Pdt. Hery Kwok
Amsal 18:14 Orang yang
bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan
semangat yang patah?
Yesaya 40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
Habakuk 1:2-3, 6-7,
3:17-19
2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak,
tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi
tidak Kautolong?
3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku
kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di
depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
6 Sebab, sesungguhnya, Akulah yang
membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi
lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan
mereka.
7 Bangsa itu dahsyat dan menakutkan;
keadilannya dan keluhurannya berasal dari padanya sendiri.
17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon
anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang
tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan
tidak ada lembu sapi dalam kandang,
18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat
kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk
pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).
Pendahuluan
Penulis kitab Amsal
mencatat pada Amsal 18:14 bahwa Orang
yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan
semangat yang patah?? Pasangan hidup, anak, keluarga, teman? Tidak ada yang
dapat melakukannya! Ibarat kayu yang patah, maka sulit menyambungnya kembali. Demikian
pula semangat yang sudah menguap. Pada tahun baru ini, bila punya semangat,
maka kita bisa menanggung semua hal selama 365 hari x 24 jam! Kalau tidak ada, akan sulit.
Selanjutnya Yesaya menulis dalam Yesaya 40:29 Dia
memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada
berdaya. Amsal 18:14 dan Yesaya 40:29 merupakan dua ayat yang bertalian. Bagi
orang yang semangat patah, maka akan susah dipulihkan. Namun untuk orang-orang yang
memiliki pengharapan kepada Tuhan, maka Dia akan memberikan kekuatan bila
mereka lelah dan tiada berdaya.
Di kelas pra-remaja (kelas untuk anak-anak yang telah melewati
Sekolah Minggu namun belum sesuai ke persekutuan remaja) tanggal 23 Desember kemarin,
saya ditelpon oleh seorang rekan hamba Tuhan (penginjil) yang bertanya apakah
ada jemaat GKKK Mangga Besar yang bisa membantunya untuk main keyboard mengiringi
musik pada ibadah kedukaan seorang jemaat GKK (Gereja Kristus Ketapang) yang
telah meninggal. Jemaat GKKK Mabes (200 orang) yang jumlahnya jauh lebih
sedikit dibanding jemaat GKK (sekitar 2.000 orang) tentu tidak memiliki pemain
musik sebanyak mereka. Sehingga tidak ada pemusik yang bisa membantu karena
semuanya sibuk mengikuti gladi-resik. Rupanya yang meninggal adalah salah satu anggota
keluarga dari pemilik pabrik pakaian merk BOSS dan usianya ‘baru’ 49 tahun. Hal
ini mengejutkan karena usia ini tergolong muda apalagi ia rutin melakukan general check-up dan sudah memesan tiket
untuk liburan. Alasan meninggalnya tidak ditahui pasti karena hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa ia selama ini sehat. Namun ternyata ia tidak bisa memasuki
tahun 2017. 3 hari sebelumnya juga ada seorang rekan pelayanan di GKK yang
usianya 53 tahun yang meninggal saat ia menapaki tangga ke ruang kantornya. Tinggal
tersisa 3 anak tangga sampai ke ruang kantornya namun tidak tercapai karena ia keburu
meninggal dalam posisi jatuh terduduk. Jadi kalau kita bisa masuk tahun 2017, hal
ini bukan terjadi secara kebetulan namun merupakan anugerah Allah semata.
Saat saya mengikuti
ibadah tutup tahun di GRII, Pdt Stephen Tong menyampaikan bahwa kita diberikan
dua buah harta oleh Tuhan. Yang pertama adalah waktu yang merupakan harta
terbesar, namun kita sering tidak menggunakannya dengan baik. Berbeda dengan
orang sukses yang dapat menggunakan harta ini. Yang kedua adalah tempat (di
mana kita berada, di situ kita berkarya). Memasuki tahun 2017 , kita diberikan
waktu untuk kita berjuang dan tempat di mana kita menjalani hidup kita. Saat memasuki
tahun 2017, kit melakukannya dengan harapan dan keberanian apa? Ini pertanyaan yang
penting karena ada orang yang bisa masuk tahun 2017 namun belum tentu memiliki kekuatan
dan semangat seperti yang dikatakan oleh penulis kitab Amsal.
Apa yang dicari orang
saat menjelang pergantian tahun?
Ramalan! Banyak artikel yang menyampaikan hal-hal
yang harus menjadi perhatian saat memasuki tahun 2017 (tahun ayam). Bagaimana dengan
ramalan di tahun ayam? Mengapa orang mencari-cari “sesuatu yang akan terjadi
pada tahun depan”? Karena ia ingin memiliki HARAPAN. Ada sesuatu yang ingin
didapat, dan hal itu membuatnya bersemangat. Semangat ibarat bahan bakar yang
membuat seseorang berusaha sekuat tenaga seperti yang dikatakan oleh penulis
kitab Amsal (bila ada semangat, sesusah apapun hidupnya bisa dihadapi).
