Ev. Johan Nugroho
Yoh 14:1-3
1
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku.
2 Di rumah
Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya
kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
3 Dan apabila
Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang
kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada,
kamupun berada.
Orang Kristen Tidak
Memiliki Tempat di Dunia Ini
Ketika Rasul Yohanes menulis ayat
kitab Yohanes 14:1-3 kondisi masa itu sangat mengerikan. Mengapa? Karena bangsa
Yahudi bersama dengan bangsa Romawi tidak memberikan tempat bagi orang percaya.
Bila kita menjadi orang Kristen saat itu, kita bisa dikeluarkan dari keluarga
dan tidak dianggap anak. Begitu memilih jadi orang Kristen, kepala kita bisa
dipenggal dan tubuh kita ditaruh di arena koloseum untuk menjadi makanan
binatang buas atau dibakar hidup-hidup. Banyak orang Kristen dianiaya oleh
keluarga dan bangsanya sendiri (di samping oleh orang Romawi). Dikatakan Yesus
menyediakan tempat bagimu karena di dunia ini orang Kristen tidak punya tempat
di dunia ini untuk beristirahat. Bahkan Tuhan Yesus pun berkata, “Aku pun tidak
memiliki tempat untuk meletakkan kepala.” Itulah janji Tuhan Yesus untuk
menyediakan tempat bagi orang-orang Kristen yang sedang teraniaya dan lari
ketakutan.
Hospitality
Dalam
film “Christian Martyr” dikisahkan tentang penganiayaan orang-orang Kristen
oleh Kaisar Nero 64 tahun setelah kematian Tuhan Yesus. Kaisar itu begitu kejam
dengan membakar kota untuk menyelesaikan puisinya. Saat itu banyak orang Kristen
yang digiring ke dalam arena ampi-teater untuk jadi umpan binatang buas. Satu
per satu umat beriman jadi mangsa binatang buas. Orang-orang ini tubuhnya
dicabik-cabik oleh singa yang lapar dan menjadi tontonan penguasa dan rakyat
banyak. Orang-orang menonton pertunjukkan itu dengan takjub dan menikmati saat
orang Kristen dijadikan umpan kepada binatang buas. Mereka membayar untuk
menikmati tontonan itu. Tidak hanya dijadikan umpan kepada binatang buas tetapi
orang Kristen juga dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor hidup di pesta-pesta
Kaisar. Tuhan Yesus menjanjikan ada tempat bagi orang-orang yang tidak memiliki
tempat di dunia dan orang-orang yang kehilangan orang yang dicintai. Mungkin
kita berpikir memang pada masa itu bangsa itu jahat dan barbar sehingga
penganiayaan itu terjadi. Itu asumsi kita dan kita juga berasumsi zaman kita sekarang
ini tidak barbar. Jangan salah, pada masa itu ada budaya yang sangat agung yang
dipercaya oleh bangsa Romawi dan Yahudi yang dikenal dengan budaya hospitality (keramahtamahan). Mereka
bukan bangsa barbar dan sadis.
Kata
“hospital” (rumah sakit) berasal dari
tradisi budaya ini. Orang Romawi dan Yahudi memiliki kepercayaan untuk harus
ramah kepada orang asing. Bahkan mereka menyediakan rumahnya untuk orang asing singgah.
Ketika orang asing datang, mereka akan menjamu dengan makanan, minuman dan bahkan memberikan hadiah kepada orang asing sebagai tanda
kesalehan. Mereka percaya bahwa terkadang ada dewa, malaikat atau Tuhan yang datang
kepada mereka dalam wujud manusia sehingga mereka harus menyambut orang-orang
asing itu. Kematian yang begitu mengerikan di atas ada pada budaya yang sangat
agung yang sangat menghargai (menerima) orang asing. Saat Yesus lahir di
Betlehem itu juga merupakan lambang hospitality.
