Pdt. Arthur Lim
Yoh 12:1-11
1 Enam hari sebelum
Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus
dari antara orang mati.
2 Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan
Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah
Lazarus.
3 Maka Maria mengambil setengah kati minyak
narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya
dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
4 Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari
murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
5 "Mengapa minyak narwastu ini tidak
dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"
6 Hal itu dikatakannya bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang
pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
7 Maka kata Yesus: "Biarkanlah dia
melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.
8 Karena orang-orang miskin selalu ada pada
kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu."
9 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa
Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga
untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati.
10 Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk
membunuh Lazarus juga,
11 sebab karena dia banyak orang Yahudi
meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.
Pendahuluan
Tuhan baik pada saat
kita merasa Tuhan itu baik. Tuhan juga baik saat kita merasakan Tuhan tidak
baik. Tuhan baik walaupun kita merasakan kadang-kadang Tuhan baik atau kadang-kadang
Tuhan tidak baik. Kisah yang tercantum
pada Yoh 12:1-11 (pengurapan tanda penguburan) berbeda dengan kisah pada Matius
26, Markus 14 dan Lukas 7. Ada cerita yang hampir mirip dengan kisah pengurapan
ini namun sebenarnya berbeda. Pada kisah yang tercantum pada ketiga Injil
Sinoptik lokasinya di rumah Simon penderita kusta sedangkan pada Yoh 12 Yesus
diurapi oleh seorang perempuan yang namanya juga sama yaitu Maria (disebut
sebagai Maria yang berdosa, Maria Magdalena , Maria yang menjadi pelacur). Maria
Magdalena mengurapi kepala Yesus bukan kaki Yesus. Jadi cerita ini adalah cerita
yang berbeda. Pada Yoh 12 peristiwa pengurapan oleh Maria (kakak perempuan dari
Lazarus) terjadi di Betania bukan di Yerusalem. Maria kakak Larazus ini mengurapi
kaki Yesus bukan kepala Yesus. Pengurapan tersebut untuk memperingati nanti
penguburan Yesus jadi bukan untuk pengucapan syukur semata. Tema dengan nats ini
untuk mempersiapkan hati jemaat dalam menyambut Jumat Agung dan Paskah karena
banyak sekali orang Kristen yang hanya mempunyai ‘napas’ (natal dan Paskah)
yaitu hanya datang pada saat Natal dan Paskah. Paskah itu jadi sangat penting
untuk dipersiapkan.
Kehidupan Kristen yang bersifat
paradox
Seringkali kehidupan kita
berlawanan dengan apa yang harusnya terjadi. Kita seringkali menganggap bahwa kalau
kita sudah menerima Tuhan Yesus seharusnya kehidupan kita akan penuh berkat. Seharusnya
hidup kita penuh mujizat, hidup yang penuh sukacita dan kekayaan. Banyak orang
berpikir demikian. Sehingga tidak heran banyak orang yang kecewa terhadap
kekristenan. Saya tidak menolak bahwa di dalam kehidupan sebagai anak-anak
Tuhan, kita pasti bisa mengalami mujizat. Karena sebelum masuk ke Yoh 12, pada pasal
11 Rasul Yohanes bercerita tentang
Lazarus yang dibangkitkan dari kematiannya. Yesus yang sudah tahu bahwa Lazarus
yang sakit dan kemudian meninggal. Yesus sengaja menunda kedatanganNya ke
Betania dan mengatakan bahwa ada rencana Tuhan dan Tuhan akan dimuliakan
melalui mujizat yang terjadi. Jadi mujizat yang terjadi bisa mendatangkan
kemuliaan nama Tuhan. Seringkali orang Kristen bisa mengalami mujizat tersebut
dalam kehidupan. Kita seringkali berdoa dan Tuhan menjawabnya. 2 hari lalu Bryan, anak
saya yang kedua, menderita sakit. Saya berdoa, “Tuhan sembuhkanlah dia.”
Malamnya masih belum sembuh. Lalu didoakan lagi. Besok paginya ternyata ia
sembuh. Puji Tuhan! Tetapi ada kalanya setelah berdoa tidak terjadi kesembuhan.
Hanya mujizat dalam kehidupan kita bisa terjadi. Tujuan terjadinya apa? Tujuannya
adalah kemuliaan Allah!
Dalam pembahasan mengenai
mujizat sebelum Yoh 11 dan 12 yakni di kitab Yohanes pasal 9 dan 5 ada 2 buah
mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus. Pada Yoh 9 , ada seorang yang sudah menjadi buta sejak
masih kecil lalu disembuhkan. Pada Yoh 5 ada seorang lumpuh yang disuruh Tuhan
untuk mengangkat tilam dan berjalan lalu hal ini pun dilakukannya. Kedua kisahnya
memiliki hasil akhir yang berbeda. Di Yoh 9 setelah dicelikkan matanya oleh Yesus,
kemudian orang ini ditanya oleh orang Yahudi siapa yang telah menyembuhkannya?
Dia menyebut Yesus. Orang Yahudi tidak percaya dan bertanya lagi, “Kamu
benar-benar buta dari kecil?” Yang dijawab,”Benar”. Tetapi orang Yahudi tidak
percaya kemudian bertanya ke papa-mamanya yang menjadi ketakutan dan memintanya
agar bertanya sendiri karena anaknya sudah dewasa. Lalu orang Yahudi bertanya
kembali kepada ex-orang buta tersebut,”Apa benar kamu sudah buta sejak kecil?
Dijawab, “Kamu lucu ya! Saya sudah sampaikan Dia yang menyembuhkan saya. Saya sudah
bicara dari kecil saya sudah buta. Dari dulu sampai sekarang tidak ada orang
yang bisa menyembuhkan orang yang sejak kecil buta. Engkau tahu bahwa Dia orang
benar.” Orang ini membela Yesus mati-matian. Orang Yahudi membalasnya,”Kamu
orang berdosa dan ingin mengajarkan kami?” Tapi di Yoh 5 seorang yang sakit
lumpuh dan selesai disembuhkan Yesus, malah mengkhianati Yesus. Ia ditanya oleh
orang Yahudi, “Siapa yang menyembuhkan kamu dan menyuruh kamu mengangkat tilam
dan berjalanlah di hari Sabat?” Ia menjawab, “Saya tidak kenal Dia. Saya lihat
Dia lewat, saya tidak kenal Dia, saya tidak tahu sekarang Dia di mana” Tidak
lama kemudian Yesus bertemu dengan dia dan berkata, “Kamu jangan berdosa lagi.”
Selesai itu ia langsung ke ahli Taurat dan orang Yahudi dan berkata,”Ini Dia yang
menyembuhkan saya dan tangkaplah Dia!” Ini (tangkaplah Dia) tidak dikatakan di
Alkitab, tapi begitulah motivasinya sehingga mengatakan,”Ini Dia orang yang
menyembuhkan saya.” Mujizat tidak menyelamatkan kerohanian seseorang.
Seringkali mujizat bisa membawa kita lebih dekat kepada Kristus. Namun tujuan mujizat
terjadi adalah untuk kemuliaan Allah.
