Biji Gandum Harus Mati Baru
Banyak Berbuah
(Ada dalam konteks
pemberitahuan ke tiga tentang penderitaan Yesus)
Pdt Hery Kwok
Yoh 12:20-26
20 Di antara mereka yang berangkat untuk
beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani.
21 Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang
berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami
ingin bertemu dengan Yesus."
22 Filipus pergi memberitahukannya kepada
Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.
23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya:
"Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau
biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Pendahuluan
Apa yang dicatat Rasul
Yohanes dalam pasal 12 menarik perhatian kita karena pada pasal-pasal
selanjutnya (13-17) Yesus Kristus secara khusus melayani murid-muridNya untuk
memberi pelajaran kepada mereka. Hal ini dimulai dengan Yesus membasuh kaki
murid-muridNya. Sebelum memasuki pasal 13, Yesus memberitahukan kepada
orang-orang yang menyertaiNya bahwa Ia akan mengikuti ketetapan Allah bahwa Ia
harus mati di atas kayu salib! Pemberitahuan yang dicatat oleh Yohanes,
muridNya ini, sedikit berbeda dengan catatan
ketiga kitab Injil lainnya. Yohanes mengangkat sesuatu yang secara khusus untuk
meresponi apa yang akan Yesus perbuat untuk menebus dosa umatNya.
Pada Yoh 12:20
dikatakan bahwa di antara mereka yang
berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Pada waktu itu orang-orang Israel dari
seluruh penjuru dunia datang berkunjung ke Yerusalem karena mereka ingin beribadah
untuk memperingati hari raya Paskah.
Hari raya ini adalah satu di antara 3 hari raya besar orang Yahudi. Pada hari
raya-hari raya ini orang-orang percaya harus menghadirinya. Umat pilihan Tuhan khususnya
laki-laki harus datang. Walaupun mereka berada di tempat jauh dari Yerusalem, mereka
harus datang ke Kanaan. Jadi perayaan Paskah merupakan hari raya penting. Pada
Paskah pertama kali, Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Saat itu orang
Israel telah diperbudak secara fisik oleh bangsa Mesir selama 430 tahun.
Perbudakan yang dialami oleh mereka adalah perbudakan yang sangat mengerikan
dan kejam sehingga mereka menjerit kepada Tuhan karena mereka sudah tidak tahan
lagi. Istilah yang digunakan pada kitab Keluaran untuk menggambarkan penderitaan mereka adalah
“mengerang” yang artinya mereka sudah tidak kuat lagi menderita atas perbudakan
yang diterima dari orang Mesir. Sehingga mereka berseru dan berteriak kepada
Tuhan sehingga Allah mengutus Musa untuk membawa mereka keluar orang Israel.
Mereka berteriak kepada
Tuhan untuk menolong mereka keluar dari perbudakan yang telah dialami selama
430 tahun. Dampak perbudakan yang dialami bukan saja secara fisik semata tetapi
juga secara rohani di mana mereka sudah terbiasa menjadi penyembah berhala milik
orang Mesir. Saat dibawa keluar ke padang gurun mereka masih menyembah berhala
itu. Sehingga waktu Musa yang turun setelah menerima 10 perintah Allah menemukan
mereka sedang menyembah anak lembu emas. Penyembahan berhala ala Mesir ini telah
membentuk rohani mereka selama 430 tahun. Itulah sebabnya Musa menjadi tokoh yang
dipakai Allah untuk membawa mereka keluar dari perbudakan fisik dan rohani.
Sehingga perayaan Paskah menjadi kewajiban yang harus diulang setiap tahun,
menjadi perayaan yang tidak boleh tidak, harus diikuti oleh orang Israel (menjadi
ibadah yang harus dilakukan orang Israel).
