Ev. Susan Kwok
Yeremia 32:16-25
16 Sesudah
kuberikan surat pembelian itu kepada Barukh bin Neria, berdoalah aku kepada
TUHAN, kataku:
17 Ah, Tuhan
ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan
kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun
yang mustahil untuk-Mu!
18 Engkaulah
yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar
dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam,
19 besar dalam
rancangan-Mu dan agung dalam perbuatan-Mu; mata-Mu terbuka terhadap segala
tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan
tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya;
20 Engkau yang
memperlihatkan tanda-tanda dan mujizat-mujizat di tanah Mesir, sampai kepada
waktu ini kepada Israel dan kepada umat manusia, sehingga Engkau membuat nama
bagi-Mu, seperti yang ternyata pada waktu ini.
21 Engkau telah
membawa umat-Mu Israel keluar dari tanah Mesir dengan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan
kedahsyatan yang besar.
22 Dan Engkau
telah memberikan kepada mereka negeri ini, seperti yang telah Kaujanjikan
dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka,
suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
23 Kemudian
mereka memasuki dan mendudukinya, tetapi mereka tidak mendengarkan suara-Mu dan
tidak berkelakuan menurut Taurat-Mu; mereka tidak melakukan segala apa yang
Kauperintahkan kepada mereka untuk dilakukan. Sebab itu Engkau melimpahkan
kepada mereka segala malapetaka ini.
24
Sesungguhnya, tembok-tembok pengepungan yang dipakai untuk merebut kota
telah sampai mendekatinya; oleh karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar
maka kota itu telah diserahkan kepada orang-orang Kasdim yang memeranginya.
Maka apa yang Kaufirmankan itu telah terjadi; sungguh, Engkau sendiri
melihatnya.
25 Namun
Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan
perak dan panggillah saksi-saksi! — padahal kota itu telah
diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim."
Pendahuluan
Tema hari ini “Iman Mampu Melihat
Allah Berkarya dalam Segala Hal”. Tulisannya indah, bicaranya mudah, namun
dalam kehidupan ini tidak mudah melihat bahwa Allah mampu berkarya dalam segala
hal. Oleh karena kita terbatas dalam hal mata, gerak, fisik, kesehatan, keuangan
dan segala sesuatu. Sehingga saat menghadapi peristiwa yang tidak masuk akal
akan menjadi hal yang menantang kita. Apakah kita tetap mampu belajar percaya
bahwa Allah mampu (kita tidak mampu melakukannya tapi Allah mampu!)? Kita mau
belajar dari iman Nabi Yeremia.
1. Allah sedang
berkarya dalam hidup kita untuk membereskan dosa yang kita lakukan
Yeremia
31:1-3, 30,33
1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia
dalam tahun yang kesepuluh pemerintahan Zedekia, raja Yehuda; itulah tahun yang
kedelapan belas pemerintahan Nebukadnezar.
2 Pada waktu itu tentara raja Babel mengepung
Yerusalem, dan nabi Yeremia ditahan di pelataran penjagaan yang ada di istana
raja Yehuda.
3 Sebab Zedekia, raja Yehuda, telah menahan dia
di sana dengan tuduhan: "Mengapa engkau bernubuat: Beginilah firman TUHAN:
Sesungguhnya, Aku menyerahkan kota ini ke dalam tangan raja Babel, supaya ia
mendudukinya;
30 Sebab orang Israel dan orang Yehuda hanyalah
melakukan yang jahat di mata-Ku sejak masa mudanya; sungguh, orang Israel hanya
menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tangan mereka, demikianlah firman
TUHAN.
33 Mereka membelakangi Aku dan tidak menghadap
kepada-Ku, dan sekalipun Aku mengajar mereka, terus-menerus, tiada mereka mau
mendengarkan atau menerima penghajaran.
Firman Tuhan ini menceritakan seorang hamba Tuhan,
Yeremia, seorang nabi dalam Perjanjian Lama yang hidup dalam kerajaan yang
dipimpin oleh Raja Zedekia (dari kerajaan Yehuda). Ia seorang nabi yang unik sehingga
dijuluki oleh para teolog sebagai “nabi yang menangis”. Mengapa?
a.
Di dalam masa
pelayanan Nabi Yeremia, Israel berada di ambang kehancuran.