Namun karena terlalu banyaknya orang yang datang ke Yerusalem, maka saat Yesus akan lahir ke dunia hanya ada
tempat berupa kandang, tetapi Yusuf-Maria tetap diterima. Ini budaya yang
sangat unik dan dihidupi oleh orang-orang Romawi, Yahudi , Arab (semua negara
di Timur Tengah) bahkan Tiongkok pun ada. Ada rumah (biasanya rumah pejabat)
disediakan bagi pendekar-pendekar asing yang lewat (mereka diberi makanan dan
jamuan). Namun dalam budaya agung mereka bisa memperlakukan manusia begitu
jahatnya dan menjadikannya sebagai tontonan-kenikmatan. Budaya Romawi dan
Yunani memiliki budaya hospitality.
Bahkan kata “hospital” (=rumah sakit)
berasal dari kata hospitality. Hospital
adalah tempat untuk orang sakit, tidak punya uang, susah, sakit dan kelaparan. Hospital awalnya diurus gereja, lalu
diurus negara dan akhirnya menjadi tempat bisnis. Yang miskin tidak bisa ke hospital.
Seorang
dokter teman saya berkata, “Saya kasihan sekali dengan rakyat yang sakit. Karena
rumah sakit di tempat saya bekerja membeli alat CT-Scan secara kredit. Karena
itu setiap bulan harus dikejar pemasukan untuk membayar cicilannya kalau tidak
perputaran arus kas rumah sakit akan terganggu. Sehingga semua orang sakit akan
diminta untuk menggunakannya, tidak peduli apakah dia orang kaya atau orang miskin
yang penting bisa membayar cicilan. Itu terjadi juga di mana tidak ada
kemanusiaan di sana. Itu terjadi di zaman Romawi, zaman hospitality orang begitu jahatnya. Saat ini orang lebih jahat dari orang
zaman dulu. Pada zaman dulu, orang yang saleh artinya orang yang menerima orang
asing. Sehingga Yesus selalu memberi contoh orang Samaria yang menolong orang
asing atau Zakheus yang membuka tempatnya untuk Yesus (untuk makan dan
berhidangan). Yesus sering datang ke rumah orang-orang berdosa untuk menikmati jamuan
dan makanan di sana. Orang saleh adalah orang ramah yang menyediakan dirinya,
rumahnya dan keluarganya untuk menerima orang lain yang sedang kesukaran
sehingga bisa menerima berkat dari keluarga itu dan hal itu dicatat dalam
Alkitab. Maka ada gambar yang memperlihatkan Yesus sedang mengetuk pintu rumah
yang tidak ada gagang pintunya di bagian depan ,tetapi di dalamnya menunggu
orang membukakan hatinya untuk Yesus. Di Alkitab, prinsip hospitality itulah prinsip keselamatan.
Apakah Zaman Sekarang Lebih Jahat dari Zaman Dahulu?
Walau tidak ada lagi orang yang diumpan
ke singa atau ditusuk dari lubang belakang sampai ke mulut tetapi zaman
sekarang lebih jahat dari zaman dulu. Apa alasannya? Saya punya dua orang murid
yang ayahnya bekerja keras untuk adiknya (=pamannya). Ternyata walau ayahnya
rela tidak sekolah untuk menyekolahkan adiknya itu, namun setelah pamannya
sukses membuat perusahaan, ayahnya didepak dari perusahaan. Anak bimbingan saya
itu (adiknya) bertekad untuk sukses. Setelah itu anak pamannya akan dijadikan
karyawan dan bila susah dibiarkan mati sengsara. Tetapi kakaknya berkata,”Tidak
boleh begitu dong. Ketika saya sukses, anak-anak pamanku akan kubuat menjadi
karyawanku. Lalu aku akan membuat aku berjasa bagi mereka sehingga mereka akan berterima
kasih. Setelah itu akan kubiarkan hidup mereka tergantung dariku.” Yang pertama
jahat namun yang kedua lebih jahat. Pada zaman dahulu kalau tidak suka langsung
dibunuh sehingga mati. Zaman sekarang, walau tidak disukai namun namun selama
masih menguntungkan orang tersebut tidak dibiarkan mati. Kalau sekarat aku
tolong supaya bisa dimanfaatkan lagi selama masih bisa menguntungkan saya. Itu
yang terjadi di zaman sekarang. Jahatnya adalah orang tidak lagi “makan” orang
lain tetapi orang membiarkan orang lain selama orang lain itu bisa dimanfaatkan
dan dimanipulasi untuk dirinya lebih baik , lebih kaya atau lebih apapun.
