Pdt. Amos Winarto
Mazmur 138
1 Dari Daud. Aku hendak
bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan
bermazmur bagi-Mu.
2 Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus
dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab
Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.
3 Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab
aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
4 Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu,
ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu;
5 mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan
TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN.
6 TUHAN itu tinggi, namun
Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.
7 Jika aku berada dalam
kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau
mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.
8 TUHAN akan
menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya;
janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!
Pendahuluan
Siapa yang tidak
mencari dan senang dengan diskon atau potongan harga? Biasanya menjelang hari
raya-hari raya, pusat-pusat perbelanjaan menawarkan berbagai bentuk promosi yang
menarik. Mungkin bagi yang suka nasi goreng, restoran A menawarkan promosi
makan di tempat dengan mendapat gratis nasi goreng bila menggunakan kartu
kredit X atau bila makan di restoran B diberikan
diskon atau buy 1 get 1 free. Tidak masalah
dengan diskon-nya, namun bila tidak berhati-hati
dan lupa membaca penawarannya dengan teliti, kita bisa kecewa atau membeli
barang-barang yang tidak diperlukan untuk mendapat diskonya. Biasanya promosinya
tertulis dalam brosur, spanduk atau standing banner dengan mencantumkan
tanda bintang kecil (*) yang berarti ada syarat dan ketentuan yang harus
dipenuhi terlebih dahulu baru promosinya berlaku. Misalnya ditawarkan telepon
pintar Samsung S7 dengan harga Rp 3 juta lalu diberi tanda bintang kecil.
Setelah dibaca dengan teliti barulah diketahui bahwa hal itu hanya berlaku bila
kita membeli dalam jumlah besar.
Bukan Soal Tidak Bisa Senang, Melainkan Terlalu Mudah Dibuat Senang
Yang menjadi masalah dalam
kehidupan orang percaya adalah bukannya orang percaya tidak boleh senang,
melainkan jangan sampai terlalu mudah dibuat senang. Di sisi lain ada orang Kristen
yang mukanya hanya merengut saja (tidak ada senyum dan suka cita). Sebagai orang
Kristen, kita boleh merasa senang.
Kekristenan tidak pernah mengajarkan paham Asketisme (yakni paham atau pengajaran tentang penyangkalan diri dari
segala yang bersifat kemewahan). Dalam paham ini kalau benar-benar percaya Tuhan, kesenangan
didapat dari menyiksa diri. Di daratan Tiongkok ada beragam jenis teh. Ada teh
khusus diklaim bisa memberi kekuatan. Di sana, ada yang menganut kebiasaan bila
ingin datang ke tempat sembahyang, saat ke luar rumah menuju tempat sembahyang maka
setiap berjalan 5 langkah mereka harus berlutut dan bersyukur menghadap ke arah
tempat sembahyang. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka ada petugas tempat
sembahyang yang menolak mereka masuk. Bagaimana bila hal ini dilakukan di sini?
Misalnya saat memasuki tahun baru, majelis
GKKK Mabes mengeluarkan kebijakan yang berbunyi : bila ingin datang beribadah pada
hari minggu di awal tahun, setiap jemaat harus berlutut dan tersungkur menghadap
gedung gereja GKKK Mabes setiap 50 langkah. Apakah ada yang datang? Rasanya tidak
ada dan akan pindah ke gereja yang lain! Kekristenan memang tidak mengajarkan untuk
menyiksa diri melainkan kita harus bisa menikmati dan bersyukur atas apa pun
yang diberikan Tuhan. Yang menjadi masalah
dalam kehidupan : kita terlalu mudah dibuat senang. Jadi kita senang
pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Apa saja yang bisa membuat kita senang walau
tidak ada artinya, ada yang mungkin rela kehilangan sesuatu yang berharga.
Ada sebuah kebiasaan
di sebuah suku di Afrika. Setiap 7 tahun mereka mengadakan pemilihan raja. Semua
orang boleh mencalonkan diri tanpa perlu bergabung dalam sebuah partai politik.