Orang Kristen yang mencari
Tuhan Yesus
Rasul Yohanes mencatat
bagaimana perayaan Paskah terjadi dan orang-orang yang menghadirinya. Pada ayat
20 diungkapkan bahwa dalam perayaan hari raya Paskah waktu itu terdapat
beberapa orang Yunani. (Injil lain tidak mencatatnya). Ada orang Yunani yang
menghadiri perayaan Paskah karena mereka percaya. Dalam catatan itu mereka ingin
bertemu dengan Yesus Kristus. Saat menyiapkan khotbah ini, saya tertegun karena
Yohanes memberitahukan respon orang-orang yang menerima pemberitahuan tentang kematian
Yesus, orang Yunani mencari Yesus sedangkan orang Yahudi tidak. Alkitab yang
diterbitkan LAI mencatat “Mengapa orang Yahudi tidak dapat percaya?” Jadi
kontras.
Dalam menyikapi pemberitahuan tentang kematian Yesus ada 2 respon (kriteria)
yang sangat kuat :
-
orang-orang Yunani mencari Yesus dan
-
orang-orang Yahudi (umat pilihan Allah) tidak mencari
Yesus.
Hal ini menjadi bahan renungan kita karena bisa saja kita berada di antara
keduanya. Mungkin saja , sikap kita seperti orang Israel. Mungkin sejak kecil kita
sudah menjadi Kristen karena orang tua kita Kristen atau kita menjadi Kristen
di tengah jalan perjalanan hidup kita karena motivasi tertentu. Pertanyaannya :
apakah kita menjadi orang Kristen yang mencari Yesus atau tidak. Bila tidak
mencari Yesus berarti sama seperti orang Yahudi dulu. Malah orang Yunani yang diibaratkan
sebagai kayu yang digunakan agar api neraka menyala-nyala justru mereka mencari
Yesus. Ada kehausan, kerinduan dan keinginan mereka untuk berjumpa dengan Yesus.
Waktu merenungkan hal ini saya berpikir, “Apakah saya mencari Yesus dalam
perjalanan saya menjadi orang Kristen? Apakah kita mencari Yesus atau tidak?
Ataukah kita hanya berlabel Kristen tetapi hidup kita tidak haus mencari
Kristus?” Ini hal yang berbeda. Ada yang menjadi orang Kristen tetapi tidak
mencari Krsitus, padahal orang Yunani berkata ingin mencari Yesus.
Yesus harus mati agar
orang percaya bisa hidup
Yohanes memberi fakta
yang memberi tamparan kepada kita yang mungkin sama seperti orang Yahudi. Kita menjadi
orang Kristen yang dalam perjalanan kita tidak mencari Yesus alias kita tidak fokus mencari Yesus. Dengan perkataan
lain kesenangan dunialah yang kita cari dan lebih menggembirakan kita daripada
Yesus. Yohanes membawa kita ke renungan dalam meresponi Paskah. Bagaimana respon
kita terhadap Paskah? Apakah kita benar-benar menjadi orang percaya? Waktu Filipus
dan Andreas mengatakan bahwa ada orang Yunani mencariNya, Yesus menanggapinya "Telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap
satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh
12:23-24). Ilustrasi ini sangat
dimengerti oleh orang-orang Yahudi saat itu. Yesus mengambil perumpamaan dari
dunia yang akrab dengan mereka yaitu dunia pertanian. Kalau biji gandum mati maka
ia akan bertumbuh dan menghasilkan banyak buah. Waktu biji gandum tidak mati di
tanah, ia akan tetap satu biji gandum saja dan tidak menghasikan buah. Ini
proses pertanian alamiah yang Tuhan ciptakan. Pohon akan berbuah setelah biji
mati, bertumbuh dan menjadi berguna.
Di rumah saya ada
pohon mangga yang benihnya saya peroleh dari anak Tuhan sewaktu saya melayani di
Gereja Kristus Ketapang. Ia tinggal di BPK Penabur di belakang Jl. Gajah Mada. Ia
berkata, “Pak Hery di sini ada 2 buah tunas pohon mangga yang masih kecil. Saat
dahulu jatuh ke tanah, ia mati, berproses dan sekarang tumbuh pucuknya. Saya
berkata, “Saya mau sekali karena saya menyukai buah mangga”. Namun saya bingung
memilih karena ada 2 tunas pohon mangga. Akhirnya yang satu saya ambil
sedangkan yang lain saya tawari ke rekan guru di Sekolah Kristen Ketapang. Ternyata
teman saya mendapat benih yang manis sehingga mendapat buah mangga yang manis.
Saya mendapat benih yang asam sehingga buahnya juga asam. Pohon mangga saya
berproses, ada buah yang jatuh ke tanah, mati lalu hidup dan bertunas. Ilustrasi ini untuk
menggambarkan bahwa Yesus Kristus harus mati. Itu tidak bisa ditawar atau ditolak. Sehingga pada
ayat 24 diungkapkan suatu kebenaran bahwa bila biji gandum tidak jatuh ke tanah
, ia akan tetap satu biji saja, tetapi waktu sudah mati ia akan menghasilkan banyak
buah. Artinya Yesus Kristus ditentukan Allah harus mati. Ini pernyataan yang Yesus
sampaikan sebelum mengajar di pasal 13-18 dan seterusnya , Yohanes mencatat bagaimana
Ia menghadapi proses kematian dengan cara begitu dinista dan disiksa oleh
orang-orang yang jahat.
Pada pasal 12 ini
Yesus memberi pernyataan bahwa mau tidak mau Aku harus mati, karena dengan Aku
mati maka engkau akan menjadi hidup. Itulah proses penebusan yang dilakukan
oleh Yesus. Keharusan ini memang harus dijalani oleh Yesus. Oleh karena itulah
kita diingatkan bahwa kita tidak akan memperoleh penebusan dosa , jika Yesus
tidak mati di kayu salib. Proses ini dilakukan di dalam ketaatanNya untuk
mengambil cawan yang mengerikan, cawan di mana saat berada di Taman Getsemani Ia
berkata, "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."(Mat
26:39). PenderitaanNya sangat luar bisa! Seharusnya penderitaan ini tidak
diterimaNya tetapi dipikul oleh kita. Maka pada ayat 24 , Yesus berkata bahwa
kalau Aku mati maka keselamatan untuk semua orang akan terjadi. Untuk orang-orang
Yunani akan terjadi. Untuk orang-orang Yahudi yang hatinya keras akan terjadi.
Terjadi untuk Yahudi atau Yunani, untuk orang pintar atau tidak pintar, rendah
atau tidak rendah, kalau Yesus mati maka
Ia akan membuat orang-orang yang dahulu dihukum bisa memperoleh keselamatan.
Hidup orang Kristen harus
keluar dari zona nyaman
Sampai di sini kita
bisa memahami karena kita bukan orang Kristen baru. Tapi pernyataan ini tidak
berhenti dalam ayat 24. Tetapi harus diresponsi seperti yang tercatat pada ayat
25. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini,
ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Dari pelajaran tentang
pemberitaan tentang Yesus yang harus mati, orang percaya dituntut harus berani
hidup untuk keluar dari zona nyamannya. Waktu kita memperoleh penebusan dari
Yesus Kristsus, maka orang percaya harus berada hidup pada zona tidak nyaman.
Waktu Matius menceritakan kisah tentang perjalanan Yesus ke Kaisarea, di situ
Yesus bertanya kepada murid-muridNya, “Menurutmu Aku ini siapa? Ada yang bilang
Elia, nabi-nabi yang lain tetapi menurut kamu Aku ini siapa?” Petrus mewakili
murid-murid yang lain mengatakan “Engkau Mesias”. Yesus berkata “Berbahagialah
engkau. Itu bukan engkau sendiri yang katakan tetapi Roh Kudus.” Baru saja Yesus
berkata begitu tidak lama kemudian Petrus berkata, “Engkau tidak akan mati.”
Yesus berkata, “Enyahlah engkau Iblis. Karena engkau memikirkan apa yang
dipikirkan manusia.” Mengapa iblis tidak memikirkan apa yang dipikirkannya
sendiri tetapi pikiran manusia? Sebelum manusia jatuh dalam dosa, Iblis
menggoda manusia dengan cara berpikir manusia sendiri agar manusia tertarik. Pohon
itu kalau dimakan menarik dan kamu tidak
akan mati. Itulah keinginan manusia. Iblis tahu pikiran manusia yang sangat
kuat dalam diri orang berdosa. Pikiran untuk hidup dalam zona aman (hidup dalam
konteks tidak menderita). Padahal konteksnya pada saat itu adalah orang percaya
harus menderita (pada Kisah Para Rasul pasal 7 dan 8, kita menemukan bahwa orang-orang
percaya yang hidup saat itu mengalami penganiayaan). Melalui pernyataanNya pada
ayat 25, Tuhan Yesus mempersiapkan orang percaya saat itu agar harus berani
meninggalkan zona kenyamanan karena mereka
akan mengalami penderitaan fisik karena namaNya (mereka harus meresponi dalam
hidup untuk siap sengsara). Saat ini mungkin kita tidak didera secara fisik
atau kalau pun ada berupa ketidaktegasan pemerintah lokal sehingga ada yang mengalami
penganiayaan. Namun penganiayaan fisik secara menyeluruh tidak kita alami di
Indonesia. Tidak ada satpam yang mencegah kita ke gereja. Bahkan waktu datang ,
kita ditanya orang-orang di sekeliling kita, “Mau kemana?” Lalu kalau dijawab,”Saya
mau ke gereja.” Mereka akan menjawab lagi, “Oh selamat ya.” Kalau saya pergi ke
pasar, tukang bensin tanya, “Pak mau ke mana?” Saya jawab ,”Mau ke pasar.” “Oh
iya selamat ke pasar.” Kalau ke pasar melewati rumah Teguh, saya bertemu tukang
bubur. Kalau lewat rumah Bahri akan ketemu dengan tukang singkong. Saya dikasih
selamat ke pasar saat melewati mereka. Kita dikasih selamat waktu mau ke gereja,
tidak disuruh untuk pulang lagi atau diancam,”Kalau ke gereja akan dibakar.”
Namun hal ini membuat kita
terlena sehingga hidup dalan zona nyaman. Apa yang disampaikan Yesus pada ayat
25 mengingatkan kita, “Kalau engkau Aku tebus, merdekakan, selamatkan maka engkau
harus pikirkan baik-baik hidupmu. Waktu engkau mencintai nyawamu dan tidak
berani menderita, maka engkau akan kehilangan nyawamu. Sekarang ini ada yang “menderita”
bila dilihat dari suatu sudut. Terkadang saya bertanya ke jemaat yang biasa ikut
kebaktian pagi alasan mereka tidak ikut ibadah. Ada yang tidak datang karena
tidak bisa bangun pagi. Jadi waktu disarankan untuk pindah ke pk 10 juga tidak
datang karena alasan yang sama. Itu baru penderitaan bangun pagi dan seharusnya
untuk melawannya sudah sekali. Kalau hal itu saja tidak bisa, bagaimana nanti
bila melawan penderitaan fisik? Ada juga, .yang tidak ke gereja karena tuntutan
pekerjaan, dagang (bisnis) atau menyiapkan rumah tangga. Kalau seperti itu kondisinya
akan makin susah. Ada yang karena alasan keluarga tidak datang ke gereja karena
sayurnya belum matang atau tidak bisa ikut persekutuan doa di sore hari karena kecapaian.
Ini yang saya dengar dari jemaat yang tidak ke gereja. Padahal penderitaan kita
tidak setajam penderitaan orang abad awal, tetapi tetap ada yang tidak bisa
datang. Ayat 25 menjadi peringatan bagi kita. Maka Tuhan berkata,”Kalau hidupmu
ditebus oleh Tuhan maka hidupmu harus siap menderita.” Pada 2 Tim 3:12 dikatakan
Memang setiap orang yang mau hidup
beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya. Kata “akan
menderita” disampaikan Rasul Paulus untuk orang percaya yang mau hidup
beribadah dan hidupnya sungguh-sungguh
kepada Tuhan.
Orang Kristen dituntut
melayani Yesus ke mana pun Ia berada
Pasal 12:26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Penebusan Yesus bukan tanpa arah.
