Pdt. Nindyo Sasongko
Lukas 24:13-35
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid
Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil
jauhnya dari Yerusalem,
14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala
sesuatu yang telah terjadi.
15 Ketika mereka sedang
bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka,
lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata
mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah
yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka
dengan muka muram.
18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas,
menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang
tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
19 Kata-Nya kepada mereka: "Apakah
itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia
adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan
Allah dan di depan seluruh bangsa kami.
20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin
kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa
Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah
lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami
telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,
23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka
datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat,
yang mengatakan, bahwa Ia hidup.
24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur
itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu,
tetapi Dia tidak mereka lihat."
25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu
orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu
untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang
tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi.
28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju,
lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya:
"Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan
matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama
dengan mereka.
30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia
mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada mereka.
31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan
merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
32 Kata mereka seorang kepada yang lain:
"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di
tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke
Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang
berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka.
34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan
telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon."
35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa
yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia
memecah-mecahkan roti.
Pendahuluan
Situasi saat Yesus
bangkit dari kematianNya, tidaklah mudah bagi para murid dan pengikutNya. Dengan
bangkitnya Yesus Kristus, keadaannya tidak serta merta menjadi penuh sukacita.
Lukas 24:13-35 merupakan perikop yang dilatarbelakangi Yesus telah bangkit dan
kemudian menampakkan diriNya kepada dua orang murid yang sedang menuju ke kota Emaus.
Belakangan ini muncul hashtag (kata atau frase tanpa spasi yang
diawali dengan simbol hash
"#") di medsos (seperti FB dan Twitter) yang bunyinya, “belum bisa move on (bangkit, pindah ke lain hati, membuka diri)”. Kata-kata ini
biasanya dipakai oleh anak-anak muda yang sedang patah hati. Muda-mudi ini
mengungkapkan perasaan yang tidak enak sekali akibat diputus oleh pacar dan hati
rasanya kalut, kelam, dukacita, gelap dan belum bisa move on. Berhari-hari status FB-nya dan gambar di instagram-nya
kelam semua dipenuhi dengan kalimat-kalimat
yang pilu, sepilu lagunya alm. Eddy Silitonga “Biarlah Sendiri” (ciptaan Rinto
Harahap). Pada tahun 1976 Eddy Silitonga (1950-2016) menyanyikan lirik lagunya,
Biar, biarlah sedih, asalkan kau bahagia yang
melejitkan namanya di dunia tarik suara. Ada juga lagu lain dengan genre dangdut “Termiskin di Dunia” yang diciptakan
dan dipopulerkan oleh ATT Hamdan yang liriknya berbunyi,” .... Aku merasa orang termiskin di dunia. Yang penuh derita bermandikan airmata ...”. Intinya belum bisa move on. Istilah ini kembali
marak pasca 19 April 2017 setelah diketahuinya hasil hitung cepat pilkada DKI
yang memenangkan pasangan calon gubernur Anies-Sandy. Kekecewaan terjadi di
kalangan pendukung A Hok – Djarot dan hal ini wajar. Rasa khawatir dan takut adalah
hal yang wajar.
Rasa Takut Setelah Mendengar Berita
Kristus Sudah Bangkit
Ketakutan ini juga pernah dirasakan oleh para murid
dan pengikut Yesus Kristus seperti yang dicatat oleh Alkitab. Kebangkitan
Kristus tidak serta merta disambut oleh orang-orang yang mengenalNya. Pada Markus
16:8 dikatakan “Lalu mereka keluar dan
lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka
tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat
mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu
Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke
Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal
itu.” Para ahli Kitab Suci mengatakan bahwa sebenarnya inilah ayat terakhir
dari kitab Markus sedangkan ayat-ayat selanjutnya ditambahkan agar Markus tidak
terlalu negatif dalam menutup injilnya. Ayat ini memuat kata “takut”, padahal
pasal 16 sedang berbicara tentang kebangkitan Kristus. Kristus sudah bangkit dan
kuburNya sudah kosong. Hal ini sudah disaksikan sendiri oleh orang-orang yang
dekat dengan Kristus namun mereka masih memiliki perasaan takut.
