Ev. William Andreas
Yunus 4:1-11
1
Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
2
Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah
kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu
melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih
dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal
karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.
3
Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku
mati dari pada hidup."
4
Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?"
5
Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah
timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya
menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.
6
Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui
kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya.
Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.
7
Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah
datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.
8
Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah
angin timur yang panas terik, sehiNiningga sinar matahari menyakiti kepala
Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih
baiklah aku mati dari pada hidup."
9
Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah
karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai
mati."
10
Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang
untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau
tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
11 “Bagaimana tidak Aku akan sayang
kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua
puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan
kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Pendahuluan
Di
dalam dunia ini terdapat pengajaran yang mengatakan bahwa “manusia pada
dasarnya baik, lingkunganlah yang membuat manusia jatuh dalam dosa.” Hal ini sebenarnya
kurang tepat. Sewaktu saya SMA dan akan menempuh ujian ulangan umum, saya
diminta oleh guru untuk sepakat menyontek bersama agar nilainya bagus. Saya
pulang dan memberitahukan hal ini mama saya, “Mama , saya disuruh guru untuk menyontek!”
Mama saya yang melihat saya jarang belajar menanggapi, “Iya sudah menyontek
saja!” Tapi saya memutuskan untuk tidak menyontek. Dari semua mata pelajaran
yang diuji, terdapat 3 yang nilainya harus di atas 5 yaitu matematika, bahasa
Ingris dan bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris dan bahasa Indonesia saya tidak
menemui kesulitan sedangkan untuk matematika , saya baru menjawabi 5 soal saat
waktu yang tersisa tinggal ½ jam lagi! Saya berdoa, “Tuhan tolong saya!” Namun
karena takut gagal, akhirnya saya terpaksa
menyontek. Apakah lingkungan membuat kita jatuh dalam dosa? Tidak! Saat
menyontek saya menyadari apa yang saya sedang lakukan. Ravi Zacharias (seorang
hamba Tuhan) bercerita. Di suatu negara ada seorang Bapak yang membawa anaknya
ke negara tetangganya. Ia mengatakan kepada anaknya, “Tujuan hidupmu adalah
membunuh orang-orang di negara sana!” Akhirnya ia diajari cara memegang dan
menggunakan senjata dan cara merakit bom sehingga akhirnya sang anak menjadi
teroris. Joseph Stalin (1879-1953, seorang diktator negeri Rusia) meminta
prajuritnya membunuh 30 juta penduduknya sendiri. Apakah itu bukan tanggung
jawab saya ketika saya melakukan tindakan dosa? Dalam Roma 3:23 dikatakan
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah. Agustinus
(salah seorang Bapak Gereja) mengatakan Non
Pose Non Peccare yang berarti semua manusia tidak bisa tidak berbuat dosa.
Apa akibat dosa?
2 hal yang akan dibahas mengenai akibat dosa :
1.
Dosa membuat kita memberontak terhadap Tuhan.
Memberontak bisa melalui tindakan dan pikiran.
a.
Memberontak
secara tindakan. Nabi Yunus memberontak melalui tindakan. Yunus 1:1-3 Datanglah
firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:
"Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah
terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Tetapi Yunus
bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke
Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia
membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama
dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. Letak kota Niniwe (ibukota
kerajaan Asyur, musuh Israel) jauh dari Tarsis. Yunus tidak konsisten karena
jabatannya seorang nabi. Nabi seharusnya menjadi penyambung lidah Allah untuk
menyampaikan firman Tuhan. Nama Yunus dalam bahasa Ibrani artinya merpati. Orang dulu menganggap nama sebagai sesuatu
yang sangat berarti. Merpati merupakan
sosok yang tulus, baik dan setia. Jadi Yunus tidak konsisten dalam menjalankan
tugasnya.
Ada kisah tentang seseorang yang bernama Untung Jaya
tapi hidupnya selalu tidak beruntung. Dia punya sebuah mobil. Saat pencuri mau
membawa mobilnya kabur, ia mencoba menahan mobil tersebut dengan berdiri di
depannya. Namun akhirnya ia ditabrak pencurinya sehingga meninggal. Jadi
nasibnya berbeda dengan arti namanya. Zaman dulu arti nama sangat penting dan
dharapkan orang ini seperti arti namanya.
