Pdt. Arthur Surjadi Lin
Mazmur 73:1-28
1 Mazmur Asaf.
Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang
bersih hatinya.
2 Tetapi aku,
sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
3 Sebab aku
cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.
4 Sebab
kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
5 mereka tidak
mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
6 Sebab itu
mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
7 Karena
kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan.
8 Mereka
menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka
dengan tinggi hati.
9 Mereka
membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
10 Sebab itu
orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang
berlimpah-limpah.
11 Dan mereka
berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang
Mahatinggi?"
12
Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan
senang selamanya!
13 Sia-sia sama
sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak
bersalah.
14 Namun
sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
15 Seandainya aku berkata: "Aku mau berkata-kata
seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan
anak-anakmu.
16 Tetapi ketika
aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
17 sampai aku
masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
18 Sesungguhnya
di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
19 Betapa
binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
20 Seperti
mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka
Kaupandang hina.
21 Ketika
hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
22 aku dungu
dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
23 Tetapi aku
tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
24 Dengan
nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam
kemuliaan.
25 Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi.
26 Sekalipun
dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah
selama-lamanya.
27 Sebab
sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua
orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
28 Tetapi aku,
aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH,
supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Pendahuluan
Saat dihubungi Pdt. Hery untuk menyampaikan
khotbah dengan tema “Sekalipun Banyak Kejahatan, Allah Tetaplah Raja” saya
bergumul luar biasa. Kemudian Pdt. Hery menghubungi saya kembali dan
membatalkannya, saya pun merasa lega. Namun tiba-tiba staf GKKK Mabes
menghubungi saya untuk mengingatkan agar saya menyampaikan khotbah dengan tema
tersebut pada tanggal tertentu, saya pun terkejut dan meminta agar hal ini ditanyakan
ke Pdt. Hery. Setelah dikonfirmasi oleh Pdt. Hery ternyata memang ada
kekeliruan. Ketika tema ini diberikan kepada saya, saya rasanya ingin marah-marah
dan berontak dalam hati. Tema ini gila! Saya berpikir, “Raja apa yang
menginginkan dan mengijinkan kejahatan ada di mana-mana, ketidakadilan
merajalela tetapi raja ini tidak bertindak mengatasinya atau menguranginya?”
Dari sudut pandangan saya, pernyataan bahwa “sekalipun banyak kejahatan,
ketidakadilan, ketidakbenaran Allah tetaplah Raja” adalah gila, absurb, tidak benar dan merupakan
penghinaan pada Allah yang maha kuasa , adil dan baik itu. Saya berpikir, “Raja
yang mengijinkan ketidakadilan dan kejahatan terjadi pastilah raja yang jahat
atau raja yang lemah.” Raja yang jahat karena bersekutu dengan kejahatan dan
memperoleh keuntungan dari kejahatan demi keuntungan pribadinya. Dalam sejarah memang
ada raja seperti ini. Atau raja yang lemah yang tidak bisa mengatasi kejahatan sehingga
konfrontasi dilakukan. Itulah yang saya pikirkan. Sebelumnya saya bergumul
dengan firmanNya dan memakai cara berpikir sendiri untuk mengatasi masalah,
persoalan, kebingungan dan kefrustasian saya. Lalu saya trust dan obey untuk
mencari tahu apa yang ingin Tuhan saya sampaikan kepada jemaat dengan tema ini
dan mempercayai firman Tuhan sanggup membawa saya kepada kebenaranNya lebih
utama daripada kebenaran saya sendiri. Lalu saya menemukan Mazmur 73.
3 Fase dalam Kehidupan Manusia
Yang terjadi dengan saya di atas
juga terjadi dengan Asaf (seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari bani
Gerson pada zaman raja Daud) yang mewakili semua orang yang beribadah kepada
Tuhan. Kita tidak mengerti mengapa life
is not fair. Asaf tidak mengerti mengapa hidup ini sangat tidak adil
sekali. Dan itulah kenyataan. Saat hidup itu tidak adil dan kita mulai merasakannya,
maka akan terjadi 3 fase dalam kehidupan manusia.
1.
