Ev. Tyas Afandy
Sesi I Worship Team
Ibadah
Dasar-dasar
bagaimana kita menjadi pelayan ibadah.
Berbicara tentang seorang
pelayan ibadah, berarti kita berbicara tentang jati diri. Seorang pelayan
ibadah harus tahu jati dirinya (identitas, siapa kita, apa yang kita lakukan).
Seperti juga seorang
dokter harus menentukan siapa dia dan apa yang akan dia kerjakan. Seorang
pelukis tidak mungkin menyuntik pasien dan kita pun tidak mau disuntik oleh
pelukis karena itu tugas dari seorang dokter. Indentas kita akan menentukan apa
yang kita lakukan.
Jati Diri Seorang Pelayan Ibadah
1.
Jati diri sebagai
penyembah
Ini jati diri terpenting. Sebagai guru Sekolah Minggu,
liturgos, pemusik, petugas multimedia dan sound
system, anggota paduan suara, singer,
jati diri kita adalah kita menyembah Tuhan. Namun sayangnya ini sering
dilupakan. Ada penulis buku rohani yang menulis bahwa pemimpin pujian (worship leader) biasanya orang yang paling
pintar di gereja. Karena seorang worship leader bekerja dan melakukan
banyak hal dalam waktu bersamaan. Ia menyanyi dan sekaligus berpikir apa yang
akan dikatakan, memimpin jemaat-singer
dan saat bersamaan harus berhubungan (konek) dengan Tuhan. Dari tugas ini,
biasanya yang dilupakan adalah berhubungan dengan Tuhan. Padahal saat berdiri di
depan tugas seorang worship leader
adalah memimpin jemaat untuk berjumpa Tuhan, sayangnya tugas ini sering
dilupakan. Ini tugas terpenting namun sering dilalaikan. Ini yang membedakan
kita dengan penyanyi sekuler seperti penyanyi di kafe misalnya. Kita menyanyi
untuk menyembah Tuhan. Ini jati diri terpenting yang sering dilupakan.
Yohanes 4:19-24
19 Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau
seorang nabi.
20 Nenek moyang
kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah
tempat orang menyembah."
21 Kata Yesus
kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa
kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
22 Kamu
menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab
keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
24 Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
Yohanes 1 merupakan perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan
Samaria dan pada akhir perjumpaan mereka, Yesus berbicara tentang penyembahan.
Ayat 19 , Kata perempuan itu kepada-Nya:
"Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Di akhirnya
Yesus memintanya untuk membawa suami dan dijawab dia tidak punya suami, dan
Yesus mengatakan bahwa ia sudah punya 5 suami. Saat perjumpaan pertama kali,
Yesus sudah tahu ia punya lima suami. Perempuan itu mengatakan Nenek moyang kami menyembah di atas gunung
ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah. Ia
ingin mengetahui kalau mau menyembah di mana yang lebih tepat di Gunung Gerezim
atau di Yerusalem. Ada penafsir yang mengatakan bahwa perempuan ini sedang
mengalihkan topik. Tapi sebenarnya wanita ini mau bertobat dan beribadah
sehingga menanyakan hal itu. Yesus meladeni
pertanyaan itu. Tuhan tidak bisa ‘ngeles’ (menghindari pertanyaan itu). Yesus
menjawab, "Percayalah kepada-Ku, hai
perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung
ini dan bukan juga di Yerusalem. Wanita ini bertanya tentang tempat tetapi
Yesus menjawab penyembahan bukan lagi tentang tempat menyembah. Jadi bukan
jawaban a atau b tetapi c.
Di Perjanjian Lama, tempat itu merupakan sesuatu yang
penting, orang berbondong-bondong ke Yerusalem. Tetapi Yesus menjawab dengan
pernyataan yang merupakan revolusi saat itu. Penyembahan bukanlah tentang apa
yang tampak di luar tetapi Ia berbicara tentang sesuatu yang ada di dalam kita.
Ayat 23 menjadi jawaban. Tetapi saatnya
akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Kata ‘menghendaki’ lebih tepat diterjemahkan
dengan kata ‘mencari’. Jadi Bapa mencari penyembah-penyembah benar. Dalam
Perjanjian Baru, bukan kita mencari Tuhan, tetapi Tuhan yang terlebih dahulu
mencari kita.
Kalau Tuhan hadir dalam ibadah kita setiap minggu, apa
yang Tuhan cari? Jawabannya : penyembah-penyembah (bukan
penyembahan-penyembahan kita). Kalau yang dicari penyembahan kita, maka Tuhan
akan kecewa dengan penyembahan kita. Dengan cara , gaya dan apa yang diberikan oleh
kita tidak cukup untuk Tuhan. Hal ini dapat dibandingkan dengan para malaikat yang
menyanyi tanpa salah lirik dan tidak fals, tidak ada nada yang ketinggian.
Paduan suara surga bernyanyi dengan pembagian mungkin sampai 6-12 suara. Tidak
ada salah tekan tuts piano. Jadi kalau Tuhan mencari penyembahan di gereja,
maka ia akan kecewa. Belum lagi yang menyembah antara pikiran dan keberadaan
berbeda. Bapa menghendaki penyembah-penyembah atau pribadi-pribadi yang
menyembah Tuhan. Tuhan hadir dalam ibadah, Ia mencari kita tanpa terkecuali. Tuhan
ingin berjumpa dengan kita semua. Yang dicari Tuhan penyembah bukan penyanyi. Menyanyi
dan menyembah berbeda. Orang yang menyanyi belum tentu menyembah. Orang yang
menyembah pasti juga akan menyanyi. Berapa banyak yang menyanyi nyanyian dengan
kosong, tanpa hati? Orang yang menyembah pasti mau menyanyi untuk Tuhan. Orang
yang datang secara sadar untuk Tuhan itulah penyembah. Hanya satu yang bisa
menjadikan kita penyembah yaitu pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Saatnya
akan datang dan sudah tiba.
