Ev. Susan Maqdalena
Matius 16:21-26
21
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga.
22
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya:
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan
menimpa Engkau."
23
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis.
Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
24
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
25
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
26 Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya
sebagai ganti nyawanya?
Lukas 15:1-4,7
1
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus
untuk mendengarkan Dia.
2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan mereka."
3
Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
4 "Siapakah di antara kamu yang
mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya,
tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi
mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga
akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari
pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan
pertobatan."
Kej 1:26-27
26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar
dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata
yang merayap di bumi."
27
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Pendahuluan
Berapa
harga sebuah jiwa (nyawa) manusia? Di mass media seperti televisi dan surat
kabar kerapkali muncul berita terbunuhnya manusia. Seolah-olah tidak ada
penghargaan atas nyawa manusia. Hanya demi uang sebanyak Rp 2.000, nyawa manusia
bisa melayang. Bukan itu saja, nilai dari jiwa manusia dipandang rendah
sehingga karena nafsu manusia bisa melakukan hal yang membuat kerusakan dan
turunnya nilai dari jiwanya. Pada suatu malam, seorang hamba Tuhan ribut dengan
istrinya dan kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Saat melewati lokasi prostitusi,
untuk melampiaskan rasa amarahnya ia masuk ke dalamnya. Walau ia dalam keadaan
marah dengan istrinya, ia tidak tega bersetubuh dengan lawan jenis sehingga ia
memilih seorang pelacur pria dan
berhubungan intim dengannya. Ia kemudian tertidur di sana. Saat pagi hari , ia
terbangun dan terkejut saat menyadarinya. Ia menyesal namun sudah terlambat,
nasi sudah menjadi bubur. Sekitar 2 tahun kemudian , ia menderita penyakit yang
tidak diketahui jenisnya dan istrinya pun menyarankan agar ia memeriksa darah. Hasil
lab-nya mengejutkan karena ternyata ia terkena HIV postif! 3 bulan kemudian ia
memeriksa ulang dan hasilnya semakin menguatkan hasil lab yang pertama. Yang
membuatnya menyesal adalah setelah peristitwa itu, setengah tahun kemudian
istrinya mengandung sehingga ia meminta agar istri dan anak yang dikandungnya juga
diperiksa. Saat melakukannya dulu, hamba Tuhan ini mungkin tidak berpikir lagi
harga dari penebusan Kristus di kayu salib dan panggilannya sebagai hamba
Tuhan. Semuanya dianggap tidak ada nilainya sehingga ia melakukan tindakan yang akhirnya merugikan
istri, anak, jemaat yang dipimpin dan orang-orang di sekelilingnya. Ada juga berita
tentang akibat cemburu buta seorang suami menyiram wajah istri dengan air keras
lalu mengambil pisau di dapur dan menggorok leher istrinya! Nyawa manusia
sepertinya tidak berharga sama sekali!
Harga Jiwa
Orang
Kristen (orang percaya) seringkali menganggap harga nyawanya begitu “tinggi”
sampai-sampai mengorbankan nyawa Tuhan Kristus dengan mengikuti hal-hal duniawi
dan kenikmatan yang ditawarkan dunia. Ada juga orang Kristen yang demi kesuksesan
karir melepaskan imannya dan pindah agama. Hal itu sama dengan tidak menyadari arti
sebuah jiwa yang bukan sekedar nafas kehidupan tetapi kehidupan yang dianugerahkan
Kristus yang telah mati untuk menggantikan kita. Pada Matius 16 Yesus memberitahukan
penderitaanNya untuk pertama kali kepada para muridNya. Alkitab mencatat
pemberitahuan tentang penderitaan Yesus sebanyak 4 kali (Mat 16:21-23, Mat
17:22-23, Mat20:17-19, Mat 26:1-2). Yesus memberitahu bahwa Dia akan mengalami
penderitaan, dibunuh dan dibangkitkan. Mendengar itu Petrus menarik Yesus ke samping dan menegorNya, "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (Mat
16:22). Petrus berkata demikian karena belum memahami seutuhnya tujuan kehadiran
(kedatangan) Gurunya di dunia. Apa yang dikatakan Petrus pada Mat 16:22 mengindikasikan
bahwa ia tidak akan sanggup menghadapi penderitaan di taman Getsemani dan akhirnya
menyangkal Yesus 3 kali. Ia mau kehidupan yang stabil, nyaman dan bisa
menikmatinya. Sebagai tanggapannya Yesus
berpaling dan menegur Petrus dengan keras, walau tidak menyuruh Petrus “Diam!” atau
“Tidak boleh ngomong begitu”. Tetapi pada ayat 23 dikatakan "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia." Itu teguran yang keras. Suatu
ketidaksetujuan atas perkataan Petrus yang sama sekali tidak benar. Yesus sudah
memberitahu ke murid-muridNya untuk apa Dia ada di dunia ini, namun Petrus dan
murid-murid lainnya tidak bisa menerima bahwa Yesus datang menjadi “anak domba”
yang akan digantung di kayu salib menggantikan dosa manusia.
