Ev. Martin Manurung
Kejadian 50:15-21
15 Ketika
saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka:
"Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada
kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."
16 Sebab itu mereka
menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia
telah berpesan:
17 Beginilah harus
kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan
dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang,
ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu
menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.
18 Juga
saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata:
"Kami datang untuk menjadi budakmu."
19 Tetapi Yusuf
berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?
20 Memang kamu telah
mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya
untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini,
yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
21 Jadi janganlah
takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."
Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan
perkataannya.
Pendahuluan
Sekarang ini sedang ramai film “Avenger : Infinity War”. Film fiksi
yang menggabungkan cukup banyak pahlawan adi (super hero) melawan Thanos, sang penjahat! Ironisnya pada akhir
film penjahatnya menang. Terkadang saya ingin melihat dalam suatu film, kejahatan
menang untuk sementara waktu karena ada pemahaman yang keliru dalam memandang
kesulitan dan kemenangan. Mari kita melihat Kejadian 50:15-21 (hidup Yusuf,
sebuah kisah penderitaan dan pemeliharaan).
Setelah membacanya kita tahu jalan
ceritanya yakni Yusuf bermimpi dua kali. Mimpi pertama adalah tentang
berkas-berkas gandum Yusuf yang tegak berdiri, lalu datanglah berkas-berkas
gandum saudaranya yang sujud menyembah berkas-berkas gandum Yusuf. Pada mimpi kedua
matahari (=ayah Yusuf), bulan (=mama Yusuf) dan sebelas bintang (ke-11 saudaranya)
menyembah Yusuf. Selanjutnya saat menjadi budak di Mesir, Yusuf berhasil
mengartikan mimpi Firaun. Ada 2 mimpi Firaun yakni Firaun melihat tujuh sapi
yang sangat kurus seperti tulang berlapis kulit memakan habis sapi-sapi yang
gemuk dan pada mimpi yang kedua Firaun melihat bulir-bulir gandum yang kurus
menelan habis ketujuh bulir gandum yang bagus. Semua kisah ini sudah ditulis dengan
lengkap di Alkitab sehingga kita sudah tahu akhirnya. Tetapi Yusuf yang
menjalaninya tidak mengetahuinya. Saudara – saudaranya menjualnya kepada orang
Ismail dan kemudian Yusuf menjadi budak di tanah Mesir. Di tempat majikannya (Potifar)
Yusuf difitnah oleh istri Potifar yang ingin mengajaknya berzina sehingga
akhirnya Yusuf di penjara. Yusuf juga berhasil mengartikan mimpi juru minuman
yang kemudian lupa membalas budi dengan menolong Yusuf ke luar penjara. Yusuf
tidak tahu akhir ceritanya dan hanya menjalankannya. Sedangkan kita yang
membaca kisahnya di Alkitab tahu bahwa akhirnya ia mengalami kemenangan dengan menjadi
pemegang kuasa atas seluruh Mesir di bawah Firaun dan hidupnya berakhir bahagia.
Apa itu “KEMENANGAN” bagimu ?
Apa
konsep tentang memandang kemenangan dalam hidup ini? Ada pelajar yang
menganggap kemenangan adalah bila ia lebih pintar dari yang lain atau mendapat
nilai tinggi (top score atau ranking).
Ada karyawan yang mengartikan menang sebagai memiliki penghasilan yang tinggi. Ada
orang yang menikah merasa bermenangan bila punya istri yang cantik, anak yang
pintar, mobil dan rumah mewah. Ada pemilik perusahaan (bos) yang menterjemahkan
“menang” bila perusahaannya memiliki banyak cabang atau ia memiliki banyak perusahaan.