Nabi
Yeremia hidup dalam zaman Israel akan dibuang oleh Allah ke Babel dan dihukum menjadi
tawanan selama 70 tahun (angka yang sudah Tuhan tetapkan).
b.
Nabi Yeremia sering
diutus untuk melakukan tindakan-tindakan simbolis (gambaran) yang menunjukkan
penghukuman-penghukuman Allah yang akan datang.
Kalau
Allah memerintahkan Nabi Yeremia melakukan sesuatu, ia akan melakukannya
sehingga rakyat mentertawainya. Ia dianggap seperti orang setengah gila karena
melakukan hal-hal yang Allah perintahkan. Umumnya kalau kita disuruh melakukan sesuatu,
kita pasti mempertimbangkannya terlebih dahulu apakah perintah itu akan
memalukan kita atau tidak. Kita pasti berpikir, demikian pula dengan Yeremia.
Ia berpikir,”Aduh Tuhan , perintahMu tidak logis (masuk akal)”. Tetapi Allah berkata,”Kamu
lakukan karena Aku sedang menunjukkan kepada Israel seperti apa mereka sebenarnya.
Itulah hukuman yang akan Kuberikan kepada mereka. Lakukanlah!” Nabi Yeremia pun
melakukannya sehingga banyak orang Israel mengolok-oloknya dan
mempermalukannya. Seorang nabi dianggap rendah karena ia mau taat kepada firman
Tuhan. Kalau kita dianggap rendah dan dipermalukan karena melakukan firman
Tuhan maka kita akan merasa susah. Di satu sisi hati kita mau melakukannya ,
tetapi di sisi lain pikiran mengatakan tidak. “Astaga. Masa saya seorang direktur
diminta melakukan begini, bagaimana ceritanya?” Atau di rumah seorang Ibu yang
berkuasa berkata kepada anaknya,”Kalau kamu tidak mau baik-baik mendengar
perkataan mami, maka akan mami masukin ke perut mami lagi.” Ternyata ada yang seperti
itu bila dipermalukan. Seorang nabi
ketika mau melakukan firman Tuhan dan belajar taat melakukan perintah Tuhan,
banyak rakyat mencemooh dan menghinanya.
c.
Dari sekian
banyak nabi yang dibunuh, Nabi Yeremia pernah ditangkap dan dimasukkan ke dalam
sumur hanya karena firman Tuhan yang disampaikan.
Banyak
hal tragis yang terjadi dalam hidupnya, sehingga para komentator menjulukinya “nabi
yang menangis”. Karena sepanjang pelayanannya sepertinya tidak ada yang baik
terjadi. Seolah-olah tidak ada sesuatu yang berarti terjadi karena rakyat (umat)
tidak mengerti. Mereka tidak mengerti karena dari raja sampai rakyat semuanya
membelakangi Tuhan. “Membelakangi” artinya benar-benar melakukan tindakan yang
mencoreng nama Allah. Mereka berzina secara rohani. Mereka melakukan
tindakan-tindakan yang membuat hati Allah sakit.
Setelah firman
Tuhan disampaikan, Raja Zedekia kemudian menahan Nabi Yeremia. Hal ini karena Nabi
Yeremia menyampaikan suatu firman Tuhan yang berbeda dari nabi-nabi lainnya.
Raja Zedekia memiliki banyak nabi (juru bicara rohani). Misalnya ia mempunyai 20
orang nabi. Dari 20 orang nabi tersebut, 19 orang berkata kepada Raja Zedekia bahwa Israel akan makmur, rakyat akan sehat, ekonomi
akan bangkit. Maka mendengarnya, Raja Zedekia merasa senang. Apalagi yang
berkata adalah 19 orang hamba Tuhan (bukan hanya 1 orang yang berkata-kata). Namun
tiba-tiba Nabi Yeremia berkata berbeda. Ia berkata,”Siap-siaplah Raja Zedekia! Tuhan
sebentar lagi akan merobohkan Israel dan membuat rakyatnya dibawa ke Babel
menjadi tawanan perang (budak, pembantu atau orang-orang yang tidak
diperhitungkan). Israel menjadi tanah yang tandus, negeri yang tidak didiami dan
hanya ditumbuhi oleh semak belukar. Ini perintah Tuhan yang berbeda dan maknanya
jelek sekali. Zedekia selaku raja seharusnya mampu membawa rakyat Israel taat kepada
Tuhan, namun ternyata ia tidak mampu melihat Allah berkarya . Ia tidak mampu
melihat “Mengapa Allah akan menghukum (menawan) Israel?”. Sebagai orang yang
berdosa, ia telah melakukan banyak perkara yang tidak menyenangkan hati Tuhan
akibatnya pikirannya tidak dapat memahami hal tersebut.