Kita ditebus untuk melayani Dia. Kita menjadi orang Kristen yang percaya bahwa orang
Kristen dituntut untuk melayani Dia seperti pada ayat 26. Yang dimaksud dengan
“barang siapa melayani aku” adalah orang- orang yang telah mengalami ayat 24 yaitu
Aku mati untuk kamu dan Aku telah menebus kamu. Dan tebusan yang Aku kerjakan
untuk kamu adalah tebusan yang membawa orang percaya untuk melayani Tuhan. Jadi
pelayanan kepadaNya bukan pilihan. Soal ujian ada yang berupa pilihan , tetapi
kalau hidup yang telah ditebus oleh Yesus, maka kita harus melayani. Jadi
jangan katakan saya mau melayani kalau kita sudah bisa dan punya waktu. Itu
konsep yang kacau dan keliru. Itu membuat kita tidak bertumbuh dalam iman percaya
kita kepada Tuhan. Konsep itu diikuti oleh banyak orang Kristen dan konsep ini berbahaya
karena membuat kita menjauhi pelayanan. Kadang saya terharu dengan orang-orang
yang melayani di daerah pedalaman yang seringkali menjumpai banyak kesulitan.
Mereka jauh lebih susah daripada kita. Mereka harus berjalan (kaki) dengan
menempuh jarak yang jauh. Di daerah NTT yang akan kita layani tahun depan dalam
misi penginjilan, saya sudah bertanya tentang kondisi mereka. Mereka berada di
daerah pedalaman yang daerahnya dingin. Dari kota mereka harus jalan kaki ke
tempat yang akan kita layani nanti. Saya pikir jalannya sebentar. Ternyata sampai
hari minggu ini ia juga belum kirim gambar yang saya minta sehingga saya tidak
bisa menayangkannya sekarang. Hal ini karena mereka harus menempuh perjalanan jauh
dari pedalaman. Kita di sini enak-enakan, fasilitas apa yang tidak ada? Tetapi
mengapa tidak kita gunakan untuk melayaniNya? Kita diberikan talenta tapi tidak
digunakan dengan baik. Hidup percaya kita harus menjadi hidup yang benar-benar dan
dikoreksi terhadap penderitaan Yesus.
Maka Yesus mengatakan bahwa kriteria
orang yang melayaniNya adalah orang yang dimana Aku pergi, ke sana ia ikut Aku.
Yesus ke Galilea, murid-muridNya ke Galilea. Yesus turun ke Yudea, mereka turun
ke Yudea. Yesus melintasi Samaria, mereka ikut melintasi. Artinya kemana Aku
ada, di situ pelayanKu harus ada. Kemana Aku pergi, di situ pelayanku harus menyertai.
Prinsip pelayanan adalah prinsip di mana kita benar-benar memberikan buat
Tuhan, ke mana Tuhan minta dan kasih , di situ kita harus ambil bagian. Kalau ini
tidak dipegang teguh, maka penderitaan tentang Yesus yang hebat tidak menjadi pemberitaan
yang hidup dalam kita. Itulah sebabnya kita menjadi orang Kristen yang
biasa-biasa saja (bukan militan, bukan orang Kristen yang berdampak, bukan
orang Kristen yang mempengaruhi orang sekeliling kita) karena kita tidak
memahami .mengapa kita harus melayaniNya. Karena itu tuntutan yang Dia berikan
kepada kita karena Ia telah menebus kita.
Penutup
Mari kita memikirkan
hidup percaya kita . Lagu Bawalah Aku Dekat
ke Salib (Jesus Keep Me Near the
Cross oleh William H. Doane dan syair oleh Fanny J. Crosby) merupakan lagu
yang sangat menerpa saya. Bawalah aku
Yesus, dekat ke salibMu. Air hidup dan darahMu, sucikan hatiku. Reff: Salibnya,
salibnya, selama mulia, Dosaku disucikan,oleh darah Yesus; Imanku yang
terkecil, Tuhan tak tinggalkan. Sinarilah hatiku,dengan Roh KudusMu; Salibmu
sandaranku, kurindu kasihMu. Selama aku hidup,'ku mau taat padaMu. Saya
bisa menjadi orang yang tidak dekat salibMu, bisa saja pelayanan saya menjadi luntur
dan tidak bersemangat atau tidak fokus. Saya berbicara kepada diri saya sendiri
bahwa saya bisa jadi seperti itu. Saya tertegur oleh Tuhan. Apakah engkau sangat dekat denganKu, Hery
Kwok? Mari pikirkan dalam pra Paskah yang ketiga ini, perjalanan iman
percaya kita kepada Tuhan.
No comments:
Post a Comment