Fase melihat kenyataan
Fase di mana kita melihat
fakta yang kita lihat dan rasakan, nyata terjadi dalam hidup kita dapat
dirasakan oleh indra kita. Hal ini bisa dilihat pada Mazmur 73: 2-12. Aku sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris
aku tergelincir (ayat 2). Pada fase pertama ini kita melihat keanehan bahwa
orang fasik, penipu, pembual, koruptor, penjahat, hidupnya berkalungkan kecongkakan,
berpakaian kejahatan dan mengata-ngatai dengan sangat jahatnya dan melukai begitu
hebatnya, melakukan pemerasan dan korupsi terang-terangan dan mulutnya berani terang-terangan
mengatakan apapun justru orangnya sehat , lancar, aman, kaya-raya dan senang
selama-lamanya. Melihat atau mendengarnya bisa membuat kita frustasi. Dan yang
menyedihkan adalah bukannya orang menjauh dari orang-orang seperti ini atau
menekan mereka dengan social pressure
tetapi orang malah mendekat, menjilat , membaik-baiki dan menyanjung orang
seperti ini. Hal ini bisa dibaca pada ayat 3-12 yang mengakibatkan betapa
frustasinya Asaf. Bahkan ada orang yang mengharapkan berkat dari orang-orang seperti ini dan bekerja pada mereka.
Kemarin saya baru menerima
pesan WA yang menceritakan tentang pergumulan batin seorang yang memiliki sebuah
pekerjaan baik yang dibangun dengan susah payah. Orang tuanya dalam
kemiskinannya bekerja habis-habisan untuk menyekolahkannya hingga berhasil lalu
ia pun bekerja sama dengan mitra bisnisnya. Mitra ini mengajaknya untuk makan
siang dan men-sharingkan ide-ide kotornya.
Idenya : ingin menjatuhkan dan menggagalkan Presiden Jokowi pada tahun 2019. Ia
sharing kan cara-caranya dan hatinya sangat bergumul karena dia tahu presiden
kita telah melakukan pekerjaan habis-habisan untuk rakyat , melakukan banyak
hal yang mulia, mengamankan banyak aset negara dan mensejahterakan kehidupan rakyat
kecil. Memang program-program yang dicanangkan pemerintah untuk sementara waktu
akan menyusahkan beberapa orang yang hidup dan bisnisnya telah mapan, apalagi
orang-orang yang melakukan bisnis kotor dan menyogok maka akan merasa bisnisnya
susah dalam era presiden yang jujur ini memerintah. Namun dalam jangka panjang
akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang
bersangkutan cara kotor ini bukan karena mitranya dari Singapore membenci Presiden
Jokowi tetapi mitra bisnis ini mengharapkan keuntungan yang terus-menerus
terjadi sehingga ia mulai berpikir bagaimana bersekongkol dengan pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan orang yang benar
ini. Orang yang mengirim pesan WA ini sangat bergumul dan ia sangat ingin
melakukan intervensi dan menasehati mitra bisnisnya ini. Tetapi ia sangat takut
kehilangan mitra bisinis tersebut karena ia sudah sangat bersusah payah
membangun bisnisnya dan ia teringat akan bagaimana susah payah orang tuanya
agar ia bisa mencapai posisi sekarang. Ia
tidak bisa berbuat apa-apa selain mendengar dan mengiyakan apa yang ia tolak
dalam hati.
Itulah fakta yang terjadi
dalam kehidupan nyata kita ini di bumi di mana ada pebisnis jahat, pemimpin
bodoh, pejabat kotor-korup, penjilat di tempat kerja namun mereka sehat, kaya,
lancar dan senang selamanya. Seperti air yang berlimpah-limpah di ayat 10 dan
12 Sebab itu orang-orang berbalik kepada
mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik:
mereka menambah harta benda dan senang selamanya!
2. Fase di mana
kita melihat diri kita dan melakukan.