Kita mendapat status sebagai anak Allah, terang dunia
dan penyembah. Orang yang berstatus perokok, bukanlah orang yang bila sekali merokok
lalu rokoknya dibuang. Pemabuk bukanlah orang yang baru minum sekali minuman
keras. Penjudi juga bukan orang yang baru sekali main judi. Penyembah adalah orang
yang menjadikan penyembahan sebagai lifestyle
(gaya hidup) bukan penyembahan yang hanya dilakukan seminggu sekali dalam 2-3
jam dan itu pun bolong-bolong. Yang dicari Tuhan adalah penyembah-penyembah, bukan
penyembahan sekali seminggu tapi penyembahan sebagai gaya hidup.
Bagaimana caranya agar saat memimpin ibadah sekaligus
menyembah Tuhan?
Worship Leader dikatakan orang yang paling pintar karena mampun
melakukan berbagai tugas sekaligus dalam waktu bersamaan (multi-tasking). Banyak orang yang sibuk dengan lagu yang dipilih,
kata-kata yang diucapkan, lalu bagaimana kita menyembah kepada Tuhan? Jalan
keluarnya, hidup dalam penyembahan! Bagaimana main musik, memimpin ibadah
sekaligus menyembah Tuhan? Caranya hanya satu, penyembahan dijadikan sebagai
gaya hidup sehingga mengalir dengan sendirinya.
Bagi Ibu yang biasa membuat sayur asam atau capcay, maka
pada saat pergi ke pasar, ia tidak perlu pikir. Dia tahu harus belok ke mana,
tempat di mana paling murah harganya dan dapatnya banyak. Dia tidak perlu tulis
dulu apa yang mau dibeli di rumah. Berbeda dengan gadis umur 22 yang baru mau
membuat capcay. Dia akan membuka youtube
dahulu, tapi setelah belaja di pasar, sesampainya di rumah ada yang lupa dibelinya.
Kalau Ibu bisa mengerjakan dengan cepat, tanpa perlu membuka youtube dan hasilnya jadi karena memasak
sudah menjadi gaya hidupnya. Tiap hari ia masak, maka tidak perlu pikir lagi.
Mau hari ini sedang banyak kerjaan, ia akan tetap memasak. Ada yang masak
sambil melakukan video call dengan teman
arisannya. Memasak sudah menjadi gaya hidupnya, sedangkan untuk perempuan muda memasak
selama 2 jam belum tentu jadi dan hasilnya belum tentu enak. Ketika penyembahan
menjadi gaya hidup maka akan mengalir dengan sendirinya. Kalau dia masih banyak
memikirkan bagaimana menyembah berarti penyembahan
belum jadi gaya hidup. Bisa saja sudah menjadi pelayan ibadah dan setiap minggu
melayani tetapi saat ditanya bagaimana pelayanan penyembahannya seperti apa,
dia tidak tahu. Saat membicarakan tentang penyembahan , ini adalah bagian
terpenting. Tidak mungkin mengajak orang untuk menyembah kalau diri sendiri
tidak pernah menyembah Tuhan. Bapak menghendaki penyembah-penyembah.
Penyembah Benar
Penyembah-penyembah
benar akan menyembah Bapa. Ia tidak ditentukan oleh kita.
-
Untuk menjadi
penyembah yang benar ditentukan oleh Tuhan, bukan manusia. Jadi ia harus tahu
apa yang menyenangkan hati Tuhan. Kalau saya, bila ada yang berkunjung ke rumah
jangan membawa duren karena saya tidak suka tetapi kalau bawa makanan dari babi
saya suka. Jadi kita harus tahu apa yang Tuhan suka. Jadi tidak semau-maunya
kita. Yesus berkata, “Penyembah yang benar akan menyembah Bapa.” Rasul Paulus
pada surat yang dikirim ke jemaat Filipi mengatakan, “dan segala
lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah,
Bapa!” Karena objek penyembahan
adalah Bapa. Penyembahan kita ditujukan kepada Bapa melalui anak dengan
pertolongan Roh Kudus. Ini penyembahan berdasarkan Allah Tritunggal,
dipersembahkan ke Bapa , melalui Anak dan dilakukan dengan pertolongan Roh
Kudus. Musuh penyembahan yang benar adalah penyembahan yang berpusat pada diri
sendiri. Orang datang tidak kepada Bapa tapi untuk menyenangkan diri sendiri. Ada
yang datang berkata,”Hari ini penyembahannya kurang asyik.” Penyembahan bukan
untuk diri sendiri tapi untuk Tuhan. Kita datang untuk menyembah Tuhan bukan
yang lain. Allah Bapa satu-satunya yang disembah. Orang Kristen sekarang maunya
hanya my needs, my wants dan
seleraku.
-
Di gereja mereka
berteriak-teriak karena lebih mengutamakan selera. Apalagi di zaman televisi.
Kita punya remote control di tangan.
Bila ada program yang tidak menarik maka kita tinggalkan. Ini dibawa ke gereja.
Khotbah yang tidak enak ditinggalkan, yang enak didengarkan. Penyembahan ditujukan
untuk Tuhan bukan untuk kita. Kita datang di ibadah Minggu untuk berbakti pada Tuhan.
