Ev. Susana Heng
Mazmur 22:1-12,17-19, 25
1 Untuk
pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud.
2 Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh
dan tidak menolong aku.
3 Allahku, aku
berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu
malam, tetapi tidak juga aku tenang.
4 Padahal
Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
5 Kepada-Mu
nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka.
6 Kepada-Mu
mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka
tidak mendapat malu.
7 Tetapi aku
ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
8 Semua yang
melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan
kepalanya:
9 "Ia
menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang
melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?"
10 Ya, Engkau
yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada
ibuku.
11 Kepada-Mu aku
diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
12 Janganlah
jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
17 Sebab
anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka
menusuk tangan dan kakiku.
18 Segala
tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
19 Mereka
membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.
25 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang
yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia
mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya.
Pendahuluan
Misalkan ada sebuah keluarga yang mamanya
setiap hari menjemput anaknya pulang sekolah. Suatu kali Sang Mama melihat ada
seorang anak yang bertubuh lebih besar dari anaknya sedang memalak dan
mengancam anaknya. Apakah Sang Mama akan berdiam diri saja atau menghampiri dan
menghadapi anak yang memalak tersebut? Pasti ia akan menghampirinya bukan? Sebagai
manusia (orang tua) saat anak kita menghadapi ancaman atau ada yang mau mengganggunya, pasti kita datang walau kita
belum tahu apakah anak kita bersalah atau tidak. Yang penting adalah tidak
boleh ada yang menyakiti anak kita. Demikian pula sebagai anak Tuhan saat kita
menghadapi ancaman, apakah Allah akan berdiam diri saja? Pasti tidak! Kita
sebagai manusia biasa saja akan menghadapi termasuk kalau perlu menghadapi anjing
bull-dog karena takut anak kita digigit
oleh anjing itu (dengan resiko kita yang digigit anjing tersebut), bagaimana
mungkin Allah berdiam diri jika sesuatu terjadi pada diri kita?
Allah “Berdiam”?
Mengapa pada perikop yang ditulis
Raja Daud pada Mazmur 22:1-12 seolah-olah Allah berdiam diri saja? Secara
sepintas dapat dibaca bahwa perikop ini merupakan ungkapan isi hati dan harapan
Raja Daud (bagaimana dia di hadapan Tuhan). Tetapi sebenarnya perikop ini lebih
dari sekedar ungkapan hati Raja Daud, karena isinya adalah nubuatan tentang
Kristus. Tuhan memakai Daud dan bagaimana Daud berharap pada Tuhan (setiap ada
masalah bagaimana Daud mencari Tuhan). Di sini kita melihat bagaimana Allah
menolong dan peduli walau kita membaca pada Maz
22:3-4 ditulis Allahku, aku
berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu
malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal Engkaulah Yang Kudus yang
bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Sepertinya Daud saat itu
berseru-seru meminta pertolongan pada Tuhan tapi tidak melihat pertolonganNya.
Ada
yang punya pokok doa yang sudah 10 atau 20 atau 30 tahun lebih tidak dijawab
Tuhan? Saya sendiri mendoakan papa dan mama untuk percaya kepada Kristus. Suatu
kali papa mau datang ke gereja sehingga saya merasa sukacita. Tetapi setelah
itu ia berkata,”Saya tidak berjodoh dengan Kristus” sehingga saya merasa sedih dan
kecewa namun saya terus berdoa. Tetapi saya percaya suatu kali papa-mama saya
akan percaya. Saya tidak rela melepaskan mereka suatu kali sebelum mereka
percaya. Papa sudah berusia 78 dan mama 77 tahun. Saya setiap hari berdoa,
kadang kita mendoakan satu hal yang sama terus-menerus Saya memiliki seorang adik
perempuan yang tinggal di New York. Ia menelpon mengabarkan Injil dan meminta
mereka percaya kepada Kristus. Itu doa kami kakak-beradik. Tetapi papa sampai
hari ini tidak mau ke gereja. Sesekali ia mau. Kadang kalau pun ke gereja,
kepalanya akan tertunduk dan tertidur. Suatu kali waktu sakit ia mau didoakan.
Tetapi ia kemudian menelpon mama untuk mengambilkan buku catatan doa-nya (liam-keng). Mama saya berkata, “Buku nya
tidak ada di sini!” namun dia terus mencarinya. Dia berkata bahwa ia tidak
berjodoh dengan Kristus. Tetapi saya tetap doakan dan percaya bahwa walaupun
sekarang saya tidak melihat tapi nanti saya akan melihat. Itulah iman kita
kepada Tuhan karena saya tahu Allah itu peduli dan melihat walaupun seolah-olah
Allah itu diam. Kami sudah berdoa selama 20-30 tahun dan kami terus berharap. Saya
percaya Allah peduli. Demikian juga dengan Daud.
