(Pembinaan
Sesi 3-Terakhir, Sidang Tahunan Sinode GKKK 24-26 Juli 2019)
Narasumber : Pdt. Budianto Lim, Th.M., D.W.S.
Nyanyian adalah instrumen pengajaran
Yesaya 1:11-15
11 "Untuk
apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu
akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu
gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
12 Apabila kamu
datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu,
bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
13 Jangan lagi
membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan
bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan,
Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
14
Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku
benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah
menanggungnya.
15 Apabila kamu
menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan
sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab
tanganmu penuh dengan darah.
Ini suatu ungkapan yang juga penting sekali. Ini suatu
perkataan paling tajam : Tuhan Allah menolak ibadah umatNya. Nyanyian adalah
suatu instrument pengajaran , ini adalah aspek yang krusial. Saya ingin
tegaskan sekali lagi bahwa lagu-lagu yang tidak ada referensi Tuhan , Allah
Bapa , apa pun tentang Tuhan yang kita tahu di dalam Alkitab, hanya sekedar “mu”,”engkau”
dan sebagainya saya tidak akan gunakan karena itu saya berpijak prinsip : berpusat pada
karya keselamatan Kristus. Saya ingin kita menangkap baik-baik esensinya ,
bukan sekedar lihat contohnya karena kita suka lagu itu lalu kita berdebat
karena kita suka lagu tertentu. Esensinya bahwa ibadah yang berpusat pada keselamatan
Tuhan Yesus, nyanyian nomor satu sebagai respon utama selain dari pengagungan
tadi. Nyanyian itu mempunyai 2 fungsi yaitu merayakan keselamatn Allah,
puji-pujian sebagai pengajaran. Kalau worship leader keuekeuh mau pakai
lagu yang tidak ada Tuhannya, silahkan pakai dengan cara di-medley dengan lagu
yang ada eksplisit kata Kristus. Kalau ada orang yang keukeuh tidak mau medley
dan pakai lagu itu (tidak ada kata Tuhan-nya), maka itu menjadi tanggung jawab
orang itu di hadapan Tuhan. Tetapi pastikan Worship Leader mampu
mengaitkan lagu ini tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan pengakuan
dosa, ada kaitannya Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat kita. Kalau worship
leadernya hanya sekedar mengajak menyanyi lagu 1, 2 dan 3, sedangkan music
jalan terus sehingga jemaat tidak diajak, “Oh iya ya, saya menyanyikan lagu ini
karena Tuhan sudah mengerjakan itu”. Jadi posisi lagu juga penting. Contoh lain
: dari diskusi dengan Pdt. John dari BCS Central Park, lagu “Bukan dengan
barang fana” ditaruh di perjamuan kudus. Silahkan, tetapi perjamuan kudusnya
tentu sudah melewati fase Kristsus. Sehingga waktu menyanyikan lagu itu,
orang-orang sudah diajak sadar sesadarnya (tidak pakai asumsi), “ini Kristus
yang sudah mati untuk kita, darah Kristus yang mahal buat kita, Kristus sudah
bayar harga maka saya hidup mau sesuai dengan hidup yang telah Tuhan Yesus
jalankan”. Saya ingin kita menangkap esensi ini dengan tepat. Ini kita baru
bicara tentang lirik lagu. Belum bicara tentang main musiknya. Kalau lagu
dengan main musiknya begitu jazzy sekali seperti di pub apakah okay atau tidak? Kalau
main musiknya seperti blues dan rock n roll apakah okay atau tidak? Tidak
sesuai.
Fili 2:12 … kerjakan keselamatan.
2 Kor 5:17 …… diselamatkan = menjadi ciptaan baru…
Kol 1:12-13 …… diselamatkan = dipindahkan dari
kegelapan ke dalam terang…
Kita perlu petunjuk, perlu diajar bagaimana hidup
dengan identitas baru, sebagai anak-anak terang.
Nyanyian minimal punya 2 fungsi. Di dalam Alkitab, kategori
nyanyian banyak sekali. Intinya : tanpa pengajaran dari Tuhan ,kita tidak
mungkin mengerjakan keselamatan (jalannya banyak bisa lewat khotbah,
perenungan, paper dlsbnya). Setelah diselamatkan kita dikatakan sebagai ciptaan
yang baru, yang lama sudah berlalu. Kalau yang lama sudah berlalu dan kita
adalah ciptaan baru maka kita butuh input yang baru. Jangan pernah lupa bahwa Israel
dikeluarkan oleh Tuhan dari Mesir tetapi Mesir masih bercokol di hati
orang-orang Israel. Kadang mereka mengeluh dan meminta penyembahan anak lembu
emas. Itu menunjukkan Mesir ada di dalam hati. Status berubah dari budak, sudah
menjadi orang bebas (bangsa yang bebas) tetapi mereka tidak mengikuti apa yang
Tuhan ajarkan. Dan itu banyak sekali tercatat dalam Perjanjian Lama. Jadi ini
satu aspek yang harus kita perhatikan : bukan sekedar status, kita perlu punya petunjuk,
kita perlu diajar bagaimana cara hidup dengan identitas baru. Maka saya strong
banget tentang lagu, karena saya bukan dari keluarga Kristen. Waktu saya menjadi
orang Kristen saya merasa aneh waktu masuk ke gereja lalu menyanyi tapi
Kristusnya tidak disebutkan. Saya bukan berasal dari keluarga Kristen dan
sempat pindah agama juga, jadi saya bergumul dengan aspek ini. Pas saya ketemu
prinsip firman Tuhan mengenai penyembahan berpusat kepada karya keselamatan
Kristus sehingga saya strong sekali dalam aspek ini. Jadi kita perlu petunjuk
(diajar) bagaimana cara hidup dengan identitas baru karena kita sudah
ditransfer dari anak-anak gelap menjadi anak-anak terang. Kita tidak berasumsi
karena sudah ditransfer maka kita tahu bagaimana cara hidup sebagai orang
Kristen. Oleh karena itu menyembah Tuhan, kita butuh amanat hidup baru. Apa isi
amanat hidup baru?
Amanat Hidup baru
Standar Allah
Ada 10 Hukum (Keluaran 20:1-17)
Book of covenant
(Keluaran 20:22-23:19)
Standar kekudusan
(Imamat 17-26)
Taurat Musa (Ulangan
5-26,28)
Matius 5-7 Khotbah di
bukit
Ajaran : surat-surat,
Ibrani & Wahyu
Matius 22:37-39
Markus 12:30-31
Mengapa Tuhan kasih 10 hukum? Kenapa Tuhan tidak kasih
seperti Tuhan Yesus yang hanya 2. Kasihilah Tuhan Allahmu dan sesama manusia
seperti dirimu sendiri. Ada tidak GKKK yang mengajak jemaat mengucapkan 10
hukum? Puji Tuhan karena masih ada, karena banyak gereja yang sudah tidak pakai
lagi. Mengapa 10 hukum? Kita diberi gambar 10 hukum, loh batu pertama 1-5 dan
loh batu kedua 6-10. Itu salah semua karena yang benar bolak balik (double-side) ditulis dari 1-10. Kan 10 hukum adalah perjanjian
(covenant). Yang Namanya perjanjian ada 2 pihak. Karena 2 pihak maka
bukti perjanjiannya harus ada 2 buah, jadi batu bolak balik. Tapi Tuhan tidak
perlu simpan, karena Tuhan tidak akan lupa karena Ia yang memberi, sehingga umat
Israel yang menyimpan di dalam tabut perjanjian. Jadi gambar di film salah
semua. Saya diberi tahu oleh dosen Perjanjian Lama saya (ahli Timur Tengah
kuno), 10 hukum karena jari kita hanya 10. Dikasih 10 saja lupa. Tidak tahu
mengapa tidak dikasih 20 buah hukum, ini harus tanya Tuhan. Tetapi kita tahu Tuhan
Yesus merangkum semuanya menjadi 2. Kasihi Tuhan dan kasihi sesamamu seperti
dirimu. Bukan kasihi dirimu baru kasihi sesamamu. Jangan dibalik., karena kalau
dibalik seperti itu maka kita semua akan mengasihi diri kita dan tidak akan
pernah sampai mengasihi sesama. Tuhan memang jauh lebih pintar dari kita. Apa
amanat hidup baru tersebut? Tadi di dalam Perjanjian Lama, dan di Perjanjian
Baru kita juga bisa melihat aspek-aspek di Perjanjian Baru. Ketika umat Israel
sebagai bangsa yang bebas menolak amanat hidup baru dari Tuhan , ia sebenarnya
tidak menyembah.
