(Pembukaan
Bersama Sidang Tahunan Sinode dan Rapat Tahunan II YKKI)
Pdt. Buby Ticoalu
Kolose 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah
dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan
bersyukurlah.
Damai Sejahtera Kristus Memerintah
Kita dipanggil menjadi satu tubuh agar damai sejahtera
Kristus memerintah dalam hati kita. Dalam panggilan damai sejahtera yang
memerintah itu, bersyukurlah! Kiranya ayat ini bisa menjadi ayat pembimbing pada
Sidang Tahunan kali ini.
Waktu masih muda saya berpikir,”Nanti kalau sudah
lebih tua, saya akan lebih mudah berkhotbah karena lebih banyak hafalnya”.
Ternyata kenyataannya sangat berbeda. Semakin berumur, semakin saya merasakan
sulitnya untuk berkhotbah (bukan karena kurang pemahaman). Saya pernah mengenal
seorang pendeta yang saya kagumi pelayanannya di Australia. Rohaninya terlihat bukan
main baik sekali. Namun selang beberapa tahun, ia sudah mengundurkan diri dari
jabatan kependetaannya dan hidup seperti orang yang depresif (diam dan bicara tanpa
ekspresi) padahal ia dulunya luar biasa. Waktu itu saya masih muda dan
bertanya-tanya, “Kok bisa begini?”
Pada tahun 2016, saya juga mengalami kejadian serupa
saat akan berkhotbah di konferensi PGTI di Jakarta. Saat itu ternyata saya
tidak bisa berkhotbah. Saya merasa begitu lemah (bukan dalam fisik karena saya masih
bisa berlari) tetapi saya merasa begitu lemah dalam pikiran dan perasaan. Bagaimana
mungkin saya yang memahami bahwa Dia
yang memberi kekuatan baru bagi orang yang lelah, memberikan kelegaan pada
orang yang berbeban berat.. tetapi kok bisa? Memang kadangkala kita merasa
capai, kenapa bisa begitu? Kenyataannya, saat berhadapan dengan dunia yang
terluka, gereja juga tertimbun dengan hal itu. Berapa banyak orang Kalam Kudus
seperti pendeta, majelis dan jemaat yang merasa terluka dan melukai / dilukasi,
kecewa. Pernah bukan? Dalam rumah tangga saja ada (bisa dengan pasangan, anak
atau mertua) demikian pula dengan rekan kerja. Sebagai orang beriman, kita
tidak imun dengan yang terjadi dalam pergumulan dunia ini.
Alangkah
memprihatinkannya kalau saya berkhotbah tentang kasih tetapi Tuhan tahu ada
kebencian dalam hati saya. Alangkah memprihatinkannya (munafiknya), kalau kita
bicara tentang pengampunan sebagai ide yang luar biasa, sementara ada dendam
yang kita simpan dalam-dalam di hati kita dibungkus wajah rohani. Celakanya,
kita yang berkata ‘syalom’ (damai sejahtera) saat kebaktian, tetapi
dalam tingkah laku, kita adalah orang yang membawa kekacauan. Di mana saat kita
hadir bukannya membawa damai, malah sebaliknya terjadi kemelut. Kita bicara
tentang ketenangan, sementara dalam saat yang sama ada kegelisahan. Kita
terluka!
Waktu memikirkan hal ini ada beberapa kemungkinan :
1.
Sangat mungkin
orang yang saya sebutkan tadi dan diri saya sendiri, tidak menyadari atau
berusaha tidak menyadarinya.
Contoh : Daud yang berzina . Saat Nabi Natan mengisahkan
tentang orang kaya yang mengambil domba satu-satunya milik orang miskin untuk
dihidangkan bagi tamunya (2 Samuel 12:1-14), respon Raja Daud luar biasa. Lalu Daud
menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi
TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati. Dan anak domba
betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan
hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan." (2 Samuel 12:5-6).
Mungkin dia lupa, pura-pura lupa atau berusaha lupa.
2.
Sudah tahu jelas
sekali tetapi saya tetap mau melakukannya.
Kejadian 4:6-7 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa
hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau
berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di
depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa
atasnya." Tuhan berkata, “Kain,
dosa sudah mengintip (melihat jelas
sekali), iblis mau memperangkap engkau” artinya Kain berhentilah, jangan
mendendam, itu tidak Aku kehendaki. Tetapi Kain membunuh Habel. Kain tahu
tetapi sengaja melakukannya. Raja Salomo
bukan kurang (tidak) bijaksana, tetapi di akhir hidupnya ternyata walaupun ia
tahu tetapi keinginan hatinya tetap mengambil istri-istri yang tidak berkenan
kepada Tuhan. Dalam Perjanjian Baru bagaimana? Orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat adalah orang-orang yang merasa diri benar tanpa menyadari diri sendiri
atau mereka tidak mau tahu dan terus mensugesti diri “I am right” (aku
benar yang lain salah). Akhirnya seperti yang dikatakan Tuhan Yesus pada Matius
23:27 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan o yang dilabur putih, yang sebelah luarnya
memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan
pelbagai jenis kotoran. Dari keadaan yang seperti itu betapa manis firman Tuhan
menyapa,”Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu”.
