Pdt. Hery Kwok
Matius 26:30 Sesudah
menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit
Zaitun.
Mazmur 136:1-26
1 Bersyukurlah kepada
TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
2 Bersyukurlah kepada
Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
3 Bersyukurlah kepada
Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
4 Kepada Dia yang
seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya.
5 Kepada Dia yang
menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
6 Kepada Dia yang menghamparkan
bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
7 Kepada Dia yang
menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya.
8 Matahari untuk
menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
9 Bulan dan
bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
10 Kepada Dia yang
memukul mati anak-anak sulung Mesir; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
11 Dan membawa Israel
keluar dari tengah-tengah mereka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
12 Dengan tangan yang
kuat dan dengan lengan yang teracung! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
13 Kepada Dia yang
membelah Laut Teberau menjadi dua belahan; bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya.
14 Dan menyeberangkan
Israel dari tengah-tengahnya; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
15 Dan mencampakkan
Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
16 Kepada Dia yang
memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
17 Kepada Dia yang
memukul kalah raja-raja yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
18 Dan membunuh
raja-raja yang mulia; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
19 Sihon, raja orang
Amori; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
20 Dan Og, raja negeri
Basan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
21 Dan memberikan
tanah mereka menjadi milik pusaka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
22 Milik pusaka kepada
Israel, hamba-Nya! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
23 Dia yang mengingat
kita dalam kerendahan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
24 Dan membebaskan
kita dari pada para lawan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya.
25 Dia yang memberikan
roti kepada segala makhluk; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
26 Bersyukurlah kepada
Allah semesta langit! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Pendahuluan
Pada kitab Mazmur pasal 136 dari ayat 1-26 penulisnya berulang-ulang mengatakan
“Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”. Hal ini berarti pemazmur tersebut
ingin menekankan pada orang-orang yang mendengar madah (pujian) saat itu dan
orang-orang percaya saat ini bahwa kasih setia Allah untuk selama-lamanya. Mungkin
kita seringkali menemui kesulitan dalam memahami arti “selama-lamanya”, karena
di dalam dunia yang fana ini kita memiliki keterbatasan (limitasi). Contoh : dalam
menjalani bahtera kehidupan rumah tangga suatu kali pasangan suami-istri yang
pada awalnya mengalami kebahagian, menemukan bahwa kebahagian itu sifatnya sementara dan kemudian
hilang baik karena pasangannya meninggal atau tidak setia. Di sini sang suami
atau istri sulit menemukan pengertian “selama-lamanya”. Padahal sewaktu mengikrarkan
janji pernikahan, mereka telah mengatakan, ““Saya mengambil engaku menjadi
istri/suami saya untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai
selama-lamanya; pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun
kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan
menghargai, sampai maut memisahkan kita sesuai dengan hukum Allah yang kudus,
dan inilah janji setiaku yang tulus”. Namun faktanya istilah “selama-lamanya”
seringkali sulit ditemukan dalam perjalanan hidup pernikahan sehingga kita terkadang
sulit memahami arti “selama-lamanya” seperti yang diungkapkan oleh pemazmur
tersebut.
Mengukur Kasih Setia Tuhan
Saat ada yang menanyakan apakah
kasih setia Tuhan benar-benar kita rasakan berarti kita sedang mengukur atau menanyakan
alasan kasih setia Allah. Seringkali kita mengukur kasih setia Allah
berdasarkan hal-hal yang positif, meng-enak-kan dan menggembirakan. Saat itu
kita mengatakan Allah itu luar biasa baik dalam kasih setiaNya. Karena kita
menikmati berbagai kebaikan dari sudut pandang positif di mana kita menerima
berkat, kesehatan , keberhasilan sehingga kita berkata Dia memiliki kasih setia
yang luar biasa. Namun saat menghadapi fakta kehidupan yang sulit seperti yang
dialami Ayub di mana semua anaknya meninggal , harta kekayaan habis lenyap dan
ia tinggal dengan istrinya dalam kondisi yang sulit. Itulah fakta di mana Ayub
mengalami kehidupan yang tidak mengenakkan. Saat menghadapi peristiwa tersebut
apakah kita berani mengatakan dengan mulut kita kepada orang lain bahwa Allah
itu baik? Belum tentu.