Kitab Lukas juga tidak
jauh berbeda. Pada Lukas 24:11 para murid mendapat kabar dari perempuan yang
melihat kubur Yesus kosong namun mereka mengatakan hal itu omong kosong dan
mereka tidak percaya. Demikian pula dengan Matius 28, setelah kebangkitan
Kristus, para murid merasa ketakutan dengan orang-orang sekitar mereka. Yoh 20:19a
Ketika hari sudah malam pada hari pertama
minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu
yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Ini
kebangkitan Kristus, kubur kosong dan mereka sudah melihat tetapi mereka merasa
takut.
Lukas 24:13 Pada hari itu juga dua orang dari
murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak
kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem. Ayat ini dibuka dengan kata “pada
hari itu juga”. Perikop ini didahului oleh cerita para perempuan yang melihat
kubur kosong dan memberitahu para murid yang berkata bahwa hal itu omong kosong
dan mereka tidak percaya. Pada hari yang sama ada kisah tentang 2 orang murid ,
yang satu namanya Kleopas dan yang lain namanya tidak diketahui. Lukas mungkin tidak
ingat siapa nama sahabat dari Kleopas sehingga dibiarkan misterius (no name = NN). Mereka berdua
meninggalkan Yerusalem karena ingin kembali ke kampungnya. Mereka memang berasal
dari kampung dan mereka ikut urbanisasi (pindah ke kota) lalu sekarang balik kembali
ke kampung halaman mereka. Mereka saat itu sedang berjalan menuju Emaus yang
terletak 7 mil dari Yerusalem. Mereka sedang melakukan diskusi dan bertukar
pandangan dengan intens. Saya coba membayangkan apa yang mereka pikirkan,
ketakutan dan kecemasan mereka. Padahal sebelumnya mereka sudah tahu dan mendengar
bahwa Kristus sudah bangkit, namun mereka tidak percaya. Maka lebih baik bagi
mereka untuk pulang kampung, entah untuk mencangkul, memelihara ternak dan lain-lain.
Mereka ingin hidup aman dan untuk itu tidak perlu di Yerusalem. Mereka tidak move on. Mereka kembali ke tempat mereka
berasal dan pindah ke kampung halaman mereka kembali. Di tengah perjalanan itu
ada seorang laki-laki muncul dan sosoknya misterius. Mereka tidak mengenalNya. Orang
itu bertanya apa yang sedang
dipercakapkan. Kleopas dan temannya saling berpandangan karena merasa heran (masa
orang ini tidak pernah mendengar apa yang telah terjadi?). Maka Kleopas
bertanya, "Adakah Engkau
satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ
pada hari-hari belakangan ini?". Mereka pun menceritakan peristiwa
besar yang terjadi yaitu penyaliban Yesus Kristus. Mereka mengira Yesus adalah
nabi yang berkuasa yang akan menjadi
raja dan menunggangbalikkan pemerintahan Roma namun ternyata Ia mati dan 3 hari
kemudian ada berita tentang kebangkitanNya, namun para murid yang lain ada yang
tidak percaya. Mendengarnya Orang Misterius itu berkata, “"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu
tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!” (Luk 24:25b).
Arti kata “bodoh” di sini adalah “kamu terlalu fokus pada masa lalu” atau “terlalu
berpikir pada masalah yang sedang dihadapi” sehingga tidak melihat kembali apa yang
dirancangkan (ada hal yang lebih besar). “Kamu terlalu bodoh dan memikikrkan
masalah kamu. Betapa lambannya hatimu.” Sang Misterius itu kemudian menerangkan
Kitab Suci dan berkata, “Bukankah Mesias
harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" (ayat
26).