Cara menentukan pemenang dari calon-calon yang sudah mengajukan diri menjadi
raja adalah melalui undian di depan suku. Tidak ada debat di depan publik,
namun hanya melalui undian saja. Yang menang undian terpilih menjadi raja. Jadi
semua orang bisa menjadi raja. Kalau terpilih sebagai raja selama 7 tahun,
semuanya bisa didapatkan (semua keinginan akan terpenuhi). Namun seperti juga
penawaran dikson di atas dan semua yang terlihat ‘enak’ pasti ada syarat dan ketentuannya.
Dalam hal ini pada akhir tahun ke-7 (akhir masa jabatan), Sang Raja harus turun
tahta dan kepalanya akan dipenggal. Bukan hanya raja tetapi juga semua keluarganya
turut dibunuh karena bila tidak demikian dikhawatirkan mereka bisa memberontak
(terjadi makar, misalnya : anaknya ingin menjadi raja seperti ayahnya juga).
Pertanyaannya : semua syarat dan ketentuan untuk menjadi raja sudah diberitahukan
sejak awal, apakah ada orang yang mau mencalonkan diri menjadi raja? Ternyata
banyak! Bagi mereka yang penting bersenang-senang selama 7 tahun, sesudah itu
tidak pedui kalau harus mati. Manusia mudah dibuat senang, walau pun kesenangan
ini berakhir maut. Begitulah manusia. Kita mudah dibuat senang walau bisa
mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup.
Tiga Alasan bahwa Tuhan
Adalah Jaminan Sejati Masa Depan
Kalau kita berbicara
tentang masa depan maka jaminannya adalah
Tuhan. Mengapa Tuhan menjadi jaminan masa depan? Kita sudah mengetahui hal ini.
Namun setelah keluar dari gereja lalu berhadapan dengan dunia yang menawarkan sesuatu yang membuat
senang, maka Tuhan pun ditinggal. Namun perlu dipahami mengapa Tuhan adalah
jaminan sejati masa depan.
Ada 3 alasan mengapa Tuhan merupakan jaminan masa depan.
1. Tuhan adalah Tuhan dari segala allah (ayat 1-3)
Daud mengatakan pada Maz 138:1 Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan
segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Tuhan
adalah di atas segala allah. Para “allah” lain pasti akan mengecewakan. Hanya
Tuhan yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Misalnya sebelum hari imlek ,
ada orang yang tiba-tiba dengan tulus mentransfer uang sejumlah Rp 100 juta.
Hal ini membuat kita senang. Namun pertanyaannya : sampai kapan kita merasa senang?
Sampai uangnya habis! Setelah mendapat uang, kita langsung mentraktir sana-sini
sampai uangnya habis. Setelah itu kesenangannya pun lenyap. Apa yang ditawarkan
dunia ini pasti mengecewakan kita. Hanya Tuhan yang tidak pernah mengecewakan
kita di mana :
-
Tuhan sendiri menyatakan. Maz 138:2 Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus
dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab
Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Tuhan yang membuat
nama dan janjiNya melebihi segala sesuatu.
-
Tuhan sendiri melakukan. Dia tidak hanya
berbicara saja tetapi juga bekerja. Tuhan kita bukan hanya berkhayal, berpuisi
tetapi Tuhan yang bekerja. Maz 138:3 Pada
hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam
jiwaku.
Apakah kita
lebih memilih kesenangan sesaat yang ditawarkan dunia ini atau dibuat senang
selamanya dan tiada akhirnya oleh Tuhan kita?
2.
Tuhan adalah Tuhan dari
segala orang (ayat 4-6)
Orang-orang di dunia ini
seringkali pilih kasih. Orang yang baik malah mau dijebloskan penjara. Orang
yang tidak baik malah mau dijadikan yang nomor satu dan didukung-dukung. Dunia
ini seringkali tidak adil dan pilih kasih. Ada yang sudah bekerja dengan keras,
jujur dan berusaha sebaik-baiknya dan punya rekan kerja yang sering terlambat
dan malas bekerja, namun ternyata rekannya ini yang gaji atau pangkatnya yang dinaikan.