Ayat 13-14. Sia-sia sama
sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak
bersalah. Namun sepanjang hari aku kena
tulah, dan kena hukum setiap pagi. Kita mulai melihat diri kita sangat
malang walaupun bukan teramat sangat malang. Sangat menyedihkan kena tulah dan
hukuman setiap hari. Padahal kita beribadah , jujur , memperhatikan hati yang
bersih, kelakuan baik, tidak menipu dan kita kerja keras. Alangkah menyakitkan
saat masuk ke fase kedua ini karena fase pertama bisa kita terima bila orang
yang culas, curang, jahat dan tidak benar itu berada dalam kondisi kaya-raya,
sehat, senang, aman selamanya, dengan catatan kita yang bekerja jujur , bekerja
keras dan baik juga mendapat kesenangan, kesehatan dan keamanan selamanya. Kita
bisa berkata,”Biarlah! Yang penting sama-sama untung.” Bila kita jujur , baik,
bersih dan beribadah namun seperti kena tulah dan hukuman setiap pagi, maka
akan amat sangat menyakitkan dan membuat kita terluka dan tidak bisa menerimanya.
3. Fase Sekalipun
Banyak Kejahatan, Allah Tetap Raja
Ayat 15-16. Seandainya aku berkata: "Aku mau
berkata-kata seperti itu," maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada
angkatan anak-anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu
menjadi kesulitan di mataku. Kita sulit mengerti. Kita bertanya kepada Tuhan
dan kita mempertanyakan Tuhan. Inilah fase yang dimaksudkan tema hari ini. Kita
akan mengalami kesulitan untuk mengerti hal ini. Bagaimana kita bisa melawan
paradoks yang terjadi dalam hidup ini? Kita tidak mengerti sama seperti yang
terjadi pada Asaf. Ada rasa bersalah ketika kita menyalahkan Tuhan. Ada rasa
frustasi, bingung, susah, cape , marah, tidak bisa menerima bercampur baur
dalam hati ini. Kita ingin mempertanyakan adakah Tuhan? Namun kadang kita
merasa bersalah dengan mempertanyakan hal itu karena kita sudah pernah
merasakan kebaikan Tuhan, kehadiran Tuhan dan kita tahu Tuhan itu ada. Maka
kita hanya bisa menyatakan seperti Asaf. Hal itu menjadi kesulitan bagiku. “Aku
rasanya telah berkhianat kepada angkatan anak-anaknya”. Hal inilah yang terjadi
pada banyak orang.
Ketika kita berada
di titik itu, akan ada 2 persimpangan yang terjadi, yang akan menentukan
langkah kita dan membuktikan siapa diri kita sebenarnya.
1. Menyerah
bukan berserah.
Kita akan mengatakan,”Sudahlah sampai di sini saja.
Aku kecewa dengan gereja karena berisikan orang-orang berdosa. Aku kecewa
kepada Tuhan karena Dia tidak menghentikan kejahatan. Sampai di sini saja aku
melayani Tuhan dan menutup diriku terhadap hal-hal yang berbau rohani.” Ini
yang terjadi di dalam kehidupan Charles Templeton (1915-2001). Dia seorang
hamba Tuhan (pendeta). Dia sangat terkenal oleh orang-orang Kristen Amerika di
tahun 1950an-1960an. Pelayanannya diliput oleh berbagai surat kabar dan majalah
terkemuka. Ia menggembalakan gereja terbesar di Toronto, Kanada. Ia memulai
pelayanannya dengan menyewa sebuah gedung yang ukurannya 3 kali lebih besar
dari gedung GKKK Mabes. Kapasitas tempat duduknya untuk 1.200 orang. Di minggu
pertama kebaktian, hanya 12 orang yang hadir (hanya 1 % dari 1.200 orang).
Baris pertama saja yang terisi (yang lain sepi). Tapi dalam waktu 6 bulan, gedung
tersebut tidak dapat menampung pengunjung yang hadir. Hanya dalam waktu 6 bulan!
