Ev. Thomy Matakupan
Tema
“Kedaulatan Allah” merupakan inti tentang Allah dan keberadaanNya. Tema ini ‘menakutkan’
sekali. Suka atau tidak, Allah memang berdaulat. Saat menyaksikan kedaulatan
Allah dalam realita kehidupan, banyak orang Kristen yang not well-prepared. Karena “Kedaulatan Allah” menyingkirkan semua
logika sehingga terkadang bisa
memunculkan keberatan dalam iman kita.
1 Tawarikh 29:11 Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan,
kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit
dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu
melebihi segala-galanya sebagai kepala. Pada
ayat tersebut ada bagian kalimat yang bersifat superlative (bersifat ‘ter’ atau
‘paling’ atau ‘mengatasi segala sesuatu’) : Engkau
yang ter-tinggi itu melebihi
segala-galanya berarti tidak ada sesuatu seperti ide, konsep , prinsip atau
apa pun yang melampaui Allah. Dia adalah the
Supreme Being (Dialah yang tertinggi dalam ketuhanan kekristenan).
Efesus 1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari
semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan
kehendak-Nya. Saya ingin
menggarisbawahi frase “sesuai dengan
kerelaan kehendak-Nya”. Dalam Alkitab berbahasa Inggris dikatakan according to the good pleasure of his will
atau according to his own will and
pleasure (sesuai dengan kehendak dan kesenanganNya). Ayat ini berbicara
dalam konteks Rasul Paulus menjelaskan tentang keselamatan. Ini setidaknya
menjelaskan tentang kedaulatan Allah sesuai dengan kehendak dan kesenanganNya. Dalam
bahasa sederhananya “seenakmu saja” (kalau gua mau begitu loe ada masalah?).
Itulah kedaulatan Allah. Allah tidak pernah mengangkat seorang manusia pun
untuk menjadi penasehatNya. Jadi jangan pernah mencoba memberi usulan karena bila
hal itu dilakukan maka kita merasa satu tingkat lebih baik dibanding Allah.
Suatu
kali setelah pulang dari gereja, kita melihat seorang ibu yang berpakaian lusuh
dengan tubuh yang berbalut kulit dan tulang. Tergerak oleh belas kasihan, kita
merasa iba lalu mengeluarkan dompet dan memberikan uang Rp 50.000. Sang ibu mengucapkan
terima kasih dan kita merasa senang. Lalu setelah melanjutkan perjalanan lagi,
kita bertemu dengan seorang pengemis muda yang berbadan sehat. Hati kita kembali
tergerak dan kemudian kita memberinya uang senilai Rp 2.000. Saat hendak
berlalu, Sang Pengemis muda itu memanggil kita dan bertanya,”Boleh tidak warna
uangnya sama dengan yang diberikan ke Ibu itu?” (=ia minta Rp 50.000 juga). Apa
reaksi kita? Maka kita langsung darah naik dan berkata,”Kalau tidak mau ya
kembalikan!”. Sang Pengemis muda membalasnya,”Pelit lu”. Apa yang membuat kita
tidak suka? Kebebasan memberikan uang di sini
merupakan kedaulatan pemberinya. Permintaan Sang Pengemis mengganggu
kedaulatan kita sehingga kita merasa tidak suka. Kita ingin memberi sesuai kehendak
sendiri (suka-suka sendiri) dan tidak boleh orang lain mengintervensinya. Aspek
kedaulatan acapkali menjadi masalah bagi banyak orang Kristen. Iman kita menghadapi
masalah, karena kita punya Allah yang berdaulat. Ia berkata, “Aku tidak perlu
nasehat , arahan atau belas kasihmu karena Aku bertindak sesuai dengan kehendak
dan kesenanganKu.” Jadi di sini kita masuk ke dalam hal yang paling esensi dari
keberadaan Allah. Seluruh sifat Allah tidak bertentangan satu dengan yang lain
dan sifat Allah adalah berdaulat. Allah adalah Allah yang berdaulat dan ini menimbulkan masalah yang besar sekali.
Defisini dan Pengertian.
Defisini : Allah
memiliki penguasaan penuh atas segala sesuatu di dalam ruang dan waktu (Dia
memiliki dan memerintah). Allah memiliki supremasi (ketuhanan dari Allah).
Supremasi Tuhan
(Ketuhanan - Tuhan)
1.
Pencipta -
Pemilik – Penguasa
2.