Singkat ceritanya, Yunus masuk ke kapal , dilempar ke laut dan dimakan
ikan besar. Setiap orang memiliki rasa
takut menghadapi cara kematian tertentu. Contohnya : saya takut mati terlelap
air walau bisa berenang. Saya pernah
pelayanan di kota Palu. Di sana saya suka
melakukan snorkelling (kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan
peralatan berupa masker selam dan snorkel yakni selang berbentuk huruf J dengan pelindung
mulut di bagian ujung sebelah bawah). Saat
melakukan snorkelling, saya melihat batu karang yang indah sekali, sampai saya tidak
menyadari berada di pkealung laut. Tiba-tiba kegelapan melanda saya dan selang
snorkel yang saya kenakan kemasukan air
laut. Saya kelabakan dan kemasukan air. Bersyukur,
Tuhan menolong saya yang hampir meninggal. Saya beruntung ada batu karang yang
sangat tinggi dan saya berdiri di sana sehingga selamat. Saat dilempar ke laut,
Yunus pun sangat ketakutan, akhirnya ikan besar menelannya. Tuhan tetap memaafkan dia. Ini adalah
memberontak secara tindakan.
b.
Memberontak
secara pikiran. Dalam Yun 4:2 dikatakan “Dan
berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku?
Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu,
bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan
berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak
didatangkan-Nya. Dia seakan ingin beragumen dengan Tuhan, karena ia tahu Tuhan
pasti mengampuni Niniwe sehingga ia lari ke Tarsis. Ia ingin berargumen. Benar
apa yang dikatakan Roma 1:21b Sebaliknya
pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap..
Dalam bahasa teologia, dosa telah merasuki pikiran dan hati manusia sehingga
manusia tidak dapat lagi tidak berbuat dosa. Jadi pikiran kita tidak bakal
sampai dengan pikiran Tuhan , kita tidak mengerti maksud dan rencana Tuhan
dalam hidup kita. Kita tidak melihat lagi Tuhan yang berotoritas.
Di kampus SAAT, mahasiswa tidak dibolehkan menggunakan
laptop di kamar dan HP (ponsel) di luar asrama. Saya selaku salah seorang
anggota senat mahasiswa, memperjuangkan agar laptop boleh dipakai di kamar dan
HP boleh dibawa keluar asrama, namun dosen
tidak setuju. Kemudian saya menceritakan
kejadian yang menimpa saya. Setiap hari Sabtu perpustakaan kampus hanya dibuka
sampai pk 13. Suatu kali saya sedang mengetik di perpustakaan. Karena sedang
asyik mengetik saya lupa ketentuan tersebut dan berada di ruang perpustakaan
sampai lebih dari pk 13. Ketika tersadar saya cepat-cepat berlari keluar tapi
ternyata pintunya terkunci. Padahal petugas perpustakaan itu punya pelayanan pada
hari Sabtu dan Minggu di luar kota seperti Surabaya. Saya tidak berdaya karena tidak ada ponsel sehingga
tidak bisa menghubungi ke luar. Dalam pikiran , bila saya tidak bisa keluar
ruang perpustakaan saya akan minum dari air keran di toilet perpustakaan. Entah
mengapa saya terus menunggu saja. Kebetulan sekali ada orang yang datang
sehingga saya bisa keluar. Saya bersyukur atas pertolongan mereka. Sewaktu
membebaskan saya, mereka sempat merekam. Akhirnya saya memberitahukan dosen hal tersebut sehingga mereka menyetujui
usulan saya. Dibuatlah keputusan bahwa dalam kondisi mendesak, para siswa
diperbolehkan menghidupkan dan menggunakan ponsel. Di sini kami bukan memberontak tapi
berargumen. Dosen sebagai pemegang otoritas tertinggi akhirnya mengabulkan permintaan
kami. Namun Nabi Yunus dan kita adalah manusia terbatas dan memiliki pikiran yang
sia-sia sehingga bagaimana kita mau berargumen dengan Tuhan yang sempurna?