Dalam buku Where is God When It Hurts (1977) karangan Philip Yancey (1949) dalam
bagian pendahuluan dikisahkan ada
seorang pemudi yang mengalami kelumpuhan karena tulang belakangnya patah. Lalu seorang
sahabatnya (seorang percaya) datang dan selalu bercerita tentang Tuhan. Pemudi
yang lumpuh ini bertanya,”Apakah pada waktu aku jatuh dan kemudian tulang
belakangku patah, Allah benar-benar ada dalam kejadian itu? Apakah Allah
benar-benar menyertai saya saat kejadian itu?” Sahabatnya sulit menjawabnya.
Karena waktu ingin menjawabnya dia merasa apakah dalam kejadian yang membuat
temannya itu lumpuh menjadi bagian dalam kasih setia Allah. Belum tentu kita
bisa menjawab pertanyaan seperti ini dengan baik. Seringkali kita mengukur,
menilai dan memahani kasih setia Allah hanya dari sudut pandang berkat, bersifat
positif dan keberhasilan baru kita memandang Allah dalam kasih setiaNya yang hebat.
Maka Pemazmur ingin mengajak kita untuk melihat kasih setia Allah melampaui
hal-hal yang bisa kita alami dalam dunia yang tidak terduga ini (hal-hal yang
sifatnya menyenangkankah atau hal-hal sungguh-sungguh
menyakitkan dalam hidup kita). Pemazmur memberikan pengajaran yang luar biasa
di mana ia tetap mengatakan berulang-ulang,”Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setiaNya “. Frase ini terus diulang bukan karena pemarmur tidak punya
dasar tapi ia punya pemahaman yang jelas tentang Allahnya.
Ada 2 hal yang dipelajari dari Mazmur 136:1-26
1. Kasih setia Allah dalam penciptaanNya
Dalam Mazmur
136:4-9, pemazmur ingin mengatakan pada orang-orang yang mendengarkan
pujiannya, bahwa kasih setia Allah itu terbukti dalam penciptaan yang
dikerjakan oleh Allah sendiri. Allah Sang Pencipta adalah Allah yang kasih
setiaNya benar-benar untuk selama-lamanya. Pada ayat 4 pemazmur mengatakan Kepada Dia yang seorang diri melakukan
keajaiban-keajaiban besar! Keajaiban
apa yang dilakukan oleh Allah, Sang Pencipta? Ia-lah dalam kebijaksanaanNya
menjadikan langit dan bumi, menghamparkan bumi di atas air, menaruh benda-benda
penerangan yang tergantung dan tidak jatuh dalam seluruh masa tetap berada di
sana. Bagi orang-orang Perjanjian Lama itulah keajaiban-keajaiban yang Allah
lakukan di dalam penciptaanNya. Sehingga waktu mereka menyaksikan bulan ,
bintang dan lainnya, mereka melihat Allah dalam penciptaanNya sungguh-sungguh
memelihara dengan kasih setiaNya yang luar biasa. Semua langit, bumi,
benda-benda penerang tetap berada di tempatnya (di porosnya) dan tidak bergeser
sedikit pun oleh apa pun dan mereka tetap tergantung di sana di dalam
kemahakuasaan Sang Pencipta. Pemazmur ingin mengatakan bahwa apa yang dikerjakan
Allah sungguh-sungguh dalam kasih setia yang hebat. Dia sungguh-sungguh tidak
meninggalkan perbuatan tanganNya. Sehingga dalam votum diakui , “Bahwa
pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.”