Sedangkan orang yang sudah bekerja rajin puluhan tahun mungkin malah dipecat.
Dunia jadi kacau balau. Tidak ada keadilan, yang ada pilih kasih. Kalau mengandalkan
dunia, maka kita akan tenggelam dalam tekanan batin dan iri. Misalnya ada yang
berpikiran : anaknya bisa menjadi dokter, tetapi anak saya hanya jadi tukang
sapu jalanan sehingga iri dan berkata mengapa Tuhan tidak adil. Mengapa anak
saya yang baik terkena down syndrome ,
di mana Tuhan?. Itulah kondisi dunia. Kalau melihat dan berharap akan dunia
ini, kita akan kecewa.
Tuhan kita tidak akan pilih
kasih. Kita tidak harus menjadi pintar dulu (sampai bertitel S3), memiliki uang
yang banyak sampai triuliuner atau punya
rumah banyak baru Tuhan akan mengasihi kita. Karena kasihNya tanpa syarat.
Dunia memberikan kasihnya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Kalau kamu orangnya
‘begini’, maka saya baru bisa mengasihi kamu. Kalau kamu sudah mencapai suatu
kedudukan, baru saya mengasihi. Itu keliru! Malah Tuhan mengasihi kita dan Ia
datang sendiri ke dunia untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Tuhan tidak
pernah pilih kasih karena baik raja maupun bukan raja adalah milik TUHAN,
bahkan orang yang hina dan sombongpun tetap di bawah kedaulatan TUHAN. Maz
138:4-6 Semua raja di bumi akan
bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan
TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN. TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang
yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh.
Manusia
dunia mencari jaminan padahal Jaminan itu sendiri sudah datang mencari kita. Manusia mencari jaminan.
Dunia memperlakukan manusia dengan tidak adil sehingga manusia selalu mencari jaminan.
Tidak bisa jaminannya berupa diri sendiri. Kalau mau melakukan sesuatu maka harus
ada jaminan (harus minta jaminan). Tidak bisa tidak. Inilah kondisi dunia.
Dalam mengikuti Tuhan, kita tidak perlu jaminan dari Tuhan, malah Tuhan yang menjadi
jaminan terlebih dahulu untuk kita. Ini luar biasa sekali. Kita tidak perlu mencari
jaminan tetapi malah Tuhan yang memberikan jaminan. Dalam Ef 1:13-14, Di dalam Dia kamu juga — karena kamu
telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di
dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk
memuji kemuliaan-Nya. Kita tidak perlu mencari dan meminta, karena kita
sudah diberi oleh Tuhan. Tetapi kita sering mudah dibuat senang oleh dunia ini.
Kita cenderung merasa cukup walau dengan jaminan dunia membuat kita senang dan
merasa tidak perlu dibuat senang oleh Tuhan. Kita lupa dan akan menutup mata
bahwa dunia itu pilih kasih dan tidak adil (ada syarat dan ketentuan dalam
memberikan jaminan). Semua kita dikasihi Tuhan dan Tuhan mau memberikan diriNya
kepada kita. Pertanyaannya : maukah kita menerimanya atau sebaliknya malah kita
memilih tawaran dunia yang akhirnya mengecewakan?
3.
Tuhan adalah Tuhan Segala
Pertolongan (ayat 7-8)
Jika kita berada dalam kesesakan ,
Tuhan akan menolong dan membereskannya bagiku. Bila ada musuh yang mau
menghancurkan , Tuhan akan turun tangan.