Allah Mendengar Doa dan Menolong Pada Waktunya
Pada Maz 22:5 Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau
meluputkan mereka. , Daud menyatakan iman percayanya. Dulu Allah membawa nenek
moyangnya ke luar Mesiar dan meluputkan mereka dari kejaran Firaun dan
pasukannya sehingga Daud percaya Allah juga akan meluputkannya. Ayat 25 Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa
jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya
kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong
kepada-Nya. Allah kita adalah Allah yang mendengar dan Dia mendengarkan apa
yang didoakan oleh segenap orang percaya.
Papa
saya sudah tua sehingga seringkali telinganya sulit mendengar perkataan yang
disampaikan kepadanya. Kami membelikan alat bantu pendengaran, tapi ia sering
tidak mau pasang. Saya berkata,”Papa ,
kalau papa tidak pasang alat bantu ini, maka kami semua akan menjadi anak yang
tidak berbakti karena ketika berbicara
dengan orang tua harus berteriak-teriak.” Kalau orang lain yang tidak mengenal
kami, maka mereka akan berkata bahwa anaknya yang sudah menjadi hamba Tuhan
bicara dengan orang tuanya dengan suara keras (berteriak-teriak)? Kalau tidak
bicara dengan keras, kami khawatir papa tidak akan mendengarnya. Papa yang
begitu mengasihi anaknya dan ingin mendengar suara anaknya tetapi tidak bisa
mendengarnya. Tetapi Allah kita sanggup (mau). Tema hari ini “Saat Allah
berdiam, bukan berarti Dia tidak Mampu.” Benar! Allah itu sanggup dan mampu.
Hal ini juga dialami oleh kakek saya yang juga mengalami kesulitan mendengar
saat usianya lanjut. Maka saya sampaikan pesan ke anak-anak saya,”Kalau nanti
mama sudah tua dan cenderung memiliki pendengaran yang lemah, tolong
dimengerti.” Tetapi sekarang ada alat bantu walaupun papa saya merasa alat itu
sangat bising. Kalau kita semua di seluruh dunia berdoa pada waktu bersamaan dengan
cara yang berbeda-beda (ada yang menangis dll), apakah Allah akan merasa
bising? Tidak! Ia mendengar dengan teliti semua jerit doa kita, baik suara kita
alto, tenor, cempreng atau pun fals. Tuhan sanggup dan mampu. Ia mendengar! Ia menolong
pada waktunya.
Pernah melihat orang yang begitu menderita
dan kita ingin menolongnya tapi tidak sanggup? 2 Minggu lalu (13 Mei 2018) ada
bom meledak di 3 buah gereja di Surabaya. Salah satu korbannya adalah anak-anak
kecil yang terluka dan meninggal yaitu kedua anak dari Ibu Wenny. Saat membaca berita dan pesan atas kejadian
tersebut saya sedih dan menangis karena saya seorang mama dan saya punya 2
orang anak. Saya tidak berani melihat foto saat Ibu Wenny memasukkan baju anak-anaknya
ke peti mati. Walaupun tidak mengenalnya, saya terus berdoa bagi Ibu Wenny. Sebagai
manusia, saya merasa tidak punya kekuatan
dan kemampuan untuk menghibur. Hanya kuasa Roh Kudus yang dapat menghibur
mereka. Kita menyadari keterbatasan kita sebagai manusia. Seringkali kita melihat
orang yang begitu patut dikasihani dan ingin menolongnya tapi kita tidak mampu
melakukan apa-apa sehingga akhirnya kita hanya bisa berdoa agar Tuhan
memberikan penghiburan dan kekuatan baginya. Bagaimana ia sanggup menghadapinya?
Hanya Tuhan yang sanggup memberi penghiburan. Di sini kita melihat keterbatasan
dan ketidakberdayaan kita. Daud menyadarinya juga bahwa dia tidak berdaya
tetapi Tuhan mampu.