Itulah kejahatan di zaman sekarang.
Bukan Tempat yang Yesus Sediakan.
Ada
seorang pemikir , Thomas Hobbes, yang mengatakan,”Manusia adalah serigala bagi sesamanya
(homo homini lupus) karena saling
memangsa”. Itu kurang jahat, yang jahat adalah manusia saling memanipulasi. Ini
juga kurang jahat karena ada yang memanipulasi dan ada yang dimanipulasi. Sekarang
seseorang saling memanipulasi agar dapat untung lebih banyak. Beberapa tahun
lalu ada seorang adik kelas yang menjadi bimbingan saya sejak SMP-SMA lalu saat
akan menikah dia menelpon saya, “Ko Johan lama tidak bertemu, kangen banget. Boleh tidak saya main ke rumah ko Johan?”. Saya
bahagia sekali karena ternyata orang yang saya bimbing saat mau menikah masih mengingat
saya. Saya siapkan rumah dan makanan untuk menjamunya. Akhirnya ia datang dengan
calon suaminya dan saya pun menyambutnya. Saat datang, ia bertanya apakah saya
sudah ikut asuransi. Itulah yang terakhir setelah sekian lama dia bertemu saya.
Jadi akhirnya relasi digunakan seseorang untuk mendapat sesuatu karena anak
saya ada 3 orang sehingga prospeknya jelas. Pendidikan, kesehatan dan kematian (resikonya
jelas karena saya punya 3 orang anak). Kalau tidak hati-hati, walau dunia ini tidak
saling memangsa tetapi dunia membuat kita hidup selama bisa dimanupulasi.
Ada
satu prinsip ekonomi di mana orang yang berada “di atas” memanipulasi orang yang
ada “di bawah”. Dulu saya percaya orang kaya memanipulasi orang miskin. Saya sekarang
tidak percaya karena di Alkitab dikatakan pada hari terakhir yang jahat akan
semakin jahat. Berarti setiap orang adalah jahat. Sekarang saya percaya hal itu.
Siapa bilang orang “yang di atas” atau
orang yang kaya adalah jahat dan sedangkan orang yang miskin adalah tidak
jahat? Karena saya sering berjumpa orang kaya yang tidak jahat dan bertemu
orang miskin yang jahat. Saya juga berjumpa orang miskin yang baik tapi ada
orang kaya yang jahat. Jadi Yesus tidak membandingkan antara orang kaya dan
miskin. Pengikut Yesus ada yang kaya dan miskin tetapi mereka bukan orang-orang
jahat. Kalau memang orang miskin itu tidak jahat, tetapi mengapa saat kerusuhan
ada orang miskin yang bisa begitu jahat dengan menjarah milik orang lain? Itu
fakta dan bukti. Zaman sekarang, entah kaya dan miskin semua jahat, mereka
memperlakukan sesamanya untuk kepentingan dirinya. Selagi menguntungkan , saya
akan baik dengannya. Bahkan bawahan yang ingin jabatannya naik memperlakukan atasannya
dengan baik. Kalau tidak hati-hati kita bisa berlaku seperti itu di gereja. Saya
juga pernah merintis dan menggembalakan sebuah jemaat. Ada seorang jemaat wanita
yang mendekati pendetanya dan berkata“Pak Pendeta, suami saya begini-begitu…..”
supaya pendetanya mengamuk kepada (menasehati) suaminya. Ia memanfaatkan
pendeta untuk mempengaruhi suaminya atau pun sebaliknya.