Penyebab –
Pengatur - Pelaksana
Daniel 4:35 – Mazmur
115:3 – 22:38 – 1 Tim. 6:15
Konsekuensi logis
konsep keberagaman
Dampak : Kestabilan hidup (iman)
Kenyataan : Konflik
– konsep dan realita
Ibrani 1:3 Ia adalah cahaya kemuliaan
Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya
yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia
duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi. Penulis kitab Ibrani mengatakan Yesus adalah cahaya
kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Ini tidak menjadi masalah bagi kita.
Dia mengerjakan penciptaan, menjadi pemilik dan penguasa, ini tidak menjadi
masalah. Tetapi mulai menjadi masalah saat bicara aspek kedua (dan menopang segala yang ada). Inilah
problema iman. Saat masuk aspek yang kedua (Allah sebagai penyebab – pengatur –
pelaksana) ini menjadi masalah. Ayub merupakan orang yang setia , tidak ada
yang seperti dia di kolong langit ini (Ini yang dikatakan Allah). Namun Allah
memberikan ijin ke iblis untuk mencobai Ayub. Logika iblis: kalau tidak dijaga
oleh Allah, maka dia akan mengutuki Allah. Allah pun mengijinkan iblis. Ayub sendiri
tidak tahu tentang perdebatan Allah dengan setan. Kalau Ayub tahu maka
perjalanan panjang ke belakang tidak terjadi. Ia akan berkata, “It’s a piece of cake”. Maka ia bertarung
dengan Allah setelah bertarung dengan ketiga sahabatnya dan berkata aku benar.
Ia sampai berkata,”Sialan kamu semuanya!” kepada teman-temannya. Allah pun
berbicara ke tiga temannya itu, “Kamu sudah salah berkata tentang Aku.” Tetapi sudah
terlanjur. Ayub sudah bertarung habis-habisan sampai berdarah-darah dan capai
semuanya hingga Ayub akhirnya berdiri sebagai seorang pemenang. Walau ia
dituduh ini-itu tetapi Ayub bisa membuktikan dan mengalahkan temannya. Siapa
lagi yang bisa kalahkan dia (yang menjadi lawannya)? Tapi ada Allah dan ia
berkata kepada Allah,”Tolong kasih tahu, siapa yang bertanggung jawab atas
situasi yang terjadi pada saya saat ini.” Lalu dalam beberapa pasal terakhir,
Allah berdiri dan menjawab tantangan Ayub, “Aku yang bertanggung jawab. Kamu
mau apa? Aku penyebab di belakang semua ini.” Waktu Ayub menaklukkan ketiga
temannya, “Sing ada lawan” tetapi waktu ada Allah,”Ups , ada lawan” Ia dengan
muka merah dan berduka lalu menarik semua perkataannya dan menaruh debu saat
bertemu dengan supremacy of court.
Suatu
kali dalam perjalanan setelah melakukan serangkaian pelayanan, saya berada di
pesawat dan merasa letih. Tempat duduk saya di samping jendela. Ada seorang gadis
yang duduk di lorong asyik dengan gawainya. Lalu seorang ibu datang dan duduk
di tengah. Karena keletihan saya tidak memperhatikan kedua teman duduk ini.
Lalu saya mendengar ibu di sebelah berkata,”Matikan!” Rupanya perkataan itu
ditujukan ke gadis di sebelahnya. Karena diabaikan, lalu Sang Ibu berteriak,’Saya
berkata,matikan! Matikan! Sehingga ribut” Saya jadi terkejut dan ingin tahu ada
apa. Ibu itu berkata,”Matikan itu HP mu!”. Gadis itu masih bermain HP di dalam
tas Dora-emon nya. Padahal pesawat sedang take-off
dan sudah diumumkan untuk mematikan HP karena sinyal pesawat bisa menyebabkan pesawat
mengalami masalah bahkan akhirnya meledak. Namun yang mengherankan adalah
reaksi gadis itu. Gadis itu kemudian membalas dengan muka ketus,”Who do you think you are, stupid!” Hari
itu menjadi masalah bagi saya. Saya yang mendengarnya merasa mendidih. Saya
ingin berkata kepada gadis itu,”Kamu tidak makan bangku sekolah? Tidak sopan
sekali dengan orang tua!” Rasanya saya ingin mencekik dan melempar keluar anak
tersebut. Saya merasa kesal dengan anak tersebut yang tidak sopan dan kurang
ajar. Selama perjalanan saya berpikir. Mungkin banyak kali saya mengeluh ke
Tuhan dan jawaban nya mungkin seperti itu,”Who
doy you think you are talk to me like that, stupid!” Itu kedaulatan Allah. Tuhan
mendengar. Ia yang menentukan kapan dan di mana,”I’ll be there!”. Hati-hati menantang dan mengajukan keberatan pada
Tuhan. Ia mendengar dan menjawab,”Di mana dan kapan Aku akan datang!” Ini
menakutkan. Kita memang bodoh. Kita memilih mendekati Tuhan seperti apa?