Kita melihat Mazmur Daud di mana
saat berada dalam kesulitan yang dialaminya ia selalu menjerit dan berseru kepada
Tuhan dan Tuhan menolongnya pada waktunya . Pada kitab 1 Sam 23:25-28 dikisahkan : Ketika
Saul dengan orang-orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada
Daud, lalu pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul
mendengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon; Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini
dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat
mengelakkan Saul; tetapi Saul dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud
serta orang-orangnya untuk menangkap mereka,
ketika seorang suruhan datang kepada Saul dengan pesan: "Segeralah
undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri." Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi
menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung
Batu Keluputan. Pada perikop ini dikisahkan Raja Saul mengejar Daud dan kala
itu Raja Saul berada di sisi gunung yang satu dan Daud ada di sisi gunung yang lain
dan hampir saja Daud tertangkap. Kemudian tiba-tiba Raja Saul mendapat berita bahwa
bangsa FiIistin sedang menyerang wilayah Israel sehingga ia pun kembali untuk
menghadapi bangsa Filistin sehingga Daud pun terbebas. Pertolongan Tuhan tidak
pernah terlambat sedikit pun , pada waktunya Tuhan akan datang menolong. Saya
yakin semua orang yang percaya kepada Tuhan punya pengalaman seperti itu.
Saya teringat kejadian yang
dialami belasan tahun lalu dan sudah saya sharing-kan
berkali-kali tetapi saya masih takjub dengan Allah kita. Saya sangat terkesima
melihat pertolongan Allah yang luar biasa. Suatu kali suami saya melanggar peraturan
lalu lintas sehingga SIM-nya ditahan polisi. Adik saya diminta tolong untuk
membayar uang tebusan di kejaksaan dan mengambil kembali SIM-nya. Saya dan adik
saya berangkat untuk mengambil SIM tersebut. Adik saya mengemudikan mobil
secara perlahan. Di dekat Slipi, tiba-tiba ada seseorang yang berlari menuju
mobil kami (entah sedang dikejar atau tidak) dan kemudian menabrak mobil kami. Akibatnya
ia terjatuh namun langsung berdiri kembali dan lari menghilang dengan cepat. Kejadian
itu dilihat oleh serombongan siswa SMA yang mengira adik saya yang menabrak
orang tersebut. Mereka pun mengelilingi mobil kami dan menggoyang-goyangnya.
Saya merasa ketakutan dan terkejut melihat begitu banyak orang di sekeliling. Dalam
situasi seperti itu saya hanya bisa berseru dan berdoa, “Tuhan tolong!”. Saya tidak sempat berdoa panjang karena begitu
takut melihat siswa-siswa SMA tersebut (mengapa anak-anak tersebut bisa sangat
berangasan seperti itu). Mobil kami digoyang-goyang oleh para siswa SMA itu sehingga hampir terbalik. Tiba-tiba lewat dua
buah motor patroli polisi (dengan motor besar) yang kemudian berhenti. Sang
polisi bertanya mengenai kejadian awalnya dan dijawab bahwa adik saya sudah
menabrak seseorang. Saat ditanya di mana orang tersebut, dikatakan bahwa
korbannya sudah lari. Setelah selesai memeriksa dan sang korban yang ‘ditabrak’
sudah tidak lagi, semua anak SMA tersebut akhirnya diusir oleh Sang Polisi
karena bila tidak mobil kami benar-benar akan terbalik. Kemudian kedua patroli
itu mengawal kami ke luar dari jalan itu. Tuhan kita luar biasa! Dia menolong
kita pada saat yang tepat. Kalau orang tua sayang kepada kita apalagi Allah
kita dan Daud tahu akan hal itu. Maka dalam segala keadaan Daud meminta
pertolongan Tuhan dan ia selalu berharap pada Tuhan. Dalam hidupnya Daud banyak mengalami kesulitan. Waktu Daud lebih
banyak berada dalam peperangan dan pelarian, sehingga ia tidak diperkenan Tuhan
mendirikan Bait Suci karena tangan Daud penuh darah. Tetapi dalam setiap
kesulitan, Daud selalu berharap pada Tuhan.
Nubuatan Kesengsaraan Kristus
Mazmur
pasal 22 ini bukan saja merupakan ungkapan perasaan dan jeritan minta
pertolongan Daud, tapi ini adalah nubuatan tentang kesengsaraan Tuhan Yesus.
Pada zaman itu, 1.000 tahun sebelum Yesus Kristus, Tuhan sudah mengatakan apa
yang akan terjadi pada Yesus Kristus. Maz
22:2b Allahku, Allahku, mengapa
Engkau meninggalkan aku? Ini merupakan perkataan Tuhan Yesus saat di kayu
salib. Kira-kira jam tiga berserulah
Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya:
Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Itu bukan merupakan
jeritan Daud tapi jeritan Tuhan Yesus yang saat itu menanggung dosa manusia.