Bagian yang
explisit tentang penyembahan
Imamat 18:1-5.
1 TUHAN berfirman kepada Musa:
2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan
katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu.
3 Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat
orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat
seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu;
janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka.
4 Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus
berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN,
Allahmu.
5 Sesungguhnya kamu harus berpegang pada
ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya;
Akulah TUHAN.
Pernah tanya tidak,”Mengapa Tuhan bicara berulang-ulang
seperti orang tua saja?” Kalau bicara dengan orang tua, cerita yang sama
disampaikan berulang-ulang. Tapi intinya, ayat tersebut ingin menegaskan, umat
Israel kalau menolak amanat hidup baru dari Tuhan, mereka akan mengikuti bangsa-bangsa
di sekitarnya dan ketika itu terjadi, mereka tidak menyembah Tuhan. Ini satu
hal yang sangat krusial tapi mungkin kita tidak pernah mengkaitkan aspek ini
dengan urusan penyembahan.
To obey is to
worship
Ketaatan melakukan amanat hidup baru
yang dari TUHAN Allah adalah ekspresi penyembahan kristiani yang sesungguhnya. Ketika
gereja mencoba melakukan pembaharuan ibadah menjadi bagus, tapi khotbahnya
dipotong tinggal 20 menit atau seperti gereja tertentu , dulu tidak pakai
leksionari, tapi sekarang pakai leksionari (4 bacaan dalm tiap kebaktian) kemudian khotbah-nya
dipotong tinggal 15 menit. Gereja Katolik liturginya bagus khotbahnya hanya 10-15 menit. Kalau amanat hidup baru tidak
ditegaskan dari mana orang Kristen tahu bahwa hidup saya yang lama tidak cocok dengan
petunjuk dari Tuhan. Saya harus berubah, saya lakukan petunjuk yang baru. Jadi
kita tidak bisa main dengan hal ini. To obey is to worship. Dengan
begitu maka amanat hidup baru dengan kuasa Roh Kudus inilah kalau kita
melakukan amanat hidup baru, baru kita disebut menyembah Allah. Kalau kita tidak
mau mendengar dan melakukan jangan katakana
kita menyembah Tuhan Yesus. Ada konteks-konteks gereja tertentu di mana main
music atau paduan suara setelah tampil
ada langsung pulang dan tidak mendengar firman Tuhan. Ini saya juga tidak
setuju. Ada pelayan-pelayan ibadah seperti pemusik atau pun Worship Leader saat
memimpin lagu begitu bagus sekali pimpin kita berdekat dengar Tuhan tapi begitu firman Tuhan, dia main gawai. Saya
pernah lihat di gereja Tionghoa juga, singer-nya duduk di depan saat khotbah
main gawai. Orang yang pelayanannya seperti ini harus digembalakan. Jangan-jangan
konsep pelayanan ibadahnya tidak benar karena konsepnya tidak benar. Kita pelayanan
ibadah, menyanyi, paduan suara , pimpin di depan bahkan khotbah sekali pun tapi
kita tidak melakukan amanat hidup baru dengan kuat kuasa Roh Kudus kita tidak
menyembah Allah. Ini statement yang keras sekali. Saya percaya dan cukup yakin
Matius 28:16-20 Perintah memuridkan semua bangsa tidak boleh dipisah dengan aspek
penyembahan. Karena yang Namanya memuridkan di Matius 28 ada 2 aspek utama.
Esensi #3 Penyembahan Kristen
Amanat Hidup Baru dengan Kuasa Roh
Kudus
Penyembahan adalah klimaks (the
ultimate goal) dari proses pemuridan (discipleship)
-
Pemuridan
yang berhasil ialah proses membentuk penyembah sejati yaitu anak-anak Tuhan
yang rela menundukan dirinya kepada Allah Tritunggal
-
Penyembahan
yang benar ialah proses mengajarkan komunitas murid Kristus untuk mengerti
& melakukan Amanat Hidup dari Allah
Ada 2 aspek utama memuridkan :
1.
Muridkanlah
. Pergilah.
Kemanapun kamu pergi, muridklanlah atau jadikanlah semua
bangsa muridKu. Ajarlah mereka ajaran Yesus untuk melakukannya,
2.
Baptislah
mereka dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Jadi aspek pengajaran nomor satu. Aspek baptisan adalah sakramen yang berkaitan
dengan penyembahan. Penyembahan dan
pemuridan tidak bisa dipisah. Ini yang perlu kita perhatikan dengan seksama.
Karena saya merasa prinsip ini, “Penyembahan adalah klimaks dari proses
pemuridan”. Seringkali kebanyakan gereja yang berkata, “Gereja kami ada pemuridan
kok. Banyak jemaat kami yang ikut IDMC conference dan ada kelompok kecil” Seolah-olah
dengan adanya kelompok kecil seakan-akan
gereja itu sudah memuridkan. Lagipula hamba Tuhan saling membanggakan. “Kamu
kelompok kecilnya ada berapa banyak?” “Oh saya ada 30 kelompok. Kita semua
dikelompokkan.” Dibangga-banggakan. Jadi kita perlu periksa hati kita. Kelompok
kecil tidak sama dengan sduah memuridkan. Kelompok kecil itu salah satu infrastruktur
yang memang sudah cukup terbukti efektif untuk memuridkan. Tetapi kelompok
kecil bukan satu-satunya proses memuridkan.
Seringkali ketika kita melakukan
kelompok kecil, maka yang pertama kali dilakukan adalah menyanyikan lagu. Kita
tidak diberi kesempatan untuk merenungkan dalam kelompok kecil dimana Tuhan dalam
2 minggu terakhir sebelum bertemu. Tuhan melakukan apa dalam kehidupan saya?
Saya bergumul dalam pekerjaan, di mana Tuhan? Tetapi kita langsung masuk,
menyanyi, doa, sharing. Apalagi kalau ketemunya susah, sharingnya makin susah,
sehingga bahannya tidak dibahas. Jadi bukan jadi discipleship group jadi care
group tempat untuk kumpul-kumpul, saling sharing. Jadi harus diperhatikan, pemuridan
yang berhasil adalah proses pembentuk penyembah sejati yang tahu menundukkan
diri kepada Allah Tritunggal. Kalau kita punya banyak kelompok kecil di gereja,
tetapi kelompok kecil itu jadi eksklusif , begitu ada yang mau masuk , anggota
kelompok tidak mau karena merasa sudah
enak dan ‘ngeklik’ satu dengan yang lain. Ini banyak terjadi di
Singapore di gereja-gereja Karismatik. Mereka ngeklik 10-15 orang. Akhirnya
mereka membuat gereja sendiri, jadi persekutuan baru. Dikasih nama yang
keren-kerenn dengan menggunakan nama Yunani. Kelompok kecil pemuridan harus
menjadi, tetapi tidak selalu harus pakai kelompok kecil. Kelompok kecil adalah
salah satu aspek infrastruktur.
