Pdt. Gunar Sahari
2 Timotius 4:1-8
1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh
kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran.
3 Karena akan datang waktunya, orang tidak
dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4 Mereka akan memalingkan telinganya dari
kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal,
sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas
pelayananmu!
6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya.
Pendahuluan
Tema hari ini cukup
menarik yaitu khotbah yang enak di
dengar telinga. Telinga kita paling suka mendengar yang enak-enak. Kita tidak suka
mendengar yang kurang enak. Kita senang mendengar yang lembut, dan bagi kita
yang terbiasa mendengar lagu klasik menjadi tidak suka kalau mendengar lagu cadas
(rock). Yang fundamental, kita semua punya telinga. Kita tidak perlu
menyesuaikan telinga kita untuk mendengar sesuatu karena sudah berjalan secara otomatis,
kita tidak tidak menyaring suara apa pun (baik yang yang baik atau tidak). Gereja
sekarang juga mengikuti semangat untuk mencari yang enak. Anggota jemaat bukan
saja ingin mendengar yang enak tapi juga suasana yang enak (nyaman). Ada
seorang ketua sinode yang mensurvei dan menguji dahulu sebelum memutuskan membeli
kursi yang akan dibeli. Dia mencoba 3-4 kursi yang berbeda dan akhirnya didapat
kursi yang baik dari sisi kemiringan dan kenyamanannya. Diharapkan orang yang
datang merasa enak.
A.
Beritakanlah Firman Tuhan
(ayat 2)
Memang bukan saja spirit zaman
, orang-orang di luar sana yang suka mendengar yang enak-enak saja, tetapi orang
Kristen juga begitu. Sehingga Rasul Paulus memberi pesan kepada Timotius untuk
memberitakan (khotbahkanlah) firman Allah. 2 Tim 4: 2 : Beritakanlah firman dan diulang lagi pada ayat 5 : lakukanlah
pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Bahkan
didahului pada 2 Tim 4:1 Lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil untuk
memberitakan janji (firman Allah) tentang hidup dalam Kristus Yesus.
2 Tim berkaitan dengan
pemberitaan firman Tuhan (khotbah). Saya membaca artikel bahwa ciri orang
Yahudi adalah suka mendengar (listening),
orang Romawi suka melakukan (doing)
sedangkan orang Yunani suka melihat (seeing).
Ciri orang Yahudi adalah suka mendengar.
Sehingga dalam doanya mereka berkata,”Tuhan berbicaralah, hambaMu siap
mendengar.” Ada banyak ayat yang berkata demikian. Allah pun membalas,”Hai
Abraham (Yakub, bangsa Yahudi) dengarkanlah!” Dan semua orang Yahudi mengatakan,”Tuhan
berbicaralah, hambaMu siap untuk mendengar.” Jadi sedih kalau kita hanya mau mendengar
khotbah yang enak-enak saja. Harusnya setiap pagi kita berkata ,”Tuhan
berbicaralah, hambaMu siap mendengar”. Juga pada siang hari dan malam hari. Sedangkan
orang Romawi suka bekerja. Orang Romawi sangat hebat. Kaisar Romawi mendorong
rakyatnya untuk terus bekerja. Bangsa yang sanggup melintasi batas negara dan
benua adalah kekaisaran Romawi. Bangsa Indonesia membangun jalan lintas desa
masih belum bertemu. Tahun depan bersyukur ada jalan sepanjang 3.000 km di
Papua yang akan terhubung. Di Kalimatan jalan propinsi bergelombang. Tamu saya dari
Australia pusing karena jalannya jelek sehingga ia mabuk dan merasa mau mati. Jadi
ia tidak sanggup sehingga harus berhenti dahulu untuk memulihkan kondisinya.
Orang Yunani selalu
melihat. Sehingga disainer dan arsiteknya hebatnya luar biasa. Orang Yunani punya
kemampuan melihat, seni itu seperti apa. Orang Indonesia kurang bisa melihat,
mana bangunan yang bagus dan tidak. Kemarin saya dan istri berjalan ke Grand
Indonesia bagus sekali. Kalau semua bangunan di Indonesia seperti itu luar biasa.