Kita berbakti untuk menyembah Tuhan. Bukan untuk memuaskan selera kita. Gaya
musik yang tepat bisa lebih membantu. Kalau sekarang musiknya dangdut kita sulit menyembah. Musik yang
enak pasti lebih menolong kita. Musik enak, bagus, dipersiapkan dengan baik,
lebih membantu kita. Tetapi musik bukanlah yang utama dalam ibadah kita. Itu
hal yang menolong suasana yang lebih cocok, membangun. Tetapi tujuan ibadah
adalah Tuhan. Kita datang untuk menyenangkan Tuhan.
-
Penyembah yang
benar menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran. Dulu belum ada pasal ke dua.
Roh bukan roh Tuhan tetapi kita. Dalam Alkitab bahasa Mandarin dikatakan “dengan
roh”, dalam Alkitab Indonesia “di dalam roh”(maksudnya di dalam hati). Roh berbicara
tentang sesuatu yang tidak kelihatan. Menyembah Bapa dalam Roh berarti menyanyi
dari hati. Allah kita adalah Allah y ang melihat hati. Ketika kita datang beribadah,
yang Tuhan lihat adalah apa yang di dalam. Setelah melihat kedalaman hati kita,
saat menyembah pastikan dari dalam hati. Penyembahan bukan dari luar ke dalam
tetapi dalam ke luar. Penyembahan adalah ekspresi dari cinta.
Expression = ex di luar , press = tekanan, sesuatu
yang dikesankan. Saat berjumpa dengan seseorang pada pertama kali kita akan mendapat
kesan. Belum pernah ketemu , ada yang baru pertama kali mendengar. Banyak orang
yang sepertinya menyembah dalam ibadah. Expressi wajah kita belum tentu bertemu
Tuhan (termasuk sedang menangis). Saat menghadapi masalah berat (ditinggal
suami, uang habis dll), maka ia menangis saat teringat masalah (bebannya
berat). Saat ada yang menangis, belum tentu bertemu Tuhan. Apa yang diluar
tidak menentukan apa yang di dalam. Tetapi apa yang di dalam menentukan apa
yang di luar. Kalau memiliki hati yang menyembah, penyembahan menjadi ekpresi
dari dalam ke luar kepada Tuhan.
Seberapa besar cinta orang-orang Kristen kepada Tuhan? Masihkah kita membaca Firman Tuhan
setiap hari? Terlalu banyak urusan di gereja dan urusan pribadi. Jangan-jangan
tiap Minggu hanya lip service saja yang
disampaikan kepada Tuhan. Kita bisa menyembah Bapa di dalam Roh saat sungguh-sungguh
mengenal dan mengalami Nya. Dan mengalamiNya dengan baik.
Tak kenal tak sayang. Tapi makin kenal manusia, makin
sebal. Tetapi kalau kepada Tuhan, makin kita kenal maka kita akan semakin
sayang. Saya mengenal Tuhan saat SMA. Dari umur 3 tahun, saya sudah dibawa ke Sekolah
Minggu. Kalau ditanya siapa Allah Bapa? Kata guru Sekolah Minggu, Allah itu
Bapa. Waktu sekolah kelas 3SMP, papa
meninggal dunia. Kehidupan keluarga kami berubah. Waktu ia meninggal, ia tidak
meninggalkan apa-apa. Hanya ada uang Rp 200.000 dan kontrak rumah. Waktu papa
ada hidup kita enak, tetapi waktu meninggal tidak ada uang. Akhirnya harta yang
ada dijual utnuk memenuhi kehidupan beberapa lama. Suatu kali kami tidak ada
uang sama sekali. Saya tidak bisa berangkat ke sekolah, karena sekolah jauh dan
tidak bisa membayar ongkosnya. Sewaktu kecil, saya dan adik saya rajin sekolah
dan bisa menangis kalau tidak sekolah. Saya dan adik saya hobinya belajar. Kami
menangis karena sedih, uang Rp 3.000 saja tidak ada. Saya tidak masalah dengan
uang. Kita percaya walau tidak punya apa-apa, tetapi kami punya Bapa yang punya
apa-apa. Saya bersyukur tidak pernah kekurangan. Saya bangga dengan Allah Bapa.
Karena saya sungguh mengalamiNya dalam hidup saya. Saya menyanyi “Allah kau
Sungguh Baik” dengan hati saya karena ssaya yakin akan hal itu. Saat memutuskan
menjadi hamba Tuhan, keluarga sangat menolak (tidak setuju). Keluarga papa saya
yang membiayai saya dan mereka beragama Budha. Keluarga papa berkata, “Kalau kamu
jadi hamba Tuhan, mau makan apa?” Pada tahun 2007, berat badan saya 137 kg.
Jadi waktu ditanya makan apa, sampai sekarang saya berkecukupan makanan. Tetapi
walau tidak didukung saya bisa hidup dengan uang Rp 400.000. Setelah menjadi
orang Kristen apakah kita semakin mengenal Tuhan tidak? Pengalaman akan
menumbuhkan pengenalan kepada Tuhan dan semakin kita semakin cinta dengan Dia.
Fanny J Crosby (1820-1915), penulis lebih
dari 8.000 lagu rohani, menyanyi seakan-akan bukan dia yang menulis lagu dengan
lirik : Dengan langit sebagai kertas,
batang potong sebagai pena, air laut sebagai dawat (tinta), tiap orang
penulisnya. Tak mungkin menuliskan, kasih Allah
yang besar. Langit dari Timur ke Barat tak akan mungkin memuatnya. Kasih
Allah tak terduga , tinggi dalam dan luas. Tetap teguh tak berubah sampai
selama-lamanya. Orang buta karena mengalami kasih Tuhan bisa menggambarkan
kasih Allah dengan luar biasa. Kalau mengenal kasihNya yang begitu dalam, maka
waktu menyembah pasti beda.