Mat
16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Pikiran
orang dunia untuk menikmati hidup
dengan sebaik, seenak dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, mengambil kenikmatan
apa yang ditawarkan dunia sebanyak-banyaknya. Sehingga tawaran dunia dan apa
yang ditawarkan Yesus merupakan 2 konsep yang bertabrakan. Pikiran Yesus berbeda
dengan pikiran dunia sehingga Yesus berkata,”Kamu tidak sanggup berjalan dengan
Aku”. Orang Kristen yang hidup untuk diri sendiri, tidak hidup lurus dan hanya
mau enak saja, tidak siap dan sanggup menjalani hidup yang sulit bersama Yesus.
Yesus memberikan komparasi, “Kalaupun kamu menyangkal Aku, supaya nyawamu bisa
selamat, aku ingin katakan bahwa kamu akan kehilangan nyawamu selama-lamanya”. Mat
16:25 Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Banyak orang menjual
dan menyangkal imannya dengan menghalalkan cara demi bisa bertahan, sukses ,
menikmati hidup dan mendapatkan apa yang ditawarkan dunia ini.
Dalam
masa pra-Paskah ketika diingatkan tentang harga nyawa (jiwa) manusia, Yesus
mengingatkan, “Apa gunanya kamu menikmati apa yang ditawarkan dunia ini,
sehingga memejamkan mata di atas kasur yang enak tapi kehilangan keselamatan, keselamatan
itu adalah hal yang penting dan tidak bisa ditukarkan apa pun juga.” Yesus menegur Petrus dengan keras dan berkata,
“Pergi kamu iblis!”. Kalau Tuhan menegur kita dengan kalimat seperti itu,
bagaimana reaksi kita? Kalimat “kamu Iblis” artinya Tuhan tidak main-main,
Tuhan tidak pernah main-main ketika bicara tentang keselamatan yang dimiliki
karena penderitaan Yesus Kristus.
Lukas
15 memberikan pemahaman lain lagi tentang harga sebuah jiwa. Yesus sedang
memperbandingkan bagaimana Allah yang penuh kasih dan tidak pernah menyepelekan
1 jiwa manusia pun yang ingin bertobat.
Demi satu jiwa Allah rela mendatangkan anakNya ke tengah dunia. Lukas 15:1-7 menggambarkan
peristiwa di mana pemunugut cukai dan orang berdosa makan dan minim, ngobrol
bersama Yesus. Hal ini dipandang tidak baik oleh ahli Taurat, orang Farisi dan orang-orang
yang belajar firman Tuhan. Artinya orang yang menganggap dirinya rohani atau baik
secara moral, tidak membenarkan dan tidak suka Yesus bersahabat dengan orang-orang
kelas bawah. Mereka tidak senang kalau Yesus makan, mengajar dan menawarkan
keselamatan untuk orang yang hina dan tidak layak. Bukankah seharusnya orang
yang belajar Alkitab dan mendengarkan firman
Tuhan memiliki hati yang lebih luas untuk menerima bahwa keselamatan ditawarkan
dan diceritakan kepada orang-orang yang belum percaya? Itu sebabnya Yesus
menegur orang-orang yang mengangap dirinya rohani. Petrus ditegur karena menganggap
dirinya bijaksana, mengikuti pendapat umum dan seakan-akan ia berkata,”Tuhan, Guru
janganlah berbeda agar tidak susah!”. Sedangkan yang kedua Yesus menegur
sekelompok orang yang menganggap dirinya baik yaitu ahli Taurat dan orang Farisi.