Setelah berbuat
biasanya manusia sulit bertanggung jawab. Apalagi kalau sudah berbuat salah dan
timbul konsekuensi yang buruk maka manusia akan mengelak dengan licinnya seperti
belut dan berusaha mencari alasan untuk membenarkan diri (ini bukan salah saya!
Israel mengalami hal itu bukan salah saya. Mereka menyembah dewa Molokh dan
membangun dewi Asyerah bukan salah saya). Sebagai raja dan pemegang tampuk
tertinggi harusnya ia bertanggung jawab. Bersama-sama dengan para hamba Tuhan
(imam) yang memberikan firman yang penuh dusta, ia sudah membuat Israel jatuh
ke dalam dosa. Latar belakang dari apa yang kita baca hari ini menunjukkan
bahwa Allah sedang bertindak. Nabi Yeremia berani bicara berbeda karena ia mampu melihat Allah sedang bertindak
membereskan dosa itu. Kalau seseorang bicara tentang iman, ingatlah bahwa Allah
sedang bertindak dan akan selalu bertindak untuk membereskan segala dosa dengan
apa pun caranya. Kita bisa menyembunyikan dosa kita dan memberikan ribuan
alasan untuk membenarkan diri tetapi Allah tidak bisa ditipu dan Ia akan terus bertindak untuk membereskan dosa.
Sebagai
orang beriman , kita mampu melihat Allah sedang berkarya dalam hidup untuk membereskan
dosa yang seringkali dan suka kita lakukan. Orang yang hidupnya bergelimang dosa
seringkali merasa senang, apalagi tidak ada orang yang tahu. Kalau beriman,
kita pasti percaya bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup dan Ia selalu
bertindak untuk berkarya dalam hidup kita. Ia akan membereskan dosa kita
seperti Ia membereskan dosa Israel karena Ia sayang kepada anak-anakNya. Ia
tidak ingin anakNya jatuh terjerumus dalam dosa yang lebih dalam lagi.
2. Allah sedang
berkarya untuk sesuatu di masa mendatang yang Allah sendiri sudah tetapkan itu
pasti terjadi
Yeremia 32:8,9,
25.
8 Kemudian, sesuai dengan firman TUHAN,
datanglah Hanameel, anak pamanku, kepadaku di pelataran penjagaan, dan
mengusulkan kepadaku: Belilah ladangku yang di Anatot di daerah Benyamin itu,
sebab engkaulah yang mempunyai hak milik dan hak tebus; belilah itu! Maka
tahulah aku, bahwa itu adalah firman TUHAN.
9 Jadi aku membeli ladang yang di Anatot itu
dari Hanameel, anak pamanku, dan menimbang uang baginya: tujuh belas syikal
perak.
25 Namun
Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan
perak dan panggillah saksi-saksi! — padahal kota itu telah
diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim."
Nabi Yeremia diberi tugas
yang ‘aneh’ dari Tuhan. Sesuai dengan firman Tuhan, Nabi Yeremia membeli ladang
(sepetak sawah) dengan perak padahal kota itu telah diserahkan ke tangan
orang-orang Kasdim yang merupakan penduduk asli Babel. Rata-rata pekerjaan
orang Babel adalah ahli mantra, sihir atau semacam kwa-mia. Kalau seorang pengusaha
membeli sawah, makai a mengharapkan nantinya akan memperoleh keuntungan. Pengusaha
Tionghoa tidak mau mengeluarkan uang kalau tidak mendatangkan hasil. Hal ini
sudah tertanam sejak lahir seperti juga orang Padang. Maka di Tiongkok banyak
orang Padang berjilbab belajar bahasa Mandarin. Karena suatu hari mereka ingin
berbisnis dengan orang Tionghoa. Sedangkan teman saya yang orang Tionghoa tidak
serius mempelajari bahasa Mandarin. Nabi Yeremia disuruh Tuhan utnuk membeli
ladang yang akan diserahkan ke orang Kasdim dan sepertinya hal ini tidak masuk
akal. Mengapa membeli karena tanahnya mau diambil oleh penjajah dan semua
penduduk mau dibawa ke Babel? Tanah dan negara Israel akan ditinnggalkan porak
poranda lalu untuk apa membeli ladang?