Pengikut agama banyak yang menyembah Tuhan paling
kurang ajar, sembarangan. Banyak yang bisa main handphone dan mengangkat telpon di tengah kebaktian. Hanya orang-orang
Kristen yang menyembah Tuhan sambil membuka laman facebook. Bayangkan kalau orang muslim menyembah sambil main handphone akan dibakar, juga pengikut Budha
dan Hindu. Ada seorang penganut Hindu yang berlutut di depan pura di Tirta
Ampul. Waktu itu hujan turun, tapi dia tidak ambil paying dan dia tidak
buru-buru menyelesaikan doanya. Betapa hormat orang Hindu dengan Tuhannya. Berbeda
dengan pengikut Kristus, kalau sedang musim hujan maka jumlah yang datang ke
gereja berkurang. Statistik kehadiran
jemaat turun dan otomatis persembahan juga turun. Yang punya mobil juga tidak
datang karena takut mobilnya kotor. Jadi ia menyembah di rumah saja karena sekarang banyak ibadah online. Seharusnya
dari hati kita menunjukkan penyembahan dengan hormat (menyembah dari hati).
Karena hati pasti terbukti. Kalau pelayan Tuhan punya
hati maka bila rapat mulai pk 19, ia akan datang pk 16. Orang yang punya hati
pasti terbukti. Ia akan datang kecuali bannya bocor. Kalau punya hati pasti
terbukti. Apa bukti cinta Tuhan? Orang cinta Tuhan, waktu memimpin ibadah dan
menyanyi seperti apa? Ia akan menyentuh jemaat. Kalau nyanyinya tidak dari
hati, maka yang mendengarnya akan malas. Menyembah Bapa di dalam roh dan
kebenaran. Penyembah yang benar, ia akan menyembah dalam roh dan kebenaran. Isi
hati Tuhan tertuang dalam firman Tuhan. Menyembah Allah dalam roh dan kebenaran
, berarti menyembah dengan benar. Banyak gereja yang mengajarkan dengan tidak
tepat tentang Yesus. Menyembah Allah dengan benar, melibatkan pikiran kita saat
menyembah Dia. Jangan sampai waktu pulang gereja, menyembah dengan enak tapi
saat ditanya menyanyi lagu apa tidak tahu. Kata yagn diucapkan sungguh
dinikmati dengan pengenalan kepada Tuhan. Makin kenal, maka akan semakin
hormat. JE Packard, mengatakan,”Lebih menekankan Allah itu dekat dengan kita
daripada transedensi. Jangan bawa lagu, Allah itu baik saja, tanpa menyadari bahwa
Allah kita adalah Allah yang kudus, luar biasa, maha kuasa, begitu layak untuk
dihormati,diagungkan. Jangan hanya mengenal Allah sebagian. Allah begitu baik
dan mau mengerti kita. Jangan orang sembarang dengan Tuhan. Kalau terlambat jangan
katakan ,”Tuhan tahu anak saya banyak.” Kalau mengenal Tuhan, tidak mungkin
tidak beribadah. Ada yang mengira Tuhan hanya hadir saat khutbah disampaikan.
Padahal sebelum kita datang, Tuhan hadir. Tuhan yang inisiatif. Tuhan ingin mengenal
kita. Jangan alasan telat karena khotbah belum dimulai. Ditanya mengapa telat,
dijawab “Tidak apa mu-shi, yang
penting tahu khotbahnya. Kalau diundang Jokowi kita tidak berani telat. Padahal
saat Allah mengundang, kita datang tetapi kita berani-beranian telat datangnya.
Bagaimana sikap kita terhadap Allah? Kalau sungguh kita mengenal Tuahn, kita
tidak akan sembarang beribadah. Jadi menyembahlah Bapa di dalam roh dan
kebenaran . Ini menjadi jati diri kita.
2.
Jati diri sebagai pemimpin
Anda tidak mungkin memimpin seseroang ke tempat yang
belum pernah anda kunjungi. Untuk membawa orang ke tempat dalam, kita tidak
mungkin melakukan kalau belum pernah mengunjunginya. Kalau saya pergi ke daerah
Cengkareng saya tahu tempat-tempat makanan yang enak tapi di Kawasan Mangga
Besar saya tidak tahu. Di Cengkareng saya bisa menggambarkan indahnya dan
macetnya. Liturgis akan memimpin untuk membawa jemaat ke tempat yang dalam.
Setiap kali jadi liturgos itu hal yang saya mimpikan. Tidak mungkin memimpin
orang ke tempat yang akan dikunjungi kalau dia sendiri tidak pernah datang ke
sana.
3 aspek penting dalam memimpin penyembahan
-
Teologis
(theological). Tidak mungkin memperkenalkan kalau tidak kenal Tuhan
-
Music (musical).
Kenal teologi bagus tapi tidak kenal musik, maka tidak mungkin. Tidak mungkin puji-pujian
dipimpin oleh orang yang suaranya fals. Sebagai pemimpin ibadah harus
kembangkan aspek ini. TIdak ada orang yang begitu lahir langsung suaranya
merdu. Celine Dion tidak mungkin bisa menyanyi 7 oktaf tanpa berlatih. Untuk
punya aspek teologis, maka baca firman Tuhan dan buku-buku rohani. Untuk
musical, kita harus berlatih.