Berbicara, mengatur dan dalam hidup kita menjumpai hal yang tidak sesuai dengan
kedaulatan Allah. Kita masuk ke forbidden
area. Kalau kita tidak merasa takut, maka kita akan dibawa masuk ke area
itu dan Ia berkata, “Kamu mau apa?”
Terjadi
konflik terkait Allah antara pikiran kita yang berharap bukan Allah yang
kerjakan dengan realita yang terjadi. Padahal Allah katakan, “Aku yang mengerjakan”
seperti yang dikatakan pada beberapa ayat tentang kedaulatan Allah. Jangan
tantang Allah karena Ia akan menjawabnya. Pernah ada yang berdoa dan bertanya
kepada Tuhan,”Mengapa?”. Mengapa dalam doa kita bertanya,”Mengapa?” Ini
pertanyaan esensi. Ada yang mengajukan pertanyaan itu karena : penasaran, kecewa,
gelisah, tidak tahu ke depannya seperti apa, takut kualat dll.” Seolah-olah
kita berkata, “Allah, Engkau memang bijaksana tetapi untuk hal ini Engkau tidak
bijaksana! Engkau mengatur semuanya untuk menyatakan kemulianMu, tetapi dalam
hal yang terjadi dalam diri saya, Engkau kurang bijaksana. Mengapa itu terjadi?”
Maka hati-hati bertanya pada Tuhan : “Mengapa?” Namun apakah kita tidak boleh
bertanya kepada Tuhan? Banyak ayat suci yang bertanya pada Tuhan dan Tuhan menjawab. Tapi ada juga yang tidak
boleh ditanya karena menyinggung kedaulatan Allah. Kita boleh bertanya dengan
prinsip,”kita puas” kalau tidak maka kita tidak puas hati dan Tuhan berkata,”Aku
penyebabnya, lalu kamu mau apa?”. Kita sedang berada di holliest place of Lord. Allah memperbaikinya dengan sempurna. Kalau
tidak, kita tidak menemukan kestabilan hidup dan akan konflik terus. Realita
dan ide dua hal yang berbeda. Allah tidak terganggu dengan kesusahanmu terhadap
Dia. Dia tidak bisa diubah. Kalau bisa berarti manusia lebih tinggi dari Allah.
Dalam
buku “The Knowledge of The Holy” (1961) , A.W. Tozer mengatakan,”Pemikiran
terbesar manusia adalah sewaktu memikirkan tentang Allah. Tetapi mengapa gereja
Tuhan memikirkan Allah dengan cara yang tidak patut dan tidak benar?” Konsep
ini masuk dan mengambil alih pekerjaan Allah. Kelihatannya rohani sekali,
tetapi kesimpulannya : jiwanya tidak puas. Maka engkau akan merasa tidak
mengerti di sana. Kalau jiwanya Tuhan aku tidak mengerti maka berikanlah aku
kekuatan untuk berdamai dengan fakta itu. Itu kedaulatan Allah. Kalau tidak
kita akan terus gelisah, kecewa dan takut karena belum berdamai tentang konsep
ini. Saat manusia bertemu dengan kedaulatan Allah, mengapa Allah membiarkannya
berjalan terus menerus? Untuk apa? Ada 1 tujuan, Allah ingin mengajarkan suatu
konsep yang beranjak dari pengalaman kita. Allah ingin mengajarkan kehormatan,
kemahakuasaan, kemutlakan, kedaulatan, kemahatahuanNya walau bisa menimbulkan
konflik dalam diri manusia. Karena belas kasihan, kita berharap Allah berempati
pada masalah kita dan kita berharap Allah memberikan belas kasihanNya pada kita.
Semua itu Allah sudah pikirkan dan berikan semuanya. Tuhan mengapa kita begini?
Betul, Tuhan tahu dan sudah kasih semua. Perhatian, belas kasihan, topangan
sudah Allah berikan semuanya. Tetapi Ia mau mengajar dan menata iman kita untuk
memberikan penghormatan kepadaNya. Ada sebuah lagu (Tuhan Mau Sertai Hamba) yang
sangat saya sukai dan mempengaruhi iman saya. Liriknya : Tuhan sertailah hamba , kalau tidak kusesat. Sama-sama dengan Tuhan baru
langkahlah ku tepat. Maka jiwaku teduh. Pada jalan dan lebuh. Dengan tidak lagi
tanya lagi, aku iring Tuhanku. “Dengan tidak lagi tanya” berarti tutup
mulut karena semua sudah Tuhan kasih. Tuhan mau ajar kita hormati DIa! Itu
aspek penting. Penghormatan! Dan pengakuan bahwa Dialah penguasa dan Dia telah memberikan
segala sesuatu.
