Pdt. Hery Kwok
Kolose 2:6-15
6 Kamu telah
menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam
Dia.
7 Hendaklah
kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah
teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah
dengan syukur.
8 Hati-hatilah,
supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
9 Sebab dalam
Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
10 dan kamu
telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
11 Dalam Dia
kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi
dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,
12 karena
dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati.
13 Kamu juga,
meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara
lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni
segala pelanggaran kita,
14 dengan
menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan
mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan
penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas
mereka.
Pendahuluan
Kolose 2:15 ditulis dalam
beberapa versi terjemahan.
a.
Terjemahan Baru
(1974) : Ia telah melucuti
pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka (= si
jahat) tontonan umum dalam kemenangan-Nya
atas mereka.
b. Terjemahan Lama (1954) : Setelah ditolakkan-Nya segala
penguasa dan kuasa, lalu Ia menunjukkan nyata-nyata, serta menewaskan
sekaliannya dengan salib-Nya itu. Artinya dalam terjemahan lama, digunakan frase
‘penguasa itu telah ditewaskan dengan salibNya’.
c. BIS (1985) :
Pada salib itu Kristus membuat segala roh-roh yang memerintah dan berkuasa
menjadi tidak berdaya lagi. Mereka dijadikan tontonan umum pada waktu Kristus
menggiring mereka sebagai tawanan dalam pawai kemenangan-Nya. Kuasa itu
sudah tidak berdaya yang dibuktikan penguasa diarak sebagai tawanan perang yang tidak berdaya.
d.
Shellabear (2000)
Pada salib itu, Al Masih (=Tuhan
Yesus Kristus) membuat segala roh yang
berkuasa dan memerintah menjadi tidak berdaya dan secara terang-terangan
mempermalukan mereka dalam kemenangan-Nya. Penguasa (si jahat) itu dipermalukan dalam
sebuah tontonan yang dapat disaksikan oleh orang-orang percaya sehingga
benarlah dengan apa yang dikatakan sebagai Ia melucuti penguasa-penguasa itu.
Dari cuplikan film “The Passion of
The Christ” (2014) kita melihat adegan
di mana Yesus disalibkan dan iblis melihat kemuliaan Allah. Mel Gibson (1956) selaku
produser dan sutradara film ini mencoba mengangkat momen saat iblis dikalahkan (dilucuti)
menjadi tontonan yang mempermalukannya. Waktu Kristus disalib, iblis digambarkan
(divisualisasikan) sedang berteriak karena tidak mampu melawan kuasa Allah.
Sudut Pandang Manusia yang Berbeda dengan Kitab Suci
Apakah benar faktanya seperti di
atas? Seringkali kita berfikir dari sudut yang berbeda dari Kitab Suci. Kita menyaksikan
(melihatnya) dan mencoba merasakan dan menterjemahkan keseharian kita dalam
hidup rohani kita. Walau sudah lama menjadi Kristen, dan memiliki iman yang
kuat namun sewaktu menghadapi tantangan, pergumulan dan merasa dikalahkan, maka
pikiran kita menjadi berbeda dengan Kitab Suci dan kita mencoba menafsirkan
Allah berbeda dengan kebenaran Kitab Suci.
Pada
tanggal 29 Maret 2011, ada sebuah berita yang cukup menghebohkan di kalangan umat
Kristen. Natalia Amanda Setiawan (16), siswi kelas 2 SMA IPEKA Kristen
Internasional ditemukan tergeletak bersimbah darah di pinggir Jl Batu Mulia,
Kembangan, Jakarta Barat . Natalia tewas dengan luka tusuk di bagian lambung. Rupanya
ada seorang pelaku kriminal yang mencoba merampas telepon seluler, perhiasan
dan tas miliknya dan siswi tersebut mencoba mempertahankannya. Penjahat
tersebut menjadi marah sehingga ia menusuk Amanda hingga meninggal. Jasad
Amanda ditemukan oleh salah seorang sopir jemputan sekolahnya. Sang sopir
sengaja mencari Amanda karena pulang terlambat dan tidak naik mobil jemputan. Kedua
orang tuanya mungkin bertanya-tanya, “Saya telah menjadi orang Kristen yang
baik, tidak neko-neko, menjaga kesucian hidup dan jujur tetapi mengapa hal ini
dialami?” Pada waktu kita mencoba lurus dalam hidup dan bisnis, tetapi mengapa
dagangan dan usaha kita menjadi porak-poranda
dan bangkrut? Yang dipikirkan di benak kita apakah sama dengan Kitab Suci bahwa
Ia telah melucuti dan mengalahkan penguasa (iblis) itu? Atau malah kita
berpikir sebaliknya. Dalam perjalanan kekristenan dan hidup orang percaya, kita
cenderung membangun pikiran kita melalui pengalaman-pengalaman yang dialami
atau fenomena-fenomena (hal-hal yang ditangkap kelima indera) lalu membuat kesimpulan
atau seringkali menemukan tanda tanya besar dalam hidup kita. Hal ini juga
didukung oleh keberadaan film-film yang diputar di gedung-gedung bioskop.