Untuk Menjadi Satu Tubuh
Dalam segala pergumulan, bukan hanya ego yang
memerintah kita, namun hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam
hatimu. Memerintah artinya menuntun (govern), mengatur dalam kehidupan
ini. Itu yang dimaksud dengan sejahtera. Sekaligus dikatakan “hendaklah damai
sejahtera Kristus”, ada penafsir Alkitab yang mengatakan bahwa Kristus menjadi wasit! Artinya waktu kita
berjalan ke kiri atau menyimpang ke kanan di-semprit (selalu mengingatkan) :
Hai, bukan begitu dong! Inilah damai sejahtera Kristus memerintah. Untuk apa
damai sejatera memerintah? Bukan supaya kita happy-happy. Karena untuk
itulah kita dipanggil menjadi 1 tubuh. Ini bukan masalah pribadi, tetapi
sebagai satu tubuh. Kita sinode GKKK dan YKKI , kita sebagai umat Tuhan, kita
satu tubuh dan kita seharusnya diperintah oleh damai sejahtera Kristus. Yang
menjadi wasit “bukan maunya saya”. Karena untuk itulah kita dipanggil. Kalau
saya boleh mengatakan lebih rinci sedikit, ini dilatarbelakangi suatu status
bagaimana dipanggil menjadi 1 tubuh. Maksudnya tubuh yang diperintah oleh damai
sejahtera Kristus sangat bertalian sebagai konsekuensi logis. Waktu kita
membaca ayat ini, bentuk tata bahasa yang digunakan adalah imperatif, tidak ada
tawar menawar. Kita sudah mengalami karya Kristus yang jelas. Waktu menerima
keselamatan ada perintah agar dalam tiap langkah hidup kita, pelayanan kita ,
rumah tangga kita semuanya diperintah oleh damai sejahtera Kristus itu. Karena
kita sudah dipanggil. Kata dipanggil merupakan pernyataan status yang menyatakan
sesuatu yang bersifat fakta. Waktu bicara indikatif, suatu pernyataan yang
bersifat fakta bukan fiktif atau impian tetapi faktanya kamu telah dipanggil.
Indikatif. Bentuknya lampau. Kamu telah dipanggil menjadi 1 tubuh. Dan
perintahnya jelas maka sebagai orang yang telah dipanggil, kamu harus diperintah oleh damai sejahtera
Kristus. Bersyukurlah adalah imperatif. Jangan ngomel kalau diperintah Kristus
untuk menjadi 1 tubuh. Jangan ngomel, dia begini begitu. Mari kita berada dalam
damai sejahtera Kristus.
Carilah Perkara yang di Atas
Ini hal yang sangat indah yang tak mungkin dibahas
semuanya. Tetapi saya mau berbicara secara garis besar. Dari Kolose 3:1 sudah
disebutkan , Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan
Allah. Ini jelas sekali pasangan indikatif. Kamu dipanggil, mengalami karya
Kristus, menikmati anugerahNya, ditebus oleh darah yang mahal itu diikuti
dengan “kalau begitu, carilah perkara yang di atas”. Pelayanan kita mencari
perkara yang di atas atau tidak? Kita berkata, “Puji Tuhan , Tuhan
menyelamatkan kita”, tetapi apakah kita yang berada pada perahu yang sama ,
kita mencari perkara yang di atas? Carilah perkara di atas bentuknya imperatif.
Kamu diselamatkan, sebagai manusia baru carilah perkara yang di atas. Kita
hidup, kita mencari kenyamanan tidak ada salahnya, makan enak tidak ada
salahnya, kalau kita bisa, puji Tuhan! Tetapi perintah itu jelas, carilah
perkara di atas, ,menjadi prioritas dalam hidup kita. Dengan kata lain, kalau
kita telah dibangkitkan, mati dan bangkit bersama Kristus, jangan gunakana
status itu untuk diri sendiri untuk kehormatan, kuasa, dengan menggunakan nama
Tuhan. Jangan cari perkara di bawah.
Ayat kedua diikuti
hal yang sama, Pikirkanlah (=set your mind) perkara yang di atas, bukan yang
di bumi. Kita Sesudah dibangkitkan, carilah (seek) perkara di atas.
Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenaran. Pusatkan itu yang menjadi fokus.
Sekarang banyak jalan tol. Saat berkendaraan dari Surabaya-Malang bisa
menggunakan mode auto cruise. Berapa kecepatannya? Auto cruise hanya
boleh 100 atau 80 km. Dari Pandan ke Malang , setelah mencapai kecepatan yang
dimau, mobil bisa jalan sendiri, kita tinggal pegang setir saja. Setelah
kecepatan di-set dengan auto cruise, seperti berkendaraan di luar
negeri. Carilah perkara yang di atas, setelah menemukannya inilah nilai itu.
Set your mind to that point. Pikirkan perkara-perkara yang di atas itu. Itulah
cara damai sejahtera Kristus memerintah. Bukan set our mind pada hal-hal yang menguntungkan diri, bukan
mendatangkan damai sejahtera. Set your mind! Contoh yang sederhana
sekali, Abraham dalam ketaatan mengikuti perintah untuk pergi ke Kanaan. Ibrani
11:8-10 mengatakan, Karena iman
Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan
diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui
tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu
seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak
dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan
kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Tuhan
berkata, Tuhan mau beri, tetapi ia tidak mendapat apa-apa, tidak memiliki tanah
atau sertifikat. Namun demikian Abraham tidak mengklaim, “Ini aku. Aku pemilik
pendiri, pemula, kalau tidak ada aku tidak ada tanah Kanaan”. Mengapa? Sebab ia
menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar yang dibangun Allah. Mind-set
nya di atas. Sudah taat , mengapa begini di tanah Kanaan? Tetapi ia tidak klaim.
Mengapa? Ia naik ke atas perkaranya.
Alangkah indahnya kalau mind-set
ktia seperti itu. Rasa memiliki penting tapi jangan kebablasan untuk kepentingan
sendiri. Perkara di atas! Artinya menjadi satu tubuh kehidupan yang diperintah
damai sejahtera Kristus.
Keserakahan sama dengan Penyembahan
Berhala!
Kita banyak mendengar dalam kehidupan, orang mencari
sesuatu utnuk kepentingan sendiri. Karena itu matikanlah! Sesudah cari, lalu set your mind, ayat ke-5 matikanlah
. Ayat ke-3 dikatakan kamu sudah mati (indikatif). Ayat 5 imperatif. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala
sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan
juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,Yang serius sekali
keserahakan yang sam adengan penyembahan berhala. Dalam riset saya mendapat
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan keserakahan adalah suatu nafsu keinginan
untuk mendapatkan lebih banyak untuk diri sendiri (materi) yang melampaui apa
yang Allah tentukan yang terkait dengan nilai kehidupan kita. Kita bernafsu
mendapat lebih banyak lagi sammpai melampaui dengan apa yang Tuhan ingin kita
dapatkan dalam konteks kehidupan kita menuju hidup kekal. Maka dikatakan sama
dengan penyembahan berhala. Contoh : Pernah saya bertanya ke istri,”Heran ya,
dalam pelayanan kami bagaimana mengatur keuangan?” Pernah tidak berpikir, “Mengapa
Yesus memilih Yudas untuk menjadi bendahara?” Rasul Yohanes mengatakan dia adalah
maling lalu mengapa ditaruh menjadi bendahara? Yohanes 12:6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang
pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Ia
adalah pencuri yang mengambil uang dari kantong untuk diri sendiri dengan
topeng bahwa , lebih baik itu diberikan untuk orang miskin (itu untuk
pelayanan, jangan boros, tidak tahunya diambil untuk diri sendiri). Kalau kita menjadi
penasehat Yesus, yang kita pilih mungkin Matius seorang pemungut cukai yang
pembukuannya excellent atau Natanael karena orang ini dipuji (Yohanes
1:47b "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!"). Paling bagus bendahara seperti ini. Atau calon bendahara
yang ketiga adalahh murid yang paling dikasihi yaitu Yohanes (Yohanes 13:23).
Apakah Yesus tidak mengetahui bahwa Yudas adalah pencuri? Saya membaca dari
beberapa tulisan (artikel) yang mengatakan “Di situlah Tuhan Yesus ingin membuktikan
tidak ada yang bisa melayani 2 tuan : Tuhan atau uang” (Matius 6:24). Tidak ada
yang bisa berkata, “keduanya bisa berjalan bersama”. Maka dikatakan jelas
sekali mencintai mamon sama dengan penyembahan berhala. Karena ujung-ujungnya
apa yang diperbuat Yudas? Yesus dijual! Itu adalah apa yang disebut keserakahan.
Berhati-hatilah kalau perintah damai sejahtera Kristus tidak ada dalam hati
kita!”