Tadi
pagi saya berkhotbah tentang jemaat di Pergamum yang baik . Ada seorang percaya
bernama Antipas. Kita tidak pernah tahu secara rinci siapa dia tetapi
kemungkinan Ia pemimpin jemaat di Pergamum. Wahyu
2:13 : Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan
engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku,
juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di
hadapan kamu, di mana Iblis diam. Antipas seorang pribadi yang mewakili
jemaat di Pergamum. Mengapa dia dibunuh? Tuhan berkata,”Aku tahu kesetiaanmu
dan berdiam di tahta tempat takhta iblis.” Yang dimaksud tempat takhta iblis
adalah sebuah kota yang dikelilingi dengan banyak kuil di kota itu sangat
rohani sekali. Penduduknya beribadah pada dewa Zeus dan menganggap Kaisar sebagai
tuhan tetapi Antipas setia tidak menyangkal nama Tuhan. Ia datang ke pengadilan
dan dipaksa menyangkal nama Tuhan, ujungnya ia mati karena dibakar hidup-hidup.
Tuhan tidak memberi rincian bagaimana kehidupan Antipas dalam mempertahankan
imannya. Tuhan lewati semuanya dan hanya mengatakan, “ia setia dan tidak
menyangkal namaKu”.
Konsep modern
Konflik konsep :
Konteks hidup jadi penentu
1. 1.
Penghormatan
& Belas kasihan
2. 2 .Penguasa yang
dikenadlikan
3. 3.
Berdaulat tetapi
tunduk
4.
4. Kemahatahuan dan keluputan
Penguasaan tentang
bagaimana tunduk di hadapanNya dan Dia tidak pernah salah, Dia tahu segala
sesuatu dan mengontrol segala sesuatunya.
Rangkum Pikiran
Kedaulatan Allah =
Hak Allah : bersifat mutlak – tidak bersalah dan tidak terbatas.
1.
1. Melayani tujuan /
kemauan Allah
2.
2. Tertutup terhadap
semua intervensi manusia
3.
3. Berada di atas
semua hukum apapun
4.
4. Bagi kemuliaan
Allah semata
Penting! Allah
tidak..
1.
1. Berhutang apapun
2.
2. Berkewajiban
apapun
3.
3. Betanggung jawab
kepada siapapun
Bila menerimanya,
hidup kita akan berdamai dengan Allah.
Suatu
kali saya berjalan di pelataran sebuah rumah sakit untuk membesuk seorang jemaat
di Surabaya yang terkena kanker pankreas stadium 4. Selama perjalanan saya
berpikir,”Tuhan saya mau bicara apa?” Saya pikir ingin berbicara dan memberi
penghiburan. Saya berjalan dan merasa susah hati. Saat itu saya merasa enggan
dan tidak lama kemudian saya tiba di kamar rumah sakit tempat jemaat itu
terbaring. Ia terbaring dengan perut besar dan dibungkus selimut batik. Begitu dia melihat saya, ia berkata,“Pak Thomy
datang. Sini Pak! Pak Tommy saya tidak apa-apa” Apanya tidak apa-apa? Saya
merasa kerasnya perut itu namun ia berkata tidak apa-apa. Lalu ia bercerita
ngalor-ngidul tentang orang-orang dan muridnya yang datang membesuknya. Rupanya
ia mantan guru. Ah klasik. Walaupun tidak mengatakan salah. Sebagai pendeta ,
saya berusaha mengumpulkan opsi yang muncul. Saya bertanya,”Apakah ada second opinion?”. Dia menjawab,”Saya
sudah membaca semua nya.” Saya teringat ia
memang mantan kepala perawat. Ia sudah melihat semuanya. Rupanya ia sudah
sampai opini ke sebelas-dua belas. Waktu saya datang, itu hari Rabu. Dia
berkata,”Saya mungkin tidak lewat hari Minggu, kalau saya kuat hari Senin saya sudah
‘pulang’”. Setelah melewati pembicaraan lagi dan selesai membesuknya saya
pulang. Di tengah panas terik saya terdiam, seolah Tuhan berkata,”You don’t have to speak anything. Just
listen to your Master” Kamu tidak perlu bicara apapun juga, cukup dengarkan
apa yang dikatakan Tuanmu. Saya berdoa, “Tuhan kalau bukan ibadah tutup peti, ijinkan
saya memimpin kebaktian pemakamannya.” Senin pagi pk 4.05 sebuah SMS masuk. SMS
itu dari salah satu anaknya yang menyampaikan mama tadi pagi sudah pulang. Di
kebaktian pemakaman saya berdiri dan berkata,”She is the master in my life” Ia sudah berdamai. Mukanya sumringah.
