Bergereja Tapi Sebatas Tuntutan Agama
Pdt. Hery Kwok
Yesaya 29:13 Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena
bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya,
padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah
manusia yang dihafalkan,
Pendahuluan
Tema hari ini “Bergereja Tapi Sebatas
Tuntutan Agama”. Tema ini diharapkan bisa mengoreksi ktia semua yang dalam
perjalanannya dari waktu ke waktu bergereja hanya sebatas tuntutan agama belaka.
Sebagai orang Kristen kita diharuskan pergi ke gereja setiap Minggu dan hari
raya seperti Natal, Paskah, Jumat Agung dan Kenaikan Tuhan Yesus , apakah hanya
sebatas itu saja atau tidak? Bila hanya begitu maka bisa saja secara fisik kita mungkin hadir tapi hati kita tidak
di gereja. Itu berbahaya karena akan terbukti dalam pertumbuhan rohani kita
yang nyata terlihat dari karakter, hidup pelayanan serta dalam mengasihi sesama
kita. Dalam konteks bergereja pada Yesaya 29:13 dikatakan Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh
karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan
bibirnya (mereka datang dengan mulut yang memuji Tuhan dan bibir yang
mengucapkan haleluya), padahal hatinya
menjauh dari pada-Ku, dan gereja mereka (ibadah yang dilakukan) kepada-Ku hanyalah perintah atau tuntutan manusia
yang dihafalkan. Mereka datang dengan mulut dan bibir yang sepertinya
beribadah tapi hatinya tidak di sana karena mereka hanya melakukan tuntutan (syariah)
dari agama (hanya menghafal) Seperti :
ingat untuk membayar perpuluhan, datang hari Minggu (dikatakan sebagai Sabat) dan
sebagainya. Sehingga menurut nabi Yesaya itu semua hanyalah perintah atau
tuntutan dari manusia atau agama mereka.
Kita bersama-sama hidup di Indonesia dengan gejolak dinamika kehidupan
sosial yang sangat kuat. Kalau diamati ada kelompok-kelompok tertentu yang
melakukan (mengatasnamakan) ibadah agamanya yang dikatakan sebagai melakukan
kehendak Allah. Ini tidak heran atau asing. Sehingga yang kita alami sendiri,
ada kelompok yang dengan kuat dan berani mengatakan mereka sedang menjalankan
agama dan ibadah mereka yang dilakukan dalam konteks kehendak Allah!! Ini yang
kita rasakan dan alami. Sehingga pemimpin negara kita berpidato bahwa orang-orang
tertentu yang mencoba mengatasnamakan agama dengan segala kegiatan-kegiatan
agamanya dipandang sebagai ekstrimis atau radikal yang mengganggu ketertiban
umum dan mencoba mengintimidasi perasaan (hati) orang-orang yang tidak sealiran
atau seagama dengan orang-orang tersebut. Menyaksikan peristiwa ini , dalam
hati kecil kita mungkin bertanya-tanya,”Mengapa begini?” Kita mencoba
menganalisa dari sudut kita,”Kok mereka begitu ya? Apa mereka tidak tahu bahwa
perbuatan mereka tidak benar?” Tetapi kalau kita hidup dan ada dalam kelompok
itu, bisa jadi kita punya pemahaman yang sama dengan kelompok itu dan
menganggap apa yang dilakukan sesuai kehendak Allah (yang berkenan di hadapan
Allah).
Hal itu sudah dijelaskan dalam kitab Yesaya. Di kitab ini kita menemukan
bahwa orang Israel dengan bangga , berani dan puas sudah melakukan apa yang ditentukan
dan diminta oleh seluruh aturan agama
mereka. Dengan melakukan hal-hal tersebut, mereka katakan bahwa mereka sudah
beribadah pada Allah mereka. Latar
belakang Kitab Yesaya ditulis dalam kebobrokan rohani. Ada yang mencuri,
berzina, mengintimidasi yatim piatu, janda diperas dan lain-lain. Namun apa pun
yang dilakukan sehari-hari tersebut, mereka tetap beribadah pada Tuhan. Mereka
datang dengan mulut dan bibirnya menaikan puji-pujian pada Allah. Yesaya 29:13
menjadi kritikan untuk kita. Bisa saja kita sama seperti mereka. Kita duduk di
ruang ibadah menyanyikan pujian bagi Tuhan seperti yang tertuang dalam lirik,”Aku
membutuhkan Engkau setiap waktu.” Kita tersentuh dengan kalimat tersebut dan
mengangkat tangan. Tetapi sebenarnya hanya mulut dan bibir saja. Yesaya sudah
membuktikan apa yang mereka lakukan (terbukti dalam perbuatan sehari-hari
berbeda). Katanya perlu Tuhan tiap hari tapi mengapa tidak mencari Tuhan? Katanya
mengandalkan Tuhan tapi setiap hari bersandar pada kekuatan dan kekayaan sendiri.
Sehingga Nabi Yesaya mengatakan bahwa hanya di mulut bibir saja tetapi
perbuatan berbeda.
Pada Perjanjian Baru, Rasul Paulus
membawa kuasa dari imam-imam kepala , ia seorang berani dan bengis. Ia
mengatakan ,”Aku orang kejam dan bengis.” Ia memang menyeret orang percaya dan
memasukkan ke penjara. Bahkan ada orang percaya yang dianiaya dan dibunuh.
Paulus menganggap tindakannya berkenan di hadapan Allah. Kalau dihubungkan
dengan orang Kristen, apakah saat kita berbibadah hanya tuntutan agama belaka? Saya
datang agar hati saya tidak merasa tuntutan. Itu sebabnya apa yang disampaikan
oleh nabi Yesaya dan disaksikan negara kita hanya merupakan penyakit orang
beragama.
Ada 2 alasan (hal) yang menjadi penyakit
orang beragama
1.
Menilai bahwa melakukan KEGIATAN AGAMA sudah
hidup BERIBADAH kepada ALLAH.
Sepertinya saya menilai bahwa saya sudah melakukan kegiatan agama (hidup
beribadah). Kalau kita tidak menyadari hal ini sebagai penyakit maka akan berbahaya
sekali. Mereka mengira sudah melakukan apa yang dituntut oleh syariah mereka. Misal
: kalau sudah bayar perpuluhan , sudah selesai. Jadi mau apa lagi? Semua yang
dianggap harus dilakukan dalam kegiatan agama sudah dilakukan untuk Tuhan
(seperti waktu sudah ke tempat ibadah, dikatakan
kita sudah beribadah). Bila tidak disadari penyakit ini akan membuat kita mati
rasa (mati dalam kepekaan rohani).
2.
Menilai bahwa melakukan KEGIATAN AGAMA memuaskan hatinya (memberi rasa damai
sejahtera dalam hatinya).
Rasanya puas. Itu merupakan penyakit juga. Yang mencoba menentramkan
dirinya dan membuat dirinya enak. Saya khawatir penyakit ini sudah berurat-akar
dalam diri kita, sehingga kita merasa sudah selesai tuntutannya dan merasa enak.
Ada orang yang datang ke gereja setelah itu main judi. Bahkan bisa terjadi ia
datang ke gereja untuk berdoa agar menang judi. Jadi ada kelompok tersendiri untuk
bermain maco atau poker. Sehingga ada orang
yang group WA yang mengatakan itu. Begitu menang ia berkata karena Tuhan telah
memberkati dia. Ada juga yang datang ke gereja di hari lain dan hal itu dianggap
sudah bergereja.
Yang Allah
kehendaki : Mengenal Dia
Apa esensi kita bergereja ? Yeremia 24:7
Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah
TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab
mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya. Di dalam konteks
beribadah, yang Tuhan minta kepada orang Israel bukan karena sudah membakar
korban ukupan ,memberikan persembahan binatang atau membawa perpuluhan. Bukan
itu! Tuhan tidak minta hal itu waktu orang Israel ke luar dari Mesir. Tapi
Tuhan minta supaya kita berelasi denganNya dan kita belajar pada Tuhan.
Mengenal Tuhanlah itulah yang Tuhan mau. Supaya Ia menjadi Tuhan. Kita berkata,
kita bertuhan pada Tuhan tapi sering kita tidak menjadikan Dia sebagai Tuhan.
Waktu meminta sesuatu kepada Tuhan, kita perlakukan Ia seperti jongos . Tidak ada
rasa hormat dan tidak percaya bahwa Ia memberikan yang terbaik. Dalam kitab Yeremia,
Tuhan mengatakan bahwa,”Aku ingin agar kamu tahu bahwa Akulah Tuhan, Akulah
penguasa dan milikmu.” Itulah yang diminta Tuhan agar aku mengenalNya. Apa saja
yang dibuatNya tetap baik dan luar biasa.
Kemarin selepas rapat BPH Sinode GKKK, kami berkunjung ke rumah Pdt. Jusuf
Citra. Ia salah satu hamba Tuhan yang melayani di GKKK Papua. Ia hampir
menghabiskan seluruh masa mudanya di sana. Ia sangat dihormati di sana. Ia dikenal
sebagai orang yang luar biasa baik. Ia pernah berkhotbah di GKKK Mabes. Waktu kami
berkunjung, ia baru menjalani cuci darah di RS Siloam Karawaci. Ia melakukan
cuci darah seminggu tiga kali agar darahnya bersih dari zat Kreatin. Waktu
duduk bersaksi ia mengatakan bahwa waktu divonis cuci darah (ia hampir meninggal
karena nafasnya sudah kembang kempis akibat tidak bisa menarik napas) dan racun
sudah menguasainya darahnya. Ia pun disuntik agar kadar racunnya turun serta
keluar airnya karena ginjal dan paru-parunya sudah terendam cairan. Di Penang
ginjalnya dikatakan sudah parah. Ia berkata,”Saya bisa merasakan artinya minum
cawan pahit itu. Sepertinya Tuhan meninggalkan saya! Saya meminta dan berseru
tetapi Dia seakan tidak mendengarkan saya. Hati saya hancur. Saya sudah melayani
Tuhan. Apa yang tidak saya lakukan untuk Tuhan? Saya korbankan keluarga untuk
melakukan pekerjaan Tuhan.” Membandingkannya dengan diri sendiri, saya masih
senang nonton film di bioskop dan jajan (menikmati kuliner). Waktu saya tidak
banyak seperti dirinya yang berkeliling Papua. Saya merasa malu. “Tetapi saya
mengalami suatu keputusasaan dan saya meragukan Tuhan,” sambung Pdt. Jusuf
Citra. Saya terdiam. Yang mengatakan kalimat tersebut bukan orang kacangan. Ia sudah
berkhotbah dan mengajar tetapi ia berkata bahwa ia meragukan Tuhan dalam
kondisi itu. Kita tidak menjadikan Ia Tuhan. Selama ini bisa kita membuat Nya
bukan Tuhan untuk diri kita. Seperti yang dikatakanNya dalam kitab Yeremia,”Aku
ingin mereka mengenal Aku. Supaya mereka jadi umatKu dan Aku menjadi Allah
mereka, supaya mereka bertobat dan mengikut Aku.” Itu ibadah kita di mana kita
berjumpa dengan Allah yang membuat kita bertobat. Di mana mengatakan aku
membutuhkan Engkau tanpaMu aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Bagaimana
Orang Percaya Memiliki Pengenalan akan Tuhan?
Saya ingin agar kita datang ke
gereja bukan karena tuntutan Allah tetapi karena ingin memiliki hubungan (relasi)
dengan Tuhan, dan salah satu cara yang
baik adalah melalui pemuridan.
Gereja Kristen Kalam Kudus mencanangkan diri untuk menjadi gereja pemuridan. Pemuridan
itu ada berbagai bentuk. Seperti kebaktian saat ini merupakan pemuridan besar.
Tetapi ada juga kelas Tiranus yang diadakan dengan topik tertentu juga merupakan
pemuridan. Kita datang ke komsel pasutri yang membahas topik yang diceritakan
pada khotbah dari hamba Tuhan dan di-sharing-kan
mengapa kita tidak melakukan ibadah keluarga? Itu juga pemuridan. Tetapi ada
juga pemuridan yang sifatnya intens seperti KTB yang setiap waktu anggota-anggotanya
berkumpul membahas firman Tuhan dalam hidupnya.
Ada
sebuah pernyataan dari Pastor
Edmun Chan. Permuridan adalah proses membawa seseorang
kepada relasi yang benar dengan Allah, dan mengembangkan mereka kepada
kedewasaan penuh di dalam Kristus melalui strategi pertumbuhan yang terus
menerus, sehingga mereka dapat menularkannya juga kepada orang lain. Kebaktian kelompok kecil bisa bertumbuh
lalu memuridkan lagi . Sehingga bisa menginjili orang lain.
Ada 4 kalimat yang menjadi kunci dalam pemuridan
1.
Membawa orang pada relasi yang benar dengan Allah
Yoh 1:45-46 Filipus bertemu
dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang
disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf
dari Nazaret." Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Nazaret?" Sewaktu Tuhan memanggil Natanael , ia mempunyai pikiran tidak baik (tidak ada yang baik datang dari
Nazaret). Kemudian Tuhan Yesus meluruskan pikirannya. Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?"
Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah
melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi,
Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yoh 1:48-49). Terjadi
relasi antara Tuhan dengan Natanael dalam pemuridan sehingga Natanael pun bertobat
dari pikiran negatif terhadap Allah.
Kita punya kecenderungan curiga pada Allah karena
kita orang berdosa. “Kenapa begini Tuhan?” pertanyaan yang menunjukkan kecurigaan.
Sewaktu A Hok kalah, kita tidak habis berpikir dan kita curiga. Relasi ini perlu
dipulihkan. Tuhan Yesus juga memulihkan pemungut cukai Zakheus (Lukas 19:1-10)
atas kepercayaannya pada harta. Ia menganggap harta adalah segalanya dan bisa
menolong hidupnya. Setelah dimuridkan ia bertobat dari ketergantungan terhadap
harta. Melalui pemuridan kita diharapkan bertobat yang terus terjadi atas
berbagai hal buruk. Misal : bertobat terhadap pikiran negatif terhadap orang,
ketergantungan pada uang (bila tidak ada duit hati tidak nyaman sehingga duit
menjadi raja). Kalau tidak ada pertobatan itu dalam relasi, maka kita tidak
akan mengerti arti beribadah kepada Tuhan. Murid-murid lain berkata kepada
Tomas bahwa mereka telah bertemu dengan Tuhan namun Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada
tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan
mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan
percaya." (Yoh 20:25b). Delapan hari kemudian Tuhan Yesus muncul
kembali dan berkata kepada Tomas: "Taruhlah
jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke
dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan
percayalah." (Yoh 20:27). Tomas pun menjadi percaya dan Tuhan Yesus
pun berkata, "Karena engkau telah
melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya." Ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu harus ada
dalam rasio, sehingga kalau tidak masuk akal tidak percaya. Itulah dosa yang mengerikan
dan di sana relasi Zakheus dipulihkan oleh Tuhan Yesus. Pada ujung kitab
Yohanes dikatakan Petrus kembali menjadi nelayan. Tuhan Yesus datang ke Petrus
di Danau Tiberias. Setelah Tuhan Yesus melakukan keajaiban yang membuat para
murid memperoleh 153 ikan, Tuhan Yesus bertanya 3 kali kepada Petrus. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku (lebih dari pada mereka ini)?" Jawab Petrus kepada-Nya:
"Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Maka
sedihlah hati Petrus. Petrus menangis karena Tuhan Yesus membuat Petrus
bertobat dari kesombongan rohani. Kita perlu pemulihan relasi dengan Allah.
Banyak sekali relasi yang perlu dipulihkan. Caranya melalui pemuridan. Kebaktian,
kelas Tiranus, persekutuan pasutri, KTB merupakan pemuridan untuk memulihkan karakter
yang tidak benar.
2.
Mengembangkan mereka kepada kedewasaan penuh di dalam Kristus.
Yoh 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku
dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan
kamu akan menerimanya. Aku
di dalam Engkau dan Engkau di dalam aku , itu adalah dewasa penuh. Bila Ia ada di
dalam kita, maka seluruh pikiran kita dikuasai oleh Tuhan Yesus. Itu yang
harusnya terjadi pada orang percaya termasuk rohaniwan. Waktu terjadi suatu
peristiwa , apa langkah yang akan dijalani? Ingat apa ayat Tuhan berkata atas
suatu peristiwa untuk meresponinya? Dewasa penuh berarti segala hal yang
dilakukan dikuasai oleh firman, bukan lagi diri sendiri. Dalam kitab Kisah para
Rasul, para rasul melayani Tuhan termasuk Petrus. Petrus datang ke orang bukan
Yahudi untuk memberitakan Injil. Petrus diberikan makanan yang non halal, ia
tidak mau. Tetapi Tuhan berkata, "Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (Kis
10:14). Di situ ia belum mengerti. Ternyata Tuhan memintanya datang ke
suatu keluarga (rumah) Kornelius yang hendak ditobatkan. Setelah itu, ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang
dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. mereka: "Engkau telah masuk ke rumah
orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."?
(Kis 11:2-3). Petrus berkata, Aku
ingat peristiwa Pentakosta. Aku ingat firman Tuhan” Firman Tuhan yang teringat
dan itu dewasa penuh. Itu yang seharusnya terjadi dalam hidup kita. Kita juga
mengalami pergumulan rohani yang terjadi di dalam rumah, pekerjaan dan
lain-lain, namun dalam menghadapi pergumulan tersebut kita mendasarkannya pada firman
Tuhan sehingga firman Tuhan tidak terpisah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seperti itulah yang Tuhan mau.
3. Melalui strategi pertumbuhan yang terus
menerus.
Dalam pemuridan, strategi pertumbuhan yang terus menerus yang terjadi. Kalau
ke gereja hanya karena butuh itu celaka. Dalam kelompok kecil perlu komitmen
untuk bertumbuh. Sosok tubuh saya paling pendek di rumah sehingga saat berjalan
dengan adik-adik dikira saya yang menjadi adik. Bila sosok tubuh kita tinggi,
maka saat berjalan tidak merasa malu. Pertumbuhan fisik seringkali kita
perhatikan, namun mengapa kita tidak memperhatikan pertumbuhan rohani? Karena hal
itu membutuhkan komitmen dan prosesnya terus menerus. Dalam suatu sharing ada yang berkata, “Mengapa ya Bapak
itu datang ke gereja hanya di saat-saat tertentu seperti saat ada bazar,
natalan?” Kalau tidak secara konsisten dan terus-menerus membangun diri kita maka
tidak akan terjadi pertumbuhan relasi yang baik dengan Tuhan.
4. Pada akhirnya mereka harus bisa menularkan
proses yang sama pada orang lain.
Itulah Amanat Agung dari Kristus. Gereja kita belajar untuk memuridkan
melalui kelompok kecil yang dibangun sehingga terjadi kedewasaan penuh.
Penutup
Hidup
bergereja seperti yang
disampaikan oleh Ev. Harlevy adalah hidup di mana kita mengenal Allah dengan baik
(kehendakNya, tujuanNya dalam hidup kita) dan menikmati Allah dalam perjalanan orang
percaya. Tuhan menyelamatkan
kita karena ada tujuan yaitu mengenal apa yang Dia mau. Namun seringkali kita
tidak mengenal Dia yang telah mati bagi kita. Kita melaksanakan perjamuan kudus
untuk mengingatkan kita karyaNya di kayu salib.
Lirik
lagu karangan Pdt. Stephen Tong, “Kumau cinta apa yang Dia cinta.” Betul tidak?
Dia cinta jiwa-jiwa. Apakah kita cinta jiwa-jiwa? Kita lebih memikirkan diri
kita dan lebih pusat keluarga. Kita sudah kehilangan orientasi dan ini
berbahaya. Dalam hidup bergereja kita menikmati Allah dalam perjalanan. Allah
tidak sekedar ingin kita mengenalNya tetapi kita menikmatNya kasihNya ,
kuasaNya dan kehadiranNya. Semua itu membuat hidup kita menjadi bergairah,
dinamis dan merasakan rahmat Tuhan baru setiap hari. Kalau hidup bergereja seperti
itu, maka kita akan antusias datang beribadah kepada Tuhan. Kita akan memberi
prioritas hidup untuk beribadah kepada Tuhan. Kiranya firman Tuhan memampukan
kita untuk menjadi orang-orang tebusanNya yang bertumbuh iman kerohanian dalam
hidup.
No comments:
Post a Comment