Sedangkan bangunan di kampung bisa miring (tahu-tahu sudah miring). Orang
Yahudi punya kebiasaan mendengar dan Rasul Paulus mendorong Timotius untuk
memberitakan. Ini cocok dengan audience.
Pesan dari Rasul Paulus yang terakhir (ayat 6).
Kalau ada yang meninggal
, biasanya ada tamu yang bertanya saat berkunjung, “Sebelum meninggal opa / oma
(orang yang meninggal) menyampaikan pesan apa?” Kita tidak bertanya,”Selama 17
tahun opa bicara apa ya?” tetapi “Kemarin ia pesan apa?”. Karena pesan terakhir
harusnya menjadi perhatian kita yang utama. Rasul Pualus mengatakan, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (ayat 6). Ini
adalah pesan terakhir dari Paulus ke Timotius. Sebentar lagi aku mati maka ia memesan Timotius untuk memberitakan firman.
Itu akan menjadi perhatian Timotius yang mendengarnya. Sebelum itu, Rasul
Paulus berkata “Di hadapan Allah dan
Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan
dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya (ayat
1). Pesan untuk memberitakan injil tidak an sich dari Rasul Paulus tapi
itu pesan dari Allah (Yesus Kristus). Pesan
memberitakan injil itu pesan dari Allah sendiri. Bukan pesan dari saya
yang sedang berkhotbah. Sehingga kita menangkap pesan ini : Tuhan memberi pesan
(perintah) kepada saya. Bukan pendeta atau majelis yang memberi pesan. Maka
beritakanlah firman, menjadi pesan Tuhan Yesus yang terakhir. Setiap Injil selalu
diakhiri dengan perintah untuk memberitakan Injil.
-
Matius 28:18 . Pergilah
jadikanlah semua bangsa muridKu. Pergilah dan beritakanlah Injil.
-
Pergilah ke seluruh
dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (Markus 16:15)
-
Dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa (Injil) harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas
24: 47)
-
Sama seperti Bapa
mengutus Aku (untuk memberitakan Injil), demikian
juga sekarang Aku mengutus kamu (Yohanes 20:21).
Bahkan sebelum Yesus naik
ke surga ia sampaikan perintah yang agung : “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi” (Kisah Rasul 1:8). Beritakanlah Injil sampai ke Mangga Besar (karena
pada zaman dulu Mangga Besar merupakan ujung bumi bagi orang-orang yang ada di
Yerusalem).
Kesimpulan : pemberitaan Firman adalah Pelayanan yang
sangat penting. Hal ini bukan berarti menyanyi dan berdoa tidak penting, tapi
saya ingin menekankan pemberitaan firman adalah pelayanan yang sangat penting. Gereja yang sudah berhenti memberitakan
Injil berarti sudah berhenti menjadi gereja.
Kita bayangkan kalau Rasul
Paulus berhenti memberitakan Injil, maka kita semua binasa, tidak ada satu pun dari
kita yang selamat. Rasul Paulus dengan
tanpa gangguan dan hambatan terus memberitakan
Injil setiap hari. Kalau Kitab Kisah Para Rasul diakhiri dengan pernyataan,”Berhentikah mereka
memberitakan Injil dan tidak pernah menyampaikan Injil” maka kia akan binasa.
Lingkungan dan orang-orang di sekitar kita pasti binasa kalau tidak ada yang
memberitakan Injil. Mari jadikan kalimat
ini menjadi evaluasi bagi kita. Secara personal dikatakan, “Orang Kristen yang
berhenti beritakan Injil berhenti jadi orang Kristen karena itu tugas kita”.
B. Kondisi manusia seperi apakah yang dilayani oleh Timotius saat itu?
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi
menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi
dongeng. (2 Tim 4:3-4). Orang tidak mau menerima ajaran sehat. Inilah
kondisi jemaat saat itu. Saya yakin ini kondisi jemaat pada umumnya saat ini (tidak dapat menerima
ajaran yang sehat dan benar). Istri saya berkata, “Ada gereja yang berkhotbah tentang
berkat terus sekalipun jemaatnya tetap miskin, atau berkhotbah mujizat terus
walau jemaatnya banyak yang sakit. Tidak ada mujizat, tetapi terus berkata tentang
mujizat. Jemaatnya selalu berkata, “Amin” Pengkhotbah berkata,”Tuhan memberkati
anda” Dijawab “Amin”. Atau pengkhotbah berkata,”Kita menjadi kepala bukan ekor”
dijawab jemaatnya,”Amin”. Dikhotbahkan “Kita akan menjadi kaya” dijawab “Amin”.
Ada pengkhotbah datang, dalam waktu 30 menit ‘amin’-nya 130 kali. Setelah
mahasiswa tersebut pulang, ditanya ,”Apa khotbahnya?” Dijawab,”Amin”. Tetapi
kita tidak suka jemaat yang berdosa bertobatlah. Sakit rasanya telinga. Maka kita
setuju dalam liturgi ada pengakuan dosa,selain pujian dan ucapan syukur karena
kita memang orang berdosa. Ada orang berkata, “Orang yang terus makan enak
lebih mudah sakit, dibanding orang yang makan pahit terus. Kalau pergi, saya
dan anak suka sio-may. Tetapi saya pilih pare walau agak pahit karena lebih
sehat. Ayat 4 Mereka akan memalingkan
telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Bila diringkas, ada 4 kondisi
jemaat pada saat itu.
1. Tidak bisa menerima
ajaran sehat. Tetapi orang sekarang kalau dikasih ajaran sesat malah senang.
Nov 2016 kami pergi ke STT Shalom dan saat melewati STT Saksi Yehovah. Ternyata
mahasiswa STT Saksi Yehovah lebih banyak karena diberi makan yang enak, selalu dikasih
ajaran yang enak dan nyaman. Sedangkan di STT Shalom ada paper dan teologi yang
sulit.
2. Kesukaannya memuaskan
keinginan telinganya. Ada orang yang suka mengorek telinga, nyaman sekali. Sekarang
dinasehatkan agar tidak boleh pakai cotton
bud karena bisa merusak telinga. Padahal rasanya enak. Di kampung pakai
bulu ayam untuk mengorek telinga, enak sekali. Manusia suka begitu, rasanya
enak dan memuaskan keinginan telinga.
3. Memalingkan telinganya
dari kebenaran
4. Membuka telinganya untuk
mendengar dongeng. Anak saya suka mendengar cerita. Saya ceritakan tentang kancil
menipu petani, anjing dll. Ia hebat sekali. Itu bohong semua. Ia bisa atur
strategi dan bisa bercerita ke anjing. Waktu kancil ditangkap , anjing lewat dan
berkata,”Kamu ditangkap dan mau disembelih”. Kancil menjawab,”Itu salah. Saya mau
dinikahkan dengan anaknya.” Jadi anjing pun menggantikan kancil. Anak saya
senang mendengar seperti itu. Kita suka sekali mendengar seperti itu. Kita juga
suka mendengar hoax yang tidak ada
kebenarannya. Ini 2000 tahun lalu sudah terjadi (bukan zaman sekarang saja).
Kita tinggal mengulang-ulang saja.
Kondisi keempatnya
terjadi pada kita saat ini. Tuhan Yesus juga menghadapi manusia yang sama yaitu
pendengar yang tidak suka mendengar yang benar. Bukan saja zaman Paulus dan
Timotius tetapi sebelumnya di zaman Tuhan Yesus juga begitu. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari
murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?” (Yohanes 6:60) Mulai
dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi
mengikuti Dia (Yohanes 6:66). Bila khotbah disampaikan dengan benar dan
sehat mungkin akan menyakitkan telinga, dan bisa jadi ada yang jemaat yang
keluar (pindah gereja). Lebih baik gereja tidak banyak dipenuhi orang yang seperti
ini (mendengar dongeng). Lebih baik orang-orangnya lebih suka mendengar ajaran
yang sehat. Karena memang itu yang seharusnya terjadi.
Nasehat Rasul Paulus
dalam menghadapi jemaat yang tidak suka mendengar ajaran yang benar.
2 Tim 4:5
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah
pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Kalau ada Pdt.
Hery Kwok akan saya katakan,”Sabarlah ya Pak Hery, sabar Kuatkanlah”. Memang
seperti inilah kondisi manusia bukan saja dahulu.” Tetapi saat ini banyak yang tidak
suka mendenga yang tidak enak. Pdt Stephen Tong membuat pernyataan, “Siapapun
tidak boleh jadi pengurus gereja sebelum mengikuti pelajaran teologia sekian SKS.”
Sedang di gereja seberang ada orang yang langsung ditahbiskan jadi pendeta tanpa
belajar karena ia seorang pengusaha yang berhasil. Semangatnya lain sekali. Ini
mengingatkan kita agar menguasai diri dan sabar dalam melakukan pemberitaan
Injil.
Rasul Paulus menasehati
Timotius untuk memberitakan firman setiap waktu. Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya (2 Tim
4:2). Beritakanlah firman Tuhan baik mereka mendengar atau tidak mendengar,
baik menerima atau menolak. Sampaikan saja, karena itu tugas kita. Biar saja bila
orang yang mendengarnya kabur , paling tidak ia pernah mendengar hal itu. Paling
tidak terngiang-ngiang di telinga bahwa hanya Kristus lah satu-satunya Juruselamat.
Ilustrasi Patung Babi.
Ada seorang raja besar di
daratan Tiongkok yang suka menjajah raja kecil untuk digabungkan dengan
kerajaannya. Sebelum perang, ia membuat teka-teki. Dikirimlah 3 patung babi ke
negara kecil dengan permintaan, “Tolong tunjukkan kepada kami apa beda patung ke-1,
2 dan 3. Kalau kamu bisa memberi jawaban yang benar, maka kami tidak jadi
menjajah kalian. Kalau tidak bisa ,kita akan berperang dan kami akan mengalahkan
kalian.” Bermacam cara dilakukan untuk menemukan perbedaan. Ada yang menimbang beratnya
ternyata sama. Berarti salah, bukan itu perbedaannya. Lalu diukurlah panjang
patungnya, ternyata semuanya 30 cm. Ada yang mengira,”Jangan-jangan tingginya
mungkin selisih 1 cm”. Setelah diukur ternyata semuanya 25 cm. Ketiga patung diputar
untuk mencari perbedaan warna, namun ternyata warnanya juga sama. Akhirnya raja
takut, karena sebentar lagi akan dikalahkan. Lalu putra mahkota mendekat ke
papanya,”Apa yang sedang papa lakukan?”
Papanya menjawab, “Saya mencari perbedaan di antara ketiga patung ini.” Anaknya
mulai melihat dan ternyata tidak ada perbedaan. Kemudian ia menemukan bahwa di
antara ketiganya ada 1 patung yang punya lubang di telinga, ada juga patung yang
telinganya tertutup dan 1 patung lagi ada lubang juga. Lalu ia mulai mengambil
rambut. Ternyata patung kedua setelah dimasukkan rambut lewat telinganya bablas
dari kanan ke kiri, tetapi patung ketiga bisa dimasukkan rambut tapi tidak
tembus ke sisi lainnya melainkan masuk ke dalam” Maka dia membuat satu
kesimpulan,”Tuanku raja, patung pertama tidak ada (tertutup) telinganya.Patung
kedua ada telinga yang tembus dari kanan ke kiri. Patung ketiga, dari kanan
masuk ke dalam.” Artinya ada 3 macam pendengar. 1 orang punya telinga tetapi
tertutup sehingga tidak ada yang masuk. Dikhotbahkan apapun tidak bisa dengar (tuli).
Orang kedua, mendengar tapi bablas karena lewat terus. Yang ketiga, mendengar kemudian
masuk ke hati.” Apakah kita seperti patung yang pertama , kedua atau ketiga?
Rasul Paulus siap
memberitakan Injil sekali pun harus menghadapi penderitaan. “Karena pemberitaan Injil inilah
aku menderita, malah dibelenggu seperti penjahat, tetapi firman Allah tidak
terbelenggu.”
(2 Timotius 2:9) Artinya baik atau tidak baik aku terus memberitakan Injil. Baik orang itu menerima atau menolak, tetap aku memberitakan Injil. Itu yang disampaikan Rasul Paulus ke Timotius.
(2 Timotius 2:9) Artinya baik atau tidak baik aku terus memberitakan Injil. Baik orang itu menerima atau menolak, tetap aku memberitakan Injil. Itu yang disampaikan Rasul Paulus ke Timotius.
Ilustrasi : kisah wanita
yang memberitakan Injil sampai masa tuanya.
Ada seorang wanita yang
sejak muda terus memberitakan Injil. Ternyata perbuatannya bukan hanya mendapat
pujian tetapi ada orang (majelis dan jemaat muda) yang mulai mengkritiknya. “Bu,
sudah tua begitu janganlah sok memberitakan injil. Nanti saat menyeberang
sana-sini ditabrak mobil bagaimana? Yang
susah nanti juga gereja” tetapi dia tetap memberitakan Injil. Lama kelamaan sang
ibu matanya mulai kabur, tetapi tetap ia memberitakan Injil. Kemudian
diingatkan lagi,”Bu sudah tua begini apalagi mata sudah tidak jelas, nanti
ditabrak mobil. Lebih baik Ibu di rumah saja. Tidak usah memberitakan Injil ” Tetapi
ia tetap memberitakan Injil. Suatu kali saat pulang dari gereja ia berjalan dan
melewati depan toko yang menjajakan pakaian yang diperagakan patung. Karena ia
mengira patung itu manusia maka ia menginjilinya,”Percayalah kepada Yesus dan
engkau akan selamat.” Patung itu diam
saja. Ibu ini berpikiran positif, kalau diam berarti terima. Waktu orang muda yang
suka mengkritik lewat dan melihat apa yang dilakukan sang Ibu. Setelah itu ia menepuk
punggung sang Ibu dan memberitahu bahwa yang ia injili adalah patung. Sang Ibu kaget
karena baru mengetahui bahwa selama ini yang ia injili adalah patung. Tetapi ia
tidak sedih, dan kemudian berkata, “Bagiku lebih baik menjadi orang Kristen
yang memberitakan Injil kepada patung daripada menjadi orang Kristen yang sama
dengan patung yang tidak memberitakan Injil.”
Semua orang yang
mendengar firman Allah akan mengalami perubahan hidupnya. Contohnya :
-
Nikodemus berubah.
-
Perempuan Samaria berubah. Lalu satu kampung percaya
kepada Kristus. Orang yang suka mendengar ajaran yang sehat pasti akan berubah.
Respon para pendengar “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini,
takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka
sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli ahli Taurat mereka”.
(Matius 7:28-29). Jika ingin melihat perubahan, maka beritakanlah firman Tuhan (di gereja, keluarga, di lingkungan sekitar dll).
(Matius 7:28-29). Jika ingin melihat perubahan, maka beritakanlah firman Tuhan (di gereja, keluarga, di lingkungan sekitar dll).
C.
Beritakan firman Tuhan
dengan kuasa Allah.
Rasul Paulus telah mengalami dan mendemonstrasikan kuasa
Allah dalam memberitakan Firman Tuhan.
Rasul Paulus digigit ular tapi tidak mati. Paulus menyembuhkan
orang sakit dan menghidupkan orang mati sehingga sudah membuktikan ia memberitakan
Injil dengan kuasa Allah. Timotius mengikuti jejaknya. Tuhan Yesus berjanji untuk memberita kuasa bagi mereka yang
memberitakan firman Allah.
Yesus berkata Yesus berkata:
-
Segala kuasa baik di
sorga maupun di bumi telah diberikan kepada-Ku... (Matius 28:16). Setelah Yesus mengatakan
tentang kuasa, Dia memberikan perintah untuk memberitakan Injil, “Karena itu
pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.”
-
“Tanda-tanda ini akan
menyertai orang-orang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku,
mereka akan berbicara dalam
bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun
mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan
meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Markus
16:17-18).
-
“Dan Aku akan mengirim
kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota
ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas
24:49). Injil Lukas menyatakan hal yang sama.
-
Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan
berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
(Yohanes 20: 22-23)
-
Kisah Para Rasul diawali dengan janji kuasa Allah. Kamu akan menerima kuasa jika Roh Kudus
turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku (Kisah Rasul 1:8).Kisah Rasul 1:8. Itu
semua janji dari Tuhan Yesus Kristus. Ada banyak kesaksian yang menyatakan
bahwa banyak orang yang dilengkapi dengan kuasa Allah. Salah satunya Kesaksian
Hudson Taylor (Kesaksian misionaris di India). Suatu kali ia sedang berlayar
untuk memberitakan Injil tetapi tiba-tiba mesin kapalnya mati. Nahkoda datang
kepadanya,”Tuan, tolong berdoa supaya ada angin. Kalau tidak kapal ini akan
menuju ke suatu pulau yang dihuni oleh manusia kanibal. Maka kita akan binasa
semua”. Hudson Taylor berkata,” Baiklah. Pasang layarmu.” Nahkoda berkata,”Kami
tidak mau. Untuk apa dipasang? Kan belum ada angin. Doa saja dahulu. Kalau
sudah ada angin barulah kami akan memasang layarnya” Hudson Taylor berkata,”Kalau
kamu tidak pasang layarnya, maka saya tidak akan berdoa.” Hudson Taylor pun
berdoa. 5 menit kemudian angin datang dan 10 menit kemudian angin bertambah
kencang. Lalu nahkoda datang kepada Hudson Taylor dan berkata,”Tuan Hudson
tolong berhentilah berdoa karena angin sudah begitu banyak.” Orang yang
memberitakan Injil dilengkapi dengan kuasa Allah. Demikian pula dengan kisah penginjilannya
di India.
Penutup
Mari kita memberitakan Injil dengan kuasa-Nya sekalipun banyak orang yang sukanya
mendengar yang enak-enak. Mari beritakan Injil (kebenaran)
sekalipun orang tidak suka mendengar. Kalau ingin melihat perubahan, BERITAKAN
Firman Tuhan, karena Firman Tuhan BERKUASA mengubah kehidupan. Seorang pemuda
datang kepada Rabbi yang sudah puluhan tahun memberitakan Firman Tuhan dan
bertanya,”Rabbi, mengapa engkau terus memberitakan firman padahal dunia tidak
berubah?” Rabbi menjawab,”Hai pemuda, aku memberitakan Injil sebetulnya bukan
hanya supaya dunia berubah melainkan supaya saya berubah.” Kalau memberitakan
Injil tujuannya bukan sekedar agar orang lain berubah, tetapi supaya kita berubah.
Stop Press.. Menyampaikan firman yang baik itu sangat penting, tetapi menjadi
pemberita (pribadi) yang baik itu lebih penting. Hidup kita adalah berita yang
paling efektif untuk diberitakan sepanjang zaman. Ingatlah bahwa : memberitakan
firman adalah pelayanan yang sangat penting tidak peduli kondisi pendengarnya,
apakah mereka suka atau tidak suka. Tugas kita adalah memberitakan Injil.
“Firman Tuhan bukan hanya untuk dilagukan, bukan hanya untuk dilalukan, tetapi
untuk dilakukan”. Tidak salah kita menyanyikan firman Tuhan, tetapi jangan lupa
kita perlu melakukannya di dalam hidup. Amin.
No comments:
Post a Comment