Ia sudah berdamai dengan kedaulatan Allah. Allah tidak perlu berhutang apa-apa.
Kalau berhutang maka ia akan menuntut ke Allah untuk membayar hutangnya.
Contoh lain :
Ada
seorang jemaat di Jakarta. Ia bernyanyi dengan baik sekali. Ia juga terkena
kanker. Ia dibawa ke rumah sakit karena tiba-tiba tangannya seperti lumpuh. Ia
sudah pernah berobat di Singapore dan kemana-mana dan pada akhirnya separuh
tangannya tidak bisa digerakkan. Saya membesuknya dengan istri. Ia dari jauh
berteriak dan memanggil. Saya membuka pembicaraaan, tapi selanjutnya saya hanya
memperhatikan pembicaraan dia dengan istri saya dan rekan-rekan lain yang
menyertai. Ia berkata,”Aku berdoa ke Tuhan. Tuhan kalau tanganku ini sudah tidak
bisa digerakkan lagi dan bermain , satu yang saya minta, tolong jangan ambil
suaraku. Karena dengan suara itu aku bisa bernyanyi dan memuliakan Tuhan.” Saya
berusaha tidak menangis. Saya berkata,”Ibu boleh ya perkataan Ibu saya kutip
dalam pelayanan saya?” untuk meminta ijin. “Silahkan!” Lalu ia mulai sedikit
sehat. Hari itu saya pelayanan di luar, beberapa rekan yang ada di gereja
merekam sebuah paduan suara dari keluarga. Ia salah satunya yang bernyanyi di kursi roda. Melihatnya
saya mengucurkan air mata saya. Waktu bertemu saya menahan tangis. Saya berdoa,
“Tuhan berikanlah anugerahMu padanya.” Saya teringat perkataannya,“Kalau
tanganku tidak bisa main, jangan suaraku.” Waktu ia meninggal saya
berkata,”Satu ‘slot’ untuk saya. Saya berkhotbah tentang orang yang sudah
berdamai dengan Tuhan!” Itulah contoh. Kalau sudah berdamai dengan Tuhan maka
semuanya akan tenang. Susah? Ya, tetapi bisa! Tuhan tidak punya kewajiban
apapun. Kadang kita (sok) berempati pada Tuhan.
Pernah
juga saya mengunjungi tetangga yang salah seorang anaknya sedang menangis
menahan sakit. Rupanya ada tumor di otaknya dengan stadium 4. Kalau saya Tuhan,
saya akan masuk dan mencabut tumornya lalu main di taman bersamanya. Tetapi
saya malu hati sekali. Kadang saya lebih berempati daripada Tuhan. Saya malu.
Mengapa demikian? Sebuah pukulan telak yang Tuhan berikan kepada saya. God lost nothing. He is no responsible for
no one. Kalau sudah bisa ‘melepaskan’, damai sejahtera melingkupi kita. Ini
realita yang harus dihadapi kalau punya Allah seperti itu. Mau percaya Allah
seperti ini ? You have no choice. Don’t
negotiate with Him. Kita hanya bisa taat. Jangan coba bernegosiasi
denganNya. Dan akhirnya kita akan berkata,”You
are so good to me!” Masih mau percaya? You
have no choice. Saya harus mengatakan hal ini walau tidak enak. Kalau mengetahui
hal ini kita menjadi takut, berarti kita sudah ada di jalan yang benar (you are in the right track)! Bertemu
Tuhan memang takut. Ia punya segala sesuatu. Saya tidak mau menyinggung aspek teknis
tentang apa itu kedaulatan Allah karena sudah banyak di buku teologi. Kita akan
bicara tentang realitasnya untuk menghadapi Allah yang demikian.
Berikutnya
lebih ngeri karena dikatakan, seperti yang dikatakan pada Perjanjian Lama“Engkau
Allah yang menakutkan!” (Keluaran 15:11). Allah dengan seluruh keberadaanNya
sungguh menakutkan. Ia menakutkan tapi juga penuh belas kasih. Saat berpikir
tentang Allah janganlah kita berpikir secara
partial (Allah yang kasih, adil, cemburu dll). Kalau berpikir partial maka kita
akan sulit karena seluruh sifat Allah tidak konflik (semua terintegrasi menjadi
satu). Kalau berpikir partial maka kita akan mengatakan,”Tuhan Engkau baik
tetapi kurang adil atau Engkau maha murah tapi kurang kasih.” Jangan sampai
Allah berkata,”Engkau salah berpikir tentang Saya” atau “Engkau salah bersaksi
tentang Saya!”.
