Pdt. Johni Setiawan
Efesus 2:1-5
1
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena
kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja
di antara orang-orang durhaka.
3
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika
kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran
kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai,
sama seperti mereka yang lain.
4
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar,
yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
5
telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita
telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita — oleh kasih karunia kamu
diselamatkan —
Pendahuluan
Dalam
surat Rasul Paulus ke jemaat di Efesus, kita mendapat gambaran tentang
bagaimana orang yang mati tanpa Kristus.
Kita patut mensyukuri bahwa kita tidak seperti itu. Kita tidak mati tanpa
Kristus, tetapi kita telah mendapatkan rahmat dan kasih karunia dari Tuhan.
Kita telah dihidupkan bersama Kristus. Sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita, tetapi kita telah diselamatkan oleh anugerah Allah
dan Kristus telah menyediakan tempat yaitu surga di mana kita akan tinggal
bersamaNya.
Pengertian Mati
Kata “mati” mengandung 3 pengeritan :
1.
Mati secara
jasmani. Saat mati, roh akan meninggalkan jasad (tubuh secara fisik) nya. Saat
itu fungsi tubuhnya sudah rusak alias tidak berfungsi lagi dan segera akan
membusuk, sehingga harus dikuburkan.
2.
Mati
selama-lamanya (kekal) yaitu kematian setelah kematian jasmani. Jika seseorang
belum percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima pengampunan dari Tuhan Yesus maka
ia akan binasa selama-lamanya. Dia akan mati terpisah dari Kristus, dibuang ke
dalam neraka dan akan mengalami penderitaan selama-lamanya.
3.
Mati secara
rohani. Kematian ini seperti yang dikatakan dalam Ef 2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Mati
Tanpa Kristus
Berarti :
1.
Mati secara rohani
Pada Kejadian pasal 1 dikatakan ketika manusia
diciptakan, Allah memberikan segala sesuatu yang baik. Tetapi ketika melanggar
perintah Allah, manusia mengalami kematian rohani. Adam adalah manusia pertama
yang diciptakan oleh Allah, lalu dari tulang rusuk Adam diciptakan Hawa (Kej
2:22). Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki." (Kej 2:23). Adam begitu bersukacita mendapat Hawa sebagai
mitra dalam hidupnya. Saat itu Adam senang berjumpa dengan penciptaNya. Tapi
begitu jatuh dalam dosa, manusia menjadi takut dengan Allah. Pada Kej 3:7-8 dikatakan Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada
waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah
di antara pohon-pohonan dalam taman. Manusia menjadi tidak suka dengan
Allah dan menyembunyikan diri dari Allah. Manusia tidak lagi menggantungkan
diri pada Allah tetapi bergantung pada pohon. Manusia yang mati secara rohani
tidak suka membaca Alkitab dan beribadah. Ada orang yang berkata, agama-agama
yang ada di dunia membawa keselamatan . sehingga disimpulkan bahwa semua agama
itu sama seperti pepatah mengatakan “banyak jalan menuju Roma”. Padahal jalan menuju
surga hanya melalui Yesus Kristus. Banyak orang yang memiliki keyakinan kepada
Tuhan Yesus tetapi disertai dengan keyakinan pada pohon dan daun yang kemudian disematkan
ke tubuhnya. Saya memiliki 2 orang anak laki-laki. Setiap kali saya pulang
pelayanan atau berpergian, mereka akan berteriak dengan suaranya yang lucu, “Papi
pulang! Papi pulang! Papi saya bawakan tasnya ya” atau “Papi pulang bawa makanan”
(Terkadang saya pulang membawa makanan cap-cai,
martabak, puyunghai dll). Suatu kali,
saat pulang saya tidak mendengar suara mereka menyambut saya. Saya agak heran
dan menyimpan dalam hati lalu bertanya kepada istri, “Apakah anak-anak sudah
tidur? Mengapa tidak ada suaranya?” Istri saya menjawab,”Ada masalah. Mereka
telah menjatuhkun barang dari meja kamu!” Memang saya suka berpesan ke
anak-anak agar jangan bermain-main dan menjatuhkan sesuatu di meja saya. Dengan
jatuhnya barang dari meja saya sehingga rusak mereka menjadi takut untuk
bertemu saya. Ada sesuatu yang mengganjal dalam diri mereka sehingga tidak
berani bertemu saya. Mereka seakan-akan menyembunyikan diri dan mereka tidak
mau datang kepada saya. Bukankah ini yang terjadi pada manusia setelah manusia
jatuh dalam dosa dan tidak mau bertemu Allah? Mereka menjadi takut dengan Allah!
