Ev. Susan Kwok
Mat 16:21-24
21 Sejak waktu itu Yesus
mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
22 Tetapi Petrus menarik
Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah
menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
23 Maka Yesus berpaling
dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan
bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia."
24 Lalu Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
Pendahuluan
Ada satu orang yang
sebenarnya tidak perlu menderita namun nyatanya Ia menderita. Saat membaca tema
“Penderitaan yang Tidak terhindarkan (Pemberitahuan Pertama tentang Penderitaan
Yesus)” kita harus mengingat bahwa bukannya Yesus tidak mampu menghindari
penderitaan. Ia pasti mampu karena Ia adalah Allah, Ia adalah Penguasa. Itu
sebabnya lagu “Di taman Getsemani Tuhan Yesus berdoa... Dia diangkat dan dibawa...
Bukankah Dia dapat memanggil ribuan
malaikat lepaskan Dia?” artinya Yesus mempunyai kemampuan untuk menghindari
penderitaan, tetapi ia tidak mau melakukannya. Ia sadar secara mutlak untuk
melakukanNya di kayu salib sehingga mengalami penderitaan karena itu cara yang
ditentukan Allah untuk menyelamatkan manusia.
Mat 16:21-24.
Dikatakan, sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem, menanggung penderitaan, akan dibunuh, mati dan
bangkit pada hari ketiga. Itu pemberitaan pertama tentang Yesus harus mati. Ada
4 kali Yesus menyampaikan hal itu kepada murid-muridNya. Sejak Petrus dipakai
oleh Allah untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias dalam perikop sebelumnya,
maka sejak itu Yesus melarang murid-muridNya untuk memberitakan bahwa Yesus
adalah Mesias. Karena belum genap waktunya, masih ada hal yang harus dilakukan Yesus. Tetapi sejak
Petrus mengatakan “Yesus , Engkau adalah Mesias, anak Allah yang hidup (Matius
16:16)”, maka sejak itulah Yesus melihat sudah waktunya menyampaikan misi
kedatangan Yesus ke dunia. Yesus menyampaikan berita tentang kematiannya sampai
4 kali, bukan sekedar agar murid-muridNya tidak sedih , terkejut, bingung
tetapi Yesus ingin murid-muridNya paham (mengerti) untuk apa Yesus datang ke dunia
(Yesus akan melalui jalan salib tetapi itu bukan akhir dari segala-galanya).
Tetapi kematian Yesus bukanlah kegagalan. KematianNya itu tidak sia-sia, karena
setelah kematianNya ada harapan karena Yesus akan bangkit pada hari ketiga. Yesus
memberitahukan bahwa kematian yang harus dialamiNya itu bukan kesuraman,
kegelapan, kesia-siaan, sesuatu yang tidak ada nilainya. Ia mau murid-muridNya
paham kedatangan Yesus untuk apa, matinya bagaimana, nantinya matinya seperti apa.
Murid-muridNya menjadi saksi yang berkuasa untuk mengabarkan tentang kasih
Allah. Tetapi Yesus tidak berhenti di situ.
Injil Matius mencatat
bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem. Karena pada saat itu sudah akan mulai diadakan
pesta Paskah orang Yahudi. Semua orang Israel yang tercerai berai (diaspora)
karena dibuang oleh Allah berusaha pulang ke Palestina. Setiap perayaan hari
raya penting mereka berusaha untuk berkumpul di Yerusalem. Pada waktu semua orang
mulai ramai di kota, itu akan menjadi saksi hidup akan penderitaan Yesus di
kayu salib. Maka Yesus harus pergi ke Yerusalem. Dalam bahasa Yunani digunakan
kata Exodos.
Exodos
Di dalam kata “Exodos” (bahasa Yunani untuk Keluaran) ada unsur :
1. Kerelaan di satu sisi
tetapi ada unsur kemutlakan di sisi lainnya. Mutlak, wajib, harus, tidak ada
cara lain, hanya itu satu-satunya cara. Yesus pergi ke Yerusalem dengan satu
kesadaran (tanpa terpaksa atau dipaksa). Yesus menyongsong sesuatu yang
membahayakan hidupNya tanpa terpaka atau dipaksa. Ia sadar itu cara yang mutlak
yang harus dilakukan.
2. Kata Exodos dipakai waktu
orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Kata ini menunjuk pada malam
waktu mereka akan pergi, Allah melakukan suatu cara yang membuat mereka akhirnya
harus pergi yaitu anak domba harus disembelih. Darahnya harus dioleskan di
tiang pintu. Bagi yang tidak memoleskannya maka anak sulungnya akan mati. Hal
ini termasuk anak sulung Firaun yang kemudian mati. Peristiwa keluarnya Orang
Israel dari Mesir melalui ungkapan Exodos ini menunjukkan ada darah yang
tercurah, ada anak domba yang disembelih. Istilah teologi ini menjadi prototipe
(gambaran) dari apa yang akan dilakukan Yesus. Yesus adalah anak domba yang tak
bercacat yang disembelih dan darahnya tercurah di atas kayu salib yang membuat
orang percaya tidak binasa. Anak domba Allah, Yesus Kristus, harus pergi
menyongsong kematianNya sendiri. Dan Ia melakukanNya dengan rela hati dengan
kesadaran bahwa itu harus dilakukanNya.
Penderitaan
Yesus yang Tidak Dimengerti
Apa yang dilakukan
Yesus tidak dipahami para muridNya. Buktinya pada ayat 22-23 ada dialog. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan
menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada
Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia." Mendengar pernyataan Yesus, Petrus langsung mengatakan, “Bukan
begitu! Walau Engkau masuk ke Yerusalem , Allah tidak akan melakukannya.”
Seakan-akan apa yang dilakukan Yesus adalah sesuatu yang tidak harus terjadi.
Karena Petrus tidak paham. Sehingga Yesus mengatakan, “Enyahlah Iblis!” Murid Yesus
yang paling berani ini malah disamakan atau dipanggil dengan sebutan Iblis. Apa
yang disampaikan Petrus, pemikirannya sudah dibayang-bayangi dan dirasuki oleh
Iblis yang tidak senang dan tidak mau karya penyelamatan Yesus terjadi.
Bukankah Iblis selalu merecoki sejak awal penciptaan Allah. Ia ingin
menggagalkan rencana Allah, termasuk nasehat Petrus yang sepertinya rohani.
Nasehat Petrus yang sepertinya baik dan masuk akal (logis), bukanlah perkataan
yang betul. Karena ia memikirkan apa yang dipikirkan manusia pada umumnya.
Tetapi Yesus rindu murid-muridNya memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.
Yesus ingin murid-muridNya termasuk kita hari ini, bisa belajar apa yang Allah
mau. Bukan yang seolah-olah Allah mau tetapi sebenarnya tidak.
Waktu Petrus di taman
Getsemani ia menyangkal Yesus 3 kali. Ia mengelak ketiga kalinya dengan
berkata, “Sumpah, saya tidak mengenal orang ini.” Kata “sumpah” dalam
Perjanjian Lama artinya “demi Allah”. Dengan kata ini sepertinya orang yang mengucapkannya tahu
benar pikiran dan isi hati Allah atau dalam arti yang lebih tegas sumpah berarti Allah setuju dengan apa yang
saya ucapkan. Jadi dalam pengertian “sumpah”, Allah ikut menyetujui apa yang
saya katakan. Ia akan mengkonfirmasi apa yang saya katakan. Maka kita dihimbau
untuk tidak dengan mudah mengatakan “Sumpah” karena itu melibatkan Allah. Kelihatan
benar, tetapi motivasi, pikiran dan isi hatinya tidak benar. Waktu ia berbicara
begitu, kemudian ayam berkokok 3 kali. Seolah-olah tahu apa yang ia buat itu
baik, tetapi sebenarnya semuanya salah. Bukankah Petrus sebelumnya mengatakan bahwa
Yesus adalah Mesias? Hal itu tidak berarti ia tidak jatuh ke dalam rintangan,
godaan, kejatuhan atau percobaan . Itu bukan akhir segala-galanya. Bagaimana
pengakuanmu nyata dalam kelakuanmu? Bukankah hanya Petrus yang berkata, “Yesus
adalah anak Allah yang hidup” dan Yesus mengatakan ,”Bukan kamu yang mengatakan
tetapi Allah!”. Jadi tidak menjamin bahwa Petrus akan beres-beres saja. Hidup
ini perlu perjuangan sehingga hidup perlu ikatan yang benar dan relasi yang
intim secara pribadi dengan Tuhan. Hari ini kita benar, besok belum tentu
karena jangan-jangan kita menjadi batu sandungan. Seperti yang Yesus katakan
kepada Petrus, “Engkau menjadi batu sandungan bagiKu.” Kemarin ia memuji,
tetapi sekarang ia menegur, “Engkau batu sandungan!”
Menyangkal Diri untuk
Mengikut Tuhan
Saat sidang raya
sinode di Papua, Pdt Heri mendengar cerita dari jemaat di Papua. Katanya ,
orang Papua adalah orang Kristen tradisional yang kuat dan bernyanyi dengan
baik. Pulang dari gereja , mereka ada yang berjudi dan mabok tidak bisa meninggalkan
kebiasaan buruk tersebut. Sehingga antara pengakuan (apa yang diucapkan) – iman
dengan kelakuan ada jurang (tidak sama). Gereja ya gereja, setelah selesai
gereja, lihat saja. Yesus tidak mau seperti itu, ia tahu kita akan jatuh bangun
karena kita adalah manusia biasa, tetapi Ia mau tidak seperti itu. Ayat 24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Mengapa Yesus berkata begitu? Ia tahu dalam
hati Petrus, Petrus tidak siap mati. Ia tidak siap menghadapi rintangan ketika
harus memperlihatakn identitas dirinya yang sebenarnya. Dalam ayat-ayat
selanjutnya, Yesus mengingatkan diri Petrus, agar ia ingat dan sadar
(hati-hati). Kelemahan Petrus ialah ingin mempertahankan apa yang menjadi
miliknya. Harta, keluarga, karir adalah milikkku (semuanya milikku). Tetapi semua
itu adalah milik Tuhan. Kalau Tuhan mau mengambilnya mudah sekali. Maka kita
diajar utuk sadar bahwa hari ini kita sehat, besok tidak tahu. Jangan sampai
selagi sehat tidak ingat Tuhan.
Ada seorang ekseskutif muda yang mungkin memenuhi
semua kriteria sebagai idaman yang diinginkan para wanita. Tampan, tinggi, kekar,
banyak uang dan karirnya menanjak. Dia adalah seorang anak Tuhan dalam
pengertian ia adalah salah satu anggota jemaat gereja. Suatu hari, tidak ada
angin tidak ada hujan (tanpa tanda-tanda terlebih dahulu) karena ia sangat
menjaga kesehatannya, saat bangun dari tidur, ia tidak bisa menggerakkan
lehernya. Biasanya hal itu dikatakan sebagai salah bantal padahal dalam hal ini
bukan. Langsung saja ia dibawa ke rumah sakit dan diperiksa dokter yang bagus.
Katanya ada sedikit saraf terjepit sehingga ia diberi suntikan. Tetapi perawatan
dan suntikan yang diberikan kepadanya oleh dokter tidak membuatnya sembuh.
Bukan saja leher, tetapi kemudian kepala, muka, tangan dan badannya tidak bisa
bergerak (gerak motoriknya sukar) dalam waktu sebulan. Tidak diketahui ia terkena
penyakit apa. Dokter berkata, “Dalam waktu singkat, otaknya akan menyusut sehingga
ia akan kehilangan banyak memori dan tidak lagi bisa bekerja”. Kalau menjadi
dia, kita bisa takut atau kuatir (kita mau berbuat apa). Benar saja. Dalam
waktu 3 bulan, tubuhnya yang atletis menjadi kurus. Banyak memori yang hilang sehingga
ia tidak bisa mengambil keputusan dalam perusahaan seperti sebelumnya. Kemudian
hanya dalam waktu 1 tahun ia meninggal. Kadangkala kita bertanya, “Mengapa Tuhan
ijinkan hal itu terjadi?” Kalau sampai di surga kita bisa menanyakan hal ini
pada Tuhan. Kalau Tuhan memberi kita kesehatan, kekuatan dan karir, jangan lupa
itu semua bukan total milik saya, tetapi milik Tuhan. Itu sebabnya Yesus
mengingatkan Petrus, “Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya (Mat 10:39)”. Petrus
ingin menyelamatkan nyawanya sehingga ia telah menyangkal Yesus tiga kali. Itu
proses, dan di dalam prosesnya Petrus bertumbuh sehingga di kemudian hari ia
tidak takut mati lagi dan saat tidak takut mati maka ia siap mati dengan cara
yang sangat menakutkan. Ia mampu bertahan dalam proses itu.
Hai ini minggu pra paskah pertama dan Jumat Agung adalah pra Paskah yang ke-7. Pra
paskah mengingatkan kita bahwa kita
bukan siapa-siapa. Kita bisa jatuh bangun dalam kegagalan. Tetapi di dalam
jatuh dan bangun itu, mari kita terus meningkat di dalam Tuhan. Tuhan tahu kita
jatuh bangun, tetapi di dalam proses nya ada kemajauan (peningkatan,
pertumbuhan). Maka kita harus cek, sampai di mana pertumbuhan rohani kita. Cara
mengeceknya dari yang paling gampang sampai yang paling susah. Apa kita senang mengeluarkan
kata-kata kotor, gosip atau mengeluarkan kata –kata yang menjadi berkat, lebih senang
kata dusta atau benar? Bagaimana bacaan Alkitab setiap hari? Dengan jujur kita
bisa mengecek diri sendiri. Orang lain tidak bisa tahu, namun kita dan Tuhan
mengetahuinya. Sejak 2 tahun lalu ditulis bacaan Alkitab setahun di dalam warta.
Diri sendiri yang periksa. Apakah kita memandang warta itu tidak berguna? Itu
kembali kepada masing-masing, kita akan lihat pertumbuhannya.
Kata “sangkal diri” berarti hidupku bukan untuk
aku saja. Hidup dan nyawaku dari Tuhan. Siapa yang bisa menambah umur 1 hari
saja? Obat apa yang dimakan untuk menambah umur sebanyak 10 tahun? Bila ada,
maka orang kaya akan berlomba untuk membelinya. Bisa? Tidak bisa! Sangkal diri
, pikul salib. Salib siapa? Bukan salib kebodohan kita. Kalau kebodohan kita,
itu bukan salib. Itu konsekuensi kebodohan
dan kebandelan. Tetapi salib Kristus yaitu apa yang difirmankan oleh Tuhan
dalam Alkitab. Apa yang dibicarakan oleh Tuhan akan diperiksa apakah terjadi dan dilakukan dalam diri kita.
Bukan karena suka atau tidak suka kita melakukan firman Tuhan. Bicara tentang
firman Tuhan tidak bisa kita mengatakan suka atau tidak suka melakukannya.
Tidak bisa. Perkataan Yesus adalah salib Kristus untuk kita. Selagi muda dan
mencari pasangan hidup yakni mencari teman hidup yang sepadan adalah pengalaman
yang paling berat. Misal : calon teman hidup di gereja sendiri kurang sehingga perlu dicari dari gereja lain. Bisa di GKKK , GKY, GKI dll yang penting
gereja yang benar. Kita harus punya pemahaman iman yang benar walau Itu hal
yang tidak suka kita lakukan. Dalam hidup berkeluarga, apa salib Kristus? Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti
kepada Tuhan, karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat (Efesus 5:22-23). Mungkin
ada istri yang berkata, “Sudah bagus saya layani, sudah bagus saya menyiapkan
makanan setiap hari. Suami saya berbeda dengan suami teman saya dll.” Kalau ada
anak Tuhan seperti itu maka harus dicuci-otaknya. Atau bagi para suami, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah
mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef 5:25). Sewaktu suami pulang
bekerja ada yang berkata ke istrinya yang sipit, “Matamu di mana sih? Saya
sebal melihatmu. Cepat pergi ke Korea supaya jadi belo.” Bandingkan dengan firman
yang meminta suami agar mengasihi istri. Itu sebuah contoh. Kita benar-benar
bisa mencari contoh yang tepat untuk diri kita.
Penutup
Ada satu cerita berdasarkan pengalaman seseorang.
Di suatu tempat di Amerika ada satu patung anak domba didirikan. Suatu hari
waktu di tempat tersebut sedang didirikan sebuah bangunan megah dan tinggi,
salah seorang tukang bangunan terjatuh dari lantai yang tinggi. Temannya
berpikir tubuhnya hancur karena jatuh dari tempat yang tinggi, maka temannya
pun buru-buru turun. Ternyata orang yang terjatuh tersebut tidak mati. Tetapi
ada darah yang terlihat di bawah tubuhnya. Rupanya ia jatuh tepat di atas
seekor anak domba yang masih kecil dan sedang bermain-main di situ. Karena tertimpa
pekerja, maka anak domba itu pun mati dan Sang Pekerja itu selamat. Itu
kejadian nyata. Saya kaitkan dalam hal ini, seharusnya yang harus mati itu
adalah kita. Karena kita yang berbuat dosa. Tetapi ternyata yang mati
menggantikan kita adalah anak domba Allah. Yang masuk dengan rela ke kota
Yerusalem.
O ... Yerusalem kota
mulia. Hatiku rindu ke sana. Oh Yerusalem kota mulia. Hatiku rindu ke sana. Tak
lama lagi Tuhanku datanglah. Bawa saya masuk ke sana.
No comments:
Post a Comment