Yang sedang viral : almarhum Pdt. Bigman
Sirait mengatakan,”Pendeta-pendeta bajingan mencari untung sendiri tanpa
mempmerhatikan jemaat yang digembalakan”. Itu yang dikatakan Yehezkiel dan
Tuhan Yesus. Itu banyak terjadi hari ini. Maka kalau disemprit, sadarlah!
Jangan lagi kamu saling mendustai
Ayat 9 bersifat
imperatif, Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya. Kata “dusta” tidak enak didengar sehingga diganti
dengan istilah “hoax”. Istilah ini hanya untuk keren-kerenan saja. Orang kalau
dikatakan hoax tidak marah, tapi kalau dikatakan dusta marah. Baik di
gereja maupun sekolah, pelayanan kita tidak imun terhadap hoax. Kiranya
Tuhan pelihara mulut kita semua. Karena terbukti justru banyak masalah terjadi
dalam gereja karena hoax (yang sebenarnya dusta). Saling mendustai yang
ujung-ujungnya untuk kepentingan sendiri. Kalau sudah menerima anugerah, stop
jangan kamu berdusta menyebarkan dusta (hoax) kalau tidak tahu pasti. Tegurlah
satu dengan lain, jangan sebarkan hoax dan sebarkan di belakang.
Perhatikanlah
bagaimana nats yang kita baca diwarnai perintah yang begitu panjang. Terlalu
panjang kalau disampaikan semua. Yang terakhir yang ingin saya sampaikan. Ayat
12. Orang-orang pilihan Allah. Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah
yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan,
kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Orang pilihan Allah ,
dikuduskan dan dikasihi. Luar biasa. Tuhan itu luar biasa. Dia menyelamatkan
kita. Tetapi di ayat 12 muncul imperatifnya “kenakanlah” (put on) belas
kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Itu jelas
diperintahkan kamu dipanggil sekarang. Kenakanlah dalam kehidupan belas
kasihan. Jangan sombong karena semuanya adalah anugerah Tuhan.
Ampunilah seorang akan yang lain.
Ayat 13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan
ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap
yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah
demikian. Pada Matius 18 ada 2 orang hamba
yang berhutang. Yang satu utangnya 10.000 talenta yang akhirnya dibebaskan
utangnya oleh raja dan yang seorang lagi berhutang seratus dinar kepada hamba
yang berhutang 10.000 talenta tersebut. Tetapi hamba yang utangnya banyak tersebut
memenjarakan orang yang berhutang kepadanya, sehingga raja pun marah. Mengapa
raja marah ?
1.
Orang seperti itu
tidak menghargai Tuhan .
Status yang diberikan dikasihi, dikuduskan dan
diampuni Tuhan. Ia tidak bertingkah baik kepada rekannya. Raja marah bukan soal
hubungan mereka berdua, tetapi sikap mereka berdua tidak menghargai apa yang
Tuhan berikan. Ini tidak bersyukur malah mencari masalah. Orang yang mencari
masalah tidak menghargai anugerah Tuhan.
2.
Orang itu tidak
mau mengampuni dan sabar terhadap rekannya.
Padahal jelas, kesalahan dia begitu besar. Kesalahan
rekannya begitu kecil. Berapa banyak kali kita berbuat jauh lebih berdosa,
tetapi kita tidak mengampuni orang yang melakukan kesalahan kecil, karena
posisi kita? Karena itulah Tuhan murka, orang seperti itu tidak bersyukur dan
menghargai (kebencian dalam dirinya jauh lebih besar) sehingga walaupun utangnya
diampuni ia tidak mengampuni kesalahan yang lebih kecil. Karena itu firman
Tuhan ini bisa membimbing kita. Kita dipanggil menjadi satu tubuh dan
bersyukur.
Penutup
Karya Kristus yang menebus
kita sangat-sangat mahal! Kita semua tahu dan mengaminkannya, namun kita seringkali
tidak menghargai karya Kristus dan tidak mengimplikasikannya dalam hidup kita. Hal
itu membuat kita akan membayar lebih mahal lagi. Mengapa kita tidak berhadapan
dengan siapa-siapa, tetapi Raja yang sudah mengampuni kita. Camkan itu dalam
hidup kita! Kita telah ditebus dengan harga mahal dan tak ternilai, kalau kita
tidak menghargainya dan tidak mengaplikasikan dengan berysukur dalam hidup
kita, maka yang lebih buruk akan terjadi karena Tuhan mengampuni dan
menyelamatkan kita bukan untuk sia-sia tetapi untuk memuliakan Dia dan menjadi
berkat. Kalau tidak , kita berhadapan dengan Dia yang telah menebus dengan
harga mahal.
No comments:
Post a Comment