Allah yang suci dan tidak kompromi dengan dosa, tidak bisa bersatu dengan Yesus
saat Dia menanggung dosa manusia. Betapa menderita dan sakitnya Yesus di kayu salib.
Bukan saja di ayat 2b tersebut tetapi juga di ayat 8. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya,
menggelengkan kepalanya: Kita juga melihat pada Markus 15:24 Kemudian mereka
menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya
untuk menentukan bagian masing-masing. Di situ kita melihat , keseluruhan
Mazmur ini juga merupakan nubuatan yang akan dilakukan oleh Tuhan Yesus. Di
atas kayu salib Yesus akan menanggung dosa manusia sehingga pada saat itu akan
terpisah sejenak dari Allah. Dengan
demikian penulis Mazmur ini mengatakan begitu besar kasih Allah akan manusia,
sehingga Dia rela menanggung semua penderitaan itu bagi kita. Orang mencela Dia.
Ia seperti ulat bukan seperti manusia lagi, itu yang ditulis oleh pemazmur. Begitulah
keadaan Yesus di atas kayu salib karena ia mengasihi manusia. Jadi Allah tidak
pernah berdiam diri. Allah mengasihi kita sampai mati di atas kayu salib.
Maz 22: 17-19 Sebab
anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka
menusuk tangan dan kakiku. Segala
tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara
mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Itu kejadian di atas kayu
salib mereka menusuk tangan dan kaki Tuhan Yesus, mereka memakukanNya. Mereka
membuang undi untuk jubah yang dipakai. Itulah yang dialami Tuhan Yesus. Mereka
mengolok-ngolok Dia. Matius 27:41-42
Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua
mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi
diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!
Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya
kepada-Nya. Tetapi Dia datang untuk
itu. Ia datang untuk menebus kita dan rela mati di kayu salib. Itu nubuatan
yang akan terjadi pada Tuhan Yesus. 1.000 tahun sebelumnya sudah ditulis Daud. Ini
membuktikan bahwa Yesus adalah Allah . Dialah yang dimaksud dalam nubuatan itu.
Dia datang menggenapkan semua nubuatan itu. Di dalam Injil kita melihat
penggenapannya. Kalau kita membaca sampai ini, “Apakah Allah berdiam diri?”
Allah tidak pernah berdiam diri. Ia seolah-olah berdiam diri tetapi sebenarnya
Ia melihat dan mendengar . Ia akan turun tangan pada saat yang tepat. Ia
membiarkan Yesus di kayu salib untuk menanggung dosa kita.
Kita adalah manusia berdosa. Kita
seharusnya mati dan dihukum karena dosa kita. Tetapi melalui Tuhan Yesus, Allah
sudah menyiapkan keselamatan jauh sebelumnya. Tuhan Yesus datang menanggung
dosa kita. Dialah Tuhan dan Juruselamat kita. Dia datang untuk menolong kita. Kita
menganggap Dia berdiam diri, padahal Dia punya karya yang indah yaitu
keselamatan. Sehingga Rasul Yohanes mencatat pada Yoh 3:16 Karena begitu besar
kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal. Adakah Allah berdiam diri? Saya percaya tidak!
Allah kita mampu , bukan saja tidak berdiam diri tetapi Ia memikirkan dan membuat
jalan keselamatan bagi kita sehingga setiap orang percaya kepadaNya
diselamatkan dan memperoleh janjiNya. Di dalam Alkitab, apa yang dinubuatkan
dan dijanjikan oleh Tuhan setiap kata , huruf bahkan titik genapi oleh Tuhan.
Itu yang dilakukan Tuhan Yesus. Apa yang dinubuatkan dalam kitab Mazmur itu digenapi
di Perjanjian Baru. Dia datang ke dunia ini dan Dia menderita segala
kesengsaraan.
Minggu lalu kita memperingati hari
turunnya Roh Kudus (Pentakosta). Bahkan setelah meninggalkan dunia ini, Ia
tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Ia mengutus Roh Kudus turun di
tengah kita. Begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengutus Roh
Kudus di tengah kita sehingga sebagai orang yang percaya kepadaNya, kita boleh berserah
sepenuhnya kepadaNya. Kita boleh datang dan memohon pertolonganNya. Allah tidak
pernah berdiam diri, Dia mengasihi kita. Bahkan Ia mengutus Tuhan Yesus datang
ke dunia ini , Ia mati di kayu salib untuk menebus manusia yang berdosa yaitu
kita. Karena Tuhan Yesus kita beroleh hidup.