Pdt. Jimmy Lucas
1 Tawarikh 16:23-27
23 Bernyanyilah
bagi TUHAN, hai segenap bumi, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari
hari ke hari.
24 Ceritakanlah
kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di
antara segala suku bangsa.
25 Sebab besar
TUHAN dan terpuji sangat, dan lebih dahsyat Ia dari pada segala allah.
26 Sebab segala
allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.
27 Keagungan
dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan sukacita ada di tempat-Nya.
Gereja Tempat Menumbuh-kembangkan Spiritualitas (Bukan
Sekedar Religiusitas)
Ada seorang anak yang berlatih secara
tidak rutin di dojo (tempat latihan bela diri) yang saya dirikan. Terkadang dia
datang dan terkadang tidak sehingga ia tidak tahu bahwa selama Jumat Agung
sampai Paskah ini dojo ditutup. Mama anak tersebut menelpon dan meminta saya
untuk mengajaknya kembali ke gereja. Sehingga waktu bertemu anak tersebut saya bertanya
kepadanya, “Menurut kamu, saya siapa? Dia menjawab,”Sensei (sebutan untuk guru)”. Setelah berbincang-bincang sejenak, saya
pun mengundangnya untuk datang ke gereja. Dia setuju namun dia mau ke gereja
dengan syarat bahwa setelah itu dia tidak mau pergi ke gereja dengan mamanya. Saya
bertanya alasannya. “Gereja membosankan. Saya bukan bagian dari sana”jawabnya. Seringkali
gereja menjalankan ibadah begitu-begitu saja karena sudah ada ritualnya (harus
begini-begitu). Kita lupa bahwa gereja bukanlah sekedar tempat ibadah tetapi tempat
di mana spiritualitas ditumbuhkembangkan (bukan tempat di mana religiusitas dan
tata cara ibadah dikembangkan!) . Ada perbedaan antara spiritualitas dan
religiusitas.
Dalam religiusitas, kita cenderung
beragama. Kita datang memastikan bahawa liturgi dan semuanya berjalan dengan
baik. Bahkan kita cenderung untuk sekedar melakukan 5-D (datang, duduk, diam, dengar,
doang) setelah itu pulang, tidak ada hidup dalam religiusitas. Hal ini berbeda
dengan spiritualitas, di mana orang mengalami Allah dan saudara seimannya. Kalau
gereja menjadi tempat untuk bertumbuhkembangkan spiritualitas maka ia menjadi
tempat yang menarik bahkan bagi anak kecil sekalipun. Memang saat merayakan
Paskah , di gereja dibuat acara khusus seperti drama. Saya tadi bertanya kepada
Joan (anak saya) saat pujian dinaikkan , “Joan, seru tidak?” Dia menjawab,”Seru”.
Dia senang beribadah. Bersungguh-sungguhlah melayani dan beribadah, walaupun dengan
tatanan ibadah biasa, spiritualitas sedang dibangun. Bahkan seorang anak kecil
pun bisa merasakan itu. Mari kita bersama-sama menumbuhkan spiritualitas, bukan
hanya 5-D saja dalam beribadah. Ketika kita mendengarkan firman Allah hari ini,
mari kita tetapkan hati kita ingin
mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan, mengalami Tuhan dan bertumbuh dalam
Tuhan.
Bila Yesus Lahir di Zaman Sekarang
Saya bersyukur Yesus tidak lahir
di zaman sekarang karena di zaman sekarang, segala sesuatu banyak tergantung pada
gadget. Begitu gadget bermasalah, maka berita kelahiran Yesus akan berhenti juga.
Tetapi faktanya berita tentang Yesus berkumandang sampai sekarang. Orang berbicara
dari mulut ke mulut dan kisahNya diberitakan. KisahNya berkembang di hati tiap
orang. Allah lahir di dalam diri manusia. Kalau Yesus lahir di zaman sekarang,
belum tentu perilaku kita lebih baik dari orang Farisi. Sekarang banyak gereja
yang hanya tumpang tangan-kaki (tumpang tindih) sehingga sulit dipercaya. Kita bisa
percaya kepada Tuhan Yesus karena anugerah semata. Dalam drama tadi, Yesus dihakimi
di pengadilan dan divonis bersalah. Beruntung, itu hanya sekedar mimpi. Karena
di Alkitab dicatat bahwa Pilatus bahkan tidak menyatakan Yesus bersalah. “Aku
tidak menemukan kesalahan apapun pada orang ini”, katanya. Tetapi akhirnya
Yesus divonis mati dan Pilatus cuci tangan. Yesus diperlakukan dengan tidak
adil ,jauh lebih tidak adil dibanding putusan yang dijatuhkan pada A Hok. Ini
penting untuk ditegakkan. Yesus layak menjadi “domba” untuk menebus dan
menggantikan kita hanya karena Dia tidak bercacat. Vonisnya mengkonfirmasi
ketidakberdosaannya sehingga Ia layak menjadi Juruselamat.