Ini yang terjadi bila manusia melakukan dosa. Ada perasaan tidak damai bila bertemu.
Gus Dur, presiden Indonesia yang keempat adalah orang
yang santai (easy-going). Ia banyak melontarkan
humor, berikut salah satunya:
Tokoh agama Islam, Kristen, dan Buddha sedang
berdebat. Gus Dur sebagai wakil dari agama Islam. Kala itu diperdebatkan
mengenai agama mana yang paling dekat dengan Tuhan? Seorang biksu Buddha
menjawab duluan,“Agama sayalah yang paling dekat dengan Tuhan, karena setiap
beribadah kita memanggil Tuhan dengan mengucapkan ‘Om’ (omitohud,red). Nah
kalian tahu sendiri kan seberapa dekat antara paman dengan keponakannya?”
Seorang pendeta dari agama Kristen menyangkal.“Ya
tidak bisa, pasti agama saya yang lebih dekat dengan Tuhan.” ujar pendeta
“Lah kok bisa ?” sahut biksu penasaran.
“Kenapa tidak?Agama anda kalau memanggil Tuhan hanya
om, kalau di agama saya memanggil Tuhan itu ‘Bapa’. Nah kalian tahu sendiri kan
lebih dekat mana anak sama bapaknya daripada keponakan dengan pamannya,” jawab
pendeta.
Gus Dur yang belum mengeluarkan argumen masih tetap
tertawa malah terbahak-bahak setelah mendengar argumen dari pendeta.
“Loh kenapa anda kok tertawa terus?” tanya pendeta
penasaran.
“Apa anda merasa bahwa agama anda lebih dekat dengan Tuhan?”
sahut biksu bertanya pada Gus Dur.
Gus Dur masih saja tertawa sambil mengatakan “Ndak
kok, saya ndak bilang gitu, boro-boro dekat
justru agama saya malah paling jauh dengan Tuhan.” jawab Gus Dur dengan
masih tertawa.
“Lah kok bisa ?” tanya pendeta dan biksu makin
penasaran.
“Gimana tidak, lah wong kalau di agama saya, kalau
memanggil Tuhan saja harus memakai Toa (pengeras suara),” jawab Gus Dur.
Hal Ini hanya terjadi di Indonesia, setiap subuh orang
di mesjid memanggil jemaahnya untuk sembahyang dengan pengeras suara. Di AS dan
Singapore tidak boleh berteriak-teriak memanggil jemaah untuk beribadah,
sedangkan di Indonesia ada kultur melalui pengeras suara berbagai berita (termasuk
berita kematian) diumumkan. Di dalam gurauan Gus Dur itu, ada sesuatu yang
tersirat tentang betapa pentingnya kita dekat dengan Tuhan. Orang yang dekat
dengan Tuhan adalah orang yang percaya firman Tuhan, merenungkannya siang dan
malam, hidupnya seperti tanaman di tepi aliran air sehingga selalu segar dan
subur (Maz 1:1 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran
air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa
saja yang diperbuatnya berhasil). Orang yang hidup bahagia akan dekat
dengan Tuhan sedangkan yang jauh menunjukkan ia mati rohaninya. Di dalam
kehidupan kita, apakah kita orang yang hidup dekat dengan Tuhan? Kadang saya
suka risih bila melihat jemaat yang suka duduk di kursi yang sama setiap minggu.