Dunia
kita sekarang lebih jahat karena tidak ada hospitality,
tempat yang terbuka untuk orang lain. Di Tuban, ada wihara setiap hari
dibuka untuk orang-orang yang tidak bisa makan agar mereka bisa makan secara
gratis. Hal ini masih terjadi sampai hari ini sejak saat saya masih kecil.
Walaupun makanannya sederhana, tetapi tukang-tukang beca yang tidak bisa makan
datang untuk makan. Kalau kita datang ke Tuban dan bertanya tentang kelenteng
itu ,maka tukang-tukang beca itu tahu. Kelenteng itu banyak memberi makan
kepada orang tidak mampu. Mereka terbuka, hospitality
-nya luar biasa. Itu prinsip Kristen. Sebetulnya Kristen lebih dari itu karena Kristen
menyediakan hal seperti itu di rumah-rumah tempat mereka ibadah. Seperti
Abraham melihat 3 orang asing dan ia sedang menyediakan makanan maka ia meminta
ketiga orang asing itu datang dan ia menjamu orang asing tersebut. Orang
Kristen bukan orang yang memanfaatkan orang lain, tetapi mereka percaya kepada
Yesus dan hospitality karena Tuhan
mereka memiliki bumi itu, tetapi Tuhan sebagai pemilik bumi ini diusir dari
bumi ini dan dibunuh. Sehingga bumi ini dikuasai oleh orang-orang jahat
termasuk pengikut-pengikut Tuhan saat datang ke dunia ini justru dikuasai oleh
orang-orang jahat dan dianiaya padahal mereka adalah anak-anak Allah sendiri.
Itulah keadaan dunia kita. Kehancuran gereja bukanlah gereja ditutup karena
jemaatnya habis tetapi gereja semakin banyak dan besar tetapi setiap anggota
jemaat tidak ada hospitality (keramahtamahan).
Mereka tidak menyediakan dirinya dan hartanya untuk dibagikan ke orang lain.
Jemaat saling memanipulasi untuk keuntungan dirinya. Sehingga mereka
memperlakukan sesamanya bukan dengan cinta tetapi diperalat seperti benda yang bisa
memuaskan dia. Kalau sudah tidak berguna, maka benda itu dibuang. Itulah
kejahatan di zaman kita. Kalau tidak hati-hati maka kita bisa menjadi jahat. Di
dunia pelayanan pun, hamba Tuhan bisa jadi jahat, berebutan posisi, saling
menjatuhkan dan memanfaatkan jemaatnya untuk kebencian dan kepentingan. Itulah
tanda yang Tuhan tidak suka karena itu bukan tanda umat Tuhan. Tanda umat Tuhan
adalah orang yang memberikan dirinya buat orang lain. Tuhan menyediakan tempat.
Tempat apa?
Yerusalem Baru Turun dari Surga
Pengikut
Kristus yang tidak mendapatkan tempat di bumi ini (alami ketidakadilan) akan masuk
Yerusalem baru (Wahyu 22: 1-2, 17) dan menikmati
persekutuan (hospitality) dengan Anak
Domba. Nanti di hari terakhir, Yerusalem baru yang Rajanya adalah raja yang adil
dan tidak memanfaatkan orang lain tetapi Dia mengorbankan diriNya untuk
orang-orang yang dicintai. Akan datang
Yerusalem baru , turun dari surga ke bumi ini. Orang-orang percaya bersama Raja
itu akan memerintah bumi ini dengan adil. Bumi yang ada di hancurkan lalu
direstorasi maka akan ada langit dan bumi yang baru. Maka doa kita ,”KerajaanMu
datanglah dan kehendakMu jadilah di bumi seperti di sorga”. Waktu itulah tidak ada
kejahatan di bumi karena Yesuslah Sang Empunya Rumah ini yang akan memerintah
bumi dengan keadilan sehingga tidak boleh orang yang fasik ada di bumi. Inilah
janji kepada umat Tuhan yang menderita karena mereka memilih tidak menjadi seperti
dunia ini. Jemaat Kristen yang dihukum mati karena imannya tidak membalasnya
tetapi tetap mengasihi. Itu dibuktikan oleh Tuhan Yesus dan diteruskan oleh
rasul-rasulNya yang mati sengsara tetapi mereka tidak menjadi sama dengan
orang-orang jahat itu. Tantangan gereja sekarang ini bukan membesarkan gereja
tetapi bagaimana selama kita tinggal di dunia ini hati kita masih tulus dan
tidak kotor .