Buang -buang uang saja. Ini firman Tuhan yang aneh! Lebih baik uangnya disimpan
atau digunakan untuk membeli yang lainnya. Nabi Yeremia sendiri setelah membeli
akhirnya bertanya,”Kota ini akan ditinggalkan, mengapa Tuhan meminta saya membeli
ladangnya?” Sudah membeli baru ia berpikir. Ia membeli dahulu dan mengeluarkan
uang seharga 17 syikal perak (sekitar 200 gram) yang nilainya sangat berharga.
Setelah membeli baru Nabi
Yeremia teringat bahwa kota itu akan ditinggalkan. Tetapi Tuhan berkata, “Belilah!”
Dunia mungkin melihat hal itu sebagai hal yang sia-sia atau kebodohan dan tidak
masuk akal. Walaupun situasi politik dan ekonomi tidak kondusif tetapi ia tetap
membelinya bahkan ia membeli menurut aturan yang Tuhan berikan yakni dengan memanggil
saksi. Lalu surat itu disimpan di dalam bejana tanah liat yang tahan puluhan
tahun karena nanti 70 tahun mendatang, ladang yang akan menjadi tempat pertama
yang menjadi milik orang Israel setelah pulang dari Babel (balik ke Yerusalem) sudah
ada suratnya sehingga sah. Tuhan berjanji, setelah kamu pulang, semua orang
akan membeli ladang. Jadi kamu tidak rugi kalau membelinya sekarang. Itu menjadi
tanda bahwa Israel pasti kembali karena Tuhan yang menjaminnya. Tuhan akan
buktikan dengan menyimpan dalam bejana yang tidak akan rusak selama 70
tahun (hari ini kamu tanda tangan dan 70
tahun kamu akan lihat buktinya). Kalau kita menjadi Nabi Yeremia mungkin kita
berpikir juga mengapa selama itu. Itu kalau ia sehat terus tetapi bagaimana
kalau sudah mati di tengah jalan? Lalu bagaimana kalau tidak balik karena 70
tahun itu waktu yang lama. Kita pasti berpikir uang itu tidak akan berputar
(uang mati) selama 70 tahun. Tetapi Tuhan berkata,”Simpan karena waktu hari itu
tiba kamu akan melihat dan kamu akan bersuka cita.” Allah sedang berkarya untuk
sesuatu di masa mendatang yang Allah sendiri sudah tetapkan pasti terjadi,
buktinya surat tanahnya masih dalam keadaan bagus. Kalau bukan orang yang taat
seperti Nabi Yeremia, maka sulit melakukannya. Itu membutuhkan proses (tidak
bisa melakukan dengan seketika). Perlu banyak proses dan setiap proses perlu
dilewati (jatuh bangun) supaya kita belajar taat untuk hal yang sangat sulit seperti
ini. Suatu hari Tuhan akan mengajar kita melewati hal yang paling sulit dalam
hidup kita. Supaya kita mampu belajar taat dan melihat Allah berkarya dalam
hidup kita.
3. Allah
menunjukkan diriNya sebagai Allah yang berdauluat atas hidup manusia
Yeremia 32:
14, 42-43
14 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah
Israel: Ambillah surat-surat ini, baik surat pembelian yang dimeteraikan itu
maupun salinan yang terbuka ini, taruhlah semuanya itu dalam bejana tanah,
supaya dapat tahan lama.
42 Sebab beginilah firman TUHAN: Seperti Aku
mendatangkan kepada bangsa ini segenap malapetaka yang hebat ini, demikianlah
Aku mendatangkan ke atas mereka keberuntungan yang Kujanjikan kepada mereka.
43 Orang akan membeli ladang lagi di negeri ini
yang kamu katakan: Itu adalah tempat tandus manusia dan hewan; itu telah
diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim!