Ketika ada masalah dan pergumulan, kita bertanya
mengapa rencana yang disusun tidak berhasil? Padahal menurut kita rencana yang
disusun adalah rencana yang terbaik. Lalu kita mulai berargumen dengan Tuhan. Ini
sebenarnya pemberontakan secara pikiran.
2.
Dosa membuat kita buta akan the beauty of God
(keindahan/kemuliaan Tuhan). Dalam
lirik lagu “Bila Kulihat Bintang Gemerlapan” (lagu Swedia Syair: O store Gud,
Carl Gustaf Boberg, 1886. Diterjemahkan E. L. Pohan Shn, 1968) dikatakan,
Bila kulihat bintang gemerlapandan bunyi
guruh riuh kudengar,
Ya Tuhanku, tak putus aku heranmelihat
ciptaanMu yang besar.
Refrain: Maka jiwakupun
memujiMu:“Sungguh besar Kau, Allahku!”
Maka jiwakupun memujiMu:“Sungguh besar
Kau, Allahku!”
Ada juga lagu dari Sidney
Mohede ,pemimpin pujian dan pengarang lagu, dalam lagunya yang berjudul
Mengenalmu (album Giving My Best). Dalam liriknya berkata,
Bila ku buka mataku dan lihat wajahMu ku terkagum
Inilah wahyu umum. Di dalam
keteraturan dunia ini, dia ingin menyatakan bahwa ada Tuhan yang menciptakannya,
namun dosa membuat kita buta. Apa itu kemuliaan Tuhan? Yunus 4:2: Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya:
"Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku?
Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu,
bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan
berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak
didatangkan-Nya. Nabi Yunus mengetahui Allah itu mengasihi, Allah itu panjang
sabar, berlimpah kasih setia, namun Yunus marah. Ketika tahu bahwa Allah itu
pengasih, seharusnya kita kagum dan bangga kepadaNya. Itulah dosa yang membuat kita buta akan
keindahan Allah. Allah menjawab, "Layakkah
engkau marah?"(Yunus 4:4).
Singkat cerita, Yunus
ditegur Tuhan melalui pohon jarak yang tumbuh dan mati dalam waktu sehari. Melihat
hal itu Yunus marah lagi dan minta mati. Tetapi Tuhan berkata"Engkau sayang kepada pohon jarak itu,
yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau
tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.“Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk
lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan
tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak? (Yunus 4:10-11).
Ia lupa bahwa Tuhan tidak menginginkan kematian orang fasik tapi pertobatannya.
Ibarat secarik kertas yang
digambar sebuah lingkaran dengan tulisan bahwa lingkaran itu adalah bola ping
pong, lalu kertas tersebut diremas menjadi sampah. Secara substansi ia tetap kertas.
Jadi walaupun di atasnya digambar apapun, ia tetap kertas! Walaupun diremas tetap
ia merupakan kertas. Berbeda dengan bola ping pong yang sebenarnya. Jadi harus
dibedakan kertas dengan bola ping pong. Terkadang kita melihat sesuatu bagian yang
mencolok dan kita tidak lagi melihat secara utuh karena pikiran kita sudah dicemari
dosa. Mungkin yang kita fokuskan adalah keberdosaan orang, kelemahan kita, atau
masalah yang kita hadapi. Tetapi kita lupa Tuhan mengerjakan segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kita bisa datang ke gereja, bisa berdoa,
menyanyi-memuji Tuhan, mendengar khotbah, tetapi kita bisa bosan. Saat berdoa, kita
berpikir,”anakku nanti makan apa?” dan kita bisa menjadi bosan saat berdoa. Itulah
akibat dosa di mana suatu penyembahan dibuat oleh pikiran kita menjadi sesuatu
yang tidak menarik. Hal ini perlu diwaspadai. Maka saya terus berusaha saat
bernyanyi, saya menyanyikan dengan sungguh-sungguh. Tetapi anugerah Tuhan itu
cukup untuk kita. Walaupun Niniwe merupakan bangsa pembunuh tetapi tetap
mendapat anugerah Tuhan. Kiranya kita menyadari keberdosaan kita dan tidak lupa
memohon ampun pada Allah yang telah mati di kayu salib menggantikan kita.
No comments:
Post a Comment