Kita didorong untuk memiliki pengertian
atas natur kemenangan dalam konsep kejayaan, kekuasaan dan kekayaan. Thanos
(penjahat dalam film Avenger : Infinity War) sudah menawarkannya dan sebelumnya
Iblis juga sudah menawarkan hal tersebut kepada Yesus. Demikian juga dengan
Adam dan Hawa yang ditawarkan iblis untuk menjadi seperti Allah. Kemenangan seperti
itulah yang dijual hari ini termasuk di gereja. Para motivator juga mengajarkan
hal yang sama seperti 5 Langkah Menuju Sukses, Anda Dilahirkan untuk Sukses, Think and Grow Rich, The 7 Habit of Highly
Effective People, The Magic of
Thinking Big. Bahkan konsep seperti ini juga sudah masuk ke dalam gereja. Sehingga
ada undangan kebaktian seperti “Tujuh Cara untuk Mendapatkan Berkat Allah
(Menjadi Kepala Bukan Ekor)”, "Terima Pemulihan & KuasaNYA”,
“Hadirilah KKR Kesembuhan Ilahi”. Sekarang kita banyak diprovokasi dengan
konsep kemenangan bahwa “Dalam kehidupan yang sangat kompetitif ini, saya
menang kalau saya mendapatkan semua hal”.
Anak saya yang bersekolah di
Singapore juga diajarkan bahwa “aku
harus menang dari kamu”. Ini konsep sukses yang diajarkan oleh dunia dan
ironisnya kata “sukses” tidak ada di Alkitab. Alkitab justru banyak bicara tentang
air mata dalam memadang konsep kemenangan. Apakah seharusnya kita menang? Berapa
banyak kisah seperti Yusuf yang menang sampai pada akhirnya? Banyak tokoh Alkitab
yang tidak menang sampai akhirnya. Kita juga melihat kesulitan , kematian, penderitaan, kehilangan, kegagalan dll justru
banyak dialami oleh (dekat dengan) banyak tokoh Alkitab.
Salah satu teolog bernama Pastor Charles
R. Swindoll (1934), dalam bukunya Improving
Your Serve, halaman 211-213 mengatakan ada ukuran standar hidup dengan
skala kesulitan sebagai berikut :
- Kematian pasangan hidup …………………………………………………………………………. 100 (paling sulit)
- Perceraian ........................................................................................................ 73
- Berpisah dengan pasangan hidup ..................................................................... 65
- Ditahan di penjara atau institusi lainnya .......................................................... 63
- Kematian salah satu anggota keluarga dekat .................................................. 63
- Mengalami penyakit atau kecelakaan yang parah ........................................... 53
- Menikah ............................................................................................................ 50
- Dipecat dari pekerjaan ...................................................................................... 47
- Rujuk kembali dengan pasangan nikah ............................................................. 45
10.
Pensiun
..............................................................................................................
45
11. Perubahan besar dalam tingkah laku
dari salah satu anggota keluarga …………. 44
12. Hamil
.................................................................................................................
40
13. Mengalami masalah seksual
..............................................................................
39
14. Memperoleh anggota keluarga baru (misal:
adopsi, kelahiran, dll.) ................. 39
15. Perubahan besar dalam kondisi
keuangan........................................................ 38
16. Kematian seorang teman dekat
......................................................................... 37
17. Putera atau puteri yang meninggalkan
rumah (misal: menikah, kuliah, dll.) .... 29
18. Masalah mertua – menantu ..............................................................................
29
19. Masalah dengan atasan
.....................................................................................
23
20. Perubahan besar dalam jam kerja atau
kondisi kerja ........................................ 20
21. Pindah rumah
.....................................................................................................
20
22. Pindah sekolah
...................................................................................................
20
23. Berlibur
..............................................................................................................
13
24. Hari Natal
...........................................................................................................
12
25.
Pelanggaran
hukum ringan (misal: ditilang dll) ..................................................
11
Semua
aspek hidup kita diliputi dalam hal di atas. Julius Caesar mengatakan,”Lebih
mudah menemukan orang yang bersedia mati dengan sukarela daripada menemukan orang
yang bersedia menahan kepedihan dengan sabar”. Tidak ada seorang pun yang siap
dan rela menderita. Bahkan Tuhan Yesus pun di Taman Getsemani berdoa, “"Ya
Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”. Kesulitan
pasti merupakan efek dari dosa. Ada efek yang karena salah manusia dan ada yang
Tuhan ijinkan. Di sini saya akan fokus pada kesulitan yang karena Tuhan jinkan
(kalau yang karena dosa tinggal bertobat). Tetapi mengapa Tuhan ijinkan, itulah misteri. Pertanyaan semua orang
adalah,”Why me?” (mengapa aku yang
mengalami?). Kemarin saya membawa anak-anak sekolah saya ke panti asuhan milik
pemerintah di Tanggerang. Penghuninya adalah anak-anak yang dibuang oleh keluarga.