Kalau ia biasa duduk di belakang , ia akan terus duduk di belakang, yang duduk di
pojok akan duduk di pojok terus dan tidak mau berubah. Kenapa tidak mau duduk
di depan? Padahal kalau ada orang yang baru pertama kali datang, ia biasanya
duduk di belakang dan sungkan duduk di depan karena malu semua melihat dia.
Oleh karena itu kita harus memberikan kesempatan agar orang-orang yang baru
datang bisa duduk di belakang, di samping itu kursi di bagian depan juga tidak kosong.
Waktu dekat dengan Tuhan, maka kita akan merasa sukacita kalau bertemu dengan
Tuhan.
2.
Mati sebagai hamba Kristus. Kita adalah hamba kebenaran atau hamba Kristus. Bila
mati tanpa Kristus maka kita hidup tapi tidak sebagai hamba Kristus lagi. Ef
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu
mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu
roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Ketika Adam
jatuh dalam dosa, dia menyembunyikan diri dari Allah, sehingga ketidaktaatan akan
mendatangkan ketidaktaatan lain. Dosa yang satu berkembang menjadi dosa yang
lain. Hidup kita bukanlah hidup yang menjadi hamba Kristus lagi tetapi kita
menjadi hamba dosa. Kita menjadi hamba setan. Saat kita mengikuti setan, Tuhan
Yesus berbicara pada orang yang menolak Dia (termasuk orang Farisi dan Saduki).
Yesus berkata, Apakah sebabnya kamu tidak mengerti
bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.Iblislah yang menjadi
bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh
manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak
ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri,
sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.(Yoh 8:43-44). Iblis
pembunuh manusia sejak dulu. Ia tidak hidup dalam kebenaran sebab di dalamnya
tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri karena ia pendusta dan bapak segala pendusta. Kalau iblis menjadi tuan
kita, iblis yang menjadi pembohong maka hidup kita pun akan terjebak , hidup kita
akan mengikuti iblis menjadi pembohong. Rasul Paulus mengatakan pada Roma 12: 2 Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Iblis dengan kebohongannya
membuat banyak manusia mengikutinya. Iblis yang memberontak kepada Allah
membuat banyak orang juga memberontak kepada Allah. Iblis yang tidak mau taat
kepada Allah membuat banyak orang tidak mau taat kepada Allah sehingga Rasul Paulus
mengatakan “yaitu orangorang yang tidak
percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka
tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran
Allah.” (2 Kor 4:4). Orang buta tidak bisa melihat. Saya pernah menyaksikan
seorang tunanetra yang berjalan dengan tongkat. Ia kelihatannya sangat percaya
diri. Awalnya ia berjalan secara perlahan, namun semakin lama semakin cepat.
Pada waktu itu saya sedang naik taxi di Singapore. Orang buta ini berjalan
makin cepat , namun tiba-tiba terkejut karena ia membentur sesuatu dan terjatuh.
Setelah itu ketika mulai berjalan, ia melakukannya secara perlahan kembali. Hal
ini terjadi karena ia tidak bisa melihat. Walaupun orang lain yang melihatnya berteriak,”Awas!”
dia tidak tahu. Kalau pikiran kita dibutakan, maka kita tidak menganggap Allah
itu penting. Begitu banyak orang takut dengan setan, tetapi tidak takut dengan
Tuhan. Ada kebiasaan di Indonesia, bila ada
gua atau pohon besar seringkali diberikan sesajen. Mereka tidak pernah lupa memberikan
sesajen itu. Mereka menyediakan persembahan yang terbaik. Suatu kali saya
pernah pelayanan di Kaltim dan saya menempati rumah kos. Di sana ada sebuah aquarium yang tidak terisi
air karena walaupun aquariumnya tertutup di bagian atasnya tapi bagian sampingnya
terbuka. Di situ diletakkan banyak patung yakni patung Buddha, patung Yesus,
patung Maria, patung Kwan Im, patung Kwan Kong dan di sampingnya juga ada foto leluhur
dari pemilik kos. Setiap hari di depan patung dan foto itu disediakan buah-buahan
yang mahal dan terbaik. Saya tinggal di tingkat kedua (loteng), setiap hari saat
melewati lantai bawah saya perhatikan persembahannya sudah berganti. Kelihatannya
sangat enak. Tante kos itu menyajikannya kepada semua patung itu. Pada hari
ketiga dan keempat, tante itu akan memanggil dan bertanya apakah saya mau buah-buahan?