Tuhan sudah berjanji bahwa Ia yang mendatangkan
penghukuman atas mereka akibat dosa mereka, Ia juga akan mendatangkan
keberuntungan yang dijanjikan (70 tahun mendatang). Bukan hanya keuntungan
rohani tetapi khusus dalam peristiwa ini Allah berjanji bahwa “kamu akan
mendapatkan keuntungan”. Kamu tidak akan ditinggalkan secara jasmani asal kamu
taat. Tetapi itu prosesnya panjang (70 tahun). Hanya orang yang setia yang bisa mendapatkannya.
Inti
dari segala pembacaan di atas bahwa Allah menunjukkan diriNya sebagai Allah
yang berdaulat atas hidup manusia (umatNya), apakah engkau setia atau tidak, taat
atau menyimpan dosa, belajar melakukan firman ataukah terus mencari alasan, ataukah
engkau hidup dalam kesulitan atau hidup dalam suasana enak, semua Tuhan tahu.
Itulah Allah kita. Apakah Dia tahu kalau kita sedang susah hari ini? Dia
mendengar setiap seru doa kita selama beberapa bulan terakhir ini, Dia tahu. Dia
terus berkarya karena Ia adalah Allah yang hidup. Allah kita tidak pernah
berhenti untuk berkarya. Dia selalu bertindak. Oleh karena itu saya ingin
mengajak kita belajar, agar saat bicara tentang iman, kita jangan melihat iman itu
sebagai sesuatu yang statis (diam, tidak bergerak, bersifat magis). Jangan pernah
berpikir, “Karena saya beriman, saya mampu melakukan segala sesuatu.” Jangan
berpikir karena merasa beriman, maka kita akan tahu segala hal dan melewatinya.
Tidak! Karena iman yang diajarkan oleh firman Allah itulah anugerah Allah yang
bisa membuka mata kita terhadap hal-hal baik yang terlihat di depan mata atau hal yang sulit dicerna oleh
orang lain yang tidak percaya pada Tuhan. Hanya iman yang mampu membantu kita
melihatnya. Iman adalah anugerah Allah yang menggerakkan kaki kita untuk
melakukan sesuatu yang mungkin orang dunia tidak akan lakukan. Iman itu adalah anugerah Allah yang bisa mencerahkan
pikiran dan konsep kita sehingga membuat kita tidak menjadi orang yang
terbelakang dan membuat orang ingin selalu melakukan yang baik dan memuliakan
Tuhan. Iman itu anugerah yang membuat kita berani menerobos sesuatu yang penuh
dengan kesulitan. Jadi iman itu adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Iman itu
bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Iman harus terus bertumbuh. Iman
harus dirawat melalui doa, membaca firman Tuhan, perenungan pribadi dan
beribadah. Itu sudah pasti. Semua hal ini adalah cara yang bisa digunakan untuk
merawat iman kita. Kita tidak mungkin beriman kalau berdoa saja tidak. Kita tidak
mungkin melihat Allah berkarya dalam hidup, tapi tidak membaca Alkitab.
Sewaktu
kecil, saya ikut Sekolah Minggu yang dimulai sekitar pk 7-8. Saya tidak pernah
absen menghadirinya dan tidak pernah datang terlambat. Mama saya tidak pernah mengantar
saya datang ke Sekolah Minggu. Kalau ada koko, ia yang mengantar saya. Dari
kecil kita belajar membaca Alkitab. Mulai kelas 4 SD, saya bersama teman di
kelas Sekolah Minggu ikut bible study
dalam bentuk kursus Alkitab tertulis. Dulu masih pakai pos, jadi kami menghemat
uang jajan untuk membeli pranko. Setelah Bab 1 selesai lalu dikirim balik. Nanti
saya dapat ijazah dari mereka yang memberi nilai. Setiap Minggu kami mencocokkan
nilai yang didapat. Ada yang dapat nilai 6 padahal pertanyaannya mudah. Saya
selalu mendapat nilai 10 karena saya suka sekali membaca Alkitab. Jadi semua pertanyaan
itu bagi saya mudah. Itu yang Tuhan pupuk sejak kecil, terus sampai remaja dan
pemuda. Tetapi tidak berarti hidup kita selalu mulus. Waktu remaja (SMA)
setahun saya pernah tidak mau pergi ke gereja karena saya benci melihat pembina
saya dan teman-teman saya. Karena suatu peristiwa membuat saya setahun tidak
pergi ke gereja. Sebagai remaja saya masih mencari jati diri. Untungnya ada
kakak pembina yang tetap mendekati. Akhirnya saya malu sendiri dan ternyata saya
yang salah. Perjalanan hidup tidak mudah. Semakin dewasa, kesulitannya berbeda dengan saat masih kecil. Saya
mengalami kesulitan-kesulitan yang membuat saya bertanya kapan kesulitan itu
selesai. Saya pernah berada dalam situasi yang sepertinya membuat saya sudah
tidak tahan karena bingung Tuhan mau saya berbuat apa. Tuhan tidak seperti
peramal yang saat kita datang maka tempel saja telapak tangan lalu keluar garis
tangan. Hal ini akan meramal nasib kita, apakah Minggu ini bagus atau tidak
(demikian juga dengan bulan depan, apakah cocok untuk pindah rumah). Tuhan kita
tidak seperti itu. Dan semua kita pasti akan diproses Tuhan sesuai porsinya supaya
kita mampu melihat Allah berkarya dalam hidup kita. Tetapi iman itu harus
dipelihara. Tidak bisa tidak.