Kemudian hari mulai
larut malam. Kegelapan menyapa dan Sang Misterius bermaksud meneruskan
perjalananNya. Tetapi Kleopas dan temannya mencoba menahanNya agar Ia tinggal
dengan mereka. Susana saat itu tidak ada penerangan dan jalan sangat gelap. Pada
tahun 2009-2010 saya pernah tinggal di Etiopia. Kondisinya saat itu seperti
Indonesia (Jakarta) 20 tahun sebelumnya. Tidak semua jalan diaspal dan punya
penerangan. Kalau orang mau berjalan malam-malam berbahaya karena jalannya
tidak rata, gelap dan dinginnya luar biasa. Hal ini tidak mengherankan karena kota
Addis Ababa tingginya 2.400 m di atas permukaan laut. Sehingga pada pk 18 saja,
orang-orang tidak berani keluar di udara
terbuka tanpa jaket dan orang harus memakai penutup telinga karena dinginnya
luar biasa. Bayangkan di Israel pada zaman itu ada banyak begal dan perampok.
Jadi Kleopas mencoba menahan Sang Misterius. Yang menarik Sang Misterius ini
kemudian memecahkan roti. Begitu ia memecahkan roti, Kleopas dan temannya tiba-tiba
terbuka matanya. Mereka berkata, "Bukankah
hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan
ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Luk 24:32). Lalu mereka
kembali ke Yerusalem. Mereka menceritakan bahwa sewaktu Orang Misterius itu
memecahkan roti barulah mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan Yesus. Apa pentingnya
ayat-ayat ini untuk kita? Apa pentingnya saat apa yang kita dambakan tidak
mendapat jawaban? Apa pentingnya bila apa yang kita doakan terjadi tidak seperti
yang kita harapkan? Di manakah Yesus Kristus? Saya merasa ayat ini sangat
relevan dengan kehidupan kita saat ini. Dalam perikop Lukas 24:13-35 ini, Yesus
dikenal sebagai orang asing oleh murid-muridNya sendiri. Kata yang dipakai di
sini adalah xenos (ayat 18 Adakah Engkau
satu-satunya orang asing?). Bagi para murid yang sedang kalut ini Yesus adalah
orang asing. Biasanya kebanyakan manusia (termasuk kita) takut dengan orang
asing. Jangan-jangan orang asing ini akan mengancam, membahayakan atau
mencelakai kita. Kita hidup dalam suasana xenophobia (fobia atau ketakutan terhadap
orang asing). Kita senang kalau berkumpul dengan orang-orang yang sudah kita
kenal (misal : sesama Kristen, suku, latar belakang, hobi dll). Melihat orang-orang
di luar lingkungan, kita merasa takut (jangan-jangan
ia akan begini-begitu dan mencelakai kita). Apalagi murid-murid sedang
mengalami duka-cita dan sekarang ada orang asing. Bayangkan kalau kita hidup
dalam trauma seperti yang dialami oleh murid -murid Tuhan Yesus karena
kehilangan orang yang mereka kasih dan selama ini melindungi mereka.
Pada tanggal 8 April
2017 saat kita mengenang Yesus masuk ke Yerusalem dengan sambutan meriah
penduduk di sana”Hosana..hosana..!!” untuk memuji Tuhan. Di Mesir ada 2 gereja
koptik (Gereja Koptik
St. Markus di Iskandariyah dan Gereja Mar Gigris atau St. George di
kota Tanta) dibom pada tanggal ini dan menyebabkan 24 orang
meninggal dunia. Beberapa jam kemudian teman saya yang tinggal di Siprus mem-posting di status-nya foto seorang pria paruh baya di mobil. Di sebelahnya
duduk seorang pria yang di tangan kanannya bergelayutan seorang anak kecil yang
masih balita, yaitu anaknya sendiri. Siapakah si Bapak itu? Ia adalah salah
satu korban pemboman bunuh diri di gereja Santo Markus. Tempatkan diri kita
seperti si anak kecil tersebut. Seorang anak balita yang kehilangan ayahnya yang
tubuhnya hancur berkeping-keping karena bom. Bagaimana nantinya anak itu akan bertumbuh
kalau melihat orang yang asing?