Saya bertanya, “Apakah ada lebih?” Dijawabnya, “Bukan lebih, tetapi yang tadinya
ditaruh di depan patung sekarang bisa dimakan.” Dalam hati saya berkata,”Mengapa
yang sudah busuk baru dikasih? Untuk apa makanan seperti itu?” Saya menolak
secara halus. Saya ingin yang baru. Sang pemilik kos memberikan yang terbaik,
bagaimana dengan kita?
Saya senang bila melihat jemaat tidak terlambat datang
beribadah. Senang juga melihat walaupun terlambat tetap jemaat mau datang.
Tetapi ibadah adalah mendengarkan undangan dari Tuhan yang menjadi Pencipta dan
Penebus kita. Kalau Tuhan yang mengundang apakah kita bersikap hormat? Kita
bisa datang sebelum ibadah mulai? Kita berikan hidup kita yang terbaik. Jangan
datang dalam keadaan sudah mengantuk. Saya terkadang merasa sedih kalau ada
jemaat saat khotbah dia terus terkantuk-kantuk (matanya meram terus). Hal ini
berarti ia tidak mendengarkan firman Tuhan. Ada yang mengatakan saya datang ke
gereja tapi tidak dapat apa-apa. Yang salah siapa? Apakah orang Kristen boleh menonton
sepakbola? Boleh! Tetapi tengah malam sampai pagi dinihari masih menonton juga
dan berteriak-teriak, “Gol!” Hal ini kemudian mengakibatkan sesampainya di
gereja yang ber-AC, ia awalnya duduk tegak , lama-lama merosot sedikit demi
sedikit dan akhirnya tertidur. Apakah ini sikap yang benar? Kalau mengikuti
Bapa Sorgawi tidak boleh sembarangan. Hati-hati dengan iblis, bapak pendusta! Ia
bisa menyamar sebagai malaikat terang dan sepertinya baik. Ajaran gereja harus
berdasarkan norma Alkitab. Siapa yang patut dimuliakan , ditinggikan dan diandalkan?
Hanya Yesus Kristus! Akhir-akhir ini banyak orang Kristen disesatkan. Lagu-lagu
hymne yang baik dikatakan kuno tetapi kalau dipakai lagu-lagu yang “ramai” dan
ada hiburannya, seringkali anak muda ke sana. Padahal suasananya bukan suasana
ibadah tapi suasana pesta atau konser. Sangat menyedihkan. Ada juga banyak jemaat
yang datang ke gereja tertentu, yang mengajarkan perjamuan kudus seperti “jimat”
danmenjadikan minyak urapan sebagai sandaran. Sampai ada kesaksian bahwa minyak
urapan dapat menyelamatkan! Saat kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, ada yang
memberikan kesaksian di media massa, “Saya selamat tidak jadi naik pesawat itu
karena minyak urapan!” Kita harus menjadikan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya
tempat bersandar bukan jimat. Tetapi hari ini ajaran setan menarik orang-orang
sehingga tersesat.
3.
Mati dari kehidupan yang berkenan kepada Tuhan. Ef 2:33 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung
di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Dulu kita hidup dalam hawa
nafsu, kita seringkali memikirkan hawa nafsu kedagingin. Kalau datang ke gereja
dan mengantuk, sebagai orang percaya kita langsung berdoa, “Tuhan, ampuni saya.