Saat jadi hamba Tuhan saya ingin
keliling Indonesia untuk memberitakan Injil. Saat muda, saya membaca sebuah
tulisan dari Alm. Pdt. Eka Darmaputera (1942-2005). Pdt. Eka mengatakan,”Dulu waktu
muda aku mau mengubah dunia. Tetapi sekarang aku tua, aku berdoa agar biarlah dunia
jangan berubah.” Maka ketika Tuhan datang ke dunia kedua kali apakah Dia masih
mendapatkan iman di bumi. Jadi pergulatan gereja adalah,”Bagaimana hatiku ini
tetap murni dan tidak dikotori oleh perbuatan-perbuatan jahat yang
memperlakukan dan memanfaatkan sesamaku hanya sebagai alat?” Di Jakarta, hati
kita menjadi lebih kosong karena relasi kita banyak saling memanfaatkan. Tidak
ada hati yang tulus yang mau berelasi. Terdapat perbedaan antara relasi dengan
kebutuhan. Kalau saat butuh, saya datang
kepada teman lalu minta tolong. Itu merendahkan diri. Tetapi relasi, walau
sebenarnya ia tidak perlu datang tetapi ia datang dengan manis-manis sehingga
orang yang didatangi itu bisa melakukan apa yang dimau. Itu manipulasi.
Orang
Kristen yang sedang susah datang minta boleh ditolong. Tetapi kalau manipulasi,
ia tidak minta tolong, tetapi tahu-tahu dengan cara yang lihai orang lain bisa menolongnya
secara sukarela. Itulah beda manipulasi
dengan minta tolong. Kalau minta tolong harus minta untuk saling menanggung satu dengan lain. Ketika
istri saya datang ke Jakarta (saya belum 3 tahun di Jakarta) , setelah pulang
dari gereja ia merasa bahagia sekali padahal ia orang Jakarta tetapi 7 tahun
sebelumnya kami melayani bersama di Surabaya. Ketika ia sedang duduk datang orang-orang
lain duduk di sebelahnya (di Surabaya tidak ada yang mau duduk di sebelah kita kalau
tidak kenal). Namun di Jakarta setelah duduk di sebelah kita, orang itu tidak mau
mengajak ngobrol. Itu lebih jahat. Di Surabaya, kalau duduk di sebelah harus mengajak
ngobrol sehingga lebih baik tidak duduk di sampingnya. Di Jakarta yang penting
saya duduk, ada orang lain atau tidak maka tidak menjadi masalah. Lebih jahat
mana? Di Surabaya naik motor serempetan maka akan saling pelototan. Tetapi di
Jakarta pertama kali naik mobil Estilo di tol, saya melihat pengemudi saling
balap mobil. Dengan kesal, saya kejar. Tetapi herannya saat saya klakson, dia
diam saja. Berarti permakluman orang Jakarta lebih besar karena kita sama-sama
melakukan kejahatan (saya kalah cepat dengan kamu). Beberapa bulan kemudian, saya
sudah menjadi seperti orang Jakarta. Tetapi saya berusaha belajar tidak seperti
orang Jakarta yang lain. Dulu waktu mau mutar balik tapi tidak dikasih jalan
membuat saya jengkel. Tapi sekarang belajar agar orang bisa bahagia, saya
berusaha mengalah. Bagaimana menjaga hati kita agar tidak jahat dan hancur
itulah tantangannya. Saya pernah melayani seorang anak muda , seorang anak
majelis. Ia benci sekali dengan guru agamanya dan marah setiap hari. Mamanya meminta
tolong saya. Rupanya guru agamanya mengata-ngatainya dan membuatnya kesal. Akhirnya
dia kumpulkan teman-temannya untuk membuat petisi dengan maksud agar guru itu
keluar dari sekolah. Setelah keluar hatinya puas namun hatinya tetap marah. Ia
tidak suka karena ia merasa guru itu jahat. Saya katakan,”Kamu tidak suka apa
yang dilakukan guru itu jahat, tapi apa yang kamu lakukan itu lebih jahat.” Ia
bertanya,”Maksudnya?” “Dia satu orang yang melukai hatimu. Tetapi kamu mengajak
banyak orang untuk menghajar satu guru dengan alasan kamu sebagai orang yang
dilukai. Ia hanya punya pekerjaan sebagai guru agama. Setelah ia keluar dan ia
tidak punya pekerjaan padahal ia punya anak. Kamu melakukan apa yang kamu tidak
suka lakukan sendiri. Itulah kamu.” Anak itu menangis,”Aku memang jahat.” Hati-hati,
terkadang untuk kepentingan membela diri, kita mengajak orang lain untuk
membenci satu orang. Kita lebih jahat dari orang yang jahat terhadap kita. Maka
Tuhan Yesus mau agar kita melihat hati kita. Agar hati kita murni dan berpakaian
bersih untuk menyongsong Anak Domba, supaya pakaian kita dibasuh dengan
darah yang mahal itu. Yesus mengatakan, “Hai
orang-orang yang setia, maka saat berjumpa denganKu, Aku akan menghapuskan air
matamu.” Mana yang dipilih : membuat orang lain menangis agar kita tidak
menangis sendiri atau kita berusaha untuk tidak manipulasi sehingga mengalami banyak
terluka dan tangisan tetapi Yesus berjanji akan datang menghapus setiap air
mata kita yang berusaha mencintai orang lain?
Hospitality : Early Christian Life
Lambang
salib itu baru muncul sekitar abad ketiga yaitu 300 tahun setelah kematian dan
kebangkitan Tuhan Yesus. Gereja awal tidak memakai tanda salib sebagai simbol
gereja. Ketika orang-orang Kristen dianiaya oleh Kaisar Nero, mereka sembunyi
di kuburan-kuburan dan mereka tidak membuat gambar salib tetapi mereka
menggambarkan ikan dan banyak mereka menggambarkan orang-orang yang sedang makan
bersama-sama. Hospitality adalah
makan bersama. Table fellowship adalah makan yang disediakan untuk orang
asing. Mengapa digambarkan “ikan”? Kata “ikan” bahasa Yunaninya ICHTHUS (singkatan untuk kata Iesous Christos,
Theou Uios, Soter yang berarti Yesus Kristus, Putra Allah, Juruselamat). Ada
gambar perjamuan yang ada ikan dan roti itu karena keduanya melambangkan Yesus
dan Yesus memerintahkan murid-muridNya tidak merayakan Natal dan Paskah melainkan
harus sering melakukan perjamuan kudus bersama orang percaya (memecah-mecah
roti untuk dinikmati). Yesus mengajarkan ketika dunia saling memanfaatkan orang
lain (orang saling memanipulasi) kekristenan mengajarkan kita harus saling
berbagai seperti Yesus yang tubuhNya dibagi dan dinikmati oleh orang lain.
Berapa banyak kita bisa membagi hidup, waktu dan uang kita kepada orang lain agar
mereka bisa menikmati Kristus yang kita percaya. Banyak orang tertarik menjadi
Kristen karena banyak janda, fakir miskin dan budak diterima oleh orang Kristen.