Pemuridan yang
berhasil adalah kita membentuk penyembahan sejati dan penyembahan yang benar
adalah proses mengajarkan komunitas Kristus untuk mengerti dan melaksanakan amanat
hidup baru dari Allah. Itu kaitan penyembahan
dan pemuridan. Gereja yang liturgi-nya bagus tapi pengajaran hanya
sekedarnya (hanya 12-15 menit), gereja ini belum menghayati esensi penyembahan yang
sesungguhnya. Ada hamba Tuhan yang bertanya kepada saya,”Pak, kalau kami ingin
buat praise and worship tidak ada firman (tidak ada khotbah)?”
Istilah praise and worship sudah tidak
digunakan. Karena istilah ini juga banyak perdebatan. Ini konsep kontemporer di
California Selatan. Ini dibahas di seminar sendiri. Gereja yang kontemporer
yang asli, tidak seperti yang saya berikan tadi. Jawabannya : “maksud bapak
tidak ada khotbah (firman) apa? Apakah maksudnya sama sekali tidak ada khotbah?
Saya tanya lagi, “kalau tidak ada khotbah apakah tetap ada firman Tuhan?” Bapak
itu ragu, praise and worship jemaat diajak menyanyi memuji Tuhan.” Saya
menjawab,”Kalau hanya itu saja saya tidak setuju. Tetapi kalau praise and
worship dilakukan karena berdasarkan misalkan: Mazmur 23, jadi dari Mazmur
23 kemudian keluar menjadi liturgi praise and worship, silahkan saja.
Tetapi di dalam seluruh praise and worship itu mengantar firman Tuhan
(mengajar firman Tuhan) hanya tidak terkonsentrasi dalam 30-40 menit di dalam
khotbah, tetapi dipotong-potong. 10 menit di depan, 5 menit di tengah-tengah, 5
menit lagi di tengah-tengah lagi, lalu 10 menit di belakang. Tetapi kalau sama
sekali tidak ada firman, tidak bisa!” Karena ketika kita mau mengajak jemaat
memuji-muji Tuhan tanpa firman, berarti ia tidak mau amanat hidup baru. Berarti
hanya senang saja menyanyi, hobi daripada ke karaoke yang mahal maka lebih baik
karaoke di gereja, karaoke berjemaat. Ini satu hal yang perlu diperhatikan.
Gereja yang khotbahnya 60,70,75 menit atau sejam lebih tetapi menganggap elemen
lain tidak penting (elemen lain hanya introduksi agar supaya pengkhotbah bisa
mantap) itu juga ngaco. Karena seluruh elemen di depan itu bukan sekedar
pelengkap tetapi itu bagian integral dari seluruh percakapan kita dengan Tuhan.
Ada juga jemaat saya yang bertanya,”Pak Budi mengapa kita di gereja
berbasa-basi bertele-tele mengapa tidak langsung khotbah saja?” Sebenarnya enak
kalau gereja langsung khotbah saja, kita tidak perlu menyediakan sound system
dan power point sampai bagaimana banget. Saya menjawab,”Coba saja kamu baca
firman Tuhan. Tuhan mengajar kita begini-begitu dan sebagaimana. Jadi ibadah
itu tidak sekedar mendengar khotbah. Sekarang sudah mendingan sedikit, namun
jemaat yang terlambat datang tetap banyak karena konsepnya kalau kebaktian itu
saya mendengar khotbah. Kalau belum sampai khotbah berarti belum terlambat.
Kalau khotbah sudah mulai 5 menit, saya baru merasa bersalah karena telat. Hal
ini kita balik ke konsep penyembahan. Begitu jemaat menganggap khotbah adalah
ibadahnya dia, maka pantas dia tidak mau pusing mau telat atau tidak terserah.
Gereja kontemporer
yang profesionalitas pemusik, tata panggung tetapi ajarannya mutar terus,”Tuhan
baik. Tuhan pasti melakukan mujizat. Tuhan pasti jadikan kaya dan memberkati.
Itu juga ngaco.” Karena Tuhan kita pernah berkata di kitab Ratap,”Aku adalah
Tuhan yang membawa kamu ke dalam tempat gelap. Semua jalan keluar Aku tutup”.
Kalau tidak percaya baca Ratapan 3. Ratapan 3 yang kita suka hanya yang
berhubungan dengan “besar setiamu”. Tetapi kita tidak mau dengan kata-kata
Tuhan yang sebelum dan sesudahnya. Ratapan 3:22-24 yang kita sukai.
22
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
23
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
24
"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku
berharap kepada-Nya.
Itu di tengah-tengah. Tetapi silahkan baca Ratapan
3:1-21! Di situ dikatakan misalkan ayat 7 Ia menutup segala jalan ke luar
bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat. Ayat 9 Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu
pahat, dan menjadikannya tidak terlalui. Ayat 11 Ia membelokkan jalan-jalanku, merobek-robek
aku dan membuat aku tertegun. Ayat 12 Ia
membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah. Tuhan juga Tuhan
yang seperti ini. Masih mau menjadi Kristen? Masih mau menjadi pendeta-pendeta
Kristen? Tuhan kita bukan hanya sebelah. Tuhan kita di dalam doktrin Allah,
incomprehensible. Pdt Tong seringkali mengatakan,”Tuhan di dalam Alkitab,
bukanlah Tuhan yang kontra rasio, tetapi supra rasio”. Kita bisa mengerti dan
menggumuli siapa Tuhan, selama Tuhan buka diri dan kasih tahu kita. Tetapi
Tuhan tidak pernah mau bekerja dengan sesuatu yang kita tidak mengerti. Ini
satu hal yang perlu kita camkan baik-baik. Jadi yang Namanya ibadah Kristen,
bukan sekedar pengalaman spiritual, merasa dekat dengan Tuhan, merasa begitu
asyik dengan Tuhan. Bukan sekedar perasaan-perasaan seperti itu. Bukan sekedar
perasaan Tuhan berada di sini. Kita merasa atau tidak, Tuhan tetap hadir di
tengah-tengah kita, karena Tuhan sudah janji. Hal ini perlu kita imani. Seorang
pemimpin Kristen bernama AW Tozer pernah berkata There are certain kind of worship that God
will not accept! Beliau hidup di abad 20 dan banyak pengajaran yang
mengajar profetik (pengajaran yang memberitahu kita tentang zaman kita
sekarang). Banyak ibadah yang sebenarnya belum tentu diterima Tuhan. Ini pun
terjadi dalam konteks umat Allah baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian
Baru. Ini paling kental di dalam kitab Yesaya dan Amos. Silahkan kita buka
Yesaya 1:10-17 dan Amos 5:21-27.
Yesaya 1:10-17 dan
Amos 5:21-27.
7 kata kerja murka
Allah (Yesaya) 7
kata kerja murka Allah (Amos)
1.
Aku
sudah jemu (ayat 11) 1.
Aku membenci
2.
Tidak
Kusukai (ayat 11) 2.
Aku menghina
3.
Aku
tidak tahan melihatnya (ayat 13) 3.