Paskah : Sejarah dan Inti Kekristenan
Jürgen Moltmann (1926, teolog
Jerman) mengatakan sebuah kalimat penting tentang Paskah,”Dari Jumat Agung
sampai Paskah terbentang sejarah dan inti kekristenan. Sesungguhnya melalui Jumat
Agung sampai Paskah terbentang sejarah manusia masa lalu, masa kini dan masa
depan karena di dalam Jumat Agung Allah menangis bersama manusia sehingga suatu
saat Allah bisa tertawa dengan manusia.” Saya sangat setuju dengan pernyataan Juergen
ini. Karena kita bisa melihat, sesungguhnya ada tangisan, masa kelam, awan
gelap ketika Jumat Agung diperingati. Di situ Juruselamat disalibkan. Di situ
kita merasakan hawa kekalahan tetapi 3 hari kemudian Juruselamat dibangkitkan
dari orang mati. Di sana pada Jumat Agung ada tangisan dan kekalahan, namun 3
hari kemudian Ia bangkit dari orang mati. Di sana tempik sorak dan gegap
gempita kemenangan dikumandangkan karena kematian tidak mengalahkan Juruselamat.
Pada waktu itulah orang percaya tertawa besama dengan Allah. Namun itu bukan
akhir dari cerita karena dalam teologi kekristenan diajarkan bahwa ada masa di
mana penderitaan dinyatakan dan akan tiba masa di mana kemuliaan dinyatakan.
Kemenangan Paskah adalah pintu gerbang kemenangan yang ingin kita tuju,
kemuliaan bersama Allah di surga yang
kekal. Jumat Agung sampai Paskah adalah sebuah kisah di mana Allah bekerja
dalam sejarah untuk terus berkarya di dalam hidup umatNya.
Allah Pencipta Langit dan Bumi Sekaligus Penyelamat
UmatNya
Saya bingung juga ketika diminta untuk menyampaikan
khotbah Paskah dengan ayat 1 Tawarikh
16:23-27. Apa hubungannya ayat ini dengan Paskah? Saya berpikir terus. Saya
berdoa dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Tuhan apa maksudnya? Dikisahkan Daud yang bukan
siapa-siapa melainkan seorang gembala domba, diurapi untuk menjadi gembala
Israel. Setelah diurapi, ia mengalahkan Goliat dan kemudian menjadi orang
kepercayaan Raja Saul. Saul menikahkan Daud dengan anaknya. Singkat cerita,
Daud digadang menjadi panglima seluruh tentara Israel dan digadang mungkin bisa
menggantikan Jonatan menjadi raja. Saul merasa kerajaan dan posisinya terancam
dan menganggap Daud sebagai musuh dan terus mengejar dan ingin membunuhnya.
Sampai akhirnya Allah benar-benar menaklukkan seluruh Israel ke bawah kaki Daud.
Di dalam proses itu, bangsa Israel sempat mengalami masa kelam (kejatuhan). Kemudian
tabut perjanjian dirampas oleh orang Filistin. Pada momen itulah bangsa Israel sebagai
bangsa merasa hancur, tidak berdaya dan dipermalukan. Saat Tabut ditahan, Daud
terus melakukan peperangan. Tabut ini adalah Tabut Allah, tidak ada orang normal
yang ingin dan berani melakukan macam-macam dengan Tabut Allah. Saat ia berada di
tengah-tengah bangsa Filistin, bangsa Filistin diserang penyakit sampar dan
koreng. Orang Filistin mengatakan, “Ini semua gara-gara Allah orang Israel ada
di tengah-tengah kita. Kita ditulahi. Buang dan keluarkan!” Akhirnya Tabut
Allah dikeluarkan dengan memberi banyak persembahan. Begitu banyak emas. Jadi
Allah berperang dengan tanganNya sendiri, bangsaNya tidak bisa membelaNya.