Ibarat memelihara
tanaman, kalau kita ke gereja hanya datang seminggu sekali , seminggu sekali
baca Alkitab dan dengar khotbah serta berdoa itu seperti tanaman saya di lantai
2 yang harus disiram sehari dua kali. Kalau
sehari tidak disiram maka tanamannya menjadi kuning. Saya pun menyiram tanaman itu dengan bergayung-gayung air dan
setelah 2 jam ia akan berubah warnanya. Bukti tidak bisa dibohongi. Buah itu
kelihatan, sehingga bila kita hanya seminggu sekali ke gereja, dan di rumah
kita tidak membaca Alkitab, berdoa dan bergumul dengan Tuhan itu ibarat tanaman
yang disiram hanya seminggu sekali sehingga di kota Jakarta yang udaranya panas
sekali akhirnya tanaman itu akan mati. Tidak cukup seminggu sekali sehingga harus
tiap hari dan tiap saat. Itu sebabnya dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus berkata,
“Kamu hanyalah ranting.” Ranting itu tidak mungkin berbuah, berbunga atau punya
putik kalau ia tidak menempel pada pohon anggurnya. Tidak mungkin hidup sendiri
sebagai ranting karena akan mati. Iman kita hidup kalau menempel dengan Kristus
dan firmanNya. Tidak ada jalan lain. Tidak ada cara lain yang praktis dan
ringan. Bacalah Alkitab sendiri dan berdoa. Itu sebabnya nanti kita baru bisa
merasakan hubungan pribadi dengan Tuhan, benar-benar pribadi dan tidak bisa
tebeng-tebengan dengan orang lain.
Misalnya
ada anak yang berkata,”Ma, mama saja yang ke gereja minggu ini, saya tidak. Saya
nebeng saja, nanti mama ceritakan firmanNya.” Tidak bisa seperti itu.
Masing-masing orang harus memelihara imannya sendiri-sendiri. Tidak bisa
tebeng-tebengan, apalagi pakai jadwal ganti-gantian pergi ke gereja. Minggu ini
saya pergi ke gereja, minggu depan kamu yang pergi. Hidup di dalam Tuhan tidak
seperti itu. Oleh karena itu mari kita melihat situasi-situasi sulit yang
dihadapi oleh Nabi Yeremia, mungkin suatu hari kita merasa putus asa (ada tangisan) sehingga Yeremia dikatakan nabi yang
menangis (meratap) apalagi saat ia melihat tembok Yerusalem diruntuhkan. Tembok
yang begitu gagah dan megah (lambang kekuatan) diruntuhkan sehingga dikatakan
anjing liar yang menyeberangi tembok bisa menyebabkan tembok itu runtuh karena pondasinya
tidak kuat. Seperti begitu ibaratnya. Nabi Yeremia menangis dan meratap. Ada
saat menangis dan putus asa, tetapi ternyata ia bisa bertahan. Bertahan itu proses.
Bertahan dan berjuang, itulah hidup iman kita. Iman kita adalah iman yang berjuang
dalam keseluruhan hidup dan bukan iman yang berhenti (mati). Sehingga hari ini
kita kuat dan percaya, sepertinya percaya sekali namun bulan depan lain lagi.