Mereka ada yang cacat mental ,ada yang kepalanya besar, tidak bisa membaca dan
lain-lain. Pertanyaan eksistensialis dari remaja, “Kalau Tuhan baik mengapa ada
anak seperti ini?” “Mengapa? Keluarganya kan tidak salah?”. Pertanyaan ini
cukup akrab dengan kita.
Saat
ada ‘orang baik’ mengalami kesulitan hidup acapkali orang ateis menyerang
kekristenan,”Kalau Dia baik kenapa ada kejahatan dan penderitaan?” Ada sebuah kisah
nyata di blog dari seorang ibu yang berjudul “Saya seorang ibu yang berduka” yang ditulis di Bandung, 16 Mei
2008. Blognya didedikasikan sebagai
pengingat kehidupan singkat anaknya sekaligus tempat untuk mengusir kepedihan hatinya. Ia adalah seorang ibu yang berdukacita karena
kehilangan putranya, Johan Imanuel yang hanya berusia 2,5 tahun. Johan lahir
prematur dan memiliki kelainan yang disebut atresia esofagus murni (EA tipe A),
di mana saluran bagian atas dan bawah kerongkongannya terputus. Johan menjalani
enam operasi besar untuk memperbaiki kerongkongannya: sekali ketika ia berusia
kurang dari 24 jam dan lima lainnya ketika ia berusia antara 1,5 dan 2 tahun.
Ia berhasil lolos beberapa kali dari
bayang-bayang kematian karena komplikasi pada fase pasca operasi. Para dokter
akhirnya berhasil menarik perutnya ke dalam diafragma (perut Johan ada di dalam
dadanya). Kemajuan tampak menjanjikan ketika dia bisa makan bubur halus sampai dia
mengalami penyumbatan usus (ileus) beberapa bulan kemudian yang disebabkan oleh
infeksi parah. Ileus sendiri belum tentu terkait dengan EA-nya karena bisa
terjadi pada siapa saja. Namun “bentuk” baru dari sistem pencernaannya dan juga
kondisinya yang belum sepenuhnya pulih dari serangkaian operasi memperburuk
situasi. Dia memuntahkan kotoran cair yang membanjiri paru-parunya. Putra satu-satunya
yang selalu dikenang oleh orang tuanya sebagai pejuang yang baik pun
menghembuskan nafas terakhirnya di depan mata orang tuanya. Berikut petikannya.
Kudekap erat anakku di tepi Kolam Betesda, di Yerusalem di
dekat Pintu Gerbang Domba. Sekelilingku berbaring sejumlah besar orang sakit :
ada yang buta, timpang & lumpuh. Kami menantikan malaikat Tuhan turun ke
kolam dan menggoncangkan air itu sewaktu-waktu ; barangsiapa terdahulu masuk ke
dalamnya menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.
O betapa kurindukan tiba waktuku tuk membawa masuk anakku ke
kolam itu, ketika bergolak-golak riuh airnya. Tetapi telah hampir dua setengah
tahun kucoba tak pernah kuberhasil menjadi yang terdahulu. Ketika kumenuju,
orang lain telah sampai dahulu. Pesaing-pesaingku terlalu kuat bagiku….
Tapi hai lihat siapa yang datang…!! Dari jauh kulihat lelaki
muda berjenggot, berjubah putih. Dengan wajah penuh kasih Dia dekati Simon
(nama ini diambil untuk mewakili tipikal nama laki-laki Ibrani) , yang
lumpuh sudah tiga puluh delapan tahun. “Maukah engkau sembuh?” sayup-sayup
terdengar lembut suaraNya. Kudengar Simon menggumamkan sesuatu, “Bangunlah,
angkatlah tilammu dan berjalanlah !” kata lelaki itu berwibawa. Dan hai, tak
dapat kupercaya yang kulihat !! Simon mengangkat tilamnya dan berjalan, menari,
berjingkrak !! Kugosok2 mataku, Tuhan Maha Besar… ini nyata !!
“Siapa gerangan Dia ?!” tanyaku dengan mulut ternganga
“Dia Yesus !!” seseorang di kerumunan berseru. Yesus… nama
itu sering kudengar. Kata orang Dia sudah buat banyak mujizat. Yang buta
melihat, yang lumpuh berjalan, yang tuli mendengar, bahkan yang mati
dibangkitkan. Ada yang bilang Dialah Mesias, Anak Allah yang hidup.