-
Pastoral (aspek
penggembalaan(. Yang dilayani adalah jemaat. Saat memimpin di depan, kita menjadi
gembala, menuntun jemaat. Saat berdiri di depan harus punya hubungan baik
dengan jemaat. Jangan sampai punya utang tapi belum dibayar. Apa Tuhan itu
baik? Bagaimana jemaat bisa menyembah Tuhan, kalau kita omong bicara dengnan
pedas, maka bagaimana bisa memimpin pujian? Karena dikatakan hanya di depan
saja, di belakang tidak.
Saya pernah belajar membuat khotbah yang baik. Kita
harus tahu hubungan dengan jemaat. Suatu kali ada 3 jemaat yang mengalami
kedukaan dan mereka punya keluarga yang cukup banyak di gereja. Jadi cukup
banyak jemaat yang mengalami kedukaan. Jadi saya berpikir , untuk menyanyi
lagu-lagu penghiburan. Tuhan yang peduli kita. Kita harus mengerti apa y ang
digumuli jemaat. Kita gunakan kata-kata yang baik, membangun. Jangan katakan,”Bapa-ibu
kok lemas belum makan ya?” padahal mereka baru makan. Seharusnya,”Bapak-ibu
mari kita menyanyi dengan lebih semangat!”
Renungan :
Seberapa cinta kita dengan
Tuhan? Karena semuanya tergantung pertanyaan ini.
Apakah dengan semakin
mencintai Tuhan, kita semakin menjadi orang Kristen?
Semakin sibuk di
gereja dengan segudang jabatan, apakah kita semakin mencintai Tuhan?
Mungkin ada yang
sudah lama meninggalkan Tuhan, saat ini ada yang ingin menjumpai Tuhan?
Siapa yang berkata, “Tuhan
ini aku, aku ingin lebih mencintai engkau Tuhan!”?
Sesi 2
Mazmur 33:1-3
1 Bersorak-sorailah,
hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi
orang-orang jujur.
2 Bersyukurlah
kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali!
3 Nyanyikanlah
bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!
Menyanyi adalah Perintah
“Bersorak-sorailah” adalah
perintah dan bukan undangan. Jadi menyanyi itu bukan pilihan. Sayang banyak
orang Kristen menjadikannya pilihan. Jadi kalau sedang tidak mood, tidak menyanyi. Saat “tanggal tua”
bernyanyi dengan keras karena merasa ssangat membutuhkan Tuhan. Bernyanyi,
bersorak, bermazmur, bermusik adalah perintah. Sebab Tuhan pantas dan layak
menerima puji-pujian dari kita dari apa yang telah dilakukanNya.
Ada 1 bagian yang
sulit dimengeri. Pada ayat 3 dikatakan “Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru”,
apakah setiap minggu kita harus menyanyikan lagu baru?
Paul Westermeyer
berpendapat bahwa ada 4 alternatif yang dimaksud dengan “nyanyian baru”:
1.
Menyanyikan lagu
baru. Kalau begitu lagu hymne tidak lagi
dinyanyikan (KPPK tidak laku).
2.
Menyanyikan lagu
lama dengan makna yang baru, dimaknai dengan lebih dalam atau dengan makna
berbeda. Dimaknai ulang, sehingga dinyanyikan dengan fresh
3.
Menyanyikan lagu
lama dengan gaya atau cara yang baru. Misal : lagu di KPPK ketukan 4/4 harus
begitu, padahal bisa diubah. Bila sedang kita nyanyikan dengan cara baru
mungkin penciptanya malah senang. Banyak anak muda tidak menyenangi lagu hymne
karena dinyanyikan dengan cara lama. Jadi kami mengaransemen dengan fresh (full band). Jadi banyak anak muda
di gereja kami yang senang lagu-lagu hymne. Ada anak muda yang tidak tahu lagu Amazing Grace karena ditinggalkan. Lagu
Hymne ditinggalkan karena dinyanyikan dengan cara lama. Padahal lagu “Kasih
Allah” maknanya dalam jika digubah menjadi bagus sekali. Tetapi banyak lagu
yang dinyanyikan dengan cara yang tidak pernah berubah.
4.
Lagu lama yang
baru dinyanyikan. Ada lagu kuno yang tidak pernah dinyanyikan.
Kemampuan memilih
lagu lebih penting dari kemampuan menyanyikan atau memainkannya. Kalau sudah
salah memilih lagu, betapa bagus pun lagunya maka menjadi kurang optimum. Kalau
lagu tidak sesuai kebenaran, maka tetap saja salah. Ini adalah lagu gereja (bukan
café), jadi harus sesuai Firman.
Bagaimana memilih lagu?
1.
Apakah sesuai
dengan kebenaran?
Ketika melihat lirik lagu, perhatikan apakah lagu itu
rohani atau tidak. Musik tidak menentukan. Kita tidak bisa membedakan ini lagu rohani
atau tidak dari music melainkan dari liriknya. Ketika mendengar lagu, jangan hanya karena
enak saja, tetapi perhatikan liriknya. Perhatikan liriknya apakah sesuai dengan
firman Tuhan atau tidak. Kita bersyukur untuk lagu rohani sekarang banyak yang
tidak ngaco. Ada yang ngaco tapi tidak mayoritas. Ada lagu rohani kontemporer yang
tidak dalam. Dalam lagu himne ada 4 bait dan 1 refrain. Bait pertama
keselamatan, kedua Roh Kudus dst-nya, itu merupakan doktrin teologi. Selama lirik
lagu tidak menyesatkan kita, masih tidak apa untuk dinyanyikan. Lagu Abba Bapa.