Tuhan maha kuasa dan tidak terbatas dalam
memberikan pertolongan. Dunia
terbatas dalam kemampuannya menolong
kita. Saat kita memiliki banyak uang, maka banyak hal dalam hidup kita bisa
tertolong. Saat sakit kita bisa mencari pengobatan yang paling mahal. Saat
lapar bisa mencari makanan yang paling
mewah. Tetapi itu semua terbatas. Dengan uang kita tidak bisa membeli kesehatan.
Uang tidak bisa dimakan untuk menjadi obat. Mungkin kita bisa membeli kasur
yang paling empuk di dunia ini yang lebarnya mungkin sampai 10 m (sangat luas sehingga
saat tidur kita tidak akan jatuh), tapi kita tidak bisa membeli tidur yang
nyenyak. Walau dikasih obat belum tentu kita bisa tidur nyenyak. Walau tidur
beralaskan bantal yang berisi uang ratusan juta rupiah, apakah kita bisa tidur?
Coba saja tanya ke orang yang sakit imsomnia yang walaupun diminta tidur di
bantal yang berisi uang, tetap saja mereka tidak bisa tidur. Demikian juga dengan
orang yang memiliki banyak gelar. Dengan gelar, ia bisa mendapat banyak hal. Ia
dihormati dan diundang ke sana ke mari dan sering diminta masukan dan pendapatnya. Namun
suatu kali bila terjadi Perang Dunia III dan di Indonesia terjadi kelaparan karena
tidak ada lagi makanan, maka sertifikat yang
menunjukkan gelar tersebut tidak bisa dimakan untuk membuat kenyang. Apa yang
diberikan dunia memang bisa menolong tetapi terbatas. Hanya Tuhan yang tidak
terbatas.
Orang
percaya tidak akan pernah bisa mengatakan bahwa ia sudah tidak lagi memiliki
apa pun
(ia tidak punya apa-apa lagi). Orang yang sungguh mempercayakan hidupnya kepada
Tuhan, jaminan sejatinya adalah Tuhan maka
ia akan mengatakan ,”Saya masih punya Tuhan!” Misalnya : kita punya pabrik
besar, rumah mewah, deposito di Swiss Rp 1 triliun , ternyata yang terpilih menjadi
guberner adalah orang yang tidak peduli dengan kota Jakarta, sehingga terjadi
banjir yang dibiarkan saja lalu terjadi tsunami dan mengakibatkan Jakarta
tenggelam. Rumah yang mewah dan pabrik musnah. Kejadian itu akan membuat kita
jadi sedih karena rumah dan pabrik yang dibangun dari awal (bukan dari
keturunan orang tua), hasil keringat sendiri hilang. Tetapi apakah hal itu bisa
membuat kita stress dan menjadi gila? Tidak! Kalau Jakarta habis, kita masih
ada deposito di Swiss. Namun misalnya gara-gara Donald Trump terpilih menjadi
presiden AS dan adanya provokasi yang tidak diterima oleh Rusia sehingga terjadi PD III. Swiss menjadi
rebutan AS dan Rusia. Lalu Swiss dibom hancur lebur, sehingga uangnya habis (hangus).
Hal ini membuat kita sedih, tetapi apakah membuat kita gila? Kalau orang yang
mengalaminya tidak mengenal Tuhan mungkin ia akan menjadi gila. Bisnis dan uangnya habis, bagaimana bisa hidup?
Tetapi kalau punya jaminan masa depan (Tuhan), ia tidak akan gila karena kita
masih punya Tuhan yang menyediakan harta yang tidak karat dimakan ngengat dan
tidak bisa dihancurkan oleh bom nuklir. Ialah Tuhan yang tidak terbatas. Berbeda
dengan harta, kepandaian, kesehatan kita saat ini yang terbatas dan pasti akan
berakhir. Pasti ada sesuatu yang tidak bisa diselesaikan. Hanya Tuhan yang
tidak bisa dibatasi apapun dan Ia sanggup menolong kita.
Kesimpulan
-
Tuhan adalah jaminan
sejati masa depan karena Ia adalah TUHAN segala allah, TUHAN segala orang, dan
TUHAN segala pertolongan.