“Nak, akhirnya Tuhan melawat kita !” seruku, penuh harap
kutatap buah hati di pelukanku
“Jangan takut, hari ini kamu akan sembuh!”Terseok kugendong
tubuh lemah anakku, kucoba terobos lautan manusia, meringsek tuk dekati, tuk
tersungkur di kakiNya.
“Rabuni, kasihanilah kami… Rabuni, kasihanilah kami…!!” sekuat
tenaga kuteriak mengiba
“Rabuni tolonglah… jamah & sembuhkan anakku
!!”“Rabuni… Rabuni… jangan lalui kami !!!”
Tetapi sia-sia jeritanku…Dia telah menghilang ke
tengah-tengah orang banyak tanpa menyapa, tanpa menoleh, tanpa peduli. Jatuhku
terinjak-injak kerumunan yang mengejarNya. Kupandang nanar semata wayangku yang
tak lagi bernafas di rengkuhanku. Nyeri dadaku… tangis pilu memecah. “Rabuni….
mengapa hanya Simon ?!!!”
Saat menghadapi kesulitan demi
kesulitan, kita ingin mencari painkiller
karena tidak ada yang siap dan suka dengan pain
(sakit). Saat menderita sedikit sakit kepala, kita tinggal mencari obatnya. Kita
ingin cepat sembuh (tidak ingin sakit). Ada teman saya yang suka gymn namun selama
seminggu tidak masuk karena sakit difteri. Sekarang ada obat yang lebih mahal
tapi bisa mencegah dengan pain-killer
nya banyak. Sejak kecil banyak yang sudah diberi pain killer. Dalam memandang kesulitan terkadang kita berkata,“Tuhan
kalau bisa semua lalu”.
Bagaimaan sekarang kita memandang Allah?
Benarkah Allah selalu menginginkan
agar akhir dari hidup berupa kemenangan? Untuk Yusuf benar. Tapi apa defisini
menang? Kadang saya mengakui dan menyadari hal itu sebagai misteri . Ada tokoh
Alkitab yang sampai akhir hidupnya, kemenangannya tidak sesuai dengan konsep
dunia. Di Perjanjian Lama ada nabi yang menangis. Karena segala nubuat Tuhan
tidak membuat Israel bertobat. Apakah akhir kisah hidup Musa berupa kemenangan
dan ia mewarisi tanah perjanjian? Tidak! Padahal Musa sudah dipakai secara luar
biasa oleh Tuhan. Kalau kita mengharapkan kesembuhan sebagai tanda mujizat itu
terkadang bukan solusi dari Tuhan. Rasul Paulus yang hidupnya dekat dengan
Tuhan dan pelayanannya luar biasa, tetapi Tuhan berkata,”Paulus-Pualus, kamu
tidak akan sembuh! Duri dalam dagingmu akan selalu ada, tetapi cukuplah. Kasih karuniaKu
akan menyertaimu.” Kemenangan konsep Kristen adalah bagaimana Allah memandang
konsep kesulitan itu? Dalam kekristenan Allah menginginkan sebuah konsep
relasi. Allah mau kita bertumbuh seperti lirik lagu Serahkanlah.
Apakah kau payah mencari-cari? Dan apakah Kau payah
berkeliling?
Bawalah sekarang segala susahmu pada kaki Yesus letakkanlah!
Serahkanlah... Serahkanlah! Serahkan pada Yesus, segala beban
yang menindih hidupmu
Serahkanlah... Serahkanlah! Serahkan pada Yesus, Dia kan
ganti segala duka menjadi suka
Tak pernah Dia janji selalu kan panas dan tak pernah Dia
janji hanya ada hujan
Tapi Dia janjikan memberi kekuatan. Bila topan ganas
melandamu
Melihat dari Perspektif ALLAH “RELASI”
Kekuatan
yang Tuhan beri dalam relasi itulah yang akan Tuhan sediakan. Hidup kita adalah
hidup yang konsep kemenangannya adalah Allah
mau saya bergantung padaNya, Allah mau dalam kesulitan itu aku sebagaimana imanku. Haruskah
kuakhiri hidup ini? Haruskah kutetap percaya Allah yang katanya baik itu? Di dalam konsep itu, Alkitab dengan jujur dan
alami mewakili semua tipe manusia. Di dalam kemahatahuan Allah, tidak ada
seorang pun menjadi penasehat Allah. God
is Omniscient, He Has Perfect Knowledge. Di dalam kemahatahuan Allah tidak
perlu Allah dinasehati. Ia tahu kapan yang terbaik. Bagi orang tertentu ada
pelangi sehabis hujan, ada kemenangan demi kemenangan. Tetapi bukankah
kemenangan adalah bagaimana kita semakin mempercayai Allah, itu yang Allah
inginkan dalam hidup kita.