Penutup
Kalau ada yang berkata, “Eh jangan
takabur ya.” Kamu berbicara jangan terlalu percaya diri, suatu saat kamu juga
bisa jatuh. Jadi hati-hati kalau bicara. Karena kalau bicara besar, seolah-olah
kuat, gagah , pintar dan berhasil , hati-hati karena bisa saja suatu kali kamu gagal.
Namun firman Tuhan berkata bahwa iman itu hidup, di dalam kehidupan iman itu harus
nyata. Iman bukan di mulut. Iman itu akan nyata dalam kehidupan. Saya mengenal
seseorang dan menurut saya ia adalah seorang yang punya potensi. Ia seorang
bapak. Usianya 2 tahun di atas saya (usia istrinya di bawah saya). Anaknya
cantik dan bersekolah di Taiwan. Ia seorang artistek, tetapi dia juga ikut
terlibat langsung dalam proyek-proyek yang dimilikinya. Secara finansial baik,
istrinya dan anaknya juga baik. Semua baik-baik saja. Kalau orang melihatnya
bisa kagum karena sepertinya mereka keluarga bahagia. Di tengah kesulitan
ekonomi, mereka hanya ingin punya satu anak. Pekerjaannya lancar dan punya
istri yang cantik. Istrinya pintar membuat kue roti dan akhirnya membuka usaha
yang cukup maju sehingga mereka mendapat tambahan pemasukanan. Suaminya pintar
melobi orang (pintar bicara). Bila ada suatu masalah lalu dia yang bicarakan
maka masalah tersebut selesai. Ia sangat hebat. Secara rohani ia juga aktif. Ia
langganan menjadi majelis. Setelah menjadi majelis sekian periode, istirahat
satu periode sesuai tata gereja lalu
naik lagi sehingga dikatakan 4 L (Loe Lagi, Loe Lagi).
Apa
yang saya dapati saat bekerjasama? Saya memperhatikan reaksi hamba Tuhan yang
lain. Saat ia lewat dikatakan bahwa pasti ada yang ia kritik. Salah satau
kekurangannya atau yang ditakuti yang lain adalah suka mengkritik orang lain.
Semua orang jadi pada takut. Kalau ia sudah bicara, semua jadi masuk akal. Dari
yang tidak masuk akal menjadi masuk akal. Suatu hari setelah keluar dari tempat
itu, dua tahun lalu saya mendengar beritanya membuat saya antara percaya dan tidak
percaya. Sekarang ia sudah tidak di sana lagi. Ia dalam proses bercerai dengan
istrinya. Ia hidup dengan seorang wanita lainnya dan berada di kota kecil di Jawa
Barat. Wanita itu janda dengan 1 anak, beragama Islam. Perubahannya luar biasa. Pertama kali mendengar
kabar tersebut seperti disambar petir. Keluarganya bertanya kepada saya,”Mengapa
Tuhan tidak menjaga dia?” Saya jadi bingung mendengar pertanyaan itu. Seolah-olah
enak saja. Kamu yang melakukan dan berbuat, tapi suruh Tuhan yang menjaga. Bukankah
dari dulu Tuhan sudah berfirman untuk berjaga diri? Firman Tuhan itu untuk
membuat kita berjaga-jaga. Namun karena yang bertanya kepada saya adalah orang
tua, saya tidak enak langsung menjawab seperti itu. Tidak menjaga diri, tapi
menyalahkan Tuhan lagi. Satu pertanyaan : mengapa Tuhan tidak menjaganya? Ia
aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Ia majelis. Ia tahu Alkitab, tetapi mengapa
bisa begitu? Saya hanya tahu satu hal. Iman harus hidup setiap hari. Jadi jangan berkata,
“Hari ini saya berhasil dan besok saya pasti berhasil.” Tidak bisa! Iman itu
adalah perjuangan setiap hari, kita seperti hidup di medan perang. Keberhasilan
kita hari ini tidak pernah menjamin besok kita pasti berhasil di medan perang.
Belum tentu! Karena musuh kita itu (iblis) bisa memakai berbagai macam cara dan
beraneka rupa. Tidak bisa kita berkata hari ini saya berhasil taat, dan besok
kita pasti berhasil taat. Belum tentu!
Iman dan ketaatan itu terus-menerus adalah suatu perjuangan. Kita butuh
kekuatan. Kekuatan itulah doa, baca Alkitab, beribadah. Jangan kita main-main dalam
hal ini.
No comments:
Post a Comment