PerkataanNya Mengobarkan Hati
Di antara kita pun
banyak mengalami hal seperti itu dan membuat kita trauma dengan orang asing.
Tetapi kisah ini memiliki akhir yang berbeda. Kleopas ternyata malah mengundang
Orang Asing itu agar jangan pergi dan memintaNya untuk tinggal bersama mereka.
Kleopas dan temannya adalah orang-orang Yahudi dan taat kepada firman Tuhan. Pada
kitab Imamat 19 dikatakan bahwa bila ada
orang asing maka ia harus ditampung dan diterima di rumah mereka. Apalagi hari
mulai gelap dan senja , bahaya bisa mengancam sang tamu kapan saja. Tetapi yang
menarik, selesai Orang Asing itu membagikan firman Tuhan, Ia kemudian memecahkan
roti dan membagi-bagikannya. Ini yang tidak pernah atau jarang sekali terjadi.
Biasanya yang memecah dan membagikan roti adalah tuan rumah atau orang yang
mengajak. Jadi seharusnya Kleopas dan temannya, tetapi ternyata orang asing ini
‘ketertaluan’, Ia memecah roti dan membagikan ke Kleopas dan temannya. Bayangkan,
bila kita kedatangan tamu lalu ia masuk ke dapur, mengeluarkan bahan makanan
dari lemari dapur lalu memasak untuk kita. Setelah itu ia menyajikannya kepada kita
untuk dimakan. Apa perasaan kita? Tentu kita berpikir, “Ini tamu kurang ajar!”
Tamu ini seolah-olah menjadi tuan rumah-nya. Tetapi di sinilah rahasia
kebangkitan Tuhan Kristus. Orang asing ini bukan saja menjadi sahabat, tetapi orang
asing ini justru menjadi orang yang menjamu mereka. Orang asing yang biasanya
ditakuti dan dicemaskan menjadi orang yang memecah roti. Orang asing yang
menjadi sahabat mereka. Terjadi perubahan peran, Tamu justru menjadi tuan rumah
dan menjamu. Apa artinya ini untuk kita? Perhatikan! Mereka berkata,”PerkataanNya mengobarkan hati.”
Ini tidak cukup. Bagaimana mereka bisa mengenal Yesus? Bagaimana murid yang takut
bisa menyadari orang di depan mereka adalah Guru mereka, ketika Yesus memecah
roti dan menyambut mereka? Orang ini dari seorang asing menjadi sahabat mereka!
Ada 2 istilah sahabat
dalam bahasa Inggris yaitu friend
(teman, sahabat) dan companion (berasal
dari kata Latin : com yang artinya bersama dan panis yang artinya roti, jadi companion
artinya orang yang berbagi roti atau orang yang mau memecahan roti bersama-sama
kita). Dalam perjalanan hidup kita melewati padang gurun yang gersang yang
tidak ketahui ujungnya. Tetapi kita punya teman (sahabat) yang punya bekal.
