2 Timotius 4:1-8
1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan
menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh
kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran.
3 Karena akan datang waktunya, orang tidak
dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4 Mereka akan memalingkan telinganya dari
kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal,
sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas
pelayananmu!
6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya.
Pendahuluan
Saya baru pertama kali menyampaikan khotbah di
GKKK Mabes walau sudah sering melalui jalan di depan gedung gereja ini. Marga
saya Huang (黃,kuning).
Nama lengkap saya Huang .. Yi. Saya pernah
minta ke papa ,”Papa tolong tulis nama Mandarin saya.” Yi (義) artinya righteousness
(kebenaran). Bangun huruf Yi (義)
terdiri dari tiga bentuk karakter, yakni ( \
/ ; 王 ;
我 ) yang berarti (
\ / ) = Yin - Yang ; (王 / Wang
= Raja) dan (我 / Wo) = saya , secara garis besar
Yi (義) dapat diartikan rasa kewajiban moral
dasar manusia. Saya bertanya ke orang yang mengerti bahasa Mandarin. Saya
diberitahu,”Wah nama kamu bagus. Siapa yang memberi nama kamu ini?” Saya
menjawab,”Papa saya!” Dia berkata lagi,”Wah papa kamu tahu bahasa Mandarin.”
Saya bertanya,”Mengapa?”. Dia pun memberi penjelasan,”Arti nama kamu : sumber
kebenaran” dalam bahasa Indonesianya : Natanael.
Di dalam bahasa aslinya berarti “di dalam dirinya tidak ada kepalsuan” (Yoh
1:47). Tuhan Yesus sendiri yang mengatakannya. Sewaktu saya tahu artinya, hal
ini menjadi beban dalam diri sendiri : kamu harus menyampaikan kebenaran.
Begitu menjadi hamba Tuhan saya menjadi lebih gemetar lagi. Sejak di perut
mama, saya sudah mengikuti Sekolah Minggu karena mama adalah seorang guru sekolah
Minggu. Jadi bisa dibayangkan , sejak di dalam perut sampai sekarang entah
berapa kali saya mendengarkan firman Tuhan. Saat ini saya menyampaikan firman
Tuhan. Ini menjadi kegentaran bagi saya.
Waktu saya bertemu dengan seorang teman, ia
menyampaikan sharing tentang
kepergiannya ke Jawa Timur. Karena melewati hari Minggu ia sempat pergi ke sebuah
gereja. Ia berkata bahwa gerejanya besar. Jemaatnya bukan ratusan tapi ribuan
orang. Lalu ia berbicara dengan sedikit lucu karena pengkhotbahnya
berkata,”Siapa yang hari ini membawa kunci motor? Coba keluarkan kunci
motornya. Angkat kunci motornya! Kita berdoa pada hari ini agar saudara minggu
depan tidak membawa kunci motor lagi, melainkan kunci mobil! Minggu depan kita
percaya bahwa Tuhan akan memberkati kita karena kita adalah anak-anak Raja. Sebagai
anak Raja kita pasti diberkati. Kita usir roh miskin!” Wah khotbahnya luar
biasa! Saya sendiri tidak pernah menyampaikan khotbah seperti ini. Saya pernah
mendengar khotbah dari seorang pendeta yang cukup berumur. Ia berkata, “Kalau
saya berbicara tentang dosa maka saya tidak mau saudara duduk dengan tenang.
Kalau saya berbicara tentang penghukuman dosa, saya tidak mau saudara hidup
dengan nyaman.” Dari dua model khotbah di atas, kita pilih yang mana?
2 Tim 4:1-8, poin kita pada ayat 2,3 dan 4. Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah
dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat
lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan
telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.Jadi kalau diminta
untuk memilih, mana khotbah yang kita pilih? Khotbah yang selalu menyampaikan
berkat-berkat Tuhan atau kita rindu mendengarkan firman Tuhan tentang dosa yang
merusak kehidupan kita? Tema khotbah hari ini adalah “Khotbah yang enak di
telinga”.