Di sini tidak jelas mana Yesus dan mana Bapa. Walau tidak dipisahkan tapi
masing-masing punya peranan.
2.
Apakah lirik
berbicara dengan jelas.
Lagu hymne memakai kata (istilah) lama sehingga terkadang
membingungkan. Seperti kata ‘dawat’ banyak tidak dimengerti. Ada lagu-lagu yang
membingungkan. Contoh lagu Karya Terbesar. Pujian
dari hatiku, selalu di setiap waktuku, tiada pernah berubah kasihKu. Sari
Simorangkir menyanyikan ”kasihku”. Ini adalah komitmen, saya tidak ingin
berubah. Setelah diubah menjadi “kasihKu”, liriknya jadi membingungkan. Jadi
maknanya harus jelas dan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti,
kecuali untuk konsumsi pribadi. Lagu seperti ini bila dinyanyikan dalam ibadah,
tidak semua jemaat bisa mengerti sehingga menjadi multi tafsir. Ada juga lirik
lagu Peganglah
tanganku, jangan lepaskan. Ini memberi kesan Tuhan bisa melepaskan tangan
kita. Jadi kita minta agar jangan dilepaskan, padahal tidak. John Piper pernah
mengkritisi lagu Above All “ We
change … and torn me above all”. John Piper berkata,”Tuhan memikirkan kita
lebih dari segalanya. Tuhan memikirkan diriNya juga bukan sekedar kita.” Tapi
diberi sanggahan, lagu ini dimulai dari above
all. Itu bukan semuanya tapi dari lirik di atas. Jadi yang dikomentari itu
tidak valid. Jadi bukan Tuhan menilai diriNya. Jadi jangan menilai lagu dengan
kejam dan katakan musik setan. Ada pendeta yang berkata, jangan menyanyikan
lagu “Jangan Lelah” karena menurutnya,”memang kita kontraktor?” Kita kan bekerja
di ladangnya Tuhan. Jadi tidak etis menilainya begitu. Maksudnya kita bekerja
di ladangnya Tuhan. Kita harus ingat keterbatasan bahasa puitis.
3.
Apakah lagu ini God-Centered?
Untuk
tahu hal itu, perhatikan “Tuhan seperti apa yang sedang digambarkan oleh lagu
ini?” Gambaran Tuhan seperti apa yang didapatkan dari lirik lagu tersebut.
Banyak lagu kontemporer yang tidak menggambarkan Tuhan. Seperti lagu “Kumau
Cinta Tuhan Yesus Selamanya”. Ini ungkapan saja, tidak jelas menggambarkan
Tuhan. Beda dengan “Suci Suci Suci” : Allah
yang suci, Allah maha kasih, Allah Tritunggal patut dipuji. Bait kedua Suci
Suci Suci, Allah yang dipuji, di depan tahtaMu menerima mahkotaNya. Memberi
mahkotaNya , adegan di Wahyu keempat mahluk melemparkan mahkota. Baru 2 lirik
menggambarkan karakter di Alkitab. Memang lagu himne lebih baik. Walau sekarang
lagu kontemporer juga membaik. Seperti lagunya JPCC, “Yesus Yesus Tuhan”. Yesus Kristus Tuhan. Liriknya sudah dalam.
4.
Apakah lagu ini Gospel-Centered?
Gospel-Centered: Dalam berbicara tentang pengabdian dan respon kita atas karya Allah Merupakan
respon terhadap anugerah bukan karena untuk mengumpulkan perkenanan Tuhan.
Apakah lirik hanya berbicara tentang komitmen kita sendiri dan pengabdian kita Sendiri
dari pada kesadaran akan semuanya adalah manfaat dari karya Tuhan. Inti Injil adalah Allah mengasihi kita bukan
semata dari apa yang kita lakukan. Bukan dengan makin banyak menyanyi , Tuhan
makin menyayangi kita. Lagu KPPK, Trust
and Obey diterjemahkan “percayalah dan patuh padanya pasti dikasihNya,
percayalah.” Padahal Tuhan kasih kita ketika kita masih berdosa. Padahal lagu aslinya
“To be happy in Jesus” Untuk bahagia dalam Yesus (bukan untuk dikasihi Yesus). Ini
perbedaan besar. Jadi di gereja , kita bandingkan mana terjemahan yang jelas.
Karena KPPK tidak jelas, kami pakai Kidung Agung, PPK, atau bila tidak ada yang
bagus saya terjemahkan sendiri. Yang penting tidak keluar dari maknanya.
Terjemahan tidak mutlak, yang penting melodi dan lirik aslinya.
5.
Apakah lagu ini
selaras dengan doktrin gereja, visi dan budaya kita?
6.
Perhatikan jenis
lagu.
Ada lagu yang ke atas berbicara tentang Tuhan seperti “Kumau
Cinta Yesus” (panah ke atas), ke bawah (carilah dahulu kebenarannya). Worship Leader berperan sebagai imam (Tuhan
sedang bicara kepada jemaat). Atau ke samping (datanglah ke baitnya) dan itu
ajakan. Jangan semua lagu arahnya ke samping. Untuk ibadah harus kaya. Ada yang
panah ke atas, ke bawah dan ke samping.
-
Lihat tema,
apakah lagu cocok dengan tema. Untuk lagu persembahan atau pembukaan harus
dipilih yang sesuai.
-
Berdasarkan
tempo, apakah lagu cepat dan lambat. Jangan semua lagu cepat sehingga jemaat
ngos-ngosan nyanyinya terutama jemaat usia indah.
7.