Aku tidak senang
4.
Aku
benci melihatnya (ayat 14) 4.
Aku tidak suka
5.
Aku
telah payah menanggungnya (ayat 14) 5.
Aku tidak mau pandang
6.
Aku
akan memalingkan mukaKu (ayat 15) 6. Jauhkan daripadaKu
7.
Aku
tidak akan mendengarkan (ayat 15) 7.
Aku tidak mau dengar
Persembahan Korban,
Aktifitas Doa Perayaan
agama (pertemuan umat),
Perayaan agamawi Persembahan
korban
Aktifitas Doa permainan
music & nyanyian
Apa yang sama dari kedua suara kenabian tsb? Dan apa
yang berbeda? Tuhan sedang kenapa sih? Amos 5, uhan sedang marah! Itu yang
sama. Yang beda antara Amos dan Yesaya : Tuhan marah karena apa? Di Amos :
Tuhan tidak suka apa? Persembahan korban Tuhan tidak suka. Nyanyian dianggap noise.
Perayaan keagamaan (bulan baru, sabat). Yang sama adalah perayaan ditolak. Yang
beda di Amos keramaian nyanyian ditolak. Tetapi di Yesaya, doa umat, Tuhan
tidak mau dengar. Ini satu hal yang mengerikan sekali. Yesaya 7 kali
menggunakan kata kerja ‘penolakan’ : persembahan korban, perayaan agamai dan
aktifitas doa. Kalau kita tidak
sungguh-sungguh memperhatikan prinsip yang keempat ini, kita mau mengadakan
kebaktian doa seperti apa pun, Tuhan tidak akan suka. Tuhan Tuhan punya hak
prerogative untuk tidak mendengar doa kita.
Tujuh kata kerja murka Allah di Amos,
ditolak perayaan, persembahan korban , permainan music & nyanyian. Ini 2
bagian dari beberapa bagian di dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan
kata-kata nabi di mana Tuhan sangat marah karena sampai pakai 7 kata kerja dan
7 kata kerja adalah simbol sempurna.
Berarti Tuhan sangat sempurna marahnya. Pertanyaannya : mengapa Tuhan bersikap
begitu? Padahal perayaan ini siapa yang suruh? Tuhan yang suruh! (di Keluaran,
Imamat, Bilangan dan Ulangan). Persembahan korban sama. Permainan music juga
ada ditawarkan. Itu juga semua Tuhan yang suruh. Sebenarnya mereka melakukan
semua ibadah-ibadah, ritual seperti ini. Tetapi masalahnya : di dalam Yesaya 1
dikatakan,”ibadah ritual-nya jalan terus, tetapi sikap para pemimpin bangsa
Israel, raja, imam, nabi, mereka bersikap demikian”. Yesaya 1:21-23
Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya
penuh keadilan dan di situ selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh
pembunuh. bercampur air. Para pemimpinmu adalah pemberontak dan bersekongkol
dengan pencuri. Semuanya suka menerima suap dan mengejar sogok. Mereka tidak
membela hak anak-anak yatim, dan perkara janda-janda tidak sampai kepada
mereka. Amos juga sama. Jadi ini ditujukan ke orang-orang / pemimpin umat
yang ibadah ritual jalan terus di Bait Suci, tetapi urusan anak yatim dan janda
tidak diperhatikan. Bahkan di dalam kitab Amos ada ungkapan bahwa pemimpin ini
tidur di ranjang dari gading (ivory bed). Ranjang yang dibuat dari
gading ini sangat mahal harganya (harganya bermiliar-miliar). Ada pemimpin-pemimpin
Israel yang terus melakukan ibadah ritual dan sebagainya tapi mereka tidak
peduli dengan apa yang terjadi di luar ibadah ritual. Ini yang membuat Tuhan
marah luar biasa.
Karya komunitas
penyembah.
Yesaya 1:17 Tuhan kasih tahu apa
yang Dia inginkan. Belajar buat baik, usahkan keadilan, kendalikan orang kejam,
bela anak-anak yatim, perjuangkan perkara janda-janda! Kalau memang benar-benar
beribadah kepada Allah yang benar, maka kelima hal tersebut harus menjadi karya
komunitas penyembah. Ini yang perlu diperhatikan. Karena ibadah kalau hanya
jadi pertunjukan agama Kristen dan tidak ada penunjukkan karya kebenaran dan
keadilan maka ibadah itu tidak diterima oleh Tuhan sama sekali. Jadi yang
namanya ibadah ritual dan aktual sinkron. Oleh karena itu esensi penyembahan
Kristen yang berdasarkan pengajaran Alkitab adalah ibadah harus memmiliki
dampak social bagi sesama dan alam.
Esensi #4 Penyembahan Kristen : Dampak
sosial bagi sesama & alam
Karya komunitas
penyembah Allah adalah validasi ibadah itu sinkron atau tidak dengan isi hati
Tuhan. Kelima aspek tadi, bidang yang menangani adalah diakonia, misi /
penginjilan. Umumnya aspek ini dikerjakan oleh bidang misi. Ibadah /
penyembahan tidak bisa dipisahkan oleh penginjilan. Pusat yang utama
penyembahan bukan penginjilan tetapi kalau jemaat benar-benar menyembah Allah ,
yang hatinya berbelas kasihan kepada dunia tidak mungkin dia menolak (tidak mau
penginjilan dan bersaksi), itu aneh. Mari kita jangan berasumsi bahwa gaya
kebaktian gereja yang pakai panggung besar, penuh gemerlap lampu, ada proyektor
mahal dan canggih, pakai giant LED screen, alat musik hebat, pemainnya cakep-cakep,
pakai orchestra, dengan mengundang artis, pakai drone kamera karena video life,
ada aplikasinya (bisa live streaming), jangan berasumsi gereja seperi itu yang diterima
oleh Tuhan. Belum tentu! Bukan itu yang menjadi ibadah itu diterima atau tidak.
Yang diterima adalah waktu kita lakukan ibadah ritual, sewaktu pulang kita
menjadi suami yang lebih mengasihi istri atau tidak, kita menjadi istri yang
tunduk pada suami, kita menjadi orang tua yang tidak abuse anak-anak secara
emosi atau tidak atau kita jadi anak yang makin pikir dan menghargai orang tua
kita atau tidak. Kalau tidak ada sinkronisasi ibadah actual dan ritual, maka
semua yang dilakukan di gereja itu hanya buang uang saja. Apakah kalau kita sekarang
bicara tentang ibadah generasi muda. Ini hal yang perlu dicamkan baik-baik.
Karena di dalam upaya kita menjangkau generasi muda, kita berikan hal-hal yang
mereka sukai dan ini yang harus kita hati-hati sekali. Karena kalau mereka
menyukai, tetapi kemudian mereka tidak mengalami perubahan hidup setelah
melakukan ibadah tersebut, berarti akhirnya percuma. Ada gereja yang anak muda-nya
pernah diskusi dengan kami. Diskusi
dengan hati yang kesal kepada majelis gereja karena majelis gereja yang
pintar diplomasi. Sewaktu generasi muda mengutarakan keprihatinan mereka karena
teman mereka banyak yang pindah gereja.