Grudem mengatakan bahwa Allah
tidak pernah berubah dalam keberadaan, kesempurnaan, tujuan, dan janjiNya.
Namun Allah benar-benar bertindak dan merasakan secara berbeda dalam menanggapi
situasi yang berbeda (God is unchanging
in his being, perfections, purpose, and promise, yet GOD does act and feel
emotions, and he acts and feels differently in response to different situations).
Allah tidak bisa berubah tujuanNya. Allah tahu mengapa kita menderita walau
kita tidak tahu alasannya. Sampai nantinya kita baru mengerti begitu. Demikian
pula dengan Ayub. Kesulitan bisa Allah ganti dengan kemenangan.
Saya
punya alasan meragukan Allah yang hidup. Saya punya kakak yang menderita ayan
(epilepsy). Saat sedang kumat, serangannya seperti kejuatan listrik dan akhirnya
ia pun tumbang. Kata mama ia mengalaminya sejak usia 5 tahun. Orang dulu tidak terlalu
tahu cara menanganinya dengan tepat. Sehingga seringkali sebagai adiknya, saya
merasa terganggu. Misalnya kalau di kantor ada serangan mendadak dan
membahayakannya, maka saya harus menjemputnya ke kantor. Saya kadang merasa
malu saat ditanya,”Mengapa dengan kakakmu keluar busa-busa seperti itu. Gila
ya? Kerasukan ya?” Pertanyaan yang membuat hati saya terluka. Saya bertanya,”Mengapa
Tuhan?” Sebelum SMA saya tidak menerima pendapat bahwa Allah itu baik walau saya
sudah bergereja. Setelah saya betobat ada KKR penyembuhan dan pendeta-pendeta ‘hebat’
datang ke kota saya di Pekan Baru. Saya bawa kakak saya yang sudah percaya tapi
tidak sembuh-sembuh. Karena itu saya menghakimi kakak saya sebagai kurang
beriman. Saya bertanya,”Tuhan aku kurang
iman apa?” Saya sudah bertobat, membaca Alkitab dan percaya tapi tidak sembuh. Sampai hari ini
kakak saya tidak total sembuh walau berkurang frekuensi kumatnya. Tapi kalau
datang serangan (bisa dipicu oleh mens yang mempengaruhi hormon atau stress),
terkadang saya berpikir,”Di mana kemenanganku?” Apakah saya harus berhenti
berdoa? Namun pengalaman hidup saya
membuktikan bahwa saya percaya kepada janjiNya. Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka
mereka (Maz 147:3). Saya tetap mempercayai janjiNya walau penyakit epilepsy
kakak saya tidak sembuh sampai hari ini. Dalam kemenangan saya tetap tidak mau
berhenti berdoa.
Ketika
belajar naik monkey-bar di TK, anak
saya tidak percaya. Dia berkata,”Nanti saya jatuh, papa”. Saya berkata,”Kamu
tetap saja maju, melangkah, ayunkan badanmu.
Papa kan pasti menyambutmu”. Monkey-bar
adalah sarana yang Tuhan kasih untuk melawan hal yang kadang merupakan
kesulitan di depan saya. Tetapi apakah engkau masih berharap kepada Allah?