Dia yang memelihara dengan kasih setiaNya artinya seluruh penciptaan benar-benar
dipelihara dengan baik oleh Allah. Tetapi ayat 4-9 akan ditemukan
perbandingannya pada Mazmur 8:4-5 sewaktu Daud menulis kalimat yang luar biasa
“Jika aku melihat langit-Mu, buatan
jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga
Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”
Daud coba membandingkan keajaiban Allah yang hebat dengan manusia yang kecil.
Pada ayat berikutnya 6-7 dikatakan, “Namun
Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu;
segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:” Di sini kita bisa
menemukan kasih setia Allah yang hebat sewaktu dibandingkan dengan alam semesta
dan manusia karena manusia dalam perjalanannya tidak pernah setia kepada Allah.
Pada waktu Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka memberontak dan tidak setia kepada Allah.
Seluruh keturunan Adam dan Hawa hidup dalam ketidaksetiaan kepada Allah, tetapi
ketidaksetiaan manusia tidak pernah menggoyang kesetiaan Allah. Sehingga waktu
pemazmur mencoba mengangkat tentang
ciptaan alam semesta, dikatakan alam semesta saja setia kepada Allah.
Langit, bumi , bulan dan bintang setia pada fungsinya, sedangkan manusia tidak
setia walau Allah tetap memelihara. Perbandingan kontras seperti inilah yang
membawa kita bisa melihat bahwa ternyata kasih setia Allah tidak pernah
bergeser terhadap umat manusia dan terhadap orang-orang pilihannya. Dia tidak
akan pernah menarik kasih setiaNya. Sehingga tepat sekali pemazmur mengatakan
bahwa,”Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya”. Terhadap orang yang kita kasihi, bisa saja
kita tidak setia apalagi orang yang jauh dari kita. Rekan bisnis yang sudah
lama berhubungan bisa saja tidak setia. Menghadapi orang yang tidak setia, kita
berkata,”Saya menyesal berkawan (berteman) dengan kamu. Saya menyesal berbisnis
dengan kamu karena kamu tidak setia” Tetapi Allah tidak demikian. Sehingga
pemazmur memberikan garis kesimpulan yang kuat,”Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setianya”. Jadi kasih setia Allah dalam pandangan pemazmur membuktikan
Allah yang tidak pernah berubah dalam
ketetapanNya untuk mencintai manusia. Kita sungguh-sungguh mendapat belas
kasihan dalam kasih karunia yang
sedemikian hebat dari Allah.
2.
Allah adalah Penyelamat dan Pelindung.
Kasih setia Allah adalah nyata dalam kondisi susah. Dia memelihara hidup kita
meskipun kita tidak setia.
a.
Allah Pencipta sekaligus Penyelamat
hidup kita.
Mazmur 136:
10-22 menceritakan tentang perjalanan orang Israel keluar dari Mesir dengan
pertolongan Tuhan sehingga mereka memiliki tanah perjanjian dengan mengalahkan
raja-raja di bagian Timur. Raja Og dan Raja Sihon dikalahkan waktu kepemimpinan
Musa sebelum mereka masuk ke tanah perjanjian. Pemazmur ingin mengatakan Allah
pencipta itu sekaligus penyelamat dalam hidup orang Israel sebagai umatNya
karena Dia menyertai mereka sejak keluar dari Mesir sangat terbukti hingga
masuk ke tanah Perjanjian.
Pada ayat
10-15 ada 6 kali cerita bangsa Israel keluar dari Mesir diulang-ulang dengan
sedemikian baik. Mereka keluar dari Mesir lalu dengan tangan Tuhan yang kuat membelah Laut Teberau
(Laut Merah).
Pada ayat
17-22 diceritakan tentang bagaimana Allah memberikan tanah yang bisa mereka
miliki.