Tetapi beberapa pemuda yang tidak mau pindah gereja karena mereka sayang dengan
gereja ini. Mereka sharing. Waktu ada sesi khusus bersama 3-4 orang mereka sharing,
mereka rindu perubahan di dalam gereja. Yang mereka complain adalah majelis gereja dan gembala selalu mendengar
tapi mereka berkata,”Kami tamping” tetapi tidak jadi apa-apa. Kita diplomasi. Kemudian
setelah 1,5-2 tahun kami kembali ke gereja itu, ternyata gereja itu sudah ada
kebaktian pemuda / i dengan branding khusus. Ini trend yang terjadi di
semua gereja. Buat kebaktian generasi muda diberi brand sendiri artinya kebaktian
itu jadi jualan / komoditi / produk yang dijual. Kemudian mereka ikut lagi pembinaan
yang kami bawakan, lalu ada 1-2 pemuda yang berkata, “Tiap minggu kami kecapean
karena tiap minggu harus berpikir apalagi
yang beda. Kecapaian dan mereka bingung. Setelah buka kebaktian, baru bertanya
seperti itu. Menurut saya, pendekatan gereja dengan buka kebaktian khusus bisa
dimengerti. Saya bisa mengerti secara realita pastoral, tetapi secara realita teologis
prinsip teologis, itu jangan dijadikan harga mati, “seolah-olah seperti ini
saja, seolah-olah tidak ada lagi yang ingin dicapai” karena Yesus mati untuk
menyatukan atau memisahkan? Yesus mati untuk menyatukan gentile dan non gentile
(Yahudi dan non Yahudi temboknya dirubuhkan ,, yang bersunat dan tidak bersunat
semuanya jadi satu).
Pendekatan banyak gereja membuat kebaktian
untuk generasi muda, saya bisa mengerti dari realita pastoral. Banyak generasi
muda yanga sudah tidak tahan dengan gerejanya hanya karena cinta Tuhan dan
gerejanya, mereka tidak pindah gereja. Mereka terus menggedor akhirnya yang
senior tidak tahan lagi dan berkata,”Ya sudahlah terserah kamu. Buatlah
sendiri!” Waktu generasi muda buat kebaktian sendiri, mereka akan bertumbuh dan
berusia, kemudian anak-anak mereka di sana, zaman berubah dan anak – anak
mereka berkata, “Papa-mama kebaktian kok hanya begini saja. Nanti 25 tahun ke
depan, kita tidak pakai ini. Kita sudah pakai hologram semua. Tinggal taruh
alat lalu muncul orang. Teknologi canggih sekali dan cepat berubah” Akhirnya segementasi
demi segmentasi terus terjadi di dalam gereja. Padahal Tuhan Yesus berkata,
“Aku mati untuk menyatikan Yahudi dan non Yahudi” Jadi pendekatan buat
kebaktian khusus generasi muda tidak akan memecahkan gap generasi di dalam
gereja. Malahan anak-anak muda kita tidak mengerti apa arti menjadi orang dewasa,
karena di dalam gereja pun tidak ada silang generasi. Anak muda tidak diajak berdiskusi
membuat kebaktian bersama-sama itu bagaimana. Mereka tidak bisa mengontrol
emosi mereka ketika tahu ada orang tua tidak bisa mendengar opini mereka. Nanti
mereka masuk ke lapangan pekerjaan dan bertemu orang yang beda usia, maka
banyak generasi sekarang (anak muda) yang menjadi kutu loncat di tempat
pekerjaan. Karena EQ nya tidak di sana. Kalau bicara generasi yang mungkin 25
tahun sebelumnya : loyalitas yang dibicarakan. Di Singapore 2 tahun pindah
dengan gaji lebih besar 200 dolar pindah. Apa yang kita lakukan di dalam
gereja, saya bisa mengerti pastoral, tapi saya sedih kalau gereja berkata,”Anak
muda sekarang sudah tenang. Mereka punya kebaktian sendiri. Kita kasih mereka
kebebasan, tanpa kita tahu, kita sedang pisahkan gereja semakin besar.” Solusi
yang saya rindu dan sodorkan adalah kebaktian inter generasi di mana-mana
anak-anak ada di dalam kebaktian bersama orang tua mereka. Anak remaja bersama
orang tuanya. Anak remaja memang susah duduk bersama dengan orang tua. Tetapi
di dalam Alkitab (dalam sejarah gereja), ini sesuatu yang lazim sekali terjadi.
Kebaktian intergenerasi bila disiapkan baik-baik , ini salah satu jalan keluar
untuk memperkecil gap generasi. Tapi kebaktian inter generasi harus berani
mempercayakan generasi muda untuk memimpin bersama-sama dengan yang lebih
senior. Harus partisipasi. Kalau kebaktian intergenerasi tapi ujung-ujungnya
generasi muda (anak-anak muda dan remaja) hanya menonton, percuma! Karena mereka
akan bosan. Mereka akan merasa ini bukan gereja saya. Ini gereja papa-mama.
Kalau gereja sudah melakukan kebaktian generasi muda, jangan jadikan hal itu
fixed (yah sudah begini saja) dan kita sibuk tiba-tiba sudah 25 tahun , 75
tahun dan sebagainya. Akhirnya generasi itu jadi gap. Coba dijadikan sebuah
tujuan di dalam setahun mari kita sama-sama ada kebaktian gabungan. Gereja
adalah keluarga Allah. Jelek atau tidak jelek mereka tetap keluarga Allah yang
sudah ditebus. Kalau kita tidak mencoba melakukan kebaktian intergenerasi, maka
kita khotbah “Kasihilah sesama mu manusia, pentingkanlah orang lain daripadamu
dirimu”, aplikasinya bagaimana? Kebaktian inter generasi adalah salah satu di
mana kita mengajak jemaat Tuhan,”Yuk, kita jemaat Allah. Mari kita saling belajar
mengasihi satu sama lain, tanpa syarat”. Sejelek-jeleknya papa-mama kita ,
mereka adalah papa-mama kita. Walaupun mereka abuse kita, hubungan itu tidak
bisa diputus begitu saja. Sama hal nya dengan kita. Kita bukan keluarga dengan
hubungan darah, tetapi kita keluarga dengan hubungan darah Kristus.
Tuhan murka sampai 7 kata kerja tadi
karena :
1.
ibadah
yang dilakukan umatNya hanyalah sebuah pertunjukan agama (religious
performance), tetapi keadilan sosial di masyarakat terus diabaikan
Christopher Wright (murid alm. Pdt. John Stott. Ahli
misiologi dan Perjanjian Lama) pernah bertanya,”What do you think is the
greates obstacle to God’s desire for the evangelisation of the world?” Menurut
kamu, apa yang menjadi halangan terbesar supaya keinginan Tuhan terjadinya
penginjilan di seluruh dunia itu bisa digenapi? The greatest hindrance to
world mission is God’s own people. Malu tidak? Halangan terbesar pekerjaan
misi Allah bagi dunia adalah komunitas Kristen itu sendiri. Contoh angka perceraian.
Angka perceraian di kalangan Kristen
sama tingginya dengan orang-orang yang bukan Kristen. Urusan seksual
seperti homoseksual , orang Kristen juga
begitu. PGI bingun. Ada yang setuju dan tidak setuju tetapi yang muslim berkata idak.
Di Singapore ,gereja di mana saya bergabung (Presbyterian) mengirim surat kepada
gereja asal yang melakukan church planting di Singapore yaitu Church of
Scotland , mereka kirim surat dari sinode kepada Church of Scotland menyatakan
bahwa kami tidak setuju bahwa Church of Scotland menerima LGBT view. Kemudian
dalam surat itu juga dikatakan, tetapi kami menghargai relasi yang sudah
terjadi ratusan tahun antara Presbyterian Church of Singapore dengan Church of
Scotland. Tetapi kami tidak setuju dengan standpoint Chuch of Scotland bahwa
kalian menerima LGBT , bahkan mereka mentahbiskan hamba Tuhan yang melakukan
LGBT. Ini satu hal yang menjadi pergumulan kita. Halangan terbesar adalah orang
Kristen sendiri : mengapa ? Karena gereja kehilangan identitas dan jati dirinya
sehingga yang disembah bukan Allah tetapi 3 kelompok berhala : power &
pride, popularity & success, wealth & greed. Gereja tidak menyembah
Allah tetapi menyembah ketiga berhala.