Ketika dia tahu kita sedang membutuhkan ia berkata, “Ini rotiku. Makanlah.” Melihat
tindakan Sang Tamu, murid-muridNya tahu, “Ia adalah Yesus.” Dengan kata lain,
apa pentingnya dan faedahnya bagi kita yang mungkin sedang ketakutan dan belum move on atas apa yang sedang terjadi? Apakah
kita mempunyai companion yang mau memecah
roti untuk dibagikan? Ia bersama murid-murid yang sedang kalut dan memilih
kembali ke kampung mereka. Apakah kita sudah punya companion? Joseph M. Scriven pada tahun 1855 mengarang lagu “What
A Friend We Have in Jesus”. Betapa luar biasa persahabatan yang kita miliki
di dalam Kristus, sehingga semua dosa dan kekalutan kita bawa kepadaNya. What a friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear! What a privilege to carry. Everything to God in prayer! Ktai punya privilege yaitu
hak istimewa untuk membawa seruan minta tolong kita dalam doa. Yesus disebut
sahabat kita (our companion) yang
memecahkan roti bersama kita. Kebangkitan Kristus mengubahkan manakala kita
tahu Dia tidak meninggalkan ktia,
perkataanNya membangkitkan kita dan murid-muridNya di mana sebelumnya Yohanes,
Yakobus , Andreas dan Petrus pulang kampung menjadi nelayan lagi karena merasa tidak
ada lagi harapan. Namun Yesus datang kepada mereka, Ia makan ikan bersama mereka.
Yesus menjadi companion bagi murid-muridNya.
Yesus Menjadi Companion
Kita bisa teguh dan berjuang bila kita dapat menjawab ‘iya’ atas pertanyaan
sbb :
1. Apakah
Yesus menjadi companion kita? Apakah saat
berada dalam kehidupan yang sulit dan belum move
on, Yesus menjadi companion kita?
2. Apakah
kita mau menjadi companion buat orang
lain? Apakah kita melihat wajah Kristus ada dalam wajah sahabat dan saudara
kita bahkan pada orang yang berada di luar sana?
Dunia bukanlah rumah kita yang permanen karena kita menantikan
surga. Semua orang di sini ‘brengsek’ dan membahayakan kita, benarkah demikian?
Bukankah kita memiliki keluarga dan gereja? Kristus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan
karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga
akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara
perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan
pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal (Mark 10:29-30).
Mama saya meninggal tahun 2015. Sebelumnya pada tahun
2013 saya meninggalkannya karena melanjutkan kuliah di sekolah teologia. Sebenarnya
saya tidak ingin pergi karena mama sedang menderita gagal ginjal sehingga 2
minggu sekali harus menjalani cuci darah. Namun mama saya berkata menenangkan
saya,”Kamu jangan mengkhawatirkan kondisi mama. Mama punya sahabat di rumah
sakit. Mama punya keluarga di sekitar mama. Mama punya sahabat di gereja. Kamu
pergilah.” Akhirnya saya pun berangkat melanjutkan kuliah. Ketika saya sedang
kuliah ternyata frekuensi mama cuci darah harus ditambah. Dari 2 minggu sekali
menjadi 1 minggu sekali kemudian naik lagi menjadi 1 minggu dua kali. Saya pun
menelpon mama,”Besok saya akan pulang. Saya sudah minta izin ke dosen untuk pulang.”
Mama menjawab, “Terima kasih Nak. Mama tahu kamu mencintai mama. Tetapi kalau pulang
kamu bisa apa? Kamu bukan seorang dokter atau perawat. Kalau pulang, kamu malah
akan sibuk dengan tugas-tugas kamu di gereja. Lebih baik kalau kamu bisa selesai
lebih cepat.” Mendengar perkataannya, saya sadar bahwa saya memang tidak bisa
berbuat banyak dalam proses penyembuhan mama. Mama menyambung perkataannya lagi untuk
mengingatkan,”Mama punya gereja, komunitas dan keluarga.” Dan saya yang
mendengarnya menjadi termotivasi. Saya membalas,”Saya tidak hanya menyelesaikan
dengan lebih cepat, namun juga menjadi
lulusan terbaik!” Namun pada 2015 mama dipanggil Tuhan. Saya menjadi sebatang
kara karena saya anak tunggal dan papa sudah meninggal. Perkataan mama yang
terus teringat dalam benak di mana pun saya berada. “Saya punya Yesus. Di mana
pun saya berada, saya memiliki Kristus yang perkataanNya mengobarkan saya. Di
mana pun saya punya sahabat yang di wajahnya ada Yesus!”