Saya termasuk orang yang sangat suka
menonton film-film di bioskop. Hal ini tidak mengherankan karena sebelah rumah saya
adalah bioskop. Saya sering menonton di sana. Setiap film baru saya mau nonton.
Terkadang bila saya tidak memiliki tiket bioskop , saya coba menebeng dengan
sebuah keluarga yang mau menonton dengan berpura-pura menjadi anaknya (masuk
bersama keluarga itu). Hal ini saya lakukan hingga dikenali oleh pemeriksa
tiketnya. Akhirnya saya tidak diperbolehkan masuk. Pernah juga saya meloncat
dari tembok belakang gedung bioskop yang tinggi, namun ketahuan petugas bioskop
sehingga saya dihukum. Seiring dengan pertambahan usia , teknologi berkembang.
Saat itu beredar film-film video dalam format BETA dan kemudian saya menjadi
tukang menyewakan video-video tersebut dari rumah ke rumah dengan bayaran Rp
1.000/keping. Dalam rangka mempromosikan video yang disewakan (yang penting disewa),
saya menonton terlebih dahulu filmnya sehingga saya bisa bercerita tentangnya. Bila
saya berhasil menyewakannya sebanyak 30 keping, maka papa selaku pemilik video
tersebut memberikan saya komisi. Jadi sejak kecil saya berusaha tahu tentang
film. Kemudian saya mengenal seorang anak Tuhan yang memiliki hubungan dengan jaringan
bioskop XXI, setiap tahunnya saya diberikan setumpuk karcis bioskop sehingga
saya bisa dengan puas menonton dan juga mengajak serta 12 anak Sekolah Minggu. Pada
masa lalu, umumnya film-film yang diproduksi oleh Hollywood mengangkat cerita dengan
pesan bahwa pada akhirnya yang menang adalah pihak yang baik dan yang jahat berhasil
dikalahkan. Dalam film-film cowboy , jagoannya pasti menang, yang jahat akhirnya
mati. Demikian pula dengan film-film yang dibintangi oleh Alexander Fu Sheng (aktor
Hong Kong, 1954 –1983) yang menang adalah jagoannya dan yang kalah penjahatnya.
Itu membawa pola pikir untuk menyimpulkan bahwa yang baik pasti menang. Namun dalam
berjalan waktu, akhir cerita sebuah film memberi kesimpulan bahwa yang menang
itu tidak selalu pihak yang baik. Saat menonton film sekarang terkadang kita
bingung yang menang siapa karena akhir filmnya menggantung (penjahatnya masih
ada dan berkeliaran walau pun jagoannya belum meninggal, jadi siapa yang
menang)? Timbul tanda tanya besar untuk pernyataann bahwa jangan berpikir yang
baik (jagoannya) itu selalu menang. Terkadang ada semacam win-win solution (jagoan dan penjahatnya dipelihara. Kita jadi diajak
berpikir bahwa tidak selalu yang menang itu adalah pihak yang baik (golongan putih).