Khotbah yang “Enak” di Telinga
Setiap kita pasti ingin berkat Tuhan. Bahkan kita
rindu setiap hari Tuhan memberkati kita. Masalahnya apakah berkat Tuhan itu
hanya dalam bentuk materi? Bagaimana dengan sukacita? Bagaimana dengan
kerinduan kita untuk datang ke gereja? Apakah selama ini kita datang ke gereja
tidak dengan hati yang bersyukur? Saya tidak alergi dengan berkat dalam bentuk
materi. Betul memang kita perlu materi, tetapi kalau kita mengartikan berkat
Tuhan dalam bentuk materi, inilah kesalahan. Kalau diperhatikan, tokoh-tokoh
Alkitab seperti Abraham dan Ayub diberkati Tuhan dengan harta yang banyak. Jadi
kita harus memberikan ruang yang jelas, apa itu firman Tuhan? Yang menjadi
masalah adalah : bagaimana seorang yang sudah peraya kepada Tuhan bahkan
seorang pengkhotbah harus menyampaikan firman Tuhan. Kalau diperhatikan tugas yang
diberikan Rasul Paulus kepada Timotius ayat 2 (Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,
nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran
dan pengajaran). Rasul Paulus
menasehati Timotius untuk memberitakan firman Tuhan. Apa itu firman Tuhan?
Perkataan Tuhan, suatu respon Allah kepada manusia untuk dibacakan. Ini adalah
alat di mana Allah ingin manusia mengenal diriNya.
Hari ini pengkhotbah dan motivator beda tipis. Tanpa mengurangi rasa hormat
kepada motivator, hari ini saya merasakan pengkhotbah dan motivator 11-12
(beda-beda tipis). Pengkhotbah tidak menyampaikan firman Tuhan, takut kalau
menyampaikan firman Tuhan tentang dosa. Agar dipanggil lagi untuk menyampaikan
khotbah maka berkat terus yang disampaikan. Inilah yang menjadi kesungguhan
yang disampaikan Rasul Paulus kepada Timotius, beritakanlah firman Tuhan itu.
Alasannya apa? Ayat 3 Karena akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
Orang tidak mau lagi mendengar
ajaran yang sehat. Yang mau didengar adalah ajaran yang enak didengar. Yang
enak didengar itu seperti apa? Kalau pengkhotbah bisa meninabobokan saya atau tidak
pernah menegur saya karena saya korupsi. Tidak pernah menegur saya karena saya
menipu. Tidak pernah menegur saya karena suka memanfaatkan orang lain. Ini semua
yang dimaui. Padahal Firman Tuhan bukan saja tentang berkat. Firman Tuhan penuh
dengan murka Tuhan tentang dosa manusia. Firman Tuhan bukan saja soal kasihNya
saja, tetapi Tuhan juga murka kepada manusia yang tidak taat. Inilah firman
Tuhan! Itulah sebabnya dikatakan , beritakanlah firman Tuhan itu! Karena akan
datang waktunya orang tidak lagi mendengar ajaran yang sehat apalagi dikatakan
baik atau tidak baik waktunya. Baik atau tidak baik waktunya, kapan? Kita
bersyukur di Indonesia, kita bebas datang beribadah. Coba bayangkan kita berada
di Timur Tengah. Boro-boro datang beribadah kepada Tuhan. Semua gedung
diratakan dengan tanah. Tidak ada kesempatan lagi untuk mendengar firman Tuhan
seperti di Suriah. Saya pernah melihat
foto-fotonya. Hampir sebagian besar negara itu rata dengan tanah. Kalau sudah seperti itu, di mana kita
mau beribadah?
Baik atau tidak baik mengandung arti bahwa manusia
hidupnya terbatas. Sekarang umur kita berapa? Pasti ada batas waktunya di mana
kita akan mengakhiri hidup. Ada yang mengatakan : saya masih muda, saya aktif
melatih tubuh, (olah raga) saya diet makanan, saya cerdas sekali, nutrisi saya cukup pasti
saya sehat. Betul? Ada yang berpikir kesempatan kita waktu di ICU (d isitulah
kesempatan kita menerima Tuhan). Kalau nanti sudah tua, baru saya melayani
Tuhan. Baik atau tidak baik ada waktu kita bisa mendengar firman Tuhan atau tidak
bisa mendengarNya. Hari ini kita mendengar firman Tuhan. Sebagai hamba Tuhan,
saya ingin menantang : baik atau tidak
baik waktunya, hidup kita terbatas! Hari ini kita bisa bertemu, minggu depan apakah
masih bisa ada di sini? Belum tentu! Beritakanlah firman Tuhan! Betapa kita
rindu mendengar firman Tuhan menjadi makanan rohani. Kita rindu agar firman
Tuhan meresap dalam jiwa kita. Agar kita mengerti di dalam otak kita. Kita rindu
agar Firman Tuhan meresap dalam hati kita. Bagaimana Tuhan berfirman kepada
saya? Bagaimana Tuhan ingin kita menjadi pelaku firman? Ada batas waktunya!