-
Yang menjadi masalah
bukan informasi, melainkan transformasi. Kita semua mungkin sudah tahu
hal ini. Dulu lupa sekarang ingat kembali, Ini semua informasi. Yang menjadi
masalah bukan informasinya tetapi transformasi.
-
Transformasi terjadi jika
kita tidak gampang dibuat senang oleh dunia ini melainkan belajar beriman yaitu
mempercayakan diri kepada Tuhan. Masa depan (jaminan sejati) kita adalah Tuhan bukan
uang, kepandaian, kekayaan, kekuasaan atau apa pun yang diberikan dunia. Kita
meyakini, kita tidak mudah dibuat senang oleh dunia ini tetapi kita dibuat
senang oleh Tuhan.
Ada seorang penjual
koran yang sudah setengah tua. Suatu kali di pagi hari saat berjualan, turun
hujan deras sehingga ia tidak bisa berjualan dan ia pun mencari tempat untuk berteduh.
Kemudian dia melihat ada sebuah toko yang sudah buka lalu ia pun berteduh di
depan emperen toko tersebut bersama beberapa orang lain. Menunggu cuaca
membaik, sang penjual koran pun membaca sebuah buku. Ternyata ada seorang
pemuda yang tertarik dengan tingkah lakunya yang membaca buku dan bukan
korannya. Lalu ia pun mendekati Sang Penjual Koran dan mengintip apa yang sedang
dibacanya. Ternyata Si Bapak tua penjual koran ini sedang membaca Alkitab! Kepergok
sedang memperhatikannya membaca, Pemuda ini bertanya ke Sang penjual Koran,”Oh
Bapak baca Alkitab ya?” Sang Penjual berkata,”Iya saya membacanya.” Sang
Penjual Koran pun mengutip nats Alkitab yang dibacanya, “Mengucap syukurlah dalam segala hal.” (I Tesalonika 5 : 18). Sang pemuda bertanya,”Oh bapak belajar mengucap syukur
ya? Tetapi kalau hujan begini bagaimana?” Si Penjual menjawab,“Iya tidak apa.
Saya bersyukur karena saya masih bisa membaca firman Tuhan.” “Tetapi bagaimana
kalau hujan tidak berhenti-henti sehingga Bapak tidak bisa menjual koran , tidak
mendapat uang dan tidak bisa makan. Apa Bapak mau makan Alkitab?” Si Pemuda
bertanya lagi penasaran. Si Penjual menjawab,”Ya, tidak! Namun hal ini berarti
saya akan pulang dan mungkin disuruh puasa oleh Tuhan, membaca firman Tuhan dan
kalau ngantuk lalu tidur. Saya pernah mengalami hal ini (tidak laku, lalu
pulang , baca Alkitab dan tidur). Tetapi ada juga karena tidak bisa menjual,
saya pulang ke rumah. Ternyata di desa saya, ada yang sedang mengadakan kenduri
dan saya diberi makan juga.“ Karena punya Tuhan, Bapak setengah tua ini bisa
bersikap berbeda. Ia tidak menyalahkan Tuhan karena tidak bisa berjualan. Ia
tidak mengatakan Tuhan jahat dan tidak peduli dengan wong cilik seperti dirinya. Ia bukan tipe pejabat. Ia tidak
menyalahkan bagian diakonia gereja yang tidak memberi bantuan penuh sehingga
sebelum akhir minggu bantuannya habis. Orang yang sungguh-sungguh percaya pada
Tuhan, jaminannya yang sungguh berasal dari Tuhan. Orang yang sudah mengalami
transformasi hidup, sungguh-sungguh belajar. Ia adalah Allah segala allah,
semua orang dan segala pertolongan.
Carilah Tuhan, jadikan Dia sebagai jaminan hidup supaya hidup kita berbahagia
dan bukan hidup yang akhirnya kecewa.
No comments:
Post a Comment