Kekristenan tujuannya bukan mencapai semuanya. Kekayaan, harta dan kekuasaan
bukanlah tujuan dari iman Kristen tetapi apakah ada iman dibumi? Benjamin Blech
mengatakan dalam bukunya, If God is Good
why is the World so bad mengatakan “Kita
hanya mati sekali, tetapi kita bisa saja menderita tanpa akhir.” Tak terhindarkan bagi saya dan orang tertentu
yang masih memiliki pokok doa yang sepertinya belum terjawab tetaplah berharap
karena kita tidak tahu bagaimana Tuhan melakukannya. Tetapi Tuhan menginginkan ketekunan. Ketekunan itulah yang menolong kita perdaya bahwa di tangan
Tuhan semua bisa.
Tergantung di tangan siapa?
-
Bola
basket di tanganku berharga Rp. 150.000. Bola basket di tangan Michael Jordan
berharga 33 juta dollar (=Rp 4.95M). Tergantung di tangan siapa.?
-
Raket
tenis di tanganku mungkin tak ada gunanya (‘raket nyamuk’ mungkin justru lebih
berguna) . Raket tenis di tangan Pete Sampras/ Venus Williams menghasilkan
kemenangan dalam kejuaraan dunia.
Tergantung ditangan siapa?
-
Tongkat
kayu di tanganku dapat menghalau binatang buas / membunuh kecoa. Tongkat kayu
di tangan Musa dapat membelah lautan luas. Tergantung ada di tangan siapa?
-
Umban
di tanganku hanyalah merupakan mainan anak-anak. Umban di tangan Daud merupakan
senjata yang dahsyat (untuk mengalahkan Goliat). Tergantung di tangan siapa?
-
5 roti dan 2 ikan dalam tanganku
adalah Fillet O' Fish McDonalds. 5 roti dan 2 ikan di tangan Yesus dapat
memberi makan ribuan orang. Tergantung di tangan siapa?
-
Paku di tanganku berguna untuk
memasang hiasan dinding. Paku di tangan Yesus Kristus menghasilkan
keselamatan bagi manusia berdosa. Tergantung di tangan siapa?
-
Segala
sesuatu tergantung di tangan siapa? Di tangan ALLAH, tidak ada masalah yang
BESAR!!!
Dalam menghadapi kesulitan,
Tuhan bisa menyembuhkan dan bisa memberi kemenangan demi kemenangan, tetapi
tinggal kita percaya apakah Tuhan menginginkan itu. Tuhan lebih memilih hati karena
Dia adalah Allah yang membutuhkan trust
and obey walau Tuhan belum selesaikan
namun saya memiliki hati yang berkemenangan yaitu kemenangan untuk percaya dan beriman sampai
maut datang.
Penutup
Dalam
video “Hanging on (留言)” yang disutradarai oleh Chau Man
Leong (drama keluarga Hong Kong) untuk
mengingatkan “Tidakkah kamu mengingat betapa besar cinta ayah padamu?’
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Ada seorang ayah di usia senjanya
merindukan putrinya sepanjang waktu, berharap putrinya tersebut tak kelelahan
bekerja dan menjaga dirinya. Di waktu yang bersamaan, putrinya tak pernah
mengabaikan sang ayah dan menghabiskan waktunya bersama sang ayah walaupun ia
cukup sibuk. Hingga suatu hari, saat ingin pulang ke rumah untuk memenuhi
janjinya kepada sang ayah kecelakaan terjadi dan semuanya berubah. Sang ayah
yang ditinggalkan putrinya merasa sangat sedih. Ia berusaha terus menghubungi
provider (penyedia layanan) telponnya. Berkat kegigihannya dan kebaikan dari provider
teleponnya, akhirnya ia memperoleh rekaman (voice mail) dari putrinya. Perjuangannya
berhasil mengingatkan operator provider telepon dan atasannya untuk cepat-cepat
pulang setelah selesai bekerja untuk menjumpai ayah mereka masing-masing.
Seorang
Bapak mengalami penderitaan, namun dengan penderitaannya ternyata bisa menolong
kemenenangan demi kemenangan untuk orang lain. Kalau Tuhan ijinkan kesulitan
terjadi untuk meraih kemenangan yakni kemenangan untuk menolong orang lain, teladan
iman yang diwariskan ke anak cucu. Kemenangan adalah ketika pengalaman
kesulitan Tuhan bisa pakai untuk membuat saya lebih mencintai dan lebih
mengasihi orang lain. Apakah kesulitan kita Tuhan bisa pakai bukan hanya untuk
kemapanan atau kesembuhan tetapi juga untuk menolong orang lain?