Iblis semakin tidak suka karena Dia baik dan tidak jahat. Kejahatan iblis tidak
berupa menghancurkan gereja dengan cara menutup gereja. Iblis akan berhasil
saat orang-orang di gereja sudah tidak memiliki kasih, belas kasihan dan saling
membenci - menjatuhkan. Itu keberhasilan iblis. Di gereja mula-mula iblis tidak
berhasil karena walau tubuh mereka hancur tetapi hati mereka tetap mengasihi. Seperti
walaupun tubuh Yesus hancur tetapi hati Yesus tetap mengasihi dan mengampuni.
Tuhan berjanji akan datang kembali untuk orang percaya yaitu orang yang
bersekutu bersama untuk saling menguatkan agar hidupnya bisa dinikmati oleh orang
lain. Yesus mengatakan ,”Aku sedang menyiapkan jamuan Anak Domba untuk
mengundang pengikut-pengikutKu yang setia agar berpesta dengan Anak Domba.” Jadi
keselamatan bicara tentang hospitality
menerima orang berdosa masuk di dalam keluarga, makan bersama dan berbagi
bersama.
Penutup
Berikut cuplikan (klip) sebuah film
tentang hospitality : Les Miserables
(artinya Orang-orang Yang Menderita). Film ini diangkat dari novel Perancis
terkenal karya Victor Hugo tahun 1862 yang telah beberapa kali difilmkan. Film terakhir
dibuat tahun 2012 dan beredar di Indonesia Januari 2013. Dikisahkan tentang Jean
Valjean yang baru dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman selama 19
tahun karena mencuri sebuah roti untuk keluarganya yang kelaparan. Selama di
penjara ia telah berusaha kabur beberapa kali. Sebenarnya ia tidak begitu jahat
tapi di penjara ia menjadi orang yang sangat jahat karena pengaruh lingkungan
sekelilingnya. Ia menjadi terbiasa dengan kekerasan. Setelah dibebaskan ia mengelana
di Perancis selama beberapa bulan mencari pekerjaan, namun dunia ini tidak
menerima mantan napi untuk bekerja. Dalam
keputusasaan ia duduk di pinggir kota dan melihat ada sebuah gereja yang
menerima orang-orang asing datang. Gereja masa itu selalu membuka pintunya
untuk orang asing datang, biasanya ada ruang khusus di samping gereja untuk
orang-orang yang tidak punya tempat tidur dan bagi yang tidak bisa makan bisa
makan di sana. Memang hospitality ditandai dengan minuman,
makanan dan tempat untuk tidur. Di Yahudi ada tempat untuk mencuci kakinya. Valjean
pun bertemu dengan Uskup Digne yang menawarinya makanan serta tempat tinggal.
Valjean menerima bantuan tersebut. Namun karena sudah terbiasa jadi pencuri, ia
pun mencuri aset gereja (seperti piring dari perak) pada malam harinya. Gereja
pada zaman itu kaya. Piring dan tempat minumnya dari perak. Ia mencuri
semuanya. Keesokan harinya, Valjean
tertangkap oleh petugas keamanan setempat karena diduga telah mencuri aset
gereja. Ia pun membantahnya dengan mengatakan bahwa aset itu pemberian dari
sang uskup sehingga polisi menghadapkannya pada sang uskup. Yang mengejutkan
sang uskup ternyata membela Valjean dengan mengatakan bahwa aset tersebut memang
hadiah yang diberikannya untuk Valjean. Sang Uskup bahkan menambahkan bahwa ada
barang berharga lain yang tertinggal, kemudian diambilnya aset lainnya untuk
diberikan ke Valjean (ini simbol hospitality)
dengan pesan agar aset tersebut digunakan untuk hidupnya di masa depan.
Terkesan dengan kebaikan hati sang uskup, Valjean bersumpah bahwa ia akan
menjalani kehidupan yang jujur dengan identitas baru mulai saat itu. Sejatinya hospitality adalah pesan penginjilan.