Roh berkehendak tapi tubuh lemah, jadi maafkan saya!” namun minggu depan begitu
lagi. Bukankah hal itu seperti perbuatan orang-orang di dunia? Alkitab
memberikan penjelasan pada Gal 5 : 19-21 Perbuatan
daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan
berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri
sendiri, percideraan, roh pemecah,kedengkian, kemabukan, pesta pora dan
sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang
telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang
demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Ini kehendak
daging dan membuat hidup kita tidak berkenan kepada Tuhan. Setiap kali kita
melakukan dosa dan melakukan perbuatan daging, maka kita membuat hati Tuhan
terluka. Jangan berpikir bahwa kita sebagai orang yang sudah diampuni boleh
berbuat seenaknya. Seharusnya hidup kita diubahkan. Maka dikatakan pada Gal 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Kita adalah orang-orang yang mengalami penebusan dan kita tidak akan mati dalam
dosa kita. Karena kita sudah ditebus oleh Kristus, kita tidak akan mati tanpa
Kristus karena Kristus telah menyertai kita. Kita sudah diselamatkan, tetapi
ingatlah bahwa banyak jiwa yang masih belum mengenal Kristus. Kita perlu
memikirkan jiwa-jiwa yang masih terhilang. Sekarang kalau anak-anak kecil ditanya
apa yang menjadi cita-citanya, mereka akan berkata bahwa mereka ingin menjadi
dokter, sarjana hukum, arsitek, pejabat, bahkan presiden. Padahal saat ini sekolah-sekolah
teologia sedang mengalami dilema. Gereja-gereja Tionghoa di Indonesia, meminta
hamba Tuhan yang berasal dari etnis Tionghoa, namun semakin hari semakin sulit
dipenuhi. Banyak orang tua tidak rela anaknya menjadi hamba Tuhan karena tidak memiliki
hati yang ingin menjangkau jiwa-jiwa.
Hampir 2 tahun yang lampau , saya ditugaskan di Singapore. Tiba-tiba
anak saya yang sudah bekerja (lulus S1 dari universitas di Bandung, 1 tahun belajar
komunikasi massa di Singapore, di Amerika Serikat 6 tahun, lalu dia bekerja di
Singapore) bertanya, “Apakah ia bisa mendaftar sebagai mahasiswa teologia walaupun
telat?” Jelas bisa! Yang penting adalah latar dan motivasinya. Pernah saat
diinterview dosen “Mengapa kamu mau sekolah teologia?” ada calon mahasiswa yang
menjawab “Biasanya sekolah teologia masih menerima, karena sekolah lain tidak
ada yang mau terima saya!” Banyak yang seperti itu. Ada juga yang menjawab, “Disuruh
mami!” Jelas tidak diterima. Saya bertanya balik ke putra saya,”Ada apa kamu bertanya
seperti itu? Selama ini saya bertanya. ‘Kris, kamu tidak mau melayani Tuhan?’” DIa
hanya menjawab, “Saya sudah melayani. Saya hidup bagi Tuhan, untuk apa saya
melayani secara full-time? Saya
melayani di bidang apa saja” Dia berbeda dengan kakaknya yang mempersembahkan
hidupnya untuk Tuhan dengan masuk sekolah
teologia dan melayani. Waktu itu saya bertanya kepadanya, “Apa yang engkau
pikirkan?” Dia menjawab,”Saya mau mepersembahkan hidup untuk Tuhan. Saya sedang
mempertimbangkan mau sekolah teologia di mana.” Istri saya begitu terperanjat.
Kamu dari dulu tidak mau mempersembahkan diri. Kamu sudah sekolah dan bekerja.
Mami hanya punya 2 anak, yang pertama 100% melayani dan yang kedua 50%. Orang
kalau di panggil Tuhan jangan sekolah (sekuler,red)” Saya berkata,”Kita harus
bersyukur bahwa Tuhan mau memanggil kedua putra kita. Mereka tidak berorientasi
menjadi kaya. Tetapi mereka memikirkan bagaimana melayani Tuhan dan mencari
jiwa. Bukankah ini berharga?” Firman Tuhan berkata, “satu jiwa berharga”.
(Lukas 15:7a Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan
ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat). Saya merasa dan berharap jemaat di sini dapat
memenangkan jiwa kalau kita mau bicara dan menginjili orang lain.
No comments:
Post a Comment