Sehingga saat memasuki 2017, ada orang-orang yang dengan serius mencari tahu hal-hal
yang akan terjadi pada tahun 2017, agar punya semangat dan kekuatan untuk
berusaha. Tanpa harapan kita tidak punya kemampuan menghadapinya.
Bagaimana kita bisa
mendapatkan harapan?
1.
Faktor eksternal (faktor
dari luar diri kita)
Sewaktu kita datang untuk
melakukan general check-up, bila dokter
yang membaca hasilnya mengernyitkan alis maka walau belum disampaikan secara
lisan oleh sang dokter membuat hati kita menjadi was-was. Lalu ia mengatakan, “Setelah saya melihat
hasil check-up dengan berat hati saya
sampaikan bahwa saudara terkena kanker stadium 4.” Apa tanggapan kita? Harapan kita
memasuki tahun 2017 menjadi hancur
setelah sang dokter memberitahukan hasil pemeriksaan kesehatan kita. Namun
ternyata beberapa hari kemudian, Sang Dokter menelpon dan mengabarkan, “Maaf
itu hasil pemeriksaan orang lain sedangkan hasil pemeriksaan anda bagus.” maka kita akan merasakan kelegaan dan
langsung mengeluarkan kalimat “Puji Tuhan” karena faktor eksternal yang kedua ini
membuat kita bersemangat lagi. Waktu divonis menderita kanker tahap terakhir,
dunia seperti runtuh, suram dan langit
seperti tembaga yang keras. Apalagi membayangkan anak kita masih kecil, istri
tidak bekerja, orang tua hidupnya tergantung kita, kalimat “kanker stadium 4” bisa
menggocangkan kita. Melihat dunia yang akan kita jalani pada tahun 2017 dengan
mengikuti dan melihat faktor eksternal sepertinya tidak mudah. Kemarin saat
mengikuti doa syafaat di GRII pokok doanya hanya dua yaitu terkait dengan
politik. Walau hanya dua, tetapi doanya berlangsung lama sekali. Kondisi politiknya
sulit dan membuat hati dag-dig-dug sehingga membuat pengusaha bersikap wait and see. Saat dunia yang dihadapi mengalami
halangan dan gangguan dari faktor eksternal , membuat harapan kita padam. Sepertinya
tidak ada faktor eksternal yang membuat kita punya harapan.
2.
Faktor internal (faktor
dari dalam diri kita).
Ada sebuah buku menarik yang mencoba
memberikan masukan kepada pembacanya tentang pergumulan penulisnya (orang Perancis)
yang mengambil bagian pada Perang Dunia Pertama dalam menaklukkan rasa
khawatir. Hal yang tidak mudah diatasi. Dia menulis resep untuk menaklukan rawa
khawatir yang ditemukan dalam saku bajunya setelah ia meninggal dunia. Dia
mengatakan,”Ada hal yang pasti terjadi, entah ditempatkan di garis terdepan
atau ditugaskan di gugus belakang yang paling aman. Pasti terjadi di antara
keduanya, jadi terima saja. Di antara kedua hal itu, hanya ada 1 yang pasti terjadi.
Jika menghadapi bahaya hanya 2 kemungkinan yang terjadi : entah saudara terluka
atau anda sama sekali tidak terluka. Jika terluka ada 2 kemungkinan tapi 1 hal yang
pasti terjadi : anda pulih kembali atau anda mati. Jadi mau bicara apa?
Kesimpulan : jika kamu pulih maka tidak perlu ada yang dikhawatirkan lagi.
Sebaliknya bila saudara mati, maka saudara tidak punya khawatir lagi.” ‘Resep’
itu menjadi rahasia dia bertahan di medan tempur. Faktor internal ini banyak diajarkan
oleh para motivator sekarang ini. Kalimat motivasi seperti ini sering lebih menggerakan
daripada firman Tuhan. Faktor dimana kita berfikir positif menjadi kekuatan
menghadapi masalah. Sepertinya hal ini baik, menarik dan mempunyai solusi saat menghadapi
kesulitan tanpa harapan. Kalimat yang disampaikan seorang motivator yang hebat
berindikasi harus menang (tidak akan kalah). Faktor ini membuat kita seperti
menjadi Tuhan. Ini berbahaya karena gerakan dari orang yang memotivasi hanya
berdasarkan pemikiran (logika) yang memang masuk akal lalu membentengi diri
dengan kekuatan dari dalam. Ini tidak baik. Ini ibarat kita menjadi Tuhan atas
diri kita.
3.
Faktor iman.