Lalu terjadi sebuah insiden kebakaran sehingga gedung itu habis terbakar. Namun
setelah itu, gedung gereja yang lebih besar lagi dibangun. Jemaatnya terus
bertambah jumlahnya. Di saat pelayanannya sedang maju seperti itu ia mendirikan
Youth for Christ bersama penginjil
terkenal abad ini yaitu Pdt. Billy Graham (1918-2018). Kemampuannya yang luar
biasa adalah membawakan firman Tuhan. Ia kebanjiran undangan untuk membawakan
firman Tuhan di Amerika Utara. Namun seluruh jemaat di sana terguncang karena
ia meninggalkan jemaatnya dan menyangkal segala sesuatu yang pernah ia percayai
dan bahkan ia khotbahkan. Keraguan akan iman kristennya terjadi saat ia sedang
menanjak dan terjadi di puncaknya. Saat di Michigan setelah melayani ia punya
waktu kosong di tengah kepadatannya. Kemudian ia masuk ke ruang perpustakaan dan
membaca buku-buku anti Kristen yang dikarang oleh Thomas Paine, Bertrand
Russell, Robert Ingelson dan argumen-argumen yang yang mengoncang imannya
sehingga akhirnya ia berhenti berkhotbah dan membatalkan khotbah-khotbahnya selama
berminggu-minggu. Di persimpangan jalan yang hampir pecah itu, lalu ia bertemu
dengan majalah Life yang pada halaman depannya memuat foto wanita Afrika yang
kurus kering sedang menggendong bayinya sendiri yang meninggal dalam pelukannya
dengan wajah yang sangat sedih sambil menatap ke langit. Foto itu dimasukkan
wartawannya ke majalah Life karena kekeringan yang melanda Afrika. Ia kecewa
dengan Allah Pencipta yang Maha Kasih yang seharusnya menurunkan hujan tapi
tidak bertindak sesuai dengan diharapkan.
Banyak orang mengatakan bahwa ia telah murtad. Tapi
saya setuju dengan penulis Kristen terkenal yang menulis, “Dapatkah Charles
Templeteon disebut murtad? Dapatkan orang-orang yang kecewa dan meninggalkan
Allah disebut murtad? Bukankah hal itu justru menunjukkan mereka marah dan
meninggalkan Allah palsu yang dibangun dari idaman dan khayalan mereka sendiri?
Bukankah itu menyadarkan mereka bahwa ada Allah di dalam diri mereka yang mereka
bangun sedemikian rupa yang bukan berasal dari Alkitab yang hanya mencaplok 1
ayat , 1 ayat, 1 ayat dan menggabungkannya dan memasukkannya dalam otak dan
mengatakan bahwa seharusnya Allah seperti ini baru Dia itu Allah? Bahwa yang
menjadi Allah sesungguhnya adalah aku sendiri. Bukankah hal itu sudah jelas menunjukkan
yang menjadi Allah bukanlah Allah yang punya kehendak, pribadi, maksud yang kekal
, jauh dari keterbatasan si aku? Jika aku yang menjadi Allah, maka dalam
persimpangan itu, akan terjadi aku akan mulai mengambil dan mengendalikan
situasi. Aku kecewa, tidak mengerti, ragu dan aku meninggalkan (lepas).” Namun
jika Allah menjadi Allah maka yang akan
terjadi seperti Asaf yang tadi barusan kita baca pada ayat 15-17. “Aku bingung, aku merasa takut salah. Aku
tidak mengerti, aku ragu tetapi aku datang kepadaMu. Inilah yang membedakan
seorang di dalam persimpangan itu. Kenyataan yang Tuhan ijinkan terjadi akan memperlihatkan
siapa diri kita, apakah kita menyatakan,”Mengikut Yesus keputusanku, kutak
ingar, kutak ingkar” atau “Mengikut Yesus keputusanku asal sesuai harapanku”.
Saat saya berkhotbah saat ini dengan sangat hancur
hati, saya berdoa kepada Tuhan untuk GKI di Jl. Diponegoro, GPPS di Jl. Arjuno
, Gereja Santa Maria Tidak Bercela Ngagel yang dibom pagi ini dan korban yang
meninggal dunia dan terluka, saya berdoa dan berharap bahwa lewat khotbah ini
Allah membukakan sebuah kebenaran dari poin ke dua dan ketiga yang berikut ini.
2.
Asaf mencari
Tuhan dan tetap mengikut Tuhan di dalam ketidak-mengertian dan kebingungannya,
akhirnya ia mengganti cara pandang duniawinya dengan cara pandang surgawi.
Sangat
tidak mudah, tetapi itu yang dilakukan oleh Asaf. Walau kenyataan yang terjadi
tidak sesuai harapan, mengecewakan orang yang jahat, senang, gemuk, sehat, kuat
dan lancar, aku yang mempertahankan hati ku yang bersih kepada Allah seperti
kena hukuman setiap pagi, aku akan tetap diam di dekat Allah.