Pada ayat
16 pemazmur menulis satu bait, Kepada Dia
yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Pada ayat ke 10-15 kita
menemukan kasih setia Allah sedemikian dramatis. Pada waktu Engkau membawa kami keluar dari Mesir, pada waktu Engkau
membelah Laut Teberau, itu merupakan peristiwa-peristiwa yang luar biasa
yang dialami oleh bangsa Israel. Lalu mereka berperang melawan Raja Sihon (raja
orang Amori) dan Raja Og (raja orang Basan) yang sedemikian besar kerajaannya.
Ibarat kerajaan kecil melawan kerajaan besar tetapi mereka bisa mengalahkannya.
Hal itu diceritakan dengan sedemikian baik sehingga seluruh alurnya sangat
dramatis. Tetapi pada ayat 16,pemazmur hanya menulis 1 bait yaitu Kepada Dia yang memimpin umatNya melalui
padang gurun. Sepertinya ayat 16 ini tidak ada arti, tetapi ayat inilah
ungkapan cinta kasih Tuhan yang kedua pada pasal 136. Karena di padang gurun
selama 40 tahun lah Allah membuktikan kasih setiaNya yang sedemikian agung dan
kekal karena 40 tahun mereka berubah setia dengan segala kejahatan mereka,
tetapi selama 40 tahun Allah melakukan perkara yang tidak pernah dikurangi
yaitu pemeliharaanNya. 40 tahun mereka makan dan tidak pernah kekurangan.
Bahkan saat mereka bersungut-sungut meminta daging, Allah memberikan daging dengan
cara yang luar biasa. Ada beberapa orang yang rakus sehingga saat daging masih di
mulut mereka menangkap lagi binatang yang lain. Mereka mencoba menangkap daging
dengan rakus. Di situlah Allah tidak pernah tidak memelihara mereka. Saat lapar
Allah memberikan makanan dan saat mereka haus Allah memberikan air. Makanan dan
minuman adalah satu gambaran yang jelas, bagaimana kebutuhan pokok manusia tidak
pernah dilalaikan Allah. Sehingga selama 40 tahun , pemazmur dalam 1 ayat mengatakan
Allah hebat dalam pemeliharaanNya. Ia benar-benar memelihara dengan sempurna.
Sehingga Musa mengatakan, “Adakah kasutmu menjadi rusak? Adakah pakaianmu
menjadi robek?” Tidak ada! Karena kasih setiaNya luar biasa. Bagian ini ingin
mengatakan ke kita bahwa kasih setianya Allah itu dasarnya kokoh karena Ia
membuktikan pemeliharaan dalam hidup kita. Meskipun kita tidak setia kepada Dia
, Dia tetap pelihara kita.
b.
Bukan saja Dia memelihara kita tetapi
Dia sekaligus melindungi kita
Padang
gurun adalah tempat di mana saat siang hari panasnya luar biasa, sedangkan pada
malam hari dinginnya luar bisa. Dalam ekstrim cuaca yang sangat luar biasa
kontras ini, mereka disertai dalam perjalanan dengan tiang awan (pillar of cloud) dan tiang api (pillar of fire). Menarik sekali karena pada saat pembinaan di
kelas Tiranus, Pdt. Thomy Matakupan membahas tentang istilah tiang awan dan
tiang api. Dikatakan tiang awan ada pada siang hari sehingga panas yang terik
itu tidak membuat mereka kehausan dan tidak kehilangan tenaga mereka karena
tiang awan itu menutupi mereka. Pada waktu malam yang dingin dan gelap, tiang
apilah yang ada. Pernah tidak memikirkan perubahan antara tiang awan dan tiang
api terjadinya bagaimana? Apakah seperti di film di mana tiba-tiba terjadi tiang api dan pada
pk 6 pagi langsung terjadi tiang awan? Pada waktu menjelang malam , tiang api keluar
dan bersinar artinya di dalam tiang awan ada tiang api. Sewaktu tiang api
keluar pada malam hari, maka orang Israel melihat pemeliharaan Tuhan. Di situlah
dikatakan kasih setia Allah berlapis-lapis. Dia berlapis pada pagi hari dan keluar pada
malam hari. Artinya kebaikan Allah dalam memimpin orang Israel sempurna. Tidak
pernah Allah sedikit pun lalai untuk melindungi mereka. Itu sebabnya pada ayat
16, pemazmur hanya menulis 1 bait tetapi sangat dipahami bangsa Israel
bagaimana Alalh melindungi dan memelihara mereka. Karena itulah dasar “kasih
setia Allah selama-lamanya” keluar dari hati sang pemazmur.