Habakuk 1:2 mengatakan Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak,
tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi
tidak Kautolong? Hal ini
mengindikasikan adanya pergumulan yang dihadapi penulis kitab Habakuk. Ia
berada di tempat , kondisi dan waktu dimana kesusahan menghampirinya. Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku
kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di
depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi (Habakuk 1:3). Kalimat ini
memberitahukan kita tentang adanya pergumulan iman dari penulisnya. Faktor iman mungkin bisa keliru. Orang
percaya, termasuk Habakuk, sepertinya melihat kesulitan : mengapa sudah percaya
kepada Tuhan tetapi mengalami kelaliman dan seperti tidak ada jalan keluar? Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon
anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang
tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak
ada lembu sapi dalam kandang (Hab 3:17). Penulis kitab Habakuk tengah mengalami
kesulitan dan pergumulan. Dalam kondisi sekarang pergumulannya mungkin berupa :
“mengapa sampai saat ini tidak dapat pekerjaan, mengapa suami tidak diubahkan, mengapa
istri makin cerewet” walau kita sudah beriman. Orang yang berkata dengan
iman mungkin punya konsep iman yang
keliru. Kita menganggap Tuhan seperti sarana yang dibutuhkan. Kalau kita
menghadapi masalah , Ia harus menjawabnya. Ini konsep yang keliru. Di talent fair Januari 2017 akan dikumpulkan orang-orang yang ingin
mendedikasikan talenta-nya buat Tuhan. Mungkin ada yang bisa menjadi pembesuk
orang sakit. Biasanya saat dibesuk, orang yang menderita sakit ada yang berkata
‘kalau sembuh mau melayani Tuhan dan pergi ke gereja’. Ini kalimat yang sering diucapkan.
Ini doa atau ungkapan, kalau saya mau beriman harus begitu. Kitab Habakuk
melihat kekejaman dalam kacamata seperti itu. Orang Kristen yang memiliki
pandangan seperti Habakuk keliru. Kita melihat Tuhan sebagai sarana untuk mencapai
kemauan. Kalau hal ini terjadi maka harapan orang Kristen sama seperti harapan orang
dunia. Dengan merenungi kitab Habakuk, orang yang tengah menggumuli iman saat
menghadapi tantangan dan masalah yang berat, apakah kita akan beriman seperti
itu atau tidak. Walaupun dalihnya iman dan sudah percaya Kristus tapi bisa jadi
kita menempatkan Dia menjadi sarana saat kita bermasalah. Tuhan bukannya menjadi
fokus. Seharusnya kita menyadari bahwa Ia adalah sasaran dan Ia baik.
Pada Ayat 17 Habakuk
berkata, sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah , hasil
pohon zaitun mengecewakan dan ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan.
Ia menyampaikan hal-hal yang sulit. Gara-gara orang Kasdim , orang yang saat
itu berkuasa secara tidak adil, maka pohon zaitun tidak ada dan binatang
terhalau dari kandang yang berarti kondisinya tetap sulit. Ayat
18 namun aku akan bersorak-sorak di
dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Dalam kondisi
sulit ternyata Habakuk bisa tetap semangat, memiliki harapan dan
bersorak-sorai. Inilah Habakuk yang imannya berproses hingga ia mengenal Allah
dalam kebenaranNya dan ia yakin bahwa Tuhan tetap baik (Akulah yang hari ini
dan besok yang tidak berubah). Yesus yang tidak berubah dan yang memberi
jaminan untuk kita terus berfokus padanya. Proses iman ke Tuhan itu perlu waktu
dalam segala hal dan Ia tetap Tuhan yang baik. Sifat dan tindakanNya tetap
baik. Di situlah Habakuk punya pergumulan iman yang baik.
Penutup
Mari di tahun 2017 kita mempunyai komitmen untuk (lebih)
mengenal Tuhan agar dalam proses yang dijalani iman kita bisa bertumbuh. Kalau
tidak, kita sama dengan orang dunia, hanya kita berjubah iman, yang bila
permohonannya dijawab akan menjadi sukacita, namun bila tidak dijawab merengut.
Bila keinginannya dikabulkan senang, bila tidak akan ngambek. Iman sejati kita seharusnya
mengenal Kristus yang tidak berubah dan segalaNya baik. Sehingga apapun yang sedang
terjadi dihadapi dengan harapan dan iman yang tidak goyah. Harapan yang pudar
bisa berubah menjadi baik sewaktu kita berani diproses oleh Tuhan. Berproses
dalam mengenal Tuhan , ingin mengetahui kebaikan Tuhan dan merasakan segala
perjalanan hidup yang hebat bersamaNya. Kalau itu menjadi bagian dan pengalaman
yang hebat, maka kita akan menjadi jemaat yang kokoh dan kuat. Gereja kita
ingin bertumbuh dalam pengenalan terhadap Tuhan. Untuk itu kita perlu berproses
dan dengan setia membaca Kitab Suci , melayani dan beribadah dengan baik. Kiranya
kita dimampukan Tuhan untuk memiliki keberanian berjalan bersama Tuhan untuk lebih
mengenalNya. Kalau hanya bergantung pada faktor eksternal dan internal saja, kita
akan sulit. Nabi Yesaya memberikan semangat pada orang yang sungguh-sungguh
bergantung padaNya. Disitulah harapan menjadi kuat.
No comments:
Post a Comment