Yesus memberikan teguran yang berbeda lewat perumpamaan (cerita).
Pernahkah
kita belajar peka? Pernahkah kita merasa Tuhan sedang mengajarkan kita? Hidup
kita terus-menerus dipenuhi keinginan dan kerinduan akan “kapankah Tuhan
memperlancar hidup, memberi sukses, atau menyembuhkan saya”? Kalau bisa Tuhan
jangan lama-lama dalam menyembuhkan saya. Minggu lalu saya berada dalam kondisi
sakit karena saat buang air kecil berdarah sehingga malam-malam saya pergi ke
dokter. Jadi waktu membesuk orang sakit, saya juga sedang bergumul dengan
penyakit saya. Ada juga yang sedang ujian dan berharap lulus. Tetapi pernahkan
kita bertanya, “Apakah hari ini Tuhan memarahi saya tidak? Tuhan mengajar saya
tidak?” Kalau iya, Dia mengajar seperti mengajar Petrus dengan teguran yang
sangat keras supaya saya sadar atau Tuhan menegur saya dengan sederhana lewat
cerita dan pengalaman orang lain. Intinya apakah Tuhan sedang menegur saya dengan
keras atau cukup menegur dengan halus (cara yang berliku) supaya saya sadar?
Kadangkala Tuhan menegur kita dengan keras , tapi bisa juga Dia menegur cara
yang berbeda, supaya kita memahami diri kita dan arti penebusan Kristus. Maka Dia
menegur ahli Taurat dan orang Farisi dengan cerita. “Siapa di antaramu yang
punya 100 domba lalu ada 1 yang hilang dan tidak mencarinya?” Yesus cukup
berani menanyakan ini ke pendengarnya. Kalau ada pengusaha etnis Tionghoa
mungkin ia akan mengambil kalkulator untuk menghitung untung ruginya. Misal : kalau
domba tersebut jaraknya telah jauh maka akan menghabiskan banyak bahan
bakar, kemungkinan pecah ban, rasa capek,
kalau hujan dan angin bisa sakit sehingga harus ke dokter. Jadi dihitung untung-ruginya.
Akhirnya domba yang hilang dibiarkan saja. Karena hanya 1 yang hilang, masih
ada 99 ekor lagi. Hati manusia seperti itu. Tuhan Yesus bukannya tidak tahu
hati manusia dan ahli Taurat. Ia juga mengenal orang Yahudi yang pelit luar
biasa dan sudah memperhitungkan segalanya. Yesus langsung mengatakan, “Gembala
yang baik akan mencari yang 1 karena yang 99 sudah aman di kandang. Yang 1 ia tetap
cari.” Artinya gembala yang baik tidak pernah menyepelekan harga 1 jiwa dan ia
akan mencari dan menyelamatakan . Sukacita surga itu luar biasa, ketika 1 orang
bertobat dibandingkan 99 orang “benar” yang tidak memerlukan pertobatan. Dalam
perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan 1 orang dengan 99 orang. Tetapi
yang dibandingkan adalah 99 orang yang menganggap dirinya benar dan tidak perlu
pertobatan yaitu orang Farisi dan ahli Taurat. Ritual yang dilakukan tidak
membuat mereka bersuka. Tetapi akan ada sukacita surgawi saat 1 orang bertobat
(Lukas 15:7) yaitu pemungut cukai . Yesus mati untuk saya. Apakah kita
menyadari bahwa Kristus mati untuk saya ,domba yang hilang, itu? Ia begitu
menghargai jiwa 1 orang dan mau berkorban untuk saya
Berharga di Mata Tuhan (Kej 1:26-27)
Manusia
adalah ciptaan Allah yang adalah gambar dan rupa Allah (Imago Dei, Kej 1:26). Harga inilah yang tidak bisa ditawar-tawar dan
dianggap remeh. Allah membentuk dan menciptakan manusia dengan khsusus. Ia
menjadikan manusia seperti diriNya sendiri. Ia tidak menjadikan hewan dan