Ayat 21-26
21 Ketika hatiku merasa pahit dan buah
pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan
aku di dekat-Mu.
23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang
tangan kananku.
24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan
kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.
25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain
Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,
gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Apakah mudah? Saya jujur mengatakan tidak mudah.
Tetapi di persimpangan itulah kita akan tahu siapa diri kita. Perlu waktu,
perlu konsistensi, perlu persistensi, perlu setia , menunggu. Pekerjaan
menunggu adalah pekerjaan paling membosankan dan menakutkan, perlu taat dan
itulah hal-hal yang tidak dihargai dunia namun sangat dihargai oleh Allah dan
sorga. Kita baru saja merayakan hari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Sebelum itu
terjadi Yesus menyatakan dalam Yoh 14:1-4. Ia pergi ke sana (balik ke sorga) untuk
menyediakan tempat bagi saya dan anda. Setelah tersedia tempat bagi saya dan
anda, Dia akan datang kembali menjemput kita supaya di mana Dia berada kita
berada. Kita mengaku diri kita Kristen. Mungkin benar mungkin juga tidak.
Apakah kita memiliki iman untuk terus mempercayai Allah, di saat-saat Allah
tidak bekerja dan bertindak seperti yang kita mau dan kehendaki? Apakah kita
memiliki pengharapan di saat-saat yang sangat tidak pasti , membingungkan, menyesakkan dan menekan dada?
Apakah kita tetap memiliki kasih di saat dunia tampak suram dan tidak terlihat
indah? Apakah kita akan bernyanyi terus dan menyatakan “banyak hal tak kumengerti
akan masa yang datang. Namun terang bagiku ini, semua Tuhan yang pegang”.
3.
Perubahan dari “Tuhan
untuk aku” menjadi “aku untuk Tuhan”.
Ayat 17-28 Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari
pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan
Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada
Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat
menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Siapakah yang dapat mengubah kecintaan kita pada diri
kita sendiri? Hasrat, kemauan dan ego kita. Kita orang-orang berdosa yang
mencintai diri dan kehendak kita. Kita orang-orang yang menjadikan diri kita sebagai
ilah palsu yang tidak kita sadari. Siapa yang bisa mengubah cinta kita kepada diri
kita menjadi cinta, hasrat dan kehendak kepada Allah? Hanya Allah sendiri!
Lewat semua situasi dan keadaan, masalah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup
kita. Dia akan membuat kita mengerti apakah kita sedang menyembah Tuhan ataukah
kita sedang menyembah diri kita sendiri. Keadaan dan situasi yang Tuhan ijinkan
akan membukakan diri kita untuk mengerti siapa diri kita di hadapan Tuhan.
Berbahagialah kita bila di dalam persimpangan jalan dan ketidakmengertian kita,
tetap mencari Allah sampai kita menemukan diriNya adalah satu-satunya yang kita
inginkan lebih dari berhala lainnya, harta, kekayaan , kesehatan, perhatian ,
cinta, kesenangan, kemewahan atau kenikmatan. Sampai akhirnya kita bisa
menemukan diri kita memiliki satu kesimpulan yang sama dengan Asaf di ayat
pertama dan ayat terakhir. Sesungguhnya
Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya.
Tetapi aku , aku suka dekat kepada Allah. Aku menaruh perlindunganku kepada
Tuhan Allah supaya dapat menceritakan segala pekerjaanNya. Di persimpangan
itu akan menentukan akhir dari kesimpulan hidup kita. Apakah kita adalah orang
yang beriman, berpengharapan dan berkasih kekristenan yang sejati? Di
persimpangan itu, akan menentukan apakah kita sedang menyembah ilah yang palsu
yang hanya mau mengambil sebuah ayat yang mengatakan “Allah itu bagi saya
tempat perlindungan dan kekuatan. Sebagai penolong dalam kesesakan sangat
terbukti.” Bagaimana bila kesesakan itu cukup lama? Apakah kita akan tetap
mengatakan, “Allah itu bagi saya tempat perlindungan dan kekuatan”? sampai kita
melihat tangan Allah bekerja dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment