Pdt. Benny Tjen
Mat 18:15-20
15 "Apabila
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan
nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang
atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara
itu tidak disangsikan.
17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka,
sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang
pemungut cukai.
18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang
kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di
dunia ini akan terlepas di sorga.
19 Dan lagi Aku berkata
kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga,
permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul
dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
Pendahuluan
Hari ini kita akan memikirkan sebuah tema yang
bagi saya tidak mudah yaitu ‘Gereja dan Disiplin yang Alkitabiah’. Berbicara
gereja berarti berbicara hal yang penting sekali. Suatu kali di daerah
pegunungan di Amerika Serikat , cuacanya dingin sekali. Ada sebuah keluarga
berdiam di kaki gunung, bekerja sebagai petani dan mempunyai seorang anak yang
berusia sekitar 5 tahun. Suatu hari suami
- istri bekerja dan meninggalkan anaknya sendirian. Ternyata waktu pulang
mereka baru sadar bahwa anaknya tidak ada! Mereka pun mencari anaknya di dalam
rumah dan di luar (pekarangan). Tidak ada! Padahal cuaca begitu dingin. Mereka panik
dan meminta pertolongan penduduk sekitar dan dengan pertolongan penduduk
lainnya mereka segera bergerak. Setelah mencari selama 3 jam ternyata tidak ada
hasilnya karena daerah tempat mereka mencari sangat luas. Sudah hampir tengah
malam mereka mencari sehingga kecapaian dan hasilnya tidak ada. Suami istri
petani itu begitu risau. Lalu ada yang mengusulkan untuk mencari sekali lagi
tapi dengan cara mereka bergandengan tangan membentuk barisan yang panjang, baru
mereka menyisir dan menyusuri padang. Di tengah keputusasaan, akhirnya mereka sepakat
untuk mencoba sekali lagi. Perlahan-lahan mereka berjalan dari satu ladang ke
ladang lain di tengah cuaca yang sangat dingin. Herannya tidak lama kemudian
ketemu lah anak tersebut. Anak itu berada di tengah ladang, namun ia sudah
tidak bisa kembali ke rumah karena sudah menjadi mayat. Mayat anak itu pun dibawa
pulang ke rumah. Dalam beberapa hari perkabungan di rumah suami – istri
tersebut ada satu kalimat yang terus menerus diucapkan mereka berdua.
Kalimat-nya bernada penyesalan. Mereka sungguh menyesali, “Mengapa tidak sejak
awal kita bergandengan tangan mencari anak kami. Kalau sejak awal bergandengan
tangan, anak kami tidak akan mati dan tertolong.” Kata–kata itu terus diucapkan
di tengah kedukaan mereka. Saya berharap keadaan ini tidak terjadi di
tengah-tengah gereja. Begitu banyak tantangan yang harus dipikul oleh gereja
dan begitu banyak kebutuhan yang harus ada di dalam gereja. Siapa yang harus kerjakan
dan pikul? Kita harus bergandengan tangan satu dengan yang lainnya. Kalau tidak
, mungkin sudah terlambat.
Saya melihat ada program Gertak (Gerakan Tepat Waktu)
di GKKK Mabes. Program ini sangat penting karena sangat berpengaruh kepada
pelayanan Tuhan. Ada rumor tentang memilih hamba Tuhan yang dilihat dari lulusan
mana : STh, MTh atau Phd. Bila diminta pilih maka yang dipilih adalah hamba
Tuhan yang bergelar Phd. Jemaat pun memiliki gelar yang sama : STh, MTh atau
Phd. STh adalah gelar yang diperoleh setelah 5 tahun kuliah di seminari. Setara
dengan itu, jemaat ada yang sudah 5
tahun menjadi orang Kristen, sudah biasa dan tahu tapi tetap saja telat
gelarnya STh yaitu Suka Telat Hadir. Dari STh ke MTh kuliah lagi selama 3 tahun
lagi ditambah pelayanan 2 tahun. Mungkin ada jemaat yang sudah 10-15 tahun menjadi
orang Kristen. Jemaat tersebut sudah tahu tata ibadahnya dan kenal dengan pengurus
dan pendeta namun tetap saja telat malah semakin sering. Ia diberi gelar MTh yang
merupakan singkatan dari Makin Telat Hadir. Setelah itu gelar paling tinggi Phd
(doctor of Phillosophy) bagi orang yang sudah menjadi Kristen selama 30-40
tahun, tetapi tetap merasa tidak harus hadir (tidak ada saya tidak apa-apa). Jemaat
ini diberi gelar Phd = Pulangnya harus duluan. Berbahaya sekali kalau orang Kristen
terhadap gereja tidak ada semangat. Ibadah tidak bersemangat. Melayani dengan
sikap ‘mau tidak mau’, ini berbahaya. Khususnya bicara tentang disiplin gereja.
Apa itu ? Disiplin gereja artinya gereja punya aturan, tidak boleh sembarangan
di gereja. Seringkali gereja dihadapkan dengan segala sesuatu yang bila tidak
diterima orangnya kabur. Bila tidak diterima banyak komplain tentang gereja.
Misal : mengapa gereja kaku dan mengapa
gereja hanya begini-begitu? Setuju tidak gereja ada disiplin? Harus! Gereja
adalah institutsi yang sangat mulia yang didirikan oleh Tuhan. Di dalam gereja
harus ada kesucian, kesaksian dan keteraturan. Tidak boleh di gereja
sembarangan.
Gereja bukanlah hanya milik dari orang kaya dan orang
yang merasa mendirikan bangunan gereja tetapi gereja adalah milik Tuhan. Apa
yang menjadi perintah Tuhan dalam Alkitab harus kita hormati. Dengan demikian maka
jemaat gereja harus taat terhadap gereja dan Tuhan. Setiap gereja memiliki peraturan
sendiri sehingga kita tidak boleh bertindak semau sendiri secara sembarangan. Suatu
waktu saya memiliki pengalaman bersama-sama menjadi panitia, sewaktu saya belum
menjadi hamba Tuhan. Saya menjadi aktifis di kepengurusan panitia Natal. Kami
semua sama-sama melayani dan ternyata ada 1 orang yang melayani semau dia.
Sesuka-sukanya. Bila hasil rapat tidak sesuai dengan kehendak dia, tidak
dilakukan. Akibatnya hasilnya kacau. Ketika diberitahu, “tidak boleh demikian”,
ia mengatakan , “Suka-suka saya mau melakukannya. Jangan atur saya.” Ini
berbahaya sekali, kalau ada anggota jemaat yang seperti ini.
Defisini Disiplin Gereja
Ada beberapa orang yang berbicara tentang Disiplin Gereja
1. John Mac arthur : Faktor
terbesar, terpenting, terutama untuk sebuah gereja yang sehat adalah disiplin
gereja. Jelas aturan mainannya. Hamba Tuhan jelas peranan, bagian dan
kebutuhannya. Kehidupan jemaat juga jelas. Ada kesinambungan, kebutuhan dan
pelayanan yang menjadi hak dan kewajiban dari jemaat.
2. Dr. David Platt : Disiplin
gereja bukanlah perkara pelengkap bagi umat Kristen; itu adalah perkara pokok
bagi umat Kristen. Disiplin gereja dan peraturan gereja bukan pelengkap tetapi
perkara pokok (utama) agar kita sungguh-sungguh menghargai gereja.
3. Ps. Joshua Harris, penulis
buku Stop Dating the Church (Berhenti
Memacari Gereja) berkata,”Jangan hanya memacari gereja saja tapi tidak berani
menikah - masuklah ke dalamnya dan berkomitmen
terhadap gereja”. Berjemaatlah di gereja yang berani dan tidak akan sungkan
mengeluarkan anda ketika melakukan pelanggaran serius. Pernyataan yang sangat
keras sekali.
Di dalam gereja harus ada peraturan. Tuhan Yesus pun memberi tahu ada
peraturan yang harus ditaati dalam Mat 18:15-20. Kalau jemaat yang sengaja
hidup dalam keberdosaan maka harus ditegur. Bila teguran tersebut didengarkan,
maka orang tersebut didapat kembali. Kalau tidak mau mendengar, ajak 1-2 orang waktu
menegur. Kalau tidak mau mendengar juga maka dilakukan ekskomunikasi.
Perlunya Disiplin Gereja (3
K : Kesucian, Kesaksian, Keteraturan)
3 K yang harus ada di gereja adalah kesucian,
kesaksian, keteraturan. Di dalam gereja kita diajarkan bagaimana menyembah
Allah yang kudus dan suci sehingga kita mau hidup kudus (suci). Di dalam gereja
harus ada kesaksian yang baik. Di dalam gereja ada keteraturan. Sehingga kita
perlu melakukan disiplin. Seringkali kalau hamba Tuhan berbicara agak keras
terhadap jemaat, ia akan kabur ke gereja lain. Disiplin gereja harus ada dan
harus taat kepada Tuhan. Kenapa harus ada disiplin gereja? Karena di dalam
gereja, kehidupan orang-orang di gereja harus berdampak, harus ada kesuciaan,
kesaksian yang baik terhadap Tuhan. Bila saya menjual obat yang bisa menambah
tinggi badan, kira-kira ada yang mau beli atau tidak? Tidak ada! Karena yang
menjual pendek tubuhnya. Jadi obatnya juga tidak akan berkhasiat terhadap orang
lain. Jadi kalau ditawarkan ke orang lain, tidak ada yang mau beli. Dengan kata
lain buktikan dulu. Begitu pula dengan gereja. Kalau orang Kristen di gereja
tidak berusaha untuk hidup suci dan mempunyai kesaksian hidup yang baik, bagaimana
orang mau percaya dan datang ke gereja? Kalau tidak ada nilai yang kita hidupi,
maka tidak ada yang mau ke gereja. Keselamatan hanya ada di dalam diri Kristus,
tetapi kalau orang lain melihat hidup kita yang terus merasa takut, maka mereka
tidak mau percaya Tuhan Yesus.
Suatu kali saya menemani anak saya yang masih kelas 3 SD. Sepulang sekolah
saya memaninya ke Pasar Baru. Kami mau makan siang. Kami pun memesan makanan dan menunggu di food court. Saat itu ada 2 orang enci-enci. Awalnya mereka bercakap-cakap
dengan suara perlahan. Namun suatu waktu salah seorang enci tersebut berteriak
dan saya langsung menoleh ke arah mereka. Teriakannya itu berbunyi, “Ci, elu
tuh ya pergi atau tidak gereja sama saja!” Kesan yang ditangkap dari perkataannya
buruk. Padahal bukankah di gereja diajarkan hal yang baik dan benar. Seharusnya
orang berubah. Orang di gereja harusnya bisa jaga mulut. Orang di gereja
seharusnya bisa jaga pikiran. Orang di gereja harus bisa menjaga kaki. Betul
tidak?
Suatu waktu saya lulusan STT Amanat Agung, di bawah GKY Mangga Besar. Suatu
waktu dosen kami ditelpon seorang ibu yang belum percaya yang mau konseling.
Ditelepon itu ibu mengutarakan masalahnya dan meminta dosen kami untuk membantu
masalah ibu tersebut. Setelah konseling akhirnya dosen kami mengusulkan, “Bu,
coba ibu masuk ke gereja. Saya yakin orang gereja bisa membantu menyelesaikan masalah
ibu” Ibu ini belum percaya dan sungkan ke gereja. Orang gereja bisa membantu
masalah saya? Akhirnya dengan berat hati, ia pergi ke gereja. Satu minggu, dua
minggu, tiga minggu ia pergi ke gereja dan minggu keempat ia tidak mau pergi ke
gereja lagi. Minggu berikutnya ia telpon
dosen kami dan laporan,”Pak, saya sudah pergi ke gereja. Dan saya sudah ambil
keputusan untuk tidak pergi ke gereja lagi.” Mengapa? “Saya perhatikan selama 3
minggu. Waktu perhatikan perkataan dan tingkah laku mereka di gereja, yang datang ke gereja mukanya panjang-panjang
seperti pepaya tidak ada senyumnya (tidak ada sukacita). Ketika saya duduk, ada
orang di sebelah saya, saya tidak disalami, tidak disapa dan tidak diajak
bicara. Ketika saya perhatikan , gara-gara piano, nyanyi, parkir, baju dan
makanan seringkali saya melihat pemandangan tidak baik dan mereka melakukan
yang tidak baik. Pak Pendeta saya perhatikan orang-orang di dalam gereja
sepertinya masalah mereka lebih besar dari yang saya miliki.” Bagaimana dengan
kehidupan kita? Bukankah orang Kristen diajarkan untuk tidak takut dan bersukacita
di dalam seluruh keberadaan kita karena ada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu
baik dan menyertai kita. Kalau kita punya masalah , serahkan kepada Allah,
Tuhan akan memberikan ketenangan dan kelegaan kepada kita (Matius 11). Bukankah
seharusnya damai sejati itu keluar dan nyata dalam hidup kita? Gereja harus
mempunyai 3 K yaitu kesucian, kesaksian,keteraturan
Apa yang terjadi jika
gereja tidak memiliki keteraturan dan mengabaikan disiplin?
David Cloud mengatakan bahwa gereja mengabaikan disiplin akan terjadi :
1. Pemberontakan terhadap
Allah.
2. Memimpin jemaat pada
kesombongan. Sehingga ada jemaat yang sombong dan tidak takut kepada Tuhan.
3. Menyuburkan (tindakan)
keberdosaan.
4. Membuat keanggotaan
gereja tidak berarti.
5. Gereja sama dengan
perkumpulan sosial.
6. Menyebabkan kehilangan kerohanian
7. Mengabaikan Injil.
David Cloud melihat untuk hati-hati kalau gereja mengabaikan disiplin. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap kesaksian gereja di dunia. Kalau gereja semau gue, tidak ada disiplin
akan kacau sekali.
Saya memiliki buku tentang tata gereja dan tata laksana sinode GKI. Buku
ini juga dimiliki oleh umum. Buku ini juga berisi disiplin gereja. Sebelum menjadi
pendeta ada 2 buah ujian yang harus saya lewati. Ujiannya lebih ‘menakutkan’ daripada
ujian S1 karena saya akan diuji oleh para pendeta senior dari yang bergelar STh
sampai Phd dari gereja-gereja GKI se DKI.
Saya diuji di hadapan para panatua yang sudah lama di gereja dan tahu banyak
masalah , sejarah, peraturan gereja. Ujiannya hanya 2. Yang pertama ujian tentang
(pengajaran) Alkitab. Ujiannya bukan tertulis melainkan lisan. Penguji bertanya
dan saya harus menjawabnya saat itu juga. Yang kedua : ujian tentang tata
gereja (aturan main di GKI). Selama 6 bulan saya mempelajari buku ini. Mengapa?
Karena GKI ingin menjadi gereja yang sehat dan teratur mulai dari atas, sinode
klasis sampai jemaat lokal. 30-40% dari isi buku tata gereja ini mengandung istilah
penggembalaan khusus bagi orang yang bermasalah di dalam gereja. Mereka yang
bermasalah ditegur sesuai dengan Matius pasal 18. Bila jemaat lokal tidak mau
bertobat, ia akan dikenakan sanksi gereja. Kalau gereja mengabaikan, gereja
yang kena penggembalaan khusus. Seluruh anggota gereja dikenai penggembalaan
khusus! Hal itu telah diatur pada buku Tata Gereja tersebut. Waktu saya pergi
ke GKI Pasir Koja Bandung ada kasus khusus di mana pendetanya bermasalah dan akan dikenakan
penggembalaan khusus. Majelis nya mau pertahankan pendeta itu. Sinode GKI hanya
memberikan 2 pilihan, bertindak tegas atau boleh pertahankan pendeta ini tapi
satu gereja kena penggembalaan khusus (untuk bertobat agar gereja bisa kembali
bersaksi). Penggembalaan khusus atau disiplin gereja tidak berkonotasi negatif
tetapi memiliki arti agar orang yang bermasalah bertobat kembali. Disiplin
Alkitab bukan untuk memusuhi jemaat tapi menegur agar mereka bisa berjalan
dengan diterangi firman Tuhan.
Disiplin yang Alkitabiah
Untuk menjalani disiplin yang Alkitabiah maka perlu melakukan :
1. Kebenaran yang sudah
teruji
Firman Tuhan mengatakan
harus ada saksi 1-2 orang . Orang berdosa diberi nasehat. Bila ia tidak menerimanya,
panggil 1-2 orang untuk menjadi saksi.
2. Suka untuk ditegur. Kalau
ditegur jangan ngambek, marah atau kabur. Kalau ditegur berarti orang memperhatikan
kita supaya kita berada di jalan yang benar.
3. Ketika ditegur, berani
dan mau berubah. Seringkali di gereja terdapat kumpulan para istri dan kumpulan
para suami. Mereka sudah dekat satu
dengan lain dan seringkali bercakap-cakap. Namun yang seringkali saya dengar, sang
istri membicarakan suaminya,”Suami saya payah, sudah diberitahu tidak mau
berubah. Kamu dong beritahu.” Boleh tidak begitu? Boleh, tapi tidak sehat! Seharusnya
sang suami memberitahu istri yang harus mendengarnya dan sebaliknya. Begitulah
seharusnya keduanya.
4. Kasihilah orangnya dan
bencilah dosanya. Disiplin gereja sangat mengasihi orang dan membenci dosanya.
Itulah sebabnya gereja harus punya disiplin . Harus ada kesucian,
kesaksian, keteraturan hidup.
Penutup
Ilustrasi dari sebuah video clip singkat
berjudul “Sang Gigi Depan” yang bisa mewakili kondisi di gereja juga. Dikisahkan
akan diadakan sebuah parade kenegaraan di suatu negara (Korea Utara). Dalam
salah satu agenda ada acara menyusun foto diri dari presiden negara tersebut
yang dibentuk dari ribuan potongan gambar. Terdapat banyak orang yang terlibat
dalam membentuknya dan setiap orang mempunyai peran dengan menggambil potongan
gambar (foto) wajah sang presiden walaupun hanya mendapat bagian kecil saja. Saat
latihan gladi resik menjelang parade, seorang bapak yang memegang peranan untuk
memegang bagian gigi depan sang presiden dimarahi sang penyelia yang
melatihnya. Maka ia pun pulang ke rumah dengan suasana hati yang kesal dan
marah. Dilampiaskannya kemarahannya dengan melempar barang-barang. Karena
kelelahan akhirnya ia tertidur, padahal seharusnya ia kembali lagi ke tempat
parade (pawai). Pada waktu pelaksanaan-nya ia masih tertidur padahal parade sudah
berlangsung. Jadi dia tidak melakukan tugasnya. Ia hanya membawa satu papan
kecil dan ia pikir tidak adad artinya. Satu per satu peserta pawai melewati
podium kehormatan di mana Presiden berdiri menyambutnya. Saat barisan parade bergambar
wajah presiden melalui podium kehormatan, sang presiden mendapati hal yang
mengejutkan karena ia melihat wajahnya yang sedang tersenyum namun giginya
hilang! Sang Presiden merasa dipermalukan sehingga ia menegur bawahannya.
Di hadapan Tuhan, kita sedang berparade. Hidup di hadapan Tuhan harus
memperhatikan diri kita. Mungkin yang kita kerjakan sederhana dan tidak
berarti. Tetapi seperti video tadi,
orang itu berpikir ia melakukan hal yang tidak berarti. Tapi gambar wajah sang
presiden rusak gara-gara orang tersebut! Marilah kita menjaga kesucian dan
kesaksian, keteraturan dalam gereja, itu membentuk gereja yang indah di hadapan
Tuhan. Kata kuncinya adalah kita bergandengan tangan bersama-sama. Taat dan setia. Kalau tidak maka bila ada
kesaksian maka kesaksian tersebut memalukan dan tidak akan menjadi berkat. Amin.
No comments:
Post a Comment