c.
Kasih setia Allah adalah nyata dalam
kondisi susah
Pada Matius
26:30 dikatakan Sesudah menyanyikan
nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun. Ada
beberapa penafsir mengatakan puji-pujian yang dinyanyikan oleh Yesus adalah
puji-pujian dari Mazmur 136 yang dikenal sebagai “Hallel (artinya pujian) Mesir
(Hallel Agung)”. Ini adalah madah pujian dalam tradisi orang Israel yang
dinyanyikan pada waktu mereka mau merayakan Paskah : “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia
Allah”. Hal ini sangat menarik karena Tuhan Yesus menyanyikan ayat ini sebelum
Dia disangkal oleh Petrus, dikhianati oleh Yudas, imam-imam membawaNya ke
pengadilan sebelum disalib. Artinya Tuhan Yesus ingin mengajarkan kasih setia
Allah adalah nyata. Dalam kondisi susah sekalipun Tuhan tetap setia kepada kita.
Kalau kita pernah disangkal atau tidak diakui maka itu merupakan peristiwa yang
sangat menyakiti hati kita karena kita tidak diakui lagi oleh orang yang
mengenal kita. Kalau kita punya anak, pada zaman dahulu untuk menghormati orang
tua diajarkan dengan jalan menceritakan dongeng seperti Malin Kundang (dongeng
asal Sumatra Barat). Maling Kundang sangat dikenal. Untuk menghormati orang tua
dikatakan,”Jangan seperti Maling Kundang”. Kisahnya tentang seorang anak yang
setelah besar merantau lalu berhasil dan menjadi kaya, punya istri yang cantik
dan berlimpah kekayaan. Kemudian datanglah orang tua yang miskin dan tidak
diakui oleh Maling Kundang. Cerita ini sangat membekas dalam diri saya. Waktu
saya mau menyangkal orang tua saya yang miskin
saya teringat cerita ini dan saya pun takut dikutuk menjadi batu dalam posisi berjongkok. Jadi saya rasa
takut sehingga akhirnya cerita itu membuat saya tidak boleh menyangkal orang
tua. Saat tidak diakui oleh anak, orang tua, kerabat yang menimbulkan hati yang
sangat sakit. Waktu Yesus menyanyikan lagu “Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setianya” Dia akan disangkal. Yesus merasakan perasaan paling pedih dalam
hidup manusia yaitu disangkal oleh orang yang dikasihi. Bukan saja Yesus
disangkal oleh Petrus, kemudian Yudas juga mengkhianatiNya. Waktu hati kita
dikhianati itu merupakan tikaman yang mematikan seluruh enersi kita, hati,
perasaan dan emosi kita seperti ditikan dengan belati dan membuat seluruh
kekuatan kita lumpuh karena pengkhianatan adalah sesuatu yang paling mengerikan
dalam hidup manusia. Yesus mengalami peristiwa ini dan peristiwa itu tidak
membuat Dia tidak menyanyikan kasih setia Allah. Pada waktu Dia harus masuk
dalam jalan salib (via dolorosa)
sekali lagi Dia membuktikan bahwa kasih setia Allah tidak pernah undur dalam
peristiwa ini. Itu sebabnya Yesus mengatakan di dalam pujian itu,”kasih setia
Allah luar biasa” sampai selamanya.