Point pemahaman
a.
Kedaulatan Allah
menyatakan seluruh keberadaan (atribut) Tuhan sendiri.
Kuasa dan
kehendak. Karena Allah berkuasa maka kehendakNya akan dijalankan. Kehendak
Allah ditopang oleh kemahakuasaanNya. Allah kita ada Allah yang mau punya mau.
Kalau Dia sudah mau , maka itulah yang akan terjadi.
Perhatikan
:
1.
Seakan tidak
aktif/ tidak terlihat / tidak berdampak.
2.
Tindakan di dalam
waktu Allah sendiri
3.
Tujuan :
menyatakan dominasi Allah atas semua allah lain
4.
Mesir – Laut Merah
– padang gurun -tanah perjanjian
Apa yang Allah mau tidak bisa diubah, itu menunjukkan
Allah yang sempurna. Itu mau yang Allah mau, maka mau yang lain harus digeser. Kuasa
dari Allah seakan-akan tidak terlihat, tidak aktif dan tidak berdampak.
Tindakan Allah itu adalah tindakan di dalam waktu Allah sendiri dan hal ini
menunjukkan dominasi Allah terhadap yang lain. Contoh : cerita tentang Musa di Mesir.
Orang Israel perlu menata ulang dalam
mereka percaya kepada Allah. Waktu Musa masih ada di sana, ia berusaha menjadi seorang
juruselamat. Ia bertindak bukan dalam waktunya Tuhan. Ia cukup kaget melihat aksi
temannya setelah ia membunuh orang Mesir. Temannya berkata,”Siapa yang
mengangkat kamu menjadi pemimpin atas kami?” Musa merasa terluka sekali. Ditambah
lagi dari mulut Firaun keluar kalimat,”Tangkap Musa! Hidup atau mati! Masukkan dia
dalam DPO. Cari dia!” Karena takut maka ia lari dan memulai sebuah perjalanan panjang.
Ia berada selama 40 tahun di padang gurun lalu bertemu dengan Allah. Allah
minta ia kembali ke Mesir dan saat bertemu dengan Firaun katakan,“Let my people go”. Apakah itu tidak
salah? 40 tahun kedua, Musa harus bertemu dan berbicara dengan Firaun yang memerintahkan untuk menangkap Musa. Jadi tuntutannya
tiga lapis yakni pulang ke Mesir sehingga ia ketakutan sendiri lalu diminta
untuk bertemu dengan Firaun dan mengatakan,”Lepaskan umatKu!”. Kalau hanya
balik ke Mesir secara diam-diam dan membuat gerakan diam-diam bisa dilakukan Musa
tetapi Tuhan ingin ia betemu dengan Firaun. Bagi seorang Musa ini pengalaman
yang menakutkan. Perjalanan dengan Tuhan menakutkan, kadang kita terkapar di
sana dan berkata,”Tuhan tolong!”. Di sana saya teringat perkataan pemazmur,”apabila ia jatuh, tidaklah sampai
tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya”. (Maz 37:24)
Saya menonton film Prince of Egypt (1998) dengan suka cita.
Selama 430 tahun seakan Tuhan tidak mendengar seruan orang Israel (Di mana
Tuhan? Di mana Tuhan? Seakan Tuhan tidak mendengar padahal Dia mendengar karena
sepertinya tidak aktif, tidak terlihat dan tidak berdampak apa pun juga). Namun
kenyataannya, God always control .
Itulah yang dikatakan Allah kepada Musa,”Aku mendengar keluhan umatKu”. Tuhan
mendengarnya dan mengutus Musa untuk membawa jemaat Tuhan pulang. Itu
memindahkan masalah. Apa yang ditanggung satu bangsa sekarang ditanggung satu
orang (Musa). Ini hal yang gila. Ia berjalan di depan. Ia berkata,”God, what should I do?” Ngeri sekali.
Hidup suatu bangsa di tangan satu orang walau sebenarnya Tuhan yang akan
menanggungnya. Diawalnya jemaat Tuhan merasa senang, seperti hidup Kristen pada
awalnya senang karena waktu itu mereka belum bertemu dengan realita. Kemudian
mereka menyadari bahwa di Mesir mereka makan roti, dan di sini tidak pernah
makan roti. Lalu hal ini disampaikan ke Musa yang kemudian melapor kepada
Tuhan. “Tuhan mereka minta roti”. “Baik besok Saya kirim roti” jawab Tuhan.