tumbuhan seperti diriNya. Kendatipun banyak kelebihan pada hewan dan ciptaan
lain, tapi hanya manusia yang spesial karena serupa Allah. Manusia walau tidak
sekuat kuda tapi Allah mengasihi manusia. Manusia tidak bisa mengalahkan kecepatan
larinya kuda dan tingginya elang terbang tetapi Allah menghargai manusia lebih
tinggi. Elang diciptakan dengan mata yang bisa melihat hal terkecil sampai
puluhan kilometre sedangkan manusia terbatas (bahkan terkadang harus dibantu
kacamata) tetapi Allah menghargai dan mengasihi kita lebih dari elang yang
matanya begitu tajam. Elang bukan rupa dan gambar Allah, tetapi manusia
diciptakan sesuai dengan gambar dan rupaNya. Allah mengasihi manusia melebihi
ciptaan yang indah seperti merak yang punya ‘jubah’ yang indah. Namun manusia dikasihi dan dihargai Allah
melebihi merak walaupun pakaian kita compang-camping, atau tidak cantik/tampan
karena kita aadalah gambaran rupa Allah. Walaupun tidak banyak atribut yang
luar bisa, tetapi Allah menghargai kita lebih dari burung merpati yang memiliki
kepekaan yang luar biasa. Maka dikatakan hendaklah engkau tulus seperti merpati
(Mat 10:16). Kadangkalah hati manusia lebih keras dari singa , tidak tulus seperti
merpati dan kita menjadikan Allah “pembantu”, tetapi Allah mau mengasihi kita
lebih dari ciptaan yang lain.
Penutup
Mari
kita belajar dari teguran Yesus kepada Petrus. Katakan TIDAK terhadap tawaran
dunia dan segala bentuk kompromi demi kenikmatan yang ditawarkan dunia kepada
kita. Cermati dan koreksi kompromi apa pun yang telah kita lakukan dengan
alasan demi hidup, kesuksesan dan demi
apapun juga. Kadangkala pikiran saya dicela orang, tapi tetap saya pegang. Saya
seringkali katakan kepada teman yang punya kedudukan tinggi di perusahaan, “Apa
artinya ibadah hari Minggu untukmu? Sejauh mana ibadah hari Minggu bisa
dikompromikan? Kalau kamu menganggapnya penting, maka segala bentuk pelatihan outbound jangan menggunakan hari Minggu karena
itu pekerjaan kantor!” Perkataan saya ini menimbulkan perdebatan. Banyak
pemikiran saya yang ditentang dan dicela atas hal-hal yang dikompromikan demi
alasan yang sepertinya masuk akal. Akhirnya kembali kepada pertanyaan ,”Seperti
apa kita memprioritaskan diri kita kepada Tuhan?” Adakah sukacita saat 1 orang
yang bertobat, dibanding 99 orang yang mengaku Kristen tetapi tidak bertobat?
Kita hidup dalam pembaharuan setiap hari. Allah tidak bersukacita dengan
aktivitias rohani yang begitu banyak dan yang merasa dirinya sudah baik . Charles
Haddon Spurgeon (1834-1892, pengkhotbah dari Inggris) mengakan ,”Moralitas yang
baik menghindarkan anda dari penjara. Tetapi hanya darah Yesus yang mampu
membebaskan anda dari neraka!” Moralitas itu penting , tetapi kepentingan
moralitas itu untuk menunjukkan siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan. Terakhir.
saya berharga seharga darah Kristus, jadi saya tidak boleh sembarangan. Orang
lain berharga seharga darah kristus jadi tidak boleh memperlakukan orang lain
secara sembarangan. Semua berharga di mata Kristus. Saya berharga dan orang
lain juga berharga!
No comments:
Post a Comment