2.
Karena
ibadah bagi Allah sudah dicampur aduk dengan berhala. Terjadi ibadah sinkretis!
Cara pikir
orang Israel pada zaman Nabi Amos sama dengan orang-orang di sekitar Timur Tengah
kuno. Cara berpikirnya sbb : ibadah kepada Allah Yahweh itu berjalan, tetapi
mereka juga percaya dan menyanjung Allah lain. Akhirnya sikap dan perilaku
mereka terhadap isu dan kebenaran itu menjadi membingungkan. Pikiran mereka
sebenarnya sudah rusak dan yang lebih luar biasa lagi di dalam Alkitab Maz 115,
135 dikatakan, you are what you worship (you become what you worship) .
Kamu akan menjadi seperti orang yang
kamu sembah atau apa pun yang kamu sembah. Contoh praktisnya sbb : saya datang
dari keluarga bukan Kristen sehingga keluarga saya itu cukup banyak punya
perkebunan. Saya sempat benci dengan papa saya karena adakalahnya ia pukuli
mama sehingga mama mau minum baygon 2 kali dan kami anak-anaknya mengumpat di
kolong meja. Sebelum saya belajar untuk memaafkan papa , saya sangat menyadari
agak belakangan bahwa saya tidak suka
pakai baju dikeluarkan karena papa saya pakai baju selalu dikeluarkan. Sesuatu
yang saya tidar sadar sampai saya bertumbuh. Ternyata ada kaitannya. Setiap
kali ingat mama diapakan, saya meras kesal sekali dengan papa saya. Semakin
saya kesal dengan papa saya, di dalam batin saya adalah papa saya. Sehingga bayangan
papa dengan baju dikeluarkan membuat saya kesal. Jadi saya selalu tidak mau
pakai baju dikeluarkan (saya selalu masukan ke dalam bahkan pakai batik juga
dimasukkan padahal tidak cocok). Semakin
memikirkan orang itu, akhirnya kita jadi seperti dia. Ketika sudah bisa mengampuni
papa, anehnya saya bisa pakai baju dikeluarkan. Ini contoh dari kehidupan
sehari yang bisa jadi mengungkapkan bahwa
memang kita menyembah apa yang disukai dan kita menjadi apa yang kita sembah.
Marilah kita benar-benar perhatikan ada penyembahan yang Tuhan tidak akan
terima. Jadi ibadah itu harus punya dampak sosial bagi sesama dan alam.
Video Sacrifice
tentang visualisasi dosa yang dituliskan
oleh seorang pelaku (actor). Dosa (sin) itu wild, hardened vile, accuser,
unjust, adultery, bigotry, deceit, hate, envy, murder (malice), rape /
prostitution (impurity). Lalu Allah mengutus Putra TunggalNya untuk menebus
dosa manusia yang sudah berdosa. Dalam visualisasi itu kemudian digambarkan
siluet Kristus dengan kedua tangannya terangkat dipaku, lalu cat merah
dituangkan untuk menggambarkan curahan darah Kristus untuk menebus dosa
manusia. Tuhan Yesus ditempatkan di tengah-tengah dosa. Jemaat diajak
berpartisipasi (maju ke depan). Visualisasi ini dilakukan oleh gereja
kontemporer. Ini merupakan simbolisasi. Aspek
ini yang di gereja Indonesia belum terlalu dipikirkan. Kebanyakan yang dibicarakan
adalah hanya music, pemain music, alat music dan cara pakai baju. Secara visual belum
terlalu disentuh oleh gereja protestan. Kalau diperhatikan di sebelah kanan layar
ada tulisan-tulisan tentang dosa
demikian juga di sebelah kiri, di mana saat mengungkapkan semua daftar dosa manusia
(seperti benci, zina) tidak ada musik. Tetapi kemudian di tengah-tengah setelah
selesai menuliskan dosa, baru musik main. Itu semua direncanakan. Sehingga tidak
sekedar pakai feeling. Mengapa musiknya tidak dimainkan saat dituliskan semua
daftar dosa? Itu momen yang menolong jemaat untuk mengenali dosa. Mungkin saya
irihati dengan teman yang dipromosikan sedangkan dia tidak. Mungkin juga
perzinahan, penyembahan berhala dan lain-lain. Setelah itu music baru main. Kalau
tidak berasa apa-apa mungkin kita tidak biasa dalam hal seperti ini dalam kebaktian.
Karena kita hanya bicarakan music, nyanyi, music, nyanyi dan seterusnya. Ini
suatu hal yang membuat saya sedih dan prihatian. Protestan nampaknya anti seni visual.
Padahal gereja mula-mula menggunakan tanda visual seperti ikan, nelayan, Daud, bintang Daud dan menorah (simbol
cahaya di Bait Suci) di mana Yesus adalah light of the world (bait suci Allah).
Orang Kristen abad mula-mula menggabungkannya menjadi simbolisasi yang baru. Ini
unik, hanya Kristen yang punya seperti ini. Artinya kekristenan tidak pernah
terlepas dari Yahudi. Sama halnya seperti ibadah dan penyembahan Kristen.
Banyak aspek Yahudi yang mempengaruhi kita. Tetapi esensi ibadah Kristen tidak
bisa anti seni.
Esensi #5 Penyembahan Kristen : Artistik
dan Kreatif.
Mengapa dari segi pastoral,kita bisa tangkap hal ini cukup
mudah karena manusia punya keunikan dalam menerima kebenaran, menghayati
perjumpaan dengan Tuhan. Ada yang menghayati dengan video, visual, visitasi,
gabungan audio dan visual. Kalau kita perhatikan zaman kita era digititalisasi,
era social media zaman sekarang, generasi muda sudah multi tasking-nya tinggi
sekali. Begitu membuka facebook waktu sedang kebaktian, kita tidak bisa judge
bahwa dia tidak mendengar khotbah. Anak zaman sekarang jauh lebih pintar dari
kita. Saat buka facebook dan mendengar khotbah lalu muncul Instagram dan bisa
buka lagi. Anak-anak zaman sekarang adalah
generai hybrid. Semuanya jadi satu : text , visual semua jadi satu di gawai.
Ini satu hal yang tidak kita bisa abaikan begitu saja. Sehingga kebakitan kalau
terus menerus audio, kita akan ditinggalkan oleh generasi muda. Karena generasi
muda sekarang Tuhan sudah dikasih tsunami visual setiap hari lewat gawai dan media TV dan sebagainya.