Lalu mereka berjalan lagi dan kembali mereka mengeluh,”Dulu di Mesir kita makan
daging sekarang tidak.” Lalu Musa berkata lagi kepada Tuhan,”Tuhan, Mereka
minta daging” Tuhan pun mengirim daging. Pada siang hari di padang gurun cuacanya
panas terik sehingga mereka dipimpin oleh tiang awan. Ketika malam, mereka
dipimpin tiang api. Jadi Tuhanlah yang berjalan di depan. Pertanyaannya : kapan
perubahan tiang awan menjadi tiang api? Dari tiang awan ke tiang api, kapan
apinya dinyalakan dan awannya hilang? Api itu muncul pada malam hari dan di pagi
hari api redup dan awan muncul lagi. Api seakan-akan muncul lagi dengan tiba-tiba.
Penjelasannya, di dalam tiang awan di situ ada tiang api. Saat siang hari
suasananya terang, sehingga api kalah dengan sinar terang, tapi waktu redup,
awan menjadi buram dan api keluar. Api Tuhan berasal dari Tuhan. Hadirnya Tuhan
berlapis., tidak terlihat tapi aktif. Pada waktu tidak kelihatan , Ia muncul
dengan cara lain. Tuhan memiliki humor yang tinggi. Orang yang awalnya berlinang air mata akan
muncul dengan sorak sorai karena melihat kehadiran Tuhan. Sepertinya Tuhan
tidak aktif, tidak terlihat dan tidak berdammpak apa-apa, tetapi Dia ada. Dia
bisa pakai orang yang tidak percaya untuk membuat orang percaya pada Tuhan.
Pasti bisa, kalau tidak Dia tidak berdaulat.
Seorang anak di Surabaya
bertumbuh dengan kelemahan fisik. Tulangnya terus bertumbuh dan berkali-kali
harus dioperasi untuk dipotong tulangnya. Saya dikirimi foto anak tersebut yang
begitu mungil. Mengapa kita berempati padanya? Hidupnya keluar masuk ruang
operasi. Suatu kali saya bertanya kepadanya.”Sakit tidak sih?” Dia
berkata,”Sudah biasa, keluar masuk rumah sakit” Lalu mamanya mendengar ada
pendeta spesialis penyembuhan datang ke Surabaya dan ia berharap pendeta ini dapat
menyembuhkan penyakit anak2nya. Suaminya yang belum percaya berkata,”Kamu jangan
bawa ke pendeta itu, nanti imanmu makin rusak!” Saya terdiam mendengarnya karena
kalimat itu mengajarkan sesuatu. Ia mungkin tidak bisa mendefisinikan
kedaulatan Allah , tetapi betul Allah hadir dalam kedaulatanNya. Kalau Allah
memberikan segalaNya, itu bisa merusak iman. Waktu Allah mengasihi dan
mengajarkan Musa di padang gurun. Setelah orang Israel berada selama 430 tahun
di tanah Mesir, Allah menata ulang dan berkata, “Aku akan menjadi allahmu dan
engkau menjadi umatKu.” Allah menunjukkan hal itu. Allah menunjukkan murkanya.
Suatu kali Musa dan Harun berdiri di hadapan Allah karena Israel baru saja melakukan
sesuatu yang melukai hati Allah. Allah begitu murka dan berkata,”Besok Aku akan
bertemu kalian.” Harun berdiri di hadapan Allah dan berkata,”Tuhan tolong
jangan murka kepada mereka. Tolong Tuhan, jangan hukum mereka. Bila Engkau
tetap menghukum mereka, maka biarlah murkamu lebih dulu menghantam segala kemah
itu.” “Harun minggir kamu!” kata Allah . Mengerikan , Dialah api yang
menghanguskan. Rasul Paulus pernah berkata,”Kalau boleh hapus namaku dalam buku
kehidupan, tetapi catat nama mereka dalam buku kehidupan.”
Berdamailah! Kamu kalau
lawan Dia, silahkan! Tetapi kamu pasti kalah! Kecewa dan lari dariNya monggo. Yang
pernah lari dari Tuhan adalah Nabi Yunus. Ia kecewa kepada Tuhan,”Masa mereka (=orang
Niniwe) mendapat kasihan Tuhan? Kalau boleh hapus mereka!” Tetapi Tuhan
berkata,”Tidak. Aku mengasihi Niniwe!”. Yunus menyiapkan pelarian dengan baik,
naik kapal dan mencoba jauh dari hadapan Tuhan. Ia lari dari maunya Tuhan.