Begitu masuk ke era sekarang, malah
kita dipertontonkan bahwa pihak yang jahat bisa menang dan lebih berkuasa dari pihak yang baik. Seperti
itu yang dihadapi dalam kehidupan kita. Bahwa yang jahat bisa menang, berkuasa
dan tidak dikalahkan oleh pihak yang baik. Saat pikiran kita dikendalikan
(diarahkan) oleh film-film dan dihadapi dengan kenyataan hidup, kita dihadapi
dengan kedaulatan Allah (Allah yang sungguh-sungguh punya kendali atas alam
semesta). Kita bertanya-tanya, sewaktu pilkada kedua DKI tahun lalu (19 April
2017), banyak orang Kristen menangis saat mengetahui hasilnya. Terlebih lagi
saat mantan gubernur DKI Jakarta (A Hok) tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
penjara di Cipinang dan kemudian dipindahkan ke penjara di Mako Brimob banyak
yang menangis karena mengalami episode ‘kekalahan’. Waktu kita melihat bagaimana
jalan ceritanya dan nasib yang dialami Sang Mantan Gubernur, banyak yang sedih
dan menangis. Sampai hari ini kita dikatakan sebagai orang yang tidak move-on. Kita merasa tidak boleh seperti
ini hasilnya. Ini yang membawa kita tabrakan dengan firman Allah. Kita dicekoki
oleh si jahat dengan apa yang dilihat, ditonton dan didengar tentang hidup ini.
Itu sebabnya apa yang dibaca di Kitab Suci dianggap sebagai cerita saja.
Saat menonton salah satu program Indonesia
Lawyers Club (ILC) di tvOne yang dibawakan oleh Karni Ilyas sebagai host-nya, ada yang mengatakan bahwa Kitab Suci adalah fiksi yakni cerita karangan seseorang yang tidak ada dasarnya.
Dia percaya dengan apa yang dikatakan Kitab Suci tidak nyata. Hal itulah yang
sering kita jumpai. Sehingga seolah-olah kesimpulannya setan sepertinya menang.
Inilah yang dibangun dalam iman kita oleh dunia ini. Dunia ingin mengacaukan
kita dalam melihat dan mempercayai Allah. Waktu kita terhisap dengan pikiran tersebut,
maka kita menjadi khawatir , curiga, bingung dan tidak punya kepastian. Ada dalam
rumah tangga orang Kristen di mana istrinya baik tetapi suaminya tidak atau sebaliknya.
Mengapa Tuhan tidak menolongnya? Ada juga orang-tuanya saleh dan melayani, namun
anaknya terkena narkoba. Hal ini pernah dialami oleh salah sebuah keluarga di
GKK yang orang tuanya saleh, namun anaknya terkena narkoba dan waktu dibawa ke
panti rehabilitasi, karena tidak bisa menahan ketagihannya anaknya meminta sabu-sabu
dan heroine. Orang tuanya tidak tahan melihatnya dan kemudian menangis. Mereka
akhirnya berpikir dan meragukan apakah Tuhan bisa menolong.
Rasul Paulus menulis sebuah nas Alkitab
yang baik sekali pada Kolose 2:15 Ia
telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan
mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Istilah yang dipakai
untuk menyatakan kemenangan Allah terhadap setan adalah ‘melucuti’. Istilah ini
baik sekali, karena saat itu Rasul Paulus hidup dalam nuansa penjajahan Romawi.
Rasul Paulus sangat menguasai Perjanjian Lama sehingga ia paham dengan
penggunaan kata itu. Pola yang dipakai dalam Perjanjian Lama adalah pola perang
dimana Raja Saul, Raja Daud, dan anak-anak Raja Daud turun ke medan perang.
Bahkan jauh sebelumnya, Nabi Musa membawa orang-orang Israel ke luar Mesir
untuk menuju Tanah Perjanjian lalu setelah Nabi Musa meninggal dilanjutkan oleh
Yosua yang memimpin peperangan bangsa Israel. Perang menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari bangsa Yahudi pada zaman itu. Waktu perang terjadi , orang-orang Israel di
Perjanjian Lama selalu memberi pemahanam yang baik tentang ‘menang perang’.
Bila tentara yang maju berperang menang, maka musuh yang kalah dibawa masuk lalu
diarak-arak, supaya rakyat tahu bahwa musuh telah kalah dan kita menang. Hal
itu pola untuk menggambarkan bahwa negara kita adalah negara yang hebat – kuat dan
Tuhan kita adalah Allah yang hidup (ini tujuan utamanya). Waktu rakyat melihat
Allah sangat berkuasa atas pasukan Israel, maka seluruh rakyat Israel
mengatakan bahwa Allah sungguh luar biasa. Setelah diarak-arak, pada akhirnya
kepala musuh dipenggal untuk menggambarkan musuh itu tidak lagi berkuasa dan
menang terhadap Israel. Jadi orang Israel tidak perlu kuatir terhadap musuh dan
penjajah karena sudah menang. Waktu musuh diarak, seluruh rakyat Israel ada di sebelah
kiri kanan jalan. Bila rumahnya ada balkon, mereka menyaksikan dan mungkin menimpuki
para musuh yang ditawan dengan gembira bahwa musuh ini telah masuk dalam benteng
dan sudah dikalahkan oleh Raja Daud dan pasukannya. Para musuh tersebut terntunduk
malu dan tidak berani mengangkat kepala karena di ujung arakan kepala mereka
akan dipenggal dan mereka tidak berdaya (tidak punya kekuatan lagi). Ini
peristiwa yang menggambarkan bahwa mereka dilucuti. Rasul Paulus memahami pola dalam
Perjanjian Lama ini dan ia menyaksikan
kerajaan Romawi. Waktu Yesus jalan salib (via
dolorosa) orang banyak berusaha mengejek, menyambit dan melakukan segala
macam. Seperti itulah orang-orang yang dikalahkan dalam perang yang kesannya menunjukkan tidak ada lagi kemampuan
dari lawan. Rasul Paulus ingin mengatakan bahwa secara rohani, iblis yang
memisahkan kita dengan Allah sudah dikalahkan Tuhan. Di Taman Eden, saat Allah bersama
Adam-Hawa, relasinya sangat indah. Kedua manusia pertama ini menikmati
persekutuan yang indah dengan Allah sebelum mereka jatuh dalam dosa. Ini diceritakan
di Kitab Kejadian. Persekutan yang indah ini akan kita nikmati pada waktu nanti
kita bersama Tuhan. Namun waktu menikmati persekutuan itulah, masuk dosa dan
memisahkan manusia dari Allah.
Allah Pedulli Dengan Manusia Berdosa
Apa
itu dosa? Dosa bukanlah sekedar peristiwa seperti mencuri atau berbuat zina
atau menipu. Perbuatan itu memang salah dan merupakan dosa. Namun arti
sesungguhnya dosa adalah satu keadaan di mana ada keterpisahan antara manusia dengan
Allah dimana manusia tidak lagi taat kepada Allah. Allah menyuruh manusia melakukan
sesuatu tetapi manusia tidak mau. Dosa membuat Adam dan Hawa terpisah dari
Allah. Mereka tidak mau lagi menuruti Allah dan menjadikan Allah sebagai
pemimpin mereka dan itulah perkara yang paling mengerikan dalam hidup mereka.
Kalau kita tidak ditolong oleh Tuhan, maka hidup kita menjadi jahat, meskipun
secara undang-undang kita tidak melanggar. Tetapi apa yang ada di dalam hati
dan pikiran kita tidak selalu mau diarahkan kepada Tuhan. Itulah kondisi orang
berdosa. Kondisi seperti inilah yang dikatakan Rasul Paulus dalam Kolose 2:13-14 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh
pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan
Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan
menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam
kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Dia
memberikan pengampunan dengan menghapuskan surat hutang. Ini istilah hukum dan
perdagangan.
Saya
sebelum menempuh pendidikan teologia, pernah mengambil kuliah bidang hukum dan menekuni
dunia hukum. Kalau seseorang punya utang maka utang itu akan terus muncul (tidak
selesai) sebelum dibayar lunas. Bila kita punya utang sebesar Rp 1 miliar dan
baru dibayar Rp 500 juta hal itu berarti utang kita belum lunas. Kalau kita tidak
punya kemampuan untuk membayarnya lagi berarti kita dinyatakan pailit, lalu untuk
menghindari debt collector ada yang lari
dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Itulah orang-orang yang dicari-cari. Hal ini terjadi pada orang
memakai Kartu Kredit seenaknya tapi tidak mau membayar. Maka ia pun dicari-cari
penagih utang sehingga karena merasa tidak mampu membayar lalu pindah dari satu
tempat ke tempat lain dengan ketakutan. Kondisi inilah yang ada di dalam diri manusia
berdosa. Allah sangat peduli dengan hal ini. Ini yang Allah kerjakan dalam
hidup manusia. Ini yang terutama yang tidak bisa dilakukan manusia. Maka Rasul
Paulus mengatakan di dalam Kitab Kolose bahwa “dahulu kamu sudah mati tapi
Allah memberi pengampunan dengan menghapuskan surat utang.” Itu sebabnya sekarang
si jahat sudah dikalahkan oleh Tuhan. Allah sangat peduli dengan dosa manusia.
Allah punya kemampuan untuk alam sejati dan sejarah. Dalam sejarah yang ditetapkan,
Ia masuk ke orang-orang percaya, pribadi demi pribadi agar kita mengalami
kebebasan secara rohani. Kita tidak akan merasa takut atau curiga dengan Allah
seperti Adam dan Hawa yang was-was dengan Allah. Waktu Allah berjalan di Taman
Eden , mereka takut karena mereka sudah melanggar perintah Allah. Maka mereka takut,
kuatir dan timbul kecurigaan dalam diri manusia. Itu suatu permasalahan serius.
Dalam dunia psikologi orang bisa
gila bukan karena sekedar alasan yang terlihat secara fisik (seperti bangkrut),
tetapi karena ada rasa tertekan di dalam jiwa dan tidak tertolong sehingga
merasa kuatir. Saya pernah melihat di RSCM dosen saya meng-konseling seorang pasien yang bergelar S2 yang mendapat bea siswa
dari pemerintah Czecho-Slovakia. Ia mengambil jurusan kimia yang meracik berbagai
bahan kimia dan mengaduknya sehingga menjadi obat. Di negara Ceko ia merasa tertekan
sehingga membayangkan adiknya ingin membunuhnya , padahal adiknya berada di
Jakarta. Hal ini disebabkan jiwanya secara psikis tidak lepas. Ia takut , merasa
terus takut dan akhirnya jadi gila. Cara berjalannya seperti robot. Kalau Allah
tidak membereskan dosa yang menjadi biang utama dan akar permasalahan manusia, maka
hidup kita akan menjadi sulit. Maka Ia ingin menyelesaikannya bagi kita.
Sebagai penjudi , suka main
perempuan atau penipu harus diangkat permasalahan dosanya oleh Tuhan. Itu
sebabnya Allah sangat peduli. Sehingga apa yang dikatakan Rasul Paulus bahwa “Ia
sudah melucuti pemerintah-pemerintah” itu adalah sebuah fakta yang sangat jelas.
Secara spiritual (rohani) Allah sudah
memerdekakan kita. Maka Rasul Paulus menuliskan tentang kebangkitan pada 1
Korintus 15:55, “Hai maut di mana sengatmu?” Binatang kalajengking punya
kekuatan di ekor. Jadi jangan sampai disengat. Istilah yang digunakan Rasul
Paulus , ibarat kalajengking menyengat tapi tidak ada lagi racunnya. Di film Salt
(2010) yang dibintangi oleh Angelina Jolie ada adegan di mana Jolie mencoba
menyedot racun laba-laba dan ditembakkan ke orang Rusia yang kemudian mati suri.
Yang diambil sengatnya karena itulah kekuatan. Kalau kekuatan tidak ada lagi,
maka tidak berbahaya lagi. Itu sebabnya yang menjadi inti masalah di Kitab
Kolose 2 adalah bahwa kamu sekarang sudah menerima Yesus Kristus sehingga hendaknya
kamu berakar-bertumbuh dan teguh dalam iman. Jangan mau diombang-ambingkan
dengan pikiran, perasaan dan perkataan orang lain.
Penutup
Dunia
ini berusaha membawa kita berprasangka buruk dan mencurigai Tuhan. Maka bisa
jadi perasaan menipu kita. Orang lain tidak mengenal kita, hanya kita sendiri
yang paling tahu dan mengenal diri kita sendiri. Kalau kita ditipu, maka kita
akan susah sekali. Karena ia main dalam area perasaan. Perasaan itu ada dalam
diri kita. Kalau perasaan itu terus ditekan, maka kita bisa menjadi orang yang
akhirnya tidak mau mencari Allah.
Padahal setan bukanlah pemenang. Melalui tema hari ini, kita dibawa
dalam pola pikir yang sama dengan Kitab Suci. Kita diberikan kuasa dan
kemampuan sebagai anak Allah yang membawa kita bisa keluar sebagai pemenang,
sebagai orang yang bisa menghadapi apapun yang sedang dihadapi hari ini, entah
pergumulan sesulit apa pun. Karena Dialah Allah yang berdaulat. Kiranya Tuhan
menolong kita sekali lagi untuk menjadi orang Kristen yang mempunyai kekuatan adi
(super) sehingga kita tidak menjadi orang Kristen yang biasa, tetapi punya
pengharapan ,keberanian dan kekuatan untuk melihat Allah dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment