Pdt. Richard Hutabarat
Yesaya 6:1-10
1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku
melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung
jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
2
Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam
sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk
menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
3 Dan mereka berseru seorang kepada
seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi
penuh kemuliaan-Nya!"
4
Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru
itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.
5
Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang
najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun
mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
6
Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di
tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku
serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah
dihapus dan dosamu telah diampuni."
8
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus,
dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku,
utuslah aku!"
9
Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini:
Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh,
tetapi menanggap: jangan!
10 Buatlah hati bangsa ini keras dan
buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."
Pendahuluan
Pada
Yes 6:8 ditulis Lalu aku mendengar suara "Siapakah yang akan Kuutus, dan
siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Suara ini sangat jelas, gamblang
dan berlaku untuk setiap kita. Yesaya menjawab"Ini aku, utuslah aku!” Dari sekitar 16.680 seluruh suku bangsa di dunia, banyak yang belum
terjangkau oleh Injil. Untuk itu gereja kami menetapkan target sampai tahun
2020 ada 50 orang misionari yang akan diutus. Sekarang baru 26 orang misionari
yang telah diutus. Di negeri ini saja , ada 63 suku yang bukan saja belum
dijangkau Injil tapi bahkan belum ada misionaris yang pergi ke sana. Dalam
perumpamaan tentang penabur benih berarti belum ada firman Tuhan yang ditabur. Pada
Yes 6:1-10, dikisahkan ada seorang bangsawan yang pandai dan aman secara
keuangan. Saat itu dunia sedang mengalami krisis karena Raja Uzia meninggal
setelah 52 tahun berkuasa. Dunia dilanda krisis ekonomi karena tergangtung pada
raja tersebut. Lalu terjadi krisis spiritual sehingga terjadi perpecahan. Dengan
terjadinya krisis, orang muda dan cerdas seperti Yesaya bisa saja mencari aman.
Tapi ia tidak bisa memungkiri dirinya sendiri. Ada rasa muak dalam dirinya. Ia
melihat dirinya hari demi hari begitu saja, penuh rutinitas. Sebagai bangsawan
dan anak muda yang punya banyak mimpi, ia tidak mempunyai rasa aman. Ada
kesunyian dalam dirinya. Dalam harian Chicago Tribune ada kisah anak keturunan
orang kaya yang tiba-tiba merasa muak dengan kekayaannya. Fransiskus Assisi
(1182-1226) merasa muak dengan pengejaran kekayaan. Rupanya dibalik kekayaan, ada kesyunyian dalam dirinya.
Jadi di luar penampilan dirinya yang luar biasa, di dalam dirinya ada
kekosongan. Ada pertanyaan, “Apa tujuan ia hidup?” Yesaya menemukan tujuan yang
agung itu sehingga ia mengalami perubahan yang menakjubkan. Dari menikmati hari-hari
yang nyaman, berada di comfort-zone, berpikir
untuk diri saja, kemudian ia berubah total. Setelah ia menghampiri dan
menemukan Allah, tujuannya menjadi untuk menemukan jiwa-jiwa lain untuk memperoleh
keselamatan. Temuilah Allah dengan baik agar bisa menemukan maksud Allah yang
mulia! Sehingga seperti Yesaya saat mendengar pertanyaan “Siapa yang mau Kuutus?”,
ia merespon dengan baik dan mendapatkan nilai yang mulia.
5 Kata Kunci untuk Dapat Mengerti
Panggilan (Maksud) Allah
1.
Mengerti . Ada
yang berkata,”Tak peduli apa yang dimengerti tapi yang penting adalah apa yang
saya lakukan” atau “Apa doktrinnya tidak penting, yang penting apa yang saya
perbuat”. Pernyataan ini tidak benar. Kita harus mengerti tentang Allah baru
mengerti tentang diri kita. Yesaya 6:1-3. Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk
di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait
Suci. Para Serafim berdiri di sebelah
atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi
muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai
untuk melayang-layang.Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya:
"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya!" Tempat saat menghadapi krisis bukanlah di mal-mal
dengan men-cuci mata, karena setelah selesai
melakukannya sesampainya di rumah tetap menghadapi krisis yang belum selesai
dan masih menghela nafas. Menghadapi krisis juga bukan dengan jalan-jalan ke luar
negeri atau ke mana pun karena setelah berjalan berhari-hari dan uang habis, sesampai
di rumah tetap menghela nafas dan menunggu ‘mati’. Sedangkan Yesaya saat
menghadapi krisis, ia ke Bait Allah , menjadi milik Tuhan dan berkata, “Kadosh,kadosh,kadosh
(bahasa Ibrani)” artinya “Kudus,kudus,kudus. Seluruh bumi penuh kemuliaannya.”
Kita harus mengerti siapa itu Allah sesungguhnya, baru kita mengerti
panggilanNya seperti Yesaya mengerti dan menyadari siapa Allah. Kata “Tuhan
duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang” berarti satu-satunya pribadi
yang berotoritas dan berdaulut penuh adalah Allah. Satu-satunya pribadi yang
mulia dan agung adalah Allah! Dalam kata-kata “ujung jubahNya memenuhi Bait Suci”,
Yesaya memperlihatkan betapa agung dan mulianya Tuhan, pribadi yang berdaulat
penuh satu-satunya dengan para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya. Saat
membaca kalimat ini, hati saya merasa gentar, “Siapakah saya? Tuhan, Engkau
begitu mulia!” Sama seperti dua sayap Serafim yang menutupi muka dan dua sayap
menutupi bagian depan (kaki) mereka yang menggambarkan menutupi ketidaklayakan.
Kata “kudus” diulang 3 kali maksudnya Allah
sungguh absolute kudus (sangat mutlak suci adanya). Habakuk 1:12 berkata, “Mata-Mu
terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang
kelaliman.” Sebelum Adam berbuat dosa Allah berkata, "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan
buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati." (Kej 2:16-17). Dosa Adam sepertinya tidak teramat berat.
Ia ‘hanya’ makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dan itupun karena Hawa. Namun kata mati itu fatal. Ketika makan buah
itu, Allah begitu najis melihat dosa dan pemberontakan. Ketika Adam memakan
buah itu, terjadi keterpisahan! Dosa itu begitu keji. Kalau makan buah itu, kau
akan mati! Ef 2:1 Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Pengertian mati di sini bukan mati suri yang setelah
lewat beberapa waktu akan hidup kembali. Jadi kata mati sangat fatal. Ayat 2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Ayat
3 Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan
menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Pada Ef 2:1
kamu berdosa, kamu najis. Tanpa kebenaran dan kesucian manusia pasti binasa.
Kita menganggap 1.000 km jauh sekali sedangkan 1 mm tidak ada apa-apanya. Dalam
standard kesucian, 1 mm yang sepertinya kecil tapi telah melanggar kesucian sama
dengan 1.000 km. Allah begitu suci (kudus). Sekarang ini menyedihkan sekali.
Banyak orang Kristen yang main dan kompromi dengan dosa dan terikat kebiasaan
buruknya sehingga bagaimana mungkin orang bisa menerima panggilan mulia untuk
diutus Tuhan? Begitu banyak orang Kristen yang sudah lama menjadi orang
Kristen dan tidak bisa mengenali
panggilan Allah yang mulia, karena ia kompromi dengan dosa! Termasuk dalam dosa
adalah tindakan amoral. Contoh : mengakses internet untuk melihat hal-hal porno
adalah keji di hadapan Tuhan. Dalam pengertian kata kadosh ada 2. Intinya kad (to
cut) yang berarti memotong sehingga terpisah dari hal yang tidak suci
menuju kepada kesucian. Itu bukan saja berkaitan dengan moral tapi juga gairah
(meluap dengan Allah , intim dengan Allah). Pada Wahyu 2:1-5 dikatakan "Tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh
bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas
itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik
jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar
terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut
dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena
nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari
tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Pada jemaat Efesus tidak
ditemukan dosa moral dan jemaatnya aktif melayani tetapi ditegur Tuhan karena
telah kehilangan kasih mula-mula (kasih di mana hatimu dekat dengan Allah).
Orang Kristen sekarang tidak merasa apa-apa kalau tidak merasa dekat dengan
Allah dan tidak bergairah membaca Alkitab. Hati orang Kristen begitu keras (tidak
lembut lagi). Allah itu begitu agung dan mulia sehingga para Serafim menutup
muka, kaki dan berkata, “Kudus..kudus,kuduslah Tuhan semesta alam.” Harga
ketidakkudusan mengerikan karena akan binasa selama-lamanya. Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23)
Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Dosa bukanlah hal yang main-main Ef 2:1-3
Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa,
yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung
di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Waktu sekolah,
menyontek dan titip absen sama-sama berdosa (sudah wisuda namun hasil menyontek).
Harga ketidakkudusan begitu mahal yakni binasa selama-lamanya. Kej 6:6-7 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah
menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN:
"Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi,
baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di
udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." Yer 2:19 Kejahatanmu akan menghajar engkau, dan kemurtadanmu akan menyiksa
engkau! Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pedihnya engkau meninggalkan
TUHAN, Allahmu; dan tidak gemetar terhadap Aku, demikianlah firman Tuhan ALLAH
semesta alam. Harga kesucian terlalu mahal. Supaya manusia bisa disucikan,
Yesus harus meninggalkan kemuliaanNya , menderita di kayu salib, dan berteriak “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?” ( Markus 15:34 ). Hal ini karena dosa manusia ditimpakan
seluruhnya kepadaNya.
2.
Menyadari diri sebagai orang berdosa. Begitu mengerti Allah yang sesungguhnya, Yesaya
menyadari dosa yang dilakukannya dan reaksinya begitu spontan (tidak ditutup-tutupi
lagi). Ayat 5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab
aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang
najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta
alam." Karena bangsaku pendosa
maka aku (Yesaya) juga pendosa. Setiap
orang yang melihat cermin sesungguhnya Allah akan timbul kesadaran bahwa saya adalah pendosa dan menjijikkan. Ketika Petrus
tidak dapat hasil saat menangkap ikan (Lukas 5:1-11), Tuhan Yesus
menghampirinya dan berkata, "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah
jalamu untuk menangkap ikan." (Luk 5:4). Yesus meminta Petrus
menebarkan jala, padahal hari sudah mulai siang. Yesus yang merupakan anak
tukang kayu menyuruh anak nelayan dalam menangkap ikan. Bagaimana bisa?
Tampilan nelayan dan anak tukang kayu berbeda. Setelah menebarkan jalanya, akhirnya
Petrus mendapat banyak ikan sehingga jalanya mulai koyak. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus
dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang
berdosa." (Luk 5:8). Petrus menyadari bahwa ia adalah orang yang tidak
layak. Bagaimana dengan kita? Siapakah saya? Demikian juga dengan Ayub yang
terkenal saleh. Kesalehan Ayub ketika Tuhan perlihatkan diri sepenitas saja,
Ayub yang terkenal saleh dan jujur (Ayub 1:1) berkata, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang
Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Daud suatu kali berdosa dan meratap, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau
sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya
ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam
Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. (Maz.51:6-8). Bangsa Israel kena
hukum, dan Daud kena teguran keras oleh Allah, Daud tersadar dan bertobat. Ia
menyoyak jubah kerajaannya, melemparkan mahkotanya, dan masuk ke dalam debu,
dengan hati yang hancur, meremas-remas debu tanah dan menaburi kepalanya dengan
itu: “Ampuni aku Allahku... aku tidak tahu diri... aku pandir.. aku sombong...
aku lupa bahwa aku ini hanyalah orang yang memperoleh belas kasihanMu... tanpa
belas kasihanMu, aku ini tak lebih dari debu tanah..” Demikian pula dengan Yohanes yang sangat mencintai Tuhan. Ketika Yohanes
dihadapkan pada cermin Allah yang begitu mulia, Yohanes rebah seperti orang
mati. Wahyu 4:8-11 Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan
di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya
mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang
Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Dan setiap
kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan
syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai
selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia
yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai
selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil
berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan
hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh
karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." Dari apa yang
kita lihat dan alami sampai sekarang, Kalau kita tidak punya pengalaman dengan
Tuhan maka kita tidak akan menyadari dosa dan tidak membaca Alkitab. Saya sudah
melayani selama 37 tahun dan Tuhan memberi rasa haus sehingga terus membaca Alkitab
dan sekarang sudah selesai membaca dari awal sampai akhir sebanyak 187 kali. Kalau
tidak mengerti Allah, maka kita akan lebih suka berada di mal dibanding membaca
Alkitab. Banyak yang berkata, “Apa yang kita pikir dan katakan ,Tuhan akan
ampuni!” Padahal dosa adalah kekejian dan ada pemberontakan di hadapan Tuhan
sehingga Tuhan Yesus meninggalkan sorga untuk datang ke tempat yang terkutuk.
3.
Mengakui dosa.
Setelah mengerti Tuhan Allah yang begitu mulia dan suci adanya, menyadari dosanya
lalu Yesaya mengakui dosa. Pada ayat 5
Yesaya berteriak spontan, tidak menutup-nutupi dan membuka keluar isi hatinya. "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku
ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang
najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta
alam." Yesaya mengakui terus terang akan dosanya dengan blak-blakkan dan
jelas. Hal ini berbeda dengan kita yang suka mencoba menutupi-nutupi. Daud seorang raja, tapi ia berlutut di depan
orang dan mengambil debu tanah dan mengaku, “terhadap Tuhan nyata benar aku
berdosa.” Maz 66:18 Seandainya ada niat
jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Ada niat jahat saja
dalam hati kita tidak layak. Banyak yang
menganggap dosa itu manusiawi. Bila diibaratkan dosa benjolan atau bisul,
berapa banyak benjolan dan bisul kita? Jangan meremehkan dosa! Amsal 28:13 Siapa menyembunyikan
pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan
meninggalkannya akan disayangi. 1 Yoh
1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka
Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan. Maz
32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku
berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,"
dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Bila kita tidak mau mengakui
dosa, kita melanggar Amanat Agung. Seorang anak rohani saya di Hainan berkata,”Kalau
ada Amanat Agung berarti ada dosa agung.” Tetapi banyak yang merasa tidak
bersalah bila melanggar Amanat Agung. Begitu dingin. Ketika Allah berkata “Pergi!
Pergilah memberitakan Firman! Jangkau dan selamatkan mereka yang berdosa!”
Responnya bukan”Utuslah aku” tetapi “Utuslah
mereka”. Hal itu ibarat saya punya 2 orang pembantu. Lalu saat saya minta, “Mbak
tolong sapu!” lalu dijawab, “Bapa saja yang nyapu!” Bukan saja kita tidak
melihat dan menyadari bahwa kita tidak mengakui dosa tetapi kita juga tidak
menemukan nilai Tuhan yang mulia (hanya numpang lewat saja). Saya terkadang
merasa tercekam karena dosa dan merasa
tidak pantas. Terkadang setelah menyampaikan khotbah lalu pulang mengemudi saya
menghentikan mobil di pinggir jalan dan menangis. Mengapa saya ada perkataan
sombong dan menambah-nambah? Tuhan mengapa saya kompromi terhadap dosa? Tuhan,
ampuni saya karena rahmat Tuhan begitu sempurna! 1 Pet 1:15 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku
kudus.
4.
Mengalami penyucian. Ayat 6 Tetapi seorang dari pada
Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan
sepit dari atas mezbah. Bagi Allah selalu ada jalan keluar untuk masalah
dosa. Segala prestasi dan rencana baik kita tidak dapat menyucikan kita. Segala
moralitas Yesaya, tidak bisa menyucikannya. Hanya Allah saja yang bisa
menyucikan kita. Cara Allah menyucikan bukan dengan uang yang banyak supaya
kita bisa beramal baik tetapi melalui Tuhan Yesus. Maz 9 cara apapun yang kita buat tidak memadai
kecuali darah Yesus. Allah telah mengutus anakNya yang tunggal mati di kayu
salib dan yang dijemur di bawah matahanri yang panas sebelum pk 12. Lalu dari
pk 12 sampai pk 15 terjadi kegelapan dan itu bukan gerhana matahari, karena gerhana
hanya sebentar saja. Seakan alam tidak bisa melihat Sang Pencipta menderita.
Mengapa Allah menderita untuk menebus dosa kita? Supaya kita disucikan dan
dilayakkan! Dia tidak lahir dan tidak pernah berbuat dosa. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian (Mar 53:6). Kita disucikan
oleh darah Kristus.
5.
Mengambil Tantangan. “Siapakah yang mau Kuutus? Tuhan
mengasihi semua orang, maka Ia berteriak “Siapa yang mau Kuutus?” Mengerti,
menyadari, mengakui, mengalami penyucian dan mengambil tantangan. Itu merupakan
respon yang sungguh-sungguh akan
kerinduan pada kekudusan Tuhan. Yesaya menghadapi tantangan ayat 8 Lalu aku
mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah
yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" Mengapa Allah harus bertanya, “Siapa yang mau pergi
untuk Aku?” Karena Allah mengasihi dunia dan Ia rindu dan menghendaki semua
orang diselamatkan. Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ketika
bicara tentang kasih, Ia berbicara kasih kepada dunia, ia mengasihi setiap suku
bangsa setiap harinya sehingga Yesus mati di Golgoga. Lalu Ia bertanya “Siapa yang
mau Kuutus?” Kadang kita mudah memilah orang, hal ini berbeda dengan apa yang
dilakukan Yesus. Matius 9:35-38. 35
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam
rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan
segala penyakit dan kelemahan. 36
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya:
"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. 38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya
tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus
pergi dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Pada ayat 36 Yesus melihat orang
banyak yang lelah seperti domba tak bergembala. Pada ayat 37 dikatakan tuaian
memang banyak namun persoalannya pekerja sedikit. Yesus pergi dari desa ke desa
dan dari kota ke kota, di sana Ia menemukan macam-macan orang termasuk
Yudaisme. Berbagai macam penganut agama dan orang-orang dengan sifat fanatik
ada di sana. Setiap orang menjadi objek untuk pemberitaan Injil, objek
potensial untuk diselamatkan. Allah rindu setiap orang diselamatkan. Bila
dipilih, suku Batak mungkin tidak pantas diselamatkan. Hal ini pertama
disebabkan orang Batak adalah orang yang sangat fanatik dan merasa unggul
dengan budayanya. Kedua, orang Batak tukang makan orang. 2 misionaris (Samuel Munson dan Henry Lyman)
pernah diutus dan dimakan. Orang batak walau sudah kenyang bisa makan orang,
dengan cara apa yang sudah dimakan dimuntahin dulu. Kita seringkali memilih-milih
orang dan berprasangka, hal itu tidak
bagus. Kami punya gereja rumah di Aceh, beranggota mantan GAM. Di Padang tidak
bisa membangun gereja, sehingga dibangun 9 gereja rumah. Kami membangun gereja
di paling ujung Papua ke orang paling barbar. Dari Serui ke Yapen naik perahu
kecil dan penduduk di sana besar-besar. Badannya bau karena menggunakan minyak
babi. Saat di sana kami disuguhkan makanan yang terbaik menurut mereka yakni
babi yang sudah dibusukin dan di tanam lama, kalau menolak makanan tersebut
atau muntah akan mati. Jadi saya berkata kepada istri, “Saat memakannya,
bayangkan saja makan kuaci.” Kami juga membuka pelayanan di Pakistan, Myanmar ,
Turki, Laos, Kamboja. Ada 26 orang misionaris yang diutus. Karena manusia adalah
objek belas kasihan Tuhan maka setiap orang harus tahu “Siapa Yesus”. Itu bukan
kritenisasi tapi kasih Allah untuk setiap etnis. Sedikitnya 1.161 etnis yang
belum mengenal Yesus, tapi orang Kristen bertopang tangan dan meminta orang
lain diutus. Kenapa dikatakan, “siapa mau diutus?” karena Allah mengasihi dunia.
2 Pet 2 : 9 Allah ingin semua orang diselamatkan. Allah tidak ingin satu pun
binasa. Siapa yang mau pergi? Penyebab
kedua karena berita Injil keselamatan (firman Allah) harus disampaikan. Ini
bukan fanatik agama. Siapa mau pergi? Injil harus diberitakan! Roma 10:13-15 (Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama
Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya,
jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada
Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar
tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya,
jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya
kedatangan mereka yang membawa kabar baik!). Am 24;14 selamatkan mereka
yang terhuyung-hyung menuju neraka pembantaia. Yud Rampas mereka Mat 28:19-20 (Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman), Makrus 16:15 (Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
Injil kepada segala makhluk) , Luks 24:47 ( dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.) Yoh 20:21 (Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai
sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu). Dari awalnya ada 7 orang di kelompok kecil sekarang jemaat kami
sudah 3.800 orang ,mayoritas dari muslim dan Konghucu. Dan setelah 3 tahun
langsung mengutus misionaris ke Madeleine di Columbia tempat pusatnya narkoba.
Lalu buka di Malyasia, Pakistan,
Thailand, Myanmar dengan total 14 negara. Injil harus diberitakan, siapa yang
mau pergi dari kota ke kota dan dari desa ke desa, lintas propinsi dan bangsa.
Kata pergi berarti “just to do” (lakukanlah), bukan hanya berdoa saja. Jangan
takut untuk bermisi. Untuk misi di gereja kami tahun lalu dibutuhkan dana Rp 3,2
miliar dan setelah terkumpul dan digunakan ternyata masih tersisa Rp 600 juta
sehingga dibagi ke gereja-gereja lain. Lalu tahun ini kita mulai lagi mengumpulkan
dana misi Rp 3,9 miliar. Minggu lalu terkumpul dana misi sebesar Rp 1,9 miliar.
Karena misi adalah segala-galanya, dan tidak pernah kekurangan! Bukan untuk
dana misi saja tapi juga dibutuhkan dana untuk orang kelaparan Rp 720 juta. Bila
jemaatnya 4.000 orang, kalau saja ada 1.500 orang memberikan perpuluhan minimal
Rp 200.000 maka jumlahnya lumayan. Maka
sisihkanlah dana spesial untuk misi. Ada panggilan kudus dan mulia, “siapa mau
pergi?” karena ada belas kasihan untuk seluruh dunia. Lihatlah sekelilingmu! Identifikasikan
orang-orang dunia yang mati selamanya. Injil harus diberitakan!
No comments:
Post a Comment