Sayangnya gereja masih terlalu mementingkan seni music di dalam ibadah. Sehingga yang ada
dalam sekolah Alkitab adalah jurusan music gerejawi, tidak ada jurusan music seni
kristiani. Tidak ada! Mengapa buka-nya music gerejawi? Karena mengikuti
Amerika, lalu dari Amerika bawa ke Singapura (Singapore Bible College) dan
akhirnya bawa ke Indonesia. Gereja kurang mementingkan kesenian yang lain,
akhirnya seniman di gereja merasa tidak punya tempat kecuali pemusik. Pelukis
siapa yang perhatikan. Pematung begitu buat menyembah berhala. Gereja protestan
menggunakan visual hanya sebatas untuk membuat spanduk, poster. Baru informasi
ini-itu, bukan karya seni tapi intonasi, belum terlalu serius membuat gabungan beberapa
seni. Tentu ini bisa terjadi untuk gereja yang mencoba menjaring anak-anak muda
, dengan melakukan drama musical. Karena di dalam drama musical semua aspek seni
muncul jadi satu. Tetapi menyiapkan drama musikal cape sekali. Di gereja kami
hampir setiap tahun saat Paskah ada drama musical dari nol. Ada yang bisa buat
lirik, ada yang bisa buat music, ada yang bisa gabungkan semuanya menjadi story
line menjadi drama musical. Seluruh unsur gereja dilibatkan dari anak kecil
sampai orang dewasa. Hanya berantemnya banyak, tergantung gembala sidang bisa
mengaturnya tidak. Kalau tidak bisa manage maka kita akan stress dan tidak bisa
tidur. Tiap hari dikota besar dunia, sangat dipengaruhi visual dari berbagai
macam media tetapi gereja Protestan tidak mampu memberi alternataif seni
visual. Kita bingung mau cari dari mana. Karena selama ratusan tahun yang namanya
visual dibuang habis oleh gereja. Kalau hal ini terus terjadi pada kebaktian
gereja zaman sekarang maka kita akan makin ditinggalkan oleh generasi
berikutnya. Karena generasi sekarang butuh variasi .
Aspek ini dasarnya
juga ada yaitu Keluaran 25-40. Tuhan tidak anti seni bahkan Tuhan kita memilih
seniman seperti Bezaleel dan Aholiab. Keduanya mandor untuk semua tukang untuk
membuat tabut perjanjian , kemah suci dll. Semua macam perkakasnya dipahat dari
emas. Tentu kita bisa mengembangkan lagi, emasnya dari mana? Kok bisa mereka
membakar emas? Bagaimana caranya? Orang Yahudi adalah orang paling pintar di dunia.
Saya baca scientific Discovery, ada seorang dokter di Yahudi sedang meneliti untuk
menemukan obat kanker. Dia memanipulasi isi sel. Isi sel dikeluarkan lalu
dimasukkan obat ke dalam sel tersebut lalu sel tersebut disuntikkan ke dalam .
Sel itu yang membawa semua obat sel kanker seperti kemo dan lain sebagainya.
Penemuan seperti ini belum waktu untuk percobaan. Jadi orang Yahudi
pintar-pintar.
Apa arti artistic dan kreatif?
Kreatifitas menciptakan dari yang tidak ada
menjadi ada. Sebagai orang Kristen (umat kristiani) mencoba melakukan kreativias
dan artistic dalam kebaktian, inovasi kita adalah gema dari kreativitas Allah. Jadi
yang namanya kreativitas bukan sekedar corat-coret tembok. Di gereja , anak
muda diminta kreatif, lalu di depan gereja temboknya dicat dengan gambar Yesus sedang
disalib ,bukan itu maksudnya. Karena kita bersumber pada Allah, maka Allah
memberikan berikan dalam firmannya. Kita kembali kepada kitab Kejadian :
Sumber kreativitas
adalah FIRMAN.
Elemen kreativitas
a.
Fungsional
(1:14-18,26,28).
Setiap apa Tuhan ciptakan ada fungsinya.
Setiap yang diciptakan ada maknanya.
b.
Pemisahan
(1:4-10,14,2:3)
Tuhan melakukan pemisahan , air di
atas dan air di bawah. Pemisahan gelap dan terang dan sebagainya. Itu artinya
pemisahan tersebut, Allah memberikan tujuan dari setiap aspek yang dibuat. Ketika
kita memikirkan, bagaimana dibuat kreatif panggilan ibadah tadi. Maka kita
harus tahu apa tujuannya. Ayat panggilan ibadahnya apa? Berarti hermeunitaka (ilmu
tafsir) kita tidak hanya terpakai waktu kita menyiapkan khotbah, tetapi dipakai
saat menggumuli panggilan ibadah harus
disajikan bagaimana secara kreatif?
c.
Ritme
-
“berfirmanlah
Allah” muncul berulang-ulang dan bunyinya sama dalam bahasa Ibrani (Kej
1:3,6,9,11,14,20,24,26,28-29)
-
“Jadilah
demikian” Jadilah petang jadilah pagi (Kej 1:3, 7,9,11,15,24,30).
-
“Allah
melihat (itu) baik” (Kej 1:4, 10,12,18,21,25)
-
“Jadilah
petang, jadilah pagi. Itulah hari” (Kej 1:5, 8, 13, 19,23,31)
Ritme
mengikuti sesuatu yang ada di dalam diri kita juga. Contoh : jantung kita ada
ritmenya. Ada satu kesulitan bagi saya adalah waktu saya masuk dalam kebaktian
gereja dengan music yang keras luar biasa dan itu membuat ritme jantung kita
ikutan berbeda sekali. Ini satu hal kita sebagai orang Kristen yang belum
terlalu perhatikan. Padahal telinga kita ada batasan desibel. Orang-orang yang bekerja
di lapangan udara, semua pakai headphone karena kencang sekali suaranya.
Begitu juga kalau kita masuk ruang kebaktian yang musiknya kencang sekali
apalagi kita berada dekat dengan speaker, ini belum terlalu diperhatikan, ritme
jantung kita juga berubah. Karena musik mempengaruhi ibadah. Kita tidak bisa
memungkirinya.
d.
Urutan
(order)
Ada order yang teratur, ada progress
dan arah. Itulah mengapa di Korintus Rasul Paulus berkata, “Kalau kita sedang
berkumpul dan bila ada satu yang bernubuat maka gentian, ada urutan, jangan
semuanya ingin bernubuat”.
e.
Keunikan
dan variasi
1:11 “segala jenis pohon buah-buahan”
1:21 “segala jenis makhluk hidup yang
bergerak… dan segala jenis burung yang bersayap.”
1:25 “segala jenis binatang liar
& segala jenis ternak & segala jenis binatang melata…”
Dalam kitab Kejadian, istilah ini
muncul berulang kali. Tuhan tidak ciptakan satu atau dua pohon tetapi segala jenis.
Dari segala jenis pohon buah-buah yang Tuhan katakan boleh dimakan, tetapi ada satu
yang jangan dimakan tetapi tetap saja yang satu itu dimakan. Aneh sekali
manusia, padahal dikasih kebebasan begitu besar dengan boleh memakan semuanya
kecuali satu. Ini bisa menjadi bahan perenungan teologis. Segala jenis ada
variasi keunikan. Ini menunjukkan apa? Menunjukkan memang kita berbeda dan gereja
berbeda orang-orangnya. Kalau tidak mengakui hal itu maka repot.
f.
Klimaks
(puncak karya seni).
Misalnya dalam kebaktian umumnya kita menganggap klimaksnya adalah Firman.
Tetapi ini tidak semua orang setuju. Ada orang yang berkata klimaksnya adalah perjamuan
kudus.Karena dalam perjamuan kudus, Tuhan sudah menerima kita makan
bersama-sama dengan Dia.
g.
Istirahat
(rest) – berkat.