Tabut itu keluar dari tanah Filistin dan masuk ke rumah salah seorang Israel (rumah Obed-Edom).
Singkat cerita, Daud mengalami kemenangan dan menjadi raja atas seluruh Israel
dan ia berkata, “Saya mau menjemput Tabut Perjanjian dari Kiryat Yearim aku mau
membawanya keluar.” Daud memberi kereta baru dan tabut perjanjian ditaruh di
sana. Uza dan Ahyo ada di sana membawa kereta itu. Sepanjang jalan Daud melompat
dan menari-nari. Di tengah jalan kereta itu jatuh. Begitu kereta terpeleset, Uza
bukan memegang keretanya tapi memegang Tabut Perjanjian, padahal itu dilarang. Karena
yang berhak memegang dan melihatnya adalah para imam. Saat Uza mengulurkan
tangannya, Allah menghantamnya (mungkin dengan halilintar) sampai mati. Tempat
di mana Uza mati disebut Peres-Uza (Uza yang tertembus mati). Gara-gara itu
Daud marah tapi juga ketakutan. Tabut itu ditaruh di rumah Obed Edom lalu Daud
pergi berperang. Setelah kalahkan Filistin dan mengokohkan kerajaannya, baru kemudian
ia berkata,”Ayo kita jemput tabut perjanjian.” Tabut perjanjian dibawa keluar. Kali
ini yang membawa keluar tabut adalah para imam. Orang Lewi berada di depan,
memainkan musik dan menyanyikan pujian bagi Allah. Ratusan bahkan ribuan orang
mengiringinya. Daud berada di paling depan, melompat dan menari-nari. Sebelum
berjalan, dipersembahkan 7 hewan korban bakaran dan begitu sampai juga
dipersembahkan hewan korban bakaran.
Setelah tabut masuk ke dalam Kemah
Suci, lalu Daud meminta Asaf dan puaknya untuk menyanyikan nyanyian pujian.
Inti pujiannya : Allah berjanji bahwa bangsa Israel akan menjadi bangsa yang
besar dan menduduki tanahnya sendiri. Di dalam perjalanan itu, bangsa Israel
mengalami begitu banyak tantangan dan masalah, tetapi Allah menjaga dan
melindungi umatNya. Sehingga kemudian bangsa Israel memiliki tanah perjanjian. Daud
pada ayat 23-36 akhir perikop itu, isinya fondasi teologi mengapa Daud memuji Allah.
Inti teologinya hanya dua. Yang pertama, Allah adalah Percipta langit dan bumi,
Ia yang memimpin bangsa Israel keluar tanah perbudakan dan memasuki tanah
perjanjian. Ia yang memimpin bangsa Israel memenangkan peperangan demi
peperangan adalah Pencipta Langit dan Bumi. Ia bukan saja Pencipta langit dan
bumi, tetapi ia adalah Penyelamat umatNya. Daud memuji Allah karena ia melihat
apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan umatNya, menggenapi janjiNya. Ia memuji
Allah sebagai Pencipta dan kemudian memutuskan menyelamatkan umatNya. Di situ
inti pujian Daud. Buat saya wajar sekali Daud melompat dan menari. Daud melihat
dirinya sebagai prototipe bangsanya. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil di
tengah bangsa asing.Merekaa tinggal di tengah bangsa Mesir. Daud adalah kecil
dan anak muda yang tidak dihitung oleh keluarganya. Ia ada di padang belantara,
padang penggembalaan. Tetapi lalu Allah
memanggil Daud dan bangsa Israel keluar. Lalu bangsa Israel mengembara di
padang gurun selama 40 tahun. Daud mengembara di padang gurun, menghindari
serangan dari Saul. Bangsa Israel memasuki dan memenangkan peperangan demi
peperangan, mengalami jatuh bangun. Ini juga yang dialami oleh Daud. Daud
melihat bahwa Allah setia pada Daud dan menggenapi janjiNya padanya. Daud
melihat bahwa Allah setia pada bangsa Israel dan menggenapi janjiNya pada
bangsa Israel. Mengapa Allah begitu powerful
walaupun situasinya tampak tidak memungkinkan dan begitu mengenaskan? Karena
Allah itu Pencipta. Ia Pemilik langit dan bumi. Ia begitu berkuasa, tidak ada
satu pun yang bisa menghalangi kuasaNya. Allah yang berkuasa dan Pencipta ini mengikatkan
diriNya pada satu ikatan dan hubungan perjanjian yang begitu dalam dan kuat. Bahwa Aku bukan saja Pencipta tapi juga Penyelamat
bagimu di mana pun kau berada dan apa pun yang terjadi dengan hidupmu, di situ Aku
ada dan menggenapkan janjiKu dalam hidupmu. Itu sebabnya Daud melompat dan menari
karena Pencipta langit dan bumi adalah juga Penyelamat bagi dirinya. Allah adalah Allah yang luar biasa. Di dalam
kemahakuasaanNya tidak ada yang bisa menghalangi apa yang dijanjikan pada kita.
Allah adalah Allah yang setia pada janjinya sehingga Yosua dalam kitab Yosua 23: 14 mengatakan,”Maka sekarang, sebentar lagi aku akan menempuh jalan segala yang fana.
Sebab itu insaflah dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu, bahwa satupun dari
segala yang baik yang telah dijanjikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, tidak ada
yang tidak dipenuhi. Semuanya telah digenapi bagimu. Tidak ada satupun yang
tidak dipenuhi.” Itu Allah, Pencipta Langit dan Bumi. Ketika Ia mengeluarkan
kalimat janji, Ia menggenapiNya. Satu pun tidak ada yang tidak dipenuhi. Semua
dipenuhi Allah. Dia Maha Kuasa. Dia menetapkan hati menggenapi apa pun yang Dia
janjikan.
Keselamatan Melalui Darah Anak Domba
Juruselamat
dijanjikan Allah ketika Adam dan Hawa tergoda makan buah pengetahuan yang baik
dan jahat. Adam jatuh ke dalam dosa. Allah bertanya kepada Adam,”Adam , apa
yang kamu lakukan? Mengapa engkau makan buah pengetahuan yang baik dan yang
jahat” Namun Adam berkelit,”Jangan marah dulu, kalau bukan gara-gara perempuan
yang Kau berikan, saya tidak jatuh dalam dosa.” Dengan kata lain, Tuhan yang disalahkan
oleh Adam (Adam tidak merasa bersalah). Kalau bukan Allah, perempuan ini yang bersalah.
Lalu Allah bertanya kepada perempuan,”Apa yang kau lakukan ini?” Hawa menjawab,
“Tuhan, aku dibujuk oleh ular.” Jadi yang disalahkan ular. Tuhan tidak bertanya ke ular, karena ular akan
bingung mau salahkan siapa lagi. Allah adil dan tidak pernah bias dalam
penghakiman. Itu sebabnya Adam, Hawa dan ular dihukum. Tetapi tepat pada momen
itu, Allah mengambil cawat yang dibuat dari pohon air dan menggantikan dengan
kulit binatang. Ketika diberikan pakaian kepada Adam dan Hawa, maka pada saat
itu ada darah yang dicurahkan. Allah bukan saja memberikan jalan keselamatan
tetapi juga menunjukjan bagaimana keselamatan itu terjadi. Akan tiba saatnya
darah dicurahkan untuk menyelesaikan
masalah dosa ini, itu sebabnya persembahan Kain ditolak oleh Allah. Persembahan
kain ditolak bukan karena Kain memberikan buah yang busuk. Waktu itu manusia
hanya ada paling banyak 4 orang. Adam, Hawa, Kain dan Habil. Walau Adam dan
Hawa diusir tetapi interaksi antara manusia berdosa dengan Allah masih terjadi
secara langsung. Interaksi (keberadaan) Allah bisa dirasakan begitu kuat bagi manusia.
Maka manusia yang paling berengsek sekali pun tidak berani memberikan
persembahan buah busuk. Pasti memberikan buah yang terbaik. Tetapi mengapa persembahan
terbaik sekalipun ditolak oleh Allah? Karena tidak dilandasi oleh iman.
Saya
percaya orang tuanya bertanya, “Mengapa hidup begitu susah?” Dulu mau Mangga, Buah
Naga, Durian langsung ada (datang). Mau apa tinggal datang. Bapaknya
berkata,”Itu karena mamamu lah, jadi gue makan buah”. Mamanya membalas,”Yang
salah juga kamu, harusnya kamu menjaga saya. Sudah tahu saya salah tapi kenapa diikuti?”
Saling menyalahkan dan ribut. Sebetulnya Tuhan berbelaskasihan. Ia menggantikan
cawat daun dengan pakaian bulu domba. Tetapi ini pertanda Allah berkenan persembahan
seperti ini yang Tuhan mau. Bahwa sebetulnya dosa hanya bisa diselesaikan
dengan darah. Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan dosa. Jadi ini
persembahan yang Allah berkenan. Kain dan Habel sudah mengerti. Tetapi Kain tetap
tidak memberikan persembahan darah, ia tetap memberikan buah yang terbaik. Dengan
kata lain Kain tidak punya iman yang dituntut untuk memberikan persembahan yang
seharusnya kepada Allah sehingga persembahannya ditolak. Sejak dari awal
manusia jatuh dalam dosa sampai Yesus datang, simbol dan tanda Allah ingin menyelamatkan
dengan mencurahkan darah anak domba Allah. Itu tanda yang terus dikumdangkan mulai
dari tabut perjanjian sampai bait Allah didirikan , ini semua simbol mengacu
pada karya Allah di dalam diri Yesus
Kristus. Ketika Allah berjanji sampai masa janji itu digenapi ada masa yang
begitu panjang. Ribuan tahun lamanya bangsa bangkit melawan bangsa, peperangan
terjadi, gempa bumi yang dahsyat, banjir besar, masalah pembuangan , pemimpin iman
yang gagal, jatuh-bangunnya manusia. Semua terjadi di sepanjang sejarah
manusia. Namun apa pun yang terjadi, Allah tetap mengenapi janjiNya. Karena Ia Pencipta
yang mengeluarkan janji dan berkomitmen untuk menggenapi janji itu. Allah Perjanjian
Lama adalah Allah Pencipta yang berdaulat dan memutuskan untuk menyelamatkan umatNya apa pun
yang terjadi dalam hidup umatNya. Itulah yang Allah lakukan untuk menyelamatkan
umatNya. Allah Perjanjian Baru adalah Allah yang sama. Kita tidak menyembah 2
Allah yang berbeda.
Di
dalam Kolose 1:15-22 dikatakan tentang Yesus, “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama
dari segala yang diciptakan, karena di
dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia
dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu
ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang
pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam
segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan
Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala
sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga,
sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah
dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani
Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak
bercacat di hadapan-Nya.
Yesus
Pencipta Langit dan Bumi, memutuskan untuk turun ke dalam dunia mengambil rupa
seorang hamba. Sehingga dalam Filipli
2:5-11 dikatakan,”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan
yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan
yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus
adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Di Dalam Paskah Kita Diingatkan akan Janji Allah untuk
Menyelamatkan UmatNya
Dia Pencipta Langit dan Bumi memutuskan untuk
menanggalkan jubah kemulianNya dan mengenakan jubah hina manusia menjadi sama
dengan kita, mati di kayu salib untuk menggenapi apa yang telah Allah janjikan
kepada umat manusia. Alasan Sang Pencipta itu tidak lalai menggenapi janjiNya
itu walaupun tampak lama, sulit, namun ketika Ia berkomitmen untuk
menyelamatkan , Ia pasti menyelamatkan. Itu sebabnya ketika Daud melihat karya
keselamatan dalam kehidupannya dan bangsanya, ia menari, melompat dan
bersorak-sorai. Ia mendorong umat Israel untuk memuji , meninggikan dan
menceritakan perbuatan Allah yang dahsyat. Kalau kita berpikir bahwa Paskah
adalah perayaan biasa dari orang Kristen. Paskah tidak pernah menjadi perayaan
biasa. Sebab di dalam Paskah kita diingatkan bahwa Allah pernah berjanji dan
Allah menggenapi janjiNya di dalam kemahakuasaanNya. Allah Sang Pencipta itu
memutuskan turun ke dunia turun ke dalam dunia untuk menyelamatkan umatNya.
Allah yang besar ini memberikan diriNya
untuk kita. Bila anakNya saja Ia berikan, tidak ada apa pun di dunia ini yang
baik yang ditahan dari kita. Itu sebabnya kita berlompat dan bersukacita. Pada
kebaktian Jumat Agung nuansanya kuburan, gelap dan kaku, sedangkan sekarang
suasananya merah cerah, penuh sukacita karena ada sesuatu yang berbeda.
Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang
menghalangi Allah menggenapi janjiNya dalam kehidupan umatNya.
Suatu kali William G House mengatakan ,”Dalam tradisi
ortodoks Yunani, Paskah dirayakan dengan menceritakan leluceon. Leluconnya kurang
lebih , “Iblis berpikir mereka bisa mengalahkan Allah. Melalui Penyaliban ia sudah
menang. Namun ia begitu terkejut ketika Kristus bangkit dari orang mati.” Saya
tidak mengerti apa lucunya kisah tersebut. Yesus telah disalibkan tetapi
kemudian Dia bangkit. Iblis berpikir sejak manusia diciptakan, digunakan segala
cara untuk menjatuhkan manusia seperti melalui sakit penyakit, bencana alam dan
segala sesuatu, tetapi ternyata Dia tetap datang dan disalibkan, mati dan kita
menang. Ketika Yesus bangkit hari ini, iblis gagal dan kalah.
Ketika Pencipta
merencanakan atau berkehendak, tidak ada apa pun di dunia ini yang bisa
membatalkan rencana dan kehendakNya. Ketika Allah bekerja tidak ada yang bisa
menghalanginya. Semua agama percaya hal itu. Apakah tidak ada perbedaan kita
dengan mereka? Perbedaannya terletak
pada diri Yesus Kristus! Ketika kita percaya kepada Yesus, kita terhisap di
dalam Yesus, kematian dan kebangkitanNya, menjadi milik Allah, anak-anak Yesus,
kita berada di dalam Allah, Allah untuk kita dan kita untuk Allah . Ketika kita
percaya Yesus, Allah Immanuel (Allah beserta dengan kita). Sang Pencipta itu,Yang
Maha Kuasa itu, Yang Maha Ddahsyat , Yang Kekuasaan Tidak Tertandingi itu, Yang
RencanaNya Tidak Akan Dibatalkan itu, Dia ada, hadir, berjalan bersamamu,
memegang tanganmu, Dia menyelamatkanmu sampai pada akhirnya. Yesus dalam
menggenapi rencana Allah tidak meleset barang sedikit pun. Bahkan sampai
kalimat “Aku haus” yang bukan kalimat signifikan, tetapi Yesus genapi secara
tepat. Dengan perkataan lain, untuk menyelamatkan manusia, Yesus tidak
berhutang sedikit pun, tidak ada di Perjanjian Lama yang tidak dipenuhi oleh
Yesus. Yesus mengerjakan keselamatan itu tanpa memikirkan apakah kita mampu untuk
menyelamatkan diri kita. Keselamatan tidak pernah tergantung pada diri kita
melainkan tergantung sepenuhnya pada diri Yesus. Ketika Yesus menyelamatkan,
Dia untuk rencana yang bernilai kekal. Dia menyelamatkan untuk kekekalan.
Sekali kita mempercayai Yesus, sampai kembali kepada Allah, selama itu juga Dia
mememang tangan kita dan menyelamatkan hidup kita.
Allah Konsisten Memegang JanjiNya untuk Menyelamatkan
UmatNya
Apa yang menjadi kekuatiran kita? Saya melayani di
sebuah gereja di Ambon. Saya diminta memberitakan Injil lagi di persekutuan
lansia. Saya kebetulan tahu jemaat itu dan berkata,”Bro, jemaat lansia di sini rata-rata adalah pendiri gereja , mengapa
diberitakan Injil lagi?” Teman saya menjawab,”Iya Pak Jim. Masih pada takut
mati.” Saya merasa heran, mengapa orang Kristen takut mati, apalagi ini pendiri
gereja. Teman saya menambahkan, “Ada banyak tantangan dalam hidup. Ada banyak
hal yang mengecewakan, pengkhianatan terjadi, banyak peristiwa yang tidak
terduga sehingga banyak orang menjadi ragu.”
Di dalam hidup kita di dunia satu-satunya yang
konsisten adalah ketidakkonsistenan. Makmur tidak bersifat konsisten. Kalau
tidak konsisten, hal itu wajar. Karena satu-satunya yang konsisten adalah
ketidakkonsistenan. Sehat tidak konsisten. Apa pun di dunia ini tidak ada yang
konsisten. Satu-satunya yang konsisten di dunia ini ketidakkonsistenan. Dengan
kata lain, tidak ada yang pasti dengan hidup kita dalam dunia ini. Bila kita
memandang hidup kita sedemikian, maka kita akan tawar hati, kecut dan meragukan
segala hal. Satu-satunya yang konsisten di dunia dan tetap konsisten di dalam
ketidakkonsistenan dunia, Dia tetap berdiri konsisten Dia adalah Allah.
Sekalaipun situasi di sekelilingmu berubah Allah tidak berubah. Sekalipun
orang-orang disekelilingmu meninggalkan engkau, Dia tidak meninggalkanmu.
Sekalipun penyakit mu membuat tubuhmu
mengkhianati keinginan hatimu, Allah tidak meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi
dalam hidupmu, Allah memegang tanganmu dan menyelamatkanmu sampai akhir. Amin. Jangan
lagi takut, percaya! Jalani hidup dengan iman dan keyakinan kemenangan karena Dia
menyertaimu.
Kemana-mana saya tidak pernah naik motor dengan Joan (untuk
jarak sejauh dari Ciledug ke Mangga Besar). Mamanya tidak pernah kasih karena ia
pernah mengalami pengalaman luar biasa dengan saya. 2 kali naik motor dan keduanya
tabrakan. Mamanya melarang, tetapi Joan tetap mau ikut. Kata mamanya,”Kamu
belum makan dan ini naik motor.” Itu 2 hal yang membuatnya khawatir (naik motor
dan belum makan). Tetapi saya berkata,”Lao po, tenang ya. Saya yang urus makannya.”
Waktu bicara begitu, saya belum tahu bagaimana mengurus makannya. Selama lebih
dari 5 tahun , saya tidak pernah membonceng orang. Saya kemudian mengenakan
ikat pinggang khusus seperti memakai safety
belt. Saya pun mengendarai motor. Lewati daerah macet, Puri Kembangan terus
ke arah Kedoya. Baru sampai di sana, saya merasa menggonceng Joan tidak enak. Joan
peluk saya erat-erat. Saya merasa agak tegang. Ingin istirahat dulu karena merasa
pinggang pegal. Kalau sendirian dan merasa pegal, bisa berhenti dan minum dulu,
tapi kalau sendiri bisa melanggar lalu
lintas sedikit, sekarang ada anak jadi tidak bisa (saat kepanasan berhenti dulu
di tempat yang panas tidak apa-apa). Sepanjang jalan, saya merasa khawatir. Saya
bisa merasakan kekhawatiran istri saya. Orang yang naik mobil, besinya di depan
dagingnya di dalam tetapi kalau naik motor dagingnya di luar, besinya di dalam.
Kalau terjadi sesuatu, maka orang yang naik motor kemungkinan lebih besar resikonya
dibanding dengan orang yang naik mobil. Jadi saya agak tegang. Dalam hati saya
berdoa, “Ya Tuhan tolong saya! Jangan sampai kenapa-napa. Ini anak cewe
satu-satunya” Sepanjang jalan, saya pikir apa mau beli helm khusus dan mau beli
padding tangan dan kaki. Tetapi
sepanjang jalan saya berpikir begitu. “Apa pun yang terjadi, anak saya harus
tiba di GKKK Mabes, harus jadi sarjana dan bahagia. Itu hati seorang papa. Pernahkah
berpikir bahwa Bapamu di Sorga juga punya hati yang sama? Dia berkata, “Apa pun
yang terjadi, kau harus kembali ke rumahmu. Kau harus kembali. Hidupmu mungkin
sulit namun Aku akan membimbingmu. Yesus anakKu menjadi meterai janji”. Hati
ayah berkata,”My son and my daughter, I’ll take you there.” Nah Joan, kita
harus sampai di GKKK Mabes, kuliah di universitas, hati yang berbahagia” kata
saya. Sedangkan Allah berkata,”Apa yang
terjadi, kamu harus pulang. Kalau hidupmu sulit, Aku akan membimbingmu. Yesus,
AnakKu menjadi meterai janji.” Apa pun yang terjadi di dalam hidupmu, jangan
takut, Dia memegangmu . Kita hanya perlu memuliakan namaNya seumur hidup.
No comments:
Post a Comment