Tetapi Tuhan tidak tinggal di belakang. Ia lari di samping kita walau kita tidak melihatNya. Saat berhenti Dia bertanya, “Apakah kamu sudah
capai? Ayo berhenti! Aku menggendongmu.” Mau lari dari hadapan Tuhan? Silahkan.
Kalau melakukannya, kita tidak akan pernah sampai pada tujuan pelayanannya. Lalu
Tuhan mengirim ikan. Yunus berdoa puasa di dalam perut ikan. Dalam sebuah gambar
karikatur, ada Yunus keluar dari mulut ikan sambil memegang perkamen peta
Niniwe bertuliskan,”You are here”.
Tuhan memiliki humor yang tinggi, sehingga ditulis dalam karikatur tersebut,”Jemput
dan bawa pulang.” Tuhan tidak pernah membiarkan orang tersesat di dalam
pengertian di hadapan Tuhan. Allah tidak akan membiarkan diriNya tanpa
kesaksian. Padang gurun 40 tahun itu pelajaran doktrin Allah untuk Musa dan seluruh
orang Israel. Bagaimana mereka coba mempercayai Allah memimpin dan tunduk sampai
Allah membawa mereka masuk ke tanah perjanjian.
Tanya Jawab
1.
Allah tidak
pernah mengubah rencana. Tapi manusia punya free
will, apakah mungkin Allah mengubah rencana Nya (dari A ke B)sesuai dengan
free will (kemauan manusia)?
Kalau
Allah berubah karena kemauan manusia, maka berarti manusia lebih tinggi dari
Allah.
2.
Paman saya kena
kanker, perutnya buncit, tiba-tiba banyak orang berkata untuk pergi ke dukun.
Tapi ia menolak dan meninggal dalam kondisi seperti itu. Ia meninggalkan istri
dan anaknya lalu mereka pergi ke kampung. Apakah hal yang manusiawi mereka
bertanya mengapa begitu? Apakah salah bertanya seperti itu?
Itu
sangat manusiawi. Kalau mau bertanya mengapa, maka pertama-tama kita bertanya,
“mengapa bertanya mengapa”. Ini untuk menguji motif kita. Kalau mempertahankan hal
keberatan, ketidaksukaan dan ketidakpuasan, dan memaksa Allah mengubahnya maka
kita tidak akan mendapat jawaban apa-apa. Tetapi kalau kita berkata,”Tuhan
kalau Engkau menjelaskan kepadaku, aku akan menerima.” Tuhan panjang sabar dan
kasih setia, Dia akan memberitahu kita mengapa Ia melakukannya. Tapi jawabanNya
adalah bagaimana kita submit (tunduk)
kepadaNya. Ia tidak memilki kewajiban apa-apa. Ia betul-betul menyediakan
tempat suci di mana manusia bertanya kepadaNya.
Carl Marx
(1818-1883) mengatakan agama itu candu karena saat manusia menerima Dia, itu
hal yang baik terjadi padanya. Pendapat Carl Marx ini sangat kurang tepat. Sigmund
Freud (1856-1939) mengatakan agama adalah konsumsinya orang sakit jiwa karena
ia tidak suka dengan agama. Tetapi dalam diri yang terdalam, mereka membutuhkan
Allah walau tidak suka Allah seperti itu sehingga mereka menciptakan
kesempurnaan dan mereka mencoba menaruh imannya di sini. Sehingga dikatakan,”Allah
mentertawakan penguasa dan kesempurnaan seperti itu.” Ini bukan ide Allah. Ide
itu adalah bayang-bayang Allah yang diciptakan mereka. Forteir mengatakan
‘Celaka aku’. Ketika seseorang datang menginjilinya, dia berkata,”Tidak tepat
saat ini kita saling bermusuhan’ Ia tidak suka kalau harus tunduk
kepadaNya. Allah datang kepada kita agar
kita tunduk kepadaNya. Apakah Dia mau berkati atau tidak , itu terserah Allah.
Point-nya,
Dia sebagai sumber otoritas. Dia the
first one in our lives. Bila kita tidak suka dengan seseorang, jangan pakai
alasan atau hal-hal rohani untuk menolaknya. Kalau mau menikah dengan tujuan
bahagia, maka itu salah. Tidak akan temukan kebahagian karena pasangan kita bukan
untuk memberikan kebahagiaan (pasangan kita adalah orang yang berbeda sampai
ujung dunia mana pun tidak akan pernah sama). Jadi jangan menikah dengan tujuan
membahagiakan karena akan kecewa tetapi berjuang untuk kesatuan Kristus dan
jemaat dengan setia. Sehingga seperti yang dikatakan pada Mazmur 23, kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti engkau sepanjang umurmu.
No comments:
Post a Comment