Video visualisasi tentang dosa tadi
menggabungkan 7 elemen ini. Walaupun dia sudah tulis dosa di kanan dan di kiri,
lalu dia diam. Setelah itu baru dia buat gambar Tuhan Yesus. Kreatifitas itu
tidak bisa dipaksakan. Banyak yang waktu tengah buat lagu, puisi atau menulis
doa tetapi triterian kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus butuh istirahat di
hadan Tuhan, baru bisa keluar semua aspek seni. Kita bersyukur karena pada saat
kita beristirahat kita sebenarnya menyerupai Allah yang beristirahat. Kalau kita
tidak beristirahat, maka sederhananya kita tidak menyerupai Allah. Untuk kaum Injili
akan mengatakan : Tuhan tidak pernah stirahat demi jiwa-jiwa. Alkitab berkata Tuhan beristirahat dan kemudian
mengulangi semua urusan sabat. Hamba Tuhan yang tidak bisa berisitirahat
jangan-jangan pelayanan itu sudah jadi
berhalanya, karena pelayanan itu dari Tuhan. Ini tentu bisa diperdebatkan lagi.
Ada gereja yang tidak memberi istirahat untuk hamba Tuhan. Majelis pikirnya
mudah saja : kita juga tidak ada istirahat. Kita sabtu – minggu di gereja full.
Dalam hati saya berkata,”Siapa yang suruh?” Mungkin ada kesalahan system 4L (Lu
Lagi Lu Lagi). Atau dianya yang tidak mau turun-turun karena pelayanan adalah
identitas diri. Kalau pelayanannya dicabut maka dia kelimpung. Karena selama
ini identitasnya ditempel pada kelayanannya, ,sehingga keluarga berantakan kurang
disadarinya. Pelayanan demi Tuhan, itu belum (jangan-jangan dari diri sendiri).
Hamba Tuhan yang tidak bisa (mau) istirahat, karena merasa saya harus melakukan
pekerjaan Tuhan, pertanyaannya sederhana : apakah Tuhan suruh? Kalau Tuhan
benarkan suruh, silahkan saja.Kalau tidak suruh, jangan sok-sokan. Dengan
pelayanan kita, kita tidak berjasa kepada Tuhan.
Ibrani 12:28-29 Jadi, karena kita
menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan
beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan
takut. Sebab Allah kita adalah api yang
menghanguskan. Ini
prinsip sederhana sekali tapi sering kita tidak perhatikan. Mengucap syukur
adalah ajakan. Mari kita mengucap syukur, dan ajakan ini setara dengan
beribadah. Artinya apa? Ketika kita jadi orang Kristen, kita hanya lip-service
bersyukur lewat nyanyian, doa tetapi begitu kita menjalani keseharian kita ,
isinya lebih banyak complain (keluhan) aneh-aneh dari kehidupan penyembahan
kita.
Esensi #6 Penyembahan Kristen. Hidup
penuh syukur
Ibadah yang sejati, diindikasikan lewat hidup yang
penuh syukur. Hidup penuh syukur ini sebenarnya bukan bicara mengenai kemasan ibadah.
Dan ini paling kental ada di Mazmur 50. Tetapi Mazmur 50 dimulai dengan gambar
, siapa jati diri Tuhan lagi.
Maz 50:1-6 . Jati diri Allah : Maha Kuasa, Allah yang ber-Firman,
Hakim yang Adil dalam segala keputusan, Ia adalah Terang sehingga kita tidak
bisa sembunyikan apapun. Maka ironis sekali, kalau kita diajak bersyukur dengan
takut dan gentar. Jadi bukan sekedar happy-happy bahwa Tuhan baik dan
sebagainya. Jadi bersyukur yang God-centered dengan bersyukur yang me-centered ada bedanya.
Maz 50:7-15 …. Semuanya adalah milik Allah. Maka kalau
kita persembahan di Mazmur 50, persembahan itu pun milik Tuhan. Mengapa kita
tidak bersyukur, jadi perlu diungkapkan.
Mazmur 50 ada beberapa kali, seperti Ibrani mengungkapkan
“bersyukur”
Maz 50:14 bersyukur = beribadah (Ibrani 12:28b Bersyukur setara dengan)
Maz 50:23 bersyukur – beribadah memuliakan Allah
Maz 50:16-22 belajar firman, tetapi benci teguran
Tuhan. Lihat dosa, malah berkawan… Mulut jahat, penuh tipu… Pemfitnah…
Jadi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru konsisten
dalam hal ini.
Ada seorang jemaat kami di Singapore yang sakit
kanker. Dan di dalam tahap perjuangan yang kedua kali. Kanker payudara. Pertama
kali mau kemo, cobain sekali tidak tahan, lalu pakai obat tradisional sembuh. Kedua
kali tidak sembuh. Tetapi di penghujung hidupnya , setiap kali kami tanya mau
didoakan apa? Mau menyanyi apa ? Dia selalu katakan,’Kumau cinta Yesus” sambil
kesakitan menyanyi,”Kumau cinta Yesus selamanya, Kutetap cinta Yesus selamanya”.
Dalam sakitnya,hatinya bergumul dan tetap ada syukur di situ. Itu baru
penyembah yang sejati! Itu satu hal yang patut menjadi pertimbangan yang lebih
serius karena di dalam gereja, kata bersyukur menjadi kata-kata yang latah dan
diulang-ulang tapi kita tidak pernah mengajak jemaat apa yang disyukuri secara
spesifik. Kita mungkin tidak pernah mengajak jemaat untuk mengucap syukur atas
papa yang menyebalkan, mama yang sudah sakit 2 tahun, kok tidak jalan-jalan,
untuk adik kita yang tidak pernah menipu kita. Bisakah kita bersyukur? Ini
tantangan yang besar sekali, seperti kelihatannya sederhana. Ini hal yang
menguji iman kita. Dari aspek Mazmur 50:12 ini menegaskan kembali prinsip yang
berdampak social dan alam. Ibadah itu tidak ada artinya kalau tidak terjadi
secara actual dalam kehidupan sehari-hari. Saya bersyukur Ibrani tidak ditutup
dengan Ibrani 12:29 tetapi ada Ibrani pasal 13. Bacalah di rumah. Poinnya adalah
: Ibrani 12 menegaskan marilah kita mengucapkan syukur dan beribadah pada Allah
dengan cara yang berkenan dengan takut dan gentar karena Dia adalah api yang
menghanguskan. Itu di ayat 29. Kemudian masuk Ibrani 13 pasal terakhir , nomor
satu yang diucapkan adalah peliharalah kasih persaudaraan. Artinya Ibrani pasal
28-29 konsep penyembahannya sedangkan pasal 30 praktika penyembahan, seorang
yang hidupnya penuh syukur. Jadi kita tidak bisa melihat penyembahan dari sisi
ritual di gereja tetapi ibadah yang berkenan dan takut dan gentar seperti pada
Ibrani 13 .
Ibadah Ritual , Aktual Ibadah.
Liturgi kebaktian menjadi liturgi kehidupan
Ibadah cara yang berkenan pada Allah
(takut & gentar)
-
Hormati
pemimpin rohani
-
Berpusat
pada Yesus
-
Perspektif
kekekalan
-
Perkataan
muliakan Allah
-
Hidup
yang berdoa & syafaat
-
Pelihara
kasih (hospitable)
-
Hormati
nikah
-
Tidak
gila harta
Seluruh hidup. Worship itu 360 derejat seluruh hidup
kita. Kalau kita hanya plilih salah satu maka ibadah kita tidak menyenangkan
hati TUhan.
I nisiatif & identitas TUHAN
B erpusat pada karya keselamatan Kristus
A manat hidup baru dengan kuasa Roh Kudus
D ampak social bagi sesama dan alam
A rtistik & kreatif
H idup penuh syukur
No comments:
Post a Comment