Tema yang
diambil dalam ucapan syukur GKKK Mangga
Besar,”Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setianya” berdasarkan kebenaran
Allah sendiri. Kasih setia Allah tidak bisa diukur oleh kita hanya saat senang
denganNya atau merasakan keberhasilan saja. Tetapi kasih setia Allah justru
akan bisa dinikmati pada saat kita mengalami kesulitan demi kesulitan.
Penutup
Saya melayani dan menjadi hamba
Tuhan di GKKK Mangga Besar selama 4 tahunan (bulan Agustus 2018 genap 5 tahun).
Waktu pertama bergabung saya bertanya ke majelis,”Apakah gedung gereja yang
sudah sedemikian rusak itu tidak mau direnovasi?” Dijawab oleh majelis,”Bukan
tidak mau renovasi tetapi kami tidak mempunyai dana.” Waktu itu saya sampaikan,”Mari
kita mulai renovasi. Kita adakan gerakan membawa perpuluhan yang dicanangkan secara
teratur untuk diberikan setiap awal bulan.” Majelis merasa was-was karena sudah
lama berlangsung sedangkan saya adalah pendatang baru, sepertinya hal itu
sederhana dan mudah saja walau sebenarnya tidak. Tetapi saya percaya kasih
setiaNya luar biasa. Selama 4 tahun gedung gereja ini benar-benar direnovasi
mulai dari lantai 4 untuk kelas Sekolah Minggu,
lalu turun ke ruang untuk ibadah remaja-pemuda, kantin, cat dinding gereja lalu
beralih ke ruang kebaktian umum. Selama 4 tahun Allah membuktikan kasihNya
sehingga gereja tidak pernah kekurangan. Saya suka menanyakan berapa jumlah kas
gereja yang dijawab bendahara majelis besarnya nihil. Saya katakan,”Puji Tuhan jumlahnya
tidak minus”. Kalau sampai minus berarti kita berada dalam keadaan sulit sehingga
kita harus berjuang lebih keras lagi. Setiap kali saya bertanya ke bendahara majelis,
selalu jumlah uangnya berada dalam kondisi ‘net’ (bergulir) . Istilah net
(bergulir) diambil dari istilah bulutangkis. Di mana saat bergulir (netting),
bolanya tidak bisa dijangkau oleh lawan. Jadi bola kok (shuttlecock) yang paling manis berada di net lawan karena tidak bisa
dikembalikan lawan. Itulah bola kemenangan. Kemarin ada mantan jemaat yang
datang dan berkata, “Kalau kas gereja di sini belum defisit itu masih bagus.
Karena gereja saya sudah defisit.” Dia katakan bahwa kondisi gereja kita lebih
baik karena tidak defisit. Kita seringkali mengukur kasih setia Allah dari
sudut-sudut : selalu positif , berhasil
dan ada padahal kasih setia Allah justru sangat nyata dalam segala keterbatasan
kita. Itu sebabnya tema hari ini
diangkat agar kita melihat kasih setia Allah sungguh nyata. Saya rindu agar
setiap kita mengalami kasih setia Allah bukan dalam cerita orang atau karena
teori tetapi karena kita mengalami sendiri kasih Allah itu nyata walaupun
padang gurun yang akan dialami begitu panjang dan dahsyat. Mungkin kita akan
mengalami sakit dan kesulitan tetapi hal itu tidak pernah menghilangkan kasih
setia Allah. Mungkin kita berada dalam kesulitan ekonomi tetapi kesulitan
tersebut tidak pernah menggoyangkan kasih setia Allah. Mungkin kita sedang
bergumul untuk anak yang akan studi dan tidak ada biaya namun kesulitan itu tidak pernah membuat Allah
menarik kasih setiaNya. Maka mari bersama pemazmur kita berkata,”Kasih setia
Allah sungguh dan selama-lamanya sampai selama-lamanya”.
No comments:
Post a Comment