau jadi ketua majelis?” tanya saya. Ia
menjawab,” Papa jadi diakonia saja” katanya lagi. Ia mendaulat dirinya menjadi
diakonia. Benar saja, begitu ia turun jadi ketua majelis, jemaat tiap kali ada
yang sakit, yang ditelpon adalah bapak saya duluan. Begitu ada yang meninggal,
kebanjiran pk 3 subuh, bapak saya yang ditelpon duluan. Saya tahu darimana?
Waktu papa saya terserang struk tahun 2013, tiap hari ada 10-20 orang yang
membesuk ke rumah sakit. Tiap kali mereka besuk, saya menemani mereka. Ada saja
testimoninya. “Aduh Jimmy, Om kalau tidak ada papamu, anak Om tidak sekolah. Papa
kamu yang carikan beasiswanya“ “Aduh Jimmy, emak ini waktu kebanjiran si Opa
sudah tidak ada, Oma kebanjiran pk 3 subuh, air sudah naik, sudah mau dekat kasur.
Bingung mau telpon siapa, jadi telpon papa kamu. Ia datang ngerobok (masuk
dalam air) dan masuk ke rumah Oma itu dan angkat lemari sendiri”. Bapak saya
orangnya pendek dan kekar. Jadi dia apa-apa angkat sendiri. Ini yang kemudian
membuat kami bangga.Papa saya tidak meninggalkan uang , harta dan warisan. Yang
ia tinggalkan adalah nama baik karena ia konsisten memberi sumbangsih pada pada
warga gereja. Di TPU Tegal Alur, nama papa saya Pdt. Lukas. Jadi kalau
dipanggil “pendeta Lukas.. Pak Pendeta! Pak Pendeta” menjawab ,”Yang menjadi pendeta itu anak saya.”
Sama saja, saya juga pendeta Lukas, tetapi bapak saya sudah menjadi pendeta
duluan, walaupun tidak ada gereja yang menahbiskan dia. Setiap kali ia menjadi
panitia terus. Yang mengurus pemakaman, mengurus jenazah dari rumahnya ke rumah
duka, dari rumah duka sampai ke liang lahat, ia yang mengurusnya. Semua dia!
Dapat apa sebagai balasnya? Tidak dapat apa-apa! Dia hanya berkata,”Yesus baik
sudah menjaga kamu semua hingga semua bisa kuliah. Papa tidak bisa balas
apa-apa. Papa hanya bisa kasih ini.” Ia hanya bisa memberi sumbangsih.
Kemarin saya pergi ke rumah papa saya, papa saya sudah
terbaring lumpuh, tidak berdaya. Tidak bisa bergerak. Jadi ia mengobrol dengan
anak saya, Joan. Anak saya cerita,”Kung Kung, Joan sudah bisa bela diri! Kemarin
ada orang pegang Joan di belakang. Joan balas seperti ini dan memukulnya” Papa
saya tersenyum mendengarnya. Entah dia melihat atau tidak, tetapi seperti tidak
melihat. Ia hanya senyum. Mama saya mengangkatkan tangannya , karena ia sudah
tidak mampu mengangkat tangannya sendiri. Tangannya digoyang oleh mama saya.
Tidak lama mama saya bercerita,”Jim, papamu seminggu ini tersenyum” Kemarin ada
jemaat gereja datang ajak papamu berdoa. Papamu tutup mata sendiri, lalu ia berdoa.
Setelah amin, dia buka mata lagi! Jemaat yang membesuknya senang sekali dan
berkata,’Aduh Ci, senangnya melihat ko Lukas bisa diajak berdoa, bisa senyum
seperti itu. Hati kita menjadi hangat! Kita melihat Tuhan baik, adil. Kita
percaya dan amini bahwa Tuhan akan sembuhkan ko Lukas”. Dalam hati ,saya berkata,”saya
anaknya, iman saya saja tidak sebesar itu” tetapi ini jemaat yang pernah papa
layani. Orang-orang yang pernah rasakan kemurahan dan kebaikan hatinya. Ini
orang-orang yang dengan setia mendoakan dia. Lepas dari papa saya akan sembuh atau
tidak, dia sudah meninggalkan sebuah teladan bagi saya. Bukan masalah kau punya
apa, bukan masalah pendidikanmu seperti apa, tetapi masalah hatimu seperti apa.
Apakah kamu punya hati yang mau memberi sumbangsih pada gereja Tuhan, pada jemaat
Kristus? Mari pikirkan ini baik-baik. Apa yang kau beri buat gerejamu?
No comments:
Post a Comment