Beberapa
tahun lalu saya pernah terjatuh sebagai hamba Tuhan bukan karena masalah moral
tetapi wilayah keyakinan saya yang tidak bisa diterima oleh gereja tempat saya
melayani. Saya meyakini dengan sungguh dan gereja tempat saya melayani tidak
bisa menemukan kesalahan saya. Saya pun diberhentikan secara diam-diam. Ketika
itu istri saya tengah hamil 9 bulan, saya tidak punya pekerjaan selama setahun.
Karena masalah tersebut, saya juga tidak diterima di gereja-gereja lainnya (semua
gereja tertutup). Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan yang selalu punya tempat
untuk anak-anakNya. Akhirnya Tuhan mengutus majelis gereja dari gereja yang
memecat saya untuk menyediakan rumahnya untuk menampung kami. Rumah, mobil dan
semua fasilitas gereja telah saya kembalikan sehingga akhirnya saya kembali
menggunakan motor. Teman majelis tersebut yang berprofesi sebagai dokter (yang
aktif dalam pelayanan marriage enrichment)
juga membantu kelahiran anak saya melalui operasi Caesar secara gratis. Tidak
ada tempat untuk saya tetapi ada anak Tuhan yang membuka rumahnya untuk saya
sekeluarga. Saya tidak bisa membalas budi mereka sampai hari ini. Saya hanya
bisa mengingat kedua orang itu dan mendoakan mereka. Itulah hospitality. Akhirnya Tuhan membentuk saya.
Di kemudian hari, saat saya punya pembantu (bukan Kristen) dan saya mengajaknya
menonton film Laskar Pelangi (yang dibuat 2008 dan diedarkan 2012). Melihat
film ini, dia menangis karena teringat akan cita-citanya menjadi guru sedangkan
ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Saya sangat terharu mendengarnya.
Waktu itu gaji saya sangat kecil untuk hidup saja pas-pasan. Tetapi saya pernah
merasakan belas kasihan Tuhan melalui orang lain. Jadi dengan iman kami berdoa
dan memantapkan hati kami menguliahkan pembantu tersebut walau penghasilan saya
tidak jelas dan masih naik motor. Saya tidak ingin ia terus menjadi pembantu
(juga anaknya agar tidak menjadi pembantu). Saya pernah mendapat berkat uang yang
begitu banyak dan saya merasa bahagia ketika
mendapat uang yang begitu banyak. Tetapi hari itu waktu saya memberi uang yang
tidak begitu banyak untuk dia kuliah sambil bekerja dengan saya, saya melihat
matanya dan kebahagiaan melihat mata
yang berterima kasih tidak terbayarkan. Dunia mengajarkan kalau ingin
berbahagia, maka ambil, dapatkan dan raih sebanyak yang kau bisa. Tapi Tuhan
berkata,”Kalau kau ingin berbahagia, orang yang memberi lebih bahagia daripada
orang yang menerima”. Sehingga kalau kita ingin mencoba terus meraih segalanya
maka diri kita tidak merasa bahagia karena kita sudah melenceng dari firman
Tahun dan kita tidak terlatih untuk memberi. Ketika saya memberi ternyata saya
pun diberi kesempatan oleh Tuhan. Orang yang menantikan Tuhan adalah orang yang
terus menangis, karena ia tidak mau menjadi seperti dunia ini dan dia tidak mau
dunia yang tidak ada kasih. Orang yang menantikan Tuhan adalah orang yang
menangis bersama Yesus karena tidak punya ruang di dunia ini karena dunia ini
tidak ada kasih dan keadilan. Sehingga kita menantikan Yesus datang kedua kalinya
untuk bertahta di dunia ini , mengadili setiap orang dan berbuat kebaikan ke
seluruh penjura bumi ini. Inilah orang yang menantikan Yesus kedua kali.
No comments:
Post a Comment