Pada peristiwa pemboman gereja di Mesir tadi , ada gambar seorang perwira
polisi yang usianya 33 tahun dan di tangan kanannya ada seorang anak. Namanya Emad
El-Rakiby. Orang ini berusaha menghalangi
pembom bunuh diri itu masuk ke ruang ibadah di mana orang-orang Kristen sedang
beribadah. Tetapi usahanya gagal. Bom itu sudah keburu meledak. Ia seorang
muslim yang mengorbankan dirinya untuk orang-orang Kristen. Kita mungkin sekarang
berada di tengah suasana yang tidak menyenangkan, namun kita diajar untuk
melihat bahwa tidak semua orang yang kita pandang buruk ingin mencelakai kita.
Ada orang seperti Emad yang mau menjadi sahabat kita. Namun bagaimana anaknya
bisa bertumbuh tanpa mengenal ayahnya? Kisah Emad mengingatkan kisah 17 tahun lalu
pada tanggal 24 Desember 2000 saat diselenggarakannya ibadah malam Natal di Gereja
Eben Haezer Mojokerto. Pada malam Natal itu, Riyanto menjadi salah satu dari
empat orang Banser NU yang dikirim oleh GP Ansor Mojokerto untuk menjaga
perayaan Natal di Gereja Eben Haezer. Semula ibadah malam Natal itu berlangsung
dengan suasana hening. Namun saat ibadah baru berlangsung separuh jalan,
sekitar pukul 20.30 WIB, seorang jemaat menaruh curiga pada sebuah bungkusan
yang tergeletak tak bertuan di depan pintu masuk gereja. Riyanto pun memberanikan
diri membuka bungkusan itu. Ia membongkar kantong plastik hitam itu di hadapan
petugas keamanan Gereja Eben Haezer lainnya, termasuk seorang polisi dari
polsek setempat. Di dalamnya tampak menjulur sepasang kabel. Tiba-tiba muncul
percikan api sehingga Riyanto pun langsung berteriak sigap, “Tiaraaaapp!” dan
kemudian terjadi kepanikan dalam Gereja. Riyanto segera keluar ruangan dan
melemparkan bungkusan bom itu ke tong sampah, namun terpental. Ia kemudian
berinisiatif mengamankan bom dengan memungut kembali untuk dilemparkan ke
tempat yang lebih jauh lagi dari jemaat. Namun bom meledak dalam pelukan
Riyanto sebelum sempat dilempar. Tubuh pria itu terpental, berhamburan. Sekitar
3 jam kemudian, sisa-sisa tubuh Riyanto baru ditemukan di sebelah utara kompleks
gereja, sekitar 100 meter dari pusat ledakan. Jari dan wajahnya hancur, Riyanto
pun meninggal seketika. Bom ini tampaknya tidak main-main. Ledakannya membuat
roboh pagar tembok di seberang gereja. Bahkan kaca-kaca lemari dan etalase
Studio Kartini yang berada tepat di depan gereja Eben Haezer hancur semua. Pria yang lahir dari pasangan Sukarnim dan Katinem ini banyak dipuji orang.
Penutup
Hidup memang tidak mudah. Tidak semua orang mau mencelakai
kita. Bukankah pada mereka ada sosok Kristus? Emad dan Riyanto tidak jelas apakah
mereka akan diijinkan Tuhan untuk masuk surga sesuai dengan kedaulatan Allah. Apakah
kematian dan kebangkitan Kristus akan dirayakan dengan ketakutan terhadap
orang-orang di luar sana? Karena kedatanganNya kita melihat wajah Kristus. Kita
memegang sabda Kristus,”Aku bersama-sama engkau sampai kesudahan zaman. Aku
tidak akan meninggalkan engkau. Aku tetap bersamamu.” Jadi move on lah! Bangkitlah! Semangatlah! Kobarkanlah semangat kita
bersama Kristus yang sudah bangkit itu! Amin.
No comments:
Post a Comment