Seringkali kita ingin supaya kita mengalami
mujizat dan kebaikan Allah. Kita ingin sekali Tuhan terus menerus membuat
mujizat dan apa yang kita minta (doa kita) dikabulkan. Tetapi dalam kehidupan
yang nyata tidak selalu demikian. Mengapa? Saya bertanya kepada diri saya
sendiri juga mengapa? Saya mendapati dalam pembelajaran saya bahwa dalam
kehidupan ini tentang jawaban-jawaban yang Tuhan berikan. Salah satunya dari
Yoh 12 ini. Di Yoh 12 saat itu ada
perayaan yang diadakan untuk Yesus (ayat 2) karena Yesus baru saja membangkitkan
Lazarus dari antara orang mati. Dia menunjukkan kuasaNya atas maut. Semua orang
kagum akan peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya ini. Banyak orang
datang berbondong-bondong untuk melihat Lazarus yang hidup. Yang tidak sempat untuk
datang melihat Lazarus hidup , kembali lagi ke Betania untuk melihatnya. Jadi
pada saat perayaan itu sangat ramai sekali orang. Ketika perayaan diadakan
untuk kemenangan Yesus atas maut, tetapi Yesus mengatakan, "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari
penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin
selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu." (Yoh
12:7-8). Saat itu semua orang ingin merayakan kemenangan Yesus atas maut, kehebatan,
mujizat dan kuasa. Tetapi tiba-tiba Yesus mengatakan,”Aku akan menderita , mati
dan dikubur! Saya sangat senang sekali kalau ada orang yang berkata, “Mengikut
Yesus akan bahagia, kaya raya dan tidak akan mengalami kesulitan.” Tetapi
kenyataannya tidak selalu demikian. Yoh
10:10b Yesus berkata,”Aku datang,
supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
Kelimpahan ini bukan berarti kekayaan materi (tidak selalu untuk mengatakan
hal-hal materi saja), tetapi selalu berbicara mengenai kelimpahan dalam
kehidupan rohani kita. Banyak orang yang saat hidupnya susah, hubungan suami-istri
akur kalau makan suap-suapan. Tetapi saat sudah kaya-raya , si suami mulai
pelihara “perempuan lain” sehingga hubungan suami-istri menjadi tidak baik sama
sekali.
Apakah kehidupan orang Kristen yang akan datang,
untuk menjadikan kehidupan seperti ini? Pasti bukan! Kehidupan yang Yesus
janjikan adalah kehidupan berkelimpahan dalam hidup itu sendiri yaitu hidup yang dari dalam berkelimpahan dan
mengalir keluar. Seperti yang terjadi pada wanita yang mengurapi kaki Yesus
(Maria). Sehingga pertanyaannya,”Mengapa orang baik seringkali menderita?”
Sebenarnya jawabannya sama seperti apa yang diberikan Martin Luther yaitu,”Orang
percaya tidak bertanya kepada Tuhan , mengapa? Tetapi percaya!” Percaya apa?
Percaya akan perkataan bahwa Allah itu baik. Allah baik! Saat manusia merasa
Allah baik , Allah baik. Saat manusia merasa Allah kurang baik, Allah tetap
baik. Allah baik walaupun kadang-kadang kita merasa Allah baik atau
kadang-kadang merasa Allah tidak baik. Allah selalu baik maka kita bisa bergantung
pada Allah, berserah pada Tuhan dan taat kepadaNya. Itulah sebenarnya kekristenan
yang sesungguhnya. Bukan berarti bahwa kalau keadaan baik baru kita menyembah
Allah. Tetapi dalam semua keadaan kita tahu Allah turut bekerja untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Seringkali kita ingin
hidup selalu lancar, “pesta” dan indah. Tetapi seringkali Tuhan ijinkan
kesesakan terjadi dalam hidup kita. Supaya apa? Supaya kita mengalami Allah
sendiri. Kita tidak berkata lagi kepada teman atau saudara bahwa Allah itu baik
karena perkataan Guo Mu Shi, Guo Shi Mu atau pun perkataan Lin mu shi. Tetapi
kita akan mengatakan Tuhan itu baik karena kita mengalaminya sendiri. Kapan
kita mengalaminya? Saat kita mengalami kesesakan, kesulitan atau himpitan. Kita
merasakan Tuhan setia dan tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan Ia akan
memberikan jalan keluar supaya kita dapat menanggungnya. Sebagai orang Kristen
kita seringkali mengalami kesulitan. Itu bukanlah hukuman Allah untuk kita
melainkan suatu pengalaman yang Tuhan ijinkan agar kita mengalami Allah
sendiri. Sehingga semakin hari makin serupa Yesus dan semakin mengasihi Allah.
Sikap hati Maria yang ‘boros’
dan Yudas yang ‘masuk akal’
Kalau menganalisa apa yang disampaikan oleh Yudas,
perkataannya sangat masuk akal. Mengapa Maria memboroskan minyak narwastu
seharga 300 dinar (mengapa minyak tersebut tidak dijual saja dan hasilnya diberikan
ke fakir miskin). Sepertinya sangat masuk akal. Apalagi dituangnya bukan di
kepala tetapi di kaki. Ini boros sekali. Untuk menyelidiki akan hal ini , saya mengajak
istri saya ke Lippo Puri Mal untuk menanyakan berapa harga parfum yang paling
mahal. Waktu saya masuk ke toko parfum, istri saya berkata, “Saya tidak butuh
parfum.” Saya berkata,”Jangan ge-er dulu ya, saya bukan ingin membelikan parfum
tapi ada tujuannya. Perhatikan saja.” Lalu saya bertanya ke pelayannya, “Di
sini, mana parfum yang paling mahal?” Lalu saya dipukul oleh istri saya yang
kemudian berkata, “Mengapa boros-boros?” Saya menjawab, “Kamu jangan ge-er
dulu, saya tidak belikan untukmu.” Mendengar pertanyaan saya, mungkin pelayan
mengira bahwa tamu yang datang ini adalah orang kaya, karena biasanya orang
yang datang mencari parfum yang harganya paling murah. Lalu ia pun berlari , mengambil
kunci dan membuka tempat penyimpanan minyak wangi. Setelah mengambil sebuah
botol parfum, ia membuka tutup botolnya dan tanpa basa-basi ia mengambil kertas
yang lalu disemprot minyak wangi dan hasilnya disodorkan kepada saya untuk dicoba. Dia mengatakan,
“Parfum ini kalau disemprot sekali maka dalam waktu 2 hari wanginya tidak akan
hilang.” Saya memperhatikan tulisan tentang isi botol tersebut yang
mencantumkan ukuran 100 ml. Dengan perkiraan sekali semprot akan keluar sekitar
1-2 ml maka satu botol minyak wangi berukuran 100 ml akan habis setelah
disemprot 50-100 kali.
Bisa dibayangkan ketika Maria menuangkan minyak
wangi sebanyak 345 gram maka wanginya ruangan
akan seperti apa? Sampai-sampai Yudas berkata,”Minyak ini harganya bisa 300
dinar.” Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan bahwa upah 1 hari di zaman
itu sebesar 1 dinar, jadi minyak itu seharga 300 hari kerja. Karena dalam waktu
1 minggu mereka tidak bekerja pada hari sabat, maka Yudas ingin mengatakan kepada
Maria bahwa kamu tahu tidak bahwa parfum nya bila dijual maka selama 1 tahun
tidak usah bekerja. Tahun 2017 ini UMP DKI sebesar Rp 3,5 juta / bulan atau Rp
42 juta/tahun. Bandingkan waktu saya bertanya ke pelayan yang menjual wangi
termahal seharga RP 3,5 juta dan bisa diberi potongan menjadi RP 3 juta untuk
ukuran 100 ml. Kalau 500 ml harganya Rp 15 juta. Bandingkan dengan Maria yang memberikan
Rp 42 juta punya. Saya setuju dengan
Yudas bahwa apa yang dilakukan Maria adalah pemborosan. Mengapa dia
boros? Tetapi dalam pandangan Tuhan Yesus tidak. Karena Tuhan Yesus melihat
hati Maria. Sebaliknya Yudas yang terkesan sangat masuk akal dan sangat benar
sekali malah ditegur Yesus.
Hidup ini seringkali tidak bisa dinilai dengan
uang. Pelayanan kita kepada Yesus Kristus tidak bisa dinilai pada apa yang
tampak di luar, tetapi dari hati dan Tuhan melihat hati. Saya senang sekali dengan
Sdr. Indra yang setia melayani para siswa yang belajar alat musik. Sulit sekali
kalau kita bisa menilai sebuah pelayanan itu baik atau tidak. Apakah pelayanan
di mimbar ini lebih penting dari pelayanan lainnya? Di mata Tuhan tidak! Di
mata Tuhan, apakah engkau sudah memberikan yang terbaik dalam hidup dan hatimu?
Jadi bukan soal masuk akal atau tidak. Bukan apa yang dilihat manusia, tetapi
apa yang dilihat oleh Tuhan.
Penutup
Dalam memperingati Paskah , mari kita selidiki
hati kita. Apakah hidup kita untuk dilihat orang? Apakah pelayanan kita untuk
dilihat manusia? Apakah supaya semua terlihat masuk akal dan oke saja? Atau
kita ingin menyukakan hati Tuhan? Berikanlah yang terbaik untuk Tuhan. Yang
tahu hanya kita dan Tuhan. Saat merenungkan Yoh 12, ada 2 kenyataan yang sangat
berbeda (paradox). 1 hati Maria yang tidak dapat dinilai benar di hadapan
manusia, 1 hati Yudas yang secara manusia dia benar dan masuk akal, tetapi mari
kita lihat apa yang Tuhan Yesus sukai. Tuhan Yesus suka semua hal yang orisinal
dalam hati kita. Yudas bukan memperhatikan orang miskin tetapi hatinya sebenarnya
jahat. Apakah kita memiliki hati seperti Yudas atau Maria? Hanya Tuhan yang
tahu.
Dalam memasuki Paskah mari kita merenungkan hidup.
Apakah hidup kita setiap hari hanya berisikan keluhan-keluhan kepada
Tuhan? Atau sebaliknya menjadi ucapan
syukur kepada Tuhan? Sangat tidak mudah untuk kita memiliki hidup yang penuh ucapan
syukur. Hidup seperti ini hanya bisa terjadi saat kita merenungkan hidup ini dan bukan pada
saat mujizat terjadi. Mujizat tidak membuat kita lebih dekat pada Tuhan tetapi
sesuatu yang membuat kita merenungkan hidup itu sendiri akan membuat kita
bersyukur. Karena saat merenungkan firman Tuhan, kita mulai mengerti bahwa hidup
itu penuh dengan mujizat. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri dalam hidup ini
daripada kita banyak mengeluh mengenai hidup kita. Kalau melihat 10 tahun lalu,
5 tahun lalu dan saat ini, apa yang kita miliki? Kita tentu akan bisa mengucap
syukur. Itu hanya bisa terjadi kalau kita duduk diam dan merenung. Saya mau
mengusulkan agar kita minimum memberikan 1 persen waktu kita kepada Tuhan.
Lebih bagus 2 persen dan lebih bagus lagi 4 persen. Kalau 1 hari terdiri dari 24
jam, maka bila kita memberikan 1 jam berikan kepada Tuhan berarti kita
memberikan 4% dari waktu kita. Kalau dalam 1 hari kita hanya memberikan 15 menit
saja berarti kita memberikan 1 persen dari waktu kita. Itu akan membuat hidup
kita bisa mengucap syukur setiap hari. Saya rindu agar jemaat sepulang dari
gereja, Tuhan saya perlu agar bisa hidup mengucap syukur setiap hari dan merenungkan
firman Tuhan setiap hari minimum 15 menit/hari. Bukan hanya memikirkan mujizat
saja. Memikirkan mujizat boleh, tetapi lebih baik bila kita memiliki hubungan
yang intim dengan Tuhan setiap hari sehingga kita akan memiliki hati yang
semakin mengasihi Tuhan dan semakin sadar betapa baiknya Tuhan. Kalau tidak maka
tidak heran kalau kita tidak bisa memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Amin!
No comments:
Post a Comment