Perhatikan melodi
/ musiknya
Berdasarkan
style musik dari lagu tersebut.
Contoh : lagu “Allah Ditinggikan”. Allah
ditinggikan dengan sorak sorai dengan sangkakala. Waktu dibuat menjadi irama
dance dan rock hasilnya berbeda. Ada yang jenisnya dance tapi cara menyanyinya tidak, sehingga tidak enak. Maka harus
tahu style nya agar bisa disesuaikan
dengan gerakannya.
-
Apakah melodi
mudah diikuti ? Melodi juga jangan sulit diikuti oleh jemaat.
-
Apakah melodi
mudah diingat? Contoh yang mudah : Haleluyah 12 x. Yang susah contohnya : “Di
dalam dunia yang penuh liku.” Sulit dan pasti tidak mudah diingat.
-
Apakah sesuai
dengan range vocal standar? My Tribute atau lagu “Selidiki Aku”
(dari C dinaikkan ke D), Saat menyanyi “Yesusku Nyanyi dan Bersoraklah baginya
Pujian Hormat Kuasa bagi Raja” dari tangga nada B diubah menjadi C serba susah
karena jadi ketinggian. Jadi diakalin menyanyi di A baru masuk suara pria).
-
Apakah melodi
(music) dan lirik saling menguatkan
Bagaimana menyusun lagu?
-
Utamakan
kesesuaian dengan segmen liturgi ibadah. Paduan suara seperti tambahan atau
selingan. Seharusnya disesuaikan dengan liturgi. Jadi tergantung tema, lagu
padus bisa ditempatkan. Lagu “Kumau sepertimu Yesus” ditaruh sebelum firman. Lagu
padus jangan jadi tempelen,seperti tontonan. Padahal itu bagian dari liturgi.
-
Perhatikan
keseimbangan. Jadi bicara 1 karakter Tuhan. Apalagi ibadahnya ada orang muda dan
orang tua.
-
Perhatikan pesan
yang disampaikan.
-
Perhatikan visi
gereja lokal.
Bagaimana menyanyikannya?
-
Pelajari yang
akan kita nyanyikan ; jangan nyanyikan lagu dengan keras sampai selesai.
Perhatikan dinamikanya. Musik kontemporer lebih dinamis pada refrain. Musik
himne satu. Ada interlude, overtune. Ada dinamika yang harus dibangun.
=
Perhatikan lirik lagu tersebut
=
Perhatikan melodi lagu tersebut
=
Perhatikan pesan yang disampaikan
=
Perhatikan aransemen dan dinamika lagu tersebut.
=
Perhatikan cara bernyanyi
-
Jangan menyanyi
tanpa ada gerakan tangan. Apalagi menyatakan cinta dengan melibatkan perasaan
=
bernyanyilah dari hati
=
libatkan juga perasaan, pikiran dan fisik
-
Kuasai aransemen
lagu
Ada ibu
yang tidak tahu intro. Untuk 4/4, 1 bar ada 4 ketukan. Jadi bila 4 bar ada 16
ketukan. Hitung 16 ketukan sesuai tempo. Tapi jangan bicara. Sudah 15 ketukan
baru tengok ke saya. Kadang tidak peka dengan ketukan.
-
Perhatikan
dinamika bernyanyi. Kapan keras dan lembut sehingga menjadi lebih enak
-
Perhatikan frasering, penggalan kalimat. Saat
menyanyikan lagu : “jadikan aku Tuhan” lalu mati lampu, di sambung lirik “rumah
doaMu”. Tidak bisa satu nafas sehingga maknanya jadi salah. Di Padus harus tahu
kapan mengambil nafas.
Bagaimana mengaransemen?
Perhatikan beberapa
hal ini :
= perhatikan tema dan pesan lagu.
Lagu “Hai Bangkit Bagi Kristus” suasana perang harus
dinyanyikan dengan mars.
= nada dasar.
Kalau
tidak , tidak ngangkat. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Dia baik. Pilih :
berbahagialah orang yang kesukaannya (orang bergerak dan bersukacita) jangan
nyanyi di persekutuan anak muda.
= Tentukan
tempo.
Jangan
main dengan kelambatan atau kecepatan. Misal : nyamanlah….jiwaku…. lama dan
nafasnya susah. Seharusnya lebih cepat. Di keyboard 75-80. Pakai 60. Ada lagu
yang dinyanyikan dengan lama jadi tidak enak. “Segala puji hormat syukur
kunaikan kepadaMu..” seharusnya lebih cepat.
= Buat intro
(yang jelas), interlude (jangan terlalu panjang seperti kaset memenuhi pita), ending yang baik. Beli lagu online supaya panjang dibuat interlude
yang panjang supaya 5 menit jadi suasana tidak baik. Ending yang baik jangan sampai asal-asalan. Tentukan ending, kalau tidak ditentukan
berbahaya. “Kuberjuang sampai akhirnya, kaudapati aku sampai akhirnya. Kaudapati
Aku tetap setia…” Kalau tidak, maka pemusik dan singer ikut-ikutan menebak.
= Tentukan
dinamika lagu
= Buatlah song map. Sebelum pelayanan, dibayangkan
dulu lagunya. Jangan sampai lagunya Panjang dan mulai berulang kali. Contoh : Lagu
“Kau yang terindah”. Dari Refrein mulai dari awal. Karena mulai lagi dari awal
5 menit, jangan nyanyi 10 menit karena lama membuat jemaat bosan. My Tribute
sudah panjang ada interlude.
· Song map merupakan pemetaan lagu.
· Rencanakan pengulangan bagian-bagian lagu
· Hindari terlalu banyak mengulang lagu.
QA
Allah yang mana yang digambarkan?
Ada lagu rohani bisa
dinyanyikan agama lain. Lagu “Roh Allah” jangan dibuat lambat.
Kalau lagu kontemporer,
ada yang diciptakan untuk penjangkauan (lagu GMB tidak ada kata Tuhan sama
sekali, kita harus tahu penciptaannya. Lagunya diarahkan kepada Tuhan). Kau
adalah darahku, jantungku, lengkapi dirku… oh Yesusku, kau begitu sempurna.
Padahal awal lagu diciptakan bukan untuk Tuhan). Untuk saya bila ditujukan
untuk Tuhan, tidak apa-apa. Kalau untuk cinta pria dan wanita, jangan!
Remaja berangkat
dari sekolah Minggu. Kelemahan ibadah Sekolah Minggu di gereja Injili, kita
tidak mengajar untuk menyembah tapi mengajar untuk menyanyi. Ketika di remaja
diajar menyembah mereka kebingungan. Seperti Abba Love anak diajar menyembah
Tuhan bukan hanya menyannyi. Happy ya..ya.. Tetapi di remaja , merem. Ditambah
mulai banyak malu, tidak mau ekspresi. Berikan teladan (contoh). Pengurus
remaja duduk di depan untuk kasih contoh. Itu menolong Worship Leader kasih enersi. Anak-anak dapat contoh. Untuk remaja
tetaplah bersemangat tapi jemaat tidak bernyanyi, tetap harus bersemangat.
Karena jemaat tidak mungkin lebih dari Worship
Leader.
Penentuan nada dasar
bagaimana? Alto pilih nada rendah jadi tidak ‘ngangkat’.
Lihat case by case, tergantung lagunya juga.
Kalau nadanya terlalu
rendah Worship Leader susah.
Kalau kita lihat Hillsong,
Worship Leader-nya ada yang cewe dan cowo. Ada Worship Leader-nya cewe , cowo susah nyanyinya. Jadi di Hillsong dikombinasikan.
Selain Worship Leader ada juga co-Worship
Leader, dikombinasi cowo dan cewe atau dibagi suara. Lagu rendah tidak
kerendahan dan sebaliknya. Tapi jemaat tidak bisa ikut suara tiga. Worship Leader yang tidak bisa nyanyi
sulit, maka harus ia merasanyaman. Bila jemaat di nada A, sedangkan Worship Leader di nada F, maka ambil
tengah-tengah (G). Jadi jemaat lebih rendah, Worshilp Leader lebih tinggi sedikit.
Satu tim terdiri
dari 3 orang. Hanya ada 4 tim di gereja. Jadi pasti pelayanan 1 bulan sekali.
Makin naik standar
makin sedikit yang melayani. Hanya ada 4 orang yang bisa melayani. 1 orang
untuk 3 kebaktian.
Contoh lagu yang
lirik dan melodi yang menguatkan.
Misal tangga nada
mayor dan minor. Tapi ada lagu riang dengan tanda minor.
Widodo suara bagus.
Himne dengan band,
suaranya harus disesuaikan. Khusus lagu kontemporer harus tahu register chest head atau mix. Diawal
perama dengan chest voice dengan santai.
What can wash away my sin? Oh Preious is the flow.
That makes me white as snow. Dari
pertama sampai habis dengan cara sama, jadi perlu belajar dinamika. Membangun
emosi penting, walaupun bukan nangis-nangis. Kita giring emosi juga penting.
Karena itu aka nada klimaks. Klimaks lagi pada refrain ke berapa. Kalau pakai head, ada energi yang berbeda.
Kalau grogi, maka
yang direncanakan lupa. Cara mengatasi grogi, persiapan dengan baik. Pastikan
Cari Worship Leader jangan terlalu banyak.
Kalau 3 bulan sekali terlalu jauh. 3 bulan lagi memimpin akan gementaran.
Rasanya mulai lagi. Makin sering, makin baik.
Peran singers sebagai backing vocal. Suara singer jangan sampai lebih kencang dari suara Worship Leader. Tidak perlu nyanyi
dengan suara penuh. Jangan jadi singer
suara habis. Sehingga tidak enak dengarnya.Jadi jangan full
Lead vocal
dominan, singer yang backing. Singer
yang bagi suara sehingga lagu jadi lebih berwarna.
Singer lebih halus
dan lebih enak kedengaran. Kalau semua teriak jadi gaduh.
Menyanyi dengan tim,
tempo dan ketukan harus tepat. Singer harus tahu bagiannya.
Irene
Lagu “Betapa
tingginya, betapa lebarnya”, saya tidak tahu lagunya
Worship Leader
bisa senyum, energi positif baik. Ada Worship
Leader yang baru semangat di tengah. Jangan bilang, “Bapak-ibu ini lagu
terakhir, jadi semangat!” Pilih kata yang baik. Jangan ajak bergerak untuk
badan sehat. Jadi bukan sebagai olah raga. Juga penting gesture. Gerakan kaki dan tangan akan menolong. Kalau lagu ada beat
tertentu, bozanova. Dapat ketukannya dengan bergerak. Ada menjentikan jari
untuk lagu “Jalan Hidup Orang Benar”. Nyanyi dengan beat dan membuat orang mau
bergerak. Kalau perlu belajar gerakan salsa.
Tepuk tangan yang
benar di ketukan dua dan empat. Jangan di ketukan 1 dan 3. Tapi kalau salah , tidak berdosa. Lebih enak
beat nya. Lagu seperti ini, gesture
penting.
No comments:
Post a Comment