Di gereja kami beberapa waktu lalu ada jemaat yang
meninggal. Umurnya baru 37 tahun. Dia berasal dari keluarga yang tak satu pun percaya
Tuhan. Baru dia sendiri yang percaya Tuhan. Dia punya cici dan kokonya. Dulu
katanya mereka pernah ke gereja, tetapi setelah menikah mereka tidak lagi
datang ke gereja. Waktu melihat adiknya
sakit kanker, terbaring sekarat di rumah sakit, mereka berjanji “Kalau adik
saya ini sembuh saya mau datang ke gereja.” Tiap hari cici dan kokonya datang
melihat adiknya. Herannya sang adik setiap hari berkata kepada istrinya, “Hari ini
hari apa? Hari Minggu ya? Anak-anak tolong dibawa ke Sekolah Minggu ya!”.
Karena sakitnya makin parah, maka otaknya sudah tidak bisa mengingat lagi hari
ini hari apa. Jadi setiap hari dia bertanya hal yang sama. Cici dan kokonya
bingung mendengarnya. Akhirnya kesehatannya makin lama semakin buruk dan Tuhan
memanggilnya. Janjinya kalau sang adik sembuh mereka mau ke gereja. Tetapi ternyata
sang adik tidak sembuh. Koko dan cicinya berkata, ,”Mereka teringat kenapa sang
adik selalu berkata, “Hari ini hari apa?
Pergi ke gereja hari Minggu.” Bertahun-tahun mereka tidak ke gereja. Beberapa
hari lalu mereka datang ke gereja. Hidup ini ada batasnya. Sudah berapa tahun kita
hidup di dunia ini? Pasti tidak sebanding dengan kekekalan yang akan diterima.
Seberapa hebat pun hidup kita, tidak sebanding dengan kekekalan nanti. Justru di sinilah kita mendengar firman
Tuhan.
Seorang hamba Tuhan seperti Timotius diberi pesan
oleh Rasul Paulus, “Baik atau tidak baik engkau harus menyampaikan firman Tuhan.”
walaupun mereka akan memuaskan telinganya dengan kehendak mereka sendiri atau walaupun
mereka hanya mau mendengarkan dongeng-dongeng saja. Dongeng biasanya dikisahkan
kepada seorang anak. Suatu kali saya bertanya kepada anak saya, “Masih ingat
tidak dongeng yang saya ceritakan saat kamu masih kecil?” Biasa nya sebelum
tidur, saya menceritakan dongeng kepada anak saya. Di dalam dongeng tidak ada
kebenarannya. Hanya hal yang mengenakkan. Tidak ada cerita yang aslinya bagaimana
, supaya dia enak mendengarnya kita menceritakannya. Kalau kita hanya mendengar
dongeng seperti itu, maka tidak ada tuntutan untuk kita mendengarkan cerita
yang lengkap tentang firman Tuhan. Masalahnya bukan di dalam berita itu tetapi
di dalam hati kita. Kita sudah menutup diri kepada kebenaran. Bukan hanya
menutup diri pada kebenaran tetapi menolak kebenaran. Kalau ada Tuhan, bisnis
dan hidup saya benar. Saya gagal mendapat penghasilan yang baik karena ada
Tuhan yang tidak bisa tipu. Inikah yang kita inginkan dalam hidup kita? Bisakah
kita katakan, “Firman Tuhan yang murni, kudus dan lengkap itulah yang kita
kehendaki”?
Penutup
Apa yang Firman Tuhan katakan kepada saya hari
ini? Rasul Paulus memberikan suatu
pernyataan yang luar biasa,”Namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup
oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal
2:20). Ia adalah seorang yang tidak
memikirkan dirinya. Saya jujur mengatakan,”Saya merasa ngeri dengan kalimat
ini.” Bukan lagi aku yang hidup tetapi Kristus yang hidup. Mantan gubernur DKI,Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) , pernah mengutip pepatah Tiongkok dalam pledoi sidang
perkara penistaan agama, ‘Sebelum bunyi empat paku di atas peti mati kamu, kamu
tidak bisa nilai orang lain itu baik atau buruk.” Kalimat ini sangat dalam maknanya.
Beritakanlah firmanNya, dengarlah firmanNya. Akan datang waktunya manusia tidak
lagi bisa mendengar firmanNya. Akan datang waktunya karena hari kita terbatas,
baik atau